Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “EPILEPSI PADA ANAK”, tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang
Asuhan Keperawatan Epilepsi Pada Anak bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Ibu Andika Laviana Nita L,
S.Kep.,Ns, M.Kep selaku dosen fasilitator tugas Asuhan Keperawatan tentang Epilepsi Pada
Anak kelompok 4.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
(Penulis)
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.3. Tujuan...........................................................................................................3
2.1. Definisi........................................................................................................4
2.3. Patofisiologi................................................................................................9
2.6. Komplikasi................................................................................................11
2.7. Penatalaksanaan........................................................................................12
3.2. Pengkajian.................................................................................................16
2
3.4. Pemeriksaan Fisik.....................................................................................17
3.8. Intervensi...................................................................................................20
3.9. Implementasi.............................................................................................23
3.10.Evaluasi.....................................................................................................25
BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................27
4.1 Kesimpulan.................................................................................................27
4.2 Saran...........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................28
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Epilepsi adalah salah satu kelainan saraf yang paling sering terjadi
pada masa anak-anak. Lima persen dari keseluruhan anak di dunia
mengalami paling sedikit satu kali kejang dalam hidupnya. Dua puluh lima
persen dari anak yang mengalami kejang tersebut, akan didiagnosa terkena
penyakit epilepsi. Secara kognitif, anak-anak dengan penyakit epilepsi
terlihat menunjukan kekurangan pada fungsi intelektual, ingatan, perhatian
dan fungsi-fungsi utama pada tubuh (Christopher & Kiefel, 2012, h. 1).
5
akibat penyakit epilepsi dimunculkan dalam bentuk syok, cemas, penolakan,
depresi, kemarahan (Hills, 2007, h. 10).
Yong, Chengye, dan Jiong (dalam Primardi & Hadjam, 2010, h. 124)
menyatakan bahwa kualitas hidup yang rendah ditemukan pada anak-anak
dengan epilepsi. Beberapa hal dapat memengaruhi kualitas hidup pada anak
dengan epilepsi di antaranya adalah perkembangan mental, tingkat
pendidikan, usia awal munculnya serangan dan frekuensi serangan. Sebuah
penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa epilepsi pada anak
memengaruhi secara langsung kehidupannya di masa dewasa. Dalam
investigasi yang dilakukan pada kelompok anak-anak yang mengidap
epilepsi sejak masa anak-anak sampai 30 tahun, terbukti orang dengan
epilepsi memiliki sejumlah masalah di berbagai sisi kehidupan, seperti
kehidupan pernikahan, pekerjaan, pendapatan, status hidup mandiri dan
kejiwaan. Permasalahan yang dihadapi selama masa dewasa tersebut dapat
muncul karena pada masa anak-anak tidak ditangani secara baik
(Christopher & Kiefel, 2012, h. 1).
6
anaknya apabila pengobatan kali ini tidak berhasil. A khawatir bagaimana
jika C sudah mengalami pubertas tetapenyakit epilepsinya belum sembuh
(A, 2015). A juga menyatakan kekhawatirannya jika C sudah mengalami
menstruasi kondisi C semakin memburuk. Hal ini sesuai dengan pendapat
Harsono (2007) yang menyatakan bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan,
laktasi, dan menopause adalah faktor khas yang dimiliki perempuan, dan
dapat menimbulkan gejala epilepsi kembali. Pengetahuan tentang penyakit
epilepsi yang tidak detail pada ibu akan menimbulkan berbagai
permasalahan. A mengaku terkadang kurang sabar dalam menghadapi C dan
sering menerima sindiran dari orang lain.
7
1.1 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Epilepsi ?
2. Bagaimana etiologi Epilepsi ?
3. Bagaimana patofisiologi Epilepsi ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Epilepsi ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagostik Epilepsi ?
6. Bagaimana penatalaksaan dari Epilepsi ?
7. Apa saja komplikasi yang ada pada Epilepsi ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pencernaan
akibat Epilepsi ?
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan kejang berulang yang terjadi
dengan sendirinya, yang membutuhkan pengobatan jangka panjang (Wong, 2008).
Epilepsi adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak berat yang
dikarakteristikan oleh kejang berulang keadaan ini dapat di hubungkan dengan
kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan atau hilangnya tonus otot atau gerakan
dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi dan persepsi sehingga epilepsy bukan
penyakit tetapi suatu gejala (Smeltzer & Bare, 2011).
Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulang-
ulang. Diagnose ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali kejang
tanpa penyebab (Jastremski, 1988).
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang
akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel
(Tarwoto, 2007).
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala
yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai
etiologi (Arif, 2000).
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi
dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan
listrik neuron-neuron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan
laboratorik.
2.2 ETIOLOGI
Epilepsi disebabkan dari gangguan listrik disritmia pada sel saraf pada salah satu bagian
otak yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik abnormal, berulang dan
tidak terkontrol (Smeltzer & Bare, 2011).
Menurut Arif (2008), Tarwoto (2009) dan Wong (2008) etiologi dari epilepsi adalah :
1. Idiopatik : sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik
a. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum.
b. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf.
c. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol.
d. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia).
e. Tumor Otak.
f. Kelainan pembuluh darah.
2. Faktor herediter.
5. Gangguan metabolik..
6. Infeksi : radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya,
toksoplasmosi.
11. Kekurangan oksigen atau asfiksia neonatorum, terutama saat proses kelahiran.
12. Hydrocephalus atau pembesaran ukuran kepala.
14. Riwayat bayi dan ibu menggunakan obat antikolvusan yang digunakan
sepanjang hamil. Riwayat ibu-ibu yang memiliki resiko tinggi (tenaga kerja,
wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes
atau hipertensi).
2.3 KLASIFIKASI
1. Berdasarkan penyebabnya
a. epilepsi idiopatik : bila tidak di ketahui penyebabnya
b. epilepsi simtomatik : bila ada penyebabnya
2. Berdasarkan letak focus epilepsi atau tipe bangkitan
a. Epilepsi partial (lokal, fokal)
1) Epilepsi parsial sederhana, yaitu epilepsi parsial dengan kesadaran tetap normal
Dengan gejala motorik
- Fokal motorik tidak menjalar: epilepsi terbatas pada satu bagian tubuh saja
- Fokal motorik menjalar : epilepsi dimulai dari satu bagian tubuh dan menjalar
meluas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson.
- Versif : epilepsi disertai gerakan memutar kepala, mata, tuibuh.
- Postural : epilepsi disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu
- Disertai gangguan fonasi : epilepsi disertai arus bicara yang terhenti atau pasien
mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu
Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial (epilepsi disertai halusinasi
sederhana yang mengenai kelima panca indera dan bangkitan yang disertai vertigo).
- Somatosensoris: timbul rasa kesemuatan atau seperti ditusuk-tusuk jarum.
- Visual : terlihat cahaya
- Auditoris : terdengar sesuatu
- Olfaktoris : terhidu sesuatu
- Gustatoris : terkecap sesuatu
- Disertai vertigo
Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi epigastrium, pucat,
berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi pupil).
- Dengan gejala psikis (gangguan fungsi luhur)
- Disfagia : gangguan bicara, misalnya mengulang suatu suku kata, kata atau bagian
kalimat.
- Dimensia : gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah mengalami,
mendengar, melihat, atau sebaliknya. Mungkin mendadak mengingat suatu
peristiwa di masa lalu, merasa seperti melihatnya lagi.
- Kognitif : gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.
- Afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut.
- Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau lebih besar.
- Halusinasi kompleks (berstruktur) : mendengar ada yang bicara, musik, melihat
suatu fenomena tertentu, dll.
2) Epilepsi parsial kompleks, yaitu kejang disertai gangguan kesadaran.
Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran : kesadaran mula-mula baik
kemudian baru menurun.
- Dengan gejala parsial sederhana A1-A4. Gejala-gejala seperti pada golongan A1-
A4 diikuti dengan menurunnya kesadaran.
- Dengan automatisme. Yaitu gerakan-gerakan, perilaku yang timbul dengan
sendirinya, misalnya gerakan mengunyah, menelan, raut muka berubah seringkali
seperti ketakutan, menata sesuatu, memegang kancing baju, berjalan, mengembara
tak menentu, dll.
Dengan penurunan kesadaran sejak serangan; kesadaran menurun sejak permulaan
kesadaran.
- Hanya dengan penurunan kesadaran
- Dengan automatisme
3) Epilepsi Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik, tonik,
klonik).
Epilepsi parsial sederhana yang berkembang menjadi bangkitan umum.
Epilepsi parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan umum.
Epilepsi parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang
menjadi bangkitan umum.
b. Epilepsi umum
1) Petit mal/ Lena (absence)
Lena khas (tipical absence)
Pada epilepsi ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak membengong,
bola mata dapat memutar ke atas, tak ada reaksi bila diajak bicara. Biasanya epilepsi ini
berlangsung selama ¼ – ½ menit dan biasanya dijumpai pada anak.
- Hanya penurunan kesadaran
- Dengan komponen klonik ringan. Gerakan klonis ringan, biasanya dijumpai pada
kelopak mata atas, sudut mulut, atau otot-otot lainnya bilateral.
- Dengan komponen atonik. Pada epilepsi ini dijumpai otot-otot leher, lengan,
tangan, tubuh mendadak melemas sehingga tampak mengulai.
- Dengan komponen klonik. Pada epilepsi ini, dijumpai otot-otot ekstremitas, leher
atau punggung mendadak mengejang, kepala, badan menjadi melengkung ke
belakang, lengan dapat mengetul atau mengedang.
- Dengan automatisme
- Dengan komponen autonom.
Lena tak khas (atipical absence)
Dapat disertai:
- Gangguan tonus yang lebih jelas.
- Permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadak.
2) Grand Mal
a). Mioklonik
Pada epilepsi mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah
sebagian otot atau semua otot, seringkali atau berulang-ulang. Bangkitan ini dapat
dijumpai pada semua umur.
b). Klonik
Pada epilepsi ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan
tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai terutama sekali pada anak.
c). Tonik
Pada epilepsi ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku pada wajah
dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai. Epilepsi ini juga terjadi
pada anak.
d). Tonik- klonik
Epilepsi ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal dengan nama
grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-tanda yang mendahului
suatu epilepsi. Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku.
Kejang kaku berlangsung kira-kira ¼ – ½ menit diikutti kejang kejang kelojot
seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi
dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika kejang meningkat,
mulut menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin pula pasien kencing
ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien tidur beberapa lamanya,
dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi
sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah, nyeri kepala.
e). Atonik
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien
terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Epilepsi ini terutama
sekali dijumpai
pada anak.
c. Epilepsi tak tergolongkan
Termasuk golongan ini ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang
ritmik, mengunyah, gerakan seperti berenang, menggigil, atau pernapasan yang
mendadak berhenti sederhana.
2.4 PATOFISIOLOGI
System saraf
Epilepsi
Kontraksi tidak
Hilang Gangguan Gangguan
sadar yang
keasadaran respiratori neurologis
mendadak
Penyakit kronik
Hipoksia Jatuh Obstruksi Keterla
De trakheobronkial mbatan
Pengobatan, fis
ie
Inefektifitas perfusi ns pertumb
perawatan, i Risiko Cedera
jaringan cerebral Pe Ketidakefektifan uhan dan
keterbatasan ng
et bersihan jalan nafas perkemb
ah
ua angan
n
ansietas
Perubahan status Ketidakmampuan
kesehatan keluarga mengambil
tindakan yang tepat
2.5 MANIFESTASI KLINIK
1. Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau
gangguan penginderaan.
2. Kelainan gambaran EEG.
3. Bagian tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptogen.
4. Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (aura
dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tidak
enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan
sebagainya).
5. Napas terlihat sesak dan jantung berdebar.
6. Raut muka pucat dan badannya berlumuran keringat.
7. Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik
khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang
tidak normal seperti pada keadaan normal.
8. Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan terkadang
individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat.
9. Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara
secara tiba- tiba.
10. Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya menendang-
menendang.
11. Gigi geliginya terkancing.
12. Hitam bola matanya berputar- putar.
13. Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan buang air kecil.
Di saat serangan, penyandang epilepsi tidak dapat bicara secara tiba-tiba.
Kesadaran menghilang dan tidak mampu bereaksi terhadap rangsangan. Tidak ada
respon terhadap rangsangan baik rangsang pendengaran, penglihatan, maupun
rangsang nyeri. Badan tertarik ke segala penjuru. Kedua lengan dan tangannya
kejang, sementara tungkainya menendang-nendang. Gigi geliginya terkancing.
Hitam bola mata berputar-putar. Dari liang mulut keluar busa. Napasnya sesak dan
jantung berdebar. Raut mukanya pucat dan badannya berlumuran keringat.
Terkadang diikuti dengan buang air kecil. Manifestasi tersebut dimungkinkan
karena terdapat sekelompok sel-sel otak yang secara spontan, di luar kehendak, tiba-
tiba melepaskan muatan listrik. Zainal Muttaqien (2001) mengatakan keadaan
tersebut bisa dikarenakan oleh adanya perubahan, baik perubahan anatomis maupun
perubahan biokimiawi pada sel-sel di otak sendiri atau pada lingkungan sekitar otak.
Terjadinya perubahan ini dapat diakibatkan antara lain oleh trauma fisik, benturan,
memar pada otak, berkurangnya aliran darah atau zat asam akibat penyempitan
pembuluh darah atau adanya pendesakan/rangsangan oleh tumor. Perubahan yang
dialami oleh sekelompok sel-sel otak yang nantinya menjadi biang keladi terjadinya
epilepsi diakibatkan oleh berbagai faktor.
2.8 KOMPLIKASI
Menurut Elizabeth (2010) dan Pinzon (2007) komplikasi epilepsi dapat terjadi:
1. Kerusakan otak akibat hipoksia dan retardasi mental dapat timbul akibat
kejang yang berulang.
2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas
3. Cedera kepala
4. Cedera mulut
5. Fraktur