Anda di halaman 1dari 44

KEPERWATAN NEOROLOGI

ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI

DOSEN PEMBIMBING

NS.Elfira Husna,M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK

1. HafifatulKhairiyah
2. HafizahRahmi
3. LeliSuriani
4. Lina
5. Losi Anggraini

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

TP: 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikanmakalah yang berjudul ”Asuhan
Keperawatan Epilepsi”.

kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu


NS.Elfira Husna, M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Neorologiyang
sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.Kami
sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan dan juga wawasan.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan askep yang kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Mudah-mudahanmakalahsederhanainidapatdipahami oleh semua orang


khususnyabagi para pembaca.kamimohonmaaf yang sebesar-besarnyajikaterdapat
kata-kata yang kurangberkenan.

Bukittinggi, 25 Oktober 2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah............................................................................1
B. RumusanMasalah....................................................................................2
C. TujuanPenulisan......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Epilepsy...........................................................................4


1. Defenisi.......................................................................................4
2. Etiologi........................................................................................4
3. Manifestasiklinis.........................................................................6
4. Patafisiologi.................................................................................7
5. WOC............................................................................................9
6. Pemeriksaanpenunjang..............................................................10
7. Komplikasi................................................................................10
8. Penatalaksanaan.........................................................................10
9. Penanggulangan.........................................................................12
B. AsuhanKeperawatanTeoritisEpilepsy...................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................42
B. Saran......................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epilepsi merupakan penyakit saraf yang ditandai dengan episode kejang
yang dapat disertai hilangnya kesadaran penderita. Meskipun biasanya
disertai hilangnya kesadaran, ada beberapa jenis kejang tanpa hilangnya
kesadaran(Kristanto, 2017).Kerusakan jaringan ini akan meningkatkan
masalah pada penyakit saraf yaitu epilepsi sehingga menyebabkan kejang dan
mengakibatkan risiko cidera. Kondisi ini merupakan gangguan neurologis
umum kronis yang ditandai dengan kejang berulang tanpa alasan, kejang
sementara atau gejala dari aktivitas neuronal yang abnormal, berlebihan atau
sinkron di otak(Wulan Maryanti, 2016).
Data word health organization (WHO) pada tahun 2018 penyakit
Epilepsi berjumlah sebanyak 50 juta penduduk diseluruh dunia. Dari
pendataan yang dilakukan secara global ditemukan 3,5 juta kasus
barupertahun diantaranya 40% adalah anak-anak dan dewasa sekitar 40%
serta 20% lainnya ditemukan pada usia lanjut (Riskesdes, 2018). Di Indonesia
epilepsi secara pasti tidak diketahui kerena tidak ada data epdemiologi,
namun hingga saat ini diperkirakan ada 900.000 sampai 1.800.000 kasus.
Penyakit epilepsi selain merupakan masalah kesehatan yang sangat rumit juga
merupakan suatu penyakit yang menimbulkan dampak/stigma sosial yang
sangat berat bagi penderita dan keluarganya. Adanya pemahaman yang salah
tentang penyakit epilepsi yang menyebabkan sulitnya mendeteksi jumlah
kasus ini dimasyarakat karena biasanya keluarga sering menyembunyikan
keluarganya yang menderita penyakit ini. Sedangkan disurabaya sendiri
angka kejadian epilepsy padaanak terjadi jumlah kasus epilepsy aktif 5-
10/1.000 penduduk (Faradila , 2014).

iv
Status epileptikus tipe konvulsif atau motorik dapat menimbulkan gejala
seperti terjadi penurunan kesadaran, otot kaku di seluruh atau 4 sebagian
tubuh, kejang otot di sebagian atau seluruh tubuh, rahang kaku, pipi atau
lidahtergigit,

henti napas mendadak, dan kulit berwarna kebiruan. Hal ini


merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang
sering. Untuk itu tenaga perawat dituntut berperan aktif dalam mengatasi
keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien dan keluarga. Prioritas asuhan keperawatan pada kasus epilepsi
adalah : mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari
trauma, mempertahankan jalan napas, prognosis dan kebutuhan
penanganannya (Doengos, 2011).

pada pasien epilepsi risiko cidera dapat dilakukan penatalaksanaan yaitu


dengan memberikan pasien edukasi untuk mencegah terjadinya
kejang,istirahat yang cukup sehingga tenaga bisa terkumpul untuk memenuhi
kebutuhan secara mandiri, dukung pasien dalam menegakkan latihan secara
bertahap dan teratur(jika sudah memungkinkan)sesuai kemampuannya dan
mungkinmeningkatkan kemampuan pasien untuk mengidentifikasi tanda-
tanda awal akan serangan,sehingga dapat mengurangi resiko.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar Epilepsi?
2. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis pada Epilepsi?

C. Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui tentang konsep dasar epilepsi
2. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan teoritis pada epilepsi.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Epilepsi


1. Defenisi
Epilepsi adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak
berat yang dikarakteristikan oleh kejang berulang keadaan ini dapat di
hubungkan dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan atau hilangnya
tonus otot atau gerakan dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi dan
persepsi sehingga epilepsi 33 bukan penyakit tetapi suatu gejala (Smeltzer
& Bare, 2014).
PenyakitEpilepsimerupakanpenyakit yang sangat komplek dan
komprehensifsehinggamempengaruhisemua system tubuhartinyasama juga
denganmempengaruhigayahidupmanusia. epilepsimerupakankelainanotak
yang ditandaidengankecenderunganuntukmenimbulkanbangkitanepileptik
yang terusmenerus, dengankonsekuensineurobiologis, kognitif, psikologis,
dan sosial, dimanaterjadi minimal 1 kali bangkitanepileptik(Asli, 2019).
Epilepsi juga berpotensimengakibatkanciderafisik,kelemahan pada
fisik dan penurunankesadaran. Makadariitudiperlukanpenanganan dan
edukasi yang lama terhadappenderita dan
keluarga,jikatidaksegeradiatasiepilepsiakanberdampakburukterhadapperkem
banganperilaku dan juga akanberdampak pada kesehatan (ciderafisik)
(Ika&Hidayati, 2019).
2. Etiologi
Pada epilepsitidakadapenyebabtunggal. Banyak faktor yang
dapatmencederaisel – selsarafotakataulintasankomunikasiantarselotak.
Apabilafaktor – faktortersebuttidakdiketahui, makaepilepsi yang
adadisebutsebagaiepilepsiidiopatik. Sekitar 65%
dariseluruhkasusepilepsitidakdiketahuifaktorpenyebabnya.
 Pada epilepsiidiopatik yang disebut juga epilepsi primer
initidakdapatditemukankelainan padajaringanotak,

vi
didugaterdapatgangguankeseimbanganzatkimiawidalamsel – selsaraf
pada jaringanotak yang abnormal.
 epilepsisimtomatik,yaituepilepsi yang faktor –
faktorpenyebabnyadiketahui.Padaepilepsisimtomatik yang disebut juga
denganepilepsisekunderini, gejala yang
timbulialahsekunderatauakibatdariadanyakelainan pada jaringanotak.

Penyebab yang
spesifikdariepilepsidiantaranyaadalahsebagaiberikut:
1) Kelainan yang
terjadiselamaperkembanganjanin/kehamilanibu,sepertiibumenelano
bat – obattertentu yang dapatmerusakotakjanin, mengalamiinfeksi,
minumalkohol, ataumengalamicedera dan mendapatterapiradiasi.
2) Kelainan yang terjadi pada saatkelahiran, sepertihipoksia,
kerusakankarenatindakan (forsep), dan trauma lain pada otakbayi.
3) Cederakepala yang dapatmenyebabkankerusakan pada otak.
4) Tumor otak
5) Penyumbatanpembuluhdarahotakataukelainanpembuluhdarahotak.
6) Radangatauinfeksi, seperti meningitis atauradangotak.
7) Penyakitketurunan, sepertifenilketonuria, sklerosis tuberose, dan
neurofibromatosis.
8) Kecenderungantimbulnyaepilepsi yang diturunkan.

terdapat dua kategori kejang epilepsi yaitu kejang fokal dan kejang
umum. secara garis besar, etiologi epilepsi dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Kejangfokal
- Trauma kepala
- Stroke
- Infeksi
- Malformasi vaskuler

vii
- Tumor (Neoplasma)
- Displasia
2) Kejangumum
- Penyakit metabolic
- Reaksi obat
- Idiopatik
- Faktor genetic
- Kejang fotosensitif
3. Manifestasiklinis
Gejala dan tanda dari epilepsi dibagi berdasarkan klasifikasi dari epilepsi,
yaitu :
a) Kejang parsial
Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil
dari otak atau satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau
satu bagian tubuh dan kesadaran penderita umumnya masih baik.
o Kejang parsial sederhana
Gejala yang timbul berupa kejang motorik fokal, femnomena
halusinatorik, psikoilusi, atau emosional kompleks. Pada kejang
parsial sederhana, kesadaran penderita masih baik.
o Kejang parsial kompleks
Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial
sederhana, tetapi yang paling khas terjadi adalah penurunan
kesadaran dan otomatisme.
b) Kejang umum
Lesi yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar dari
otak atau kedua hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian
tubuh dan kesadaran penderita umumnya menurun.

o Kejang Absans

viii
Hilangnya kesadaran sesaat (beberapa detik) dan mendadak disertai
amnesia. Serangan tersebut tanpa disertai peringatan seperti aura
atau halusinasi, sehingga sering tidak terdeteksi.
o kejang Atonik
Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada otot anggota
badan, leher, dan badan. Durasi kejang bias sangat singkat atau
lebih lama.
o Kejang Mioklonik
Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang cepat dan
singkat.Kejang yang terjadi dapat tunggal atau berulang.
o Kejang Tonik-Klonik
Sering disebut dengan kejang grand mal. Kesadaran hilang dengan
cepat dan total disertai kontraksi menetap dan masif di seluruh otot.
Mata mengalami deviasi ke atas. Fase tonik berlangsung 10 - 20
detik dan diikuti oleh fase klonikyang berlangsung sekitar 30 detik.
Selama fase tonik, tampak jelas fenomena otonom yang terjadi
seperti dilatasi pupil, pengeluaran air liur, dan peningkatan denyut
jantung.
o Kejang Klonik
Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik, tetapi
kejang yang terjadi berlangsung lebih lama, biasanya sampai 2
menit.
o Kejang Tonik
Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita sering
mengalami jatuh akibat hilangnya keseimbangan
4. Patafisiologi
Sistem saraf merupakan communication network (jaringan
komunikasi), otak berkomunikasi dengan organ-organ tubuh lain melalui
sel-sel saraf (neuron). Pada kondisi normal, impul ssaraf dari otak secara
elektrik dan dibawa neuro transmitter seperti GABBA (gamma
aminobutricacid glutamat) melaluisel-selsarafke organ tubuhlainnya.

ix
Faktor-faktorpenyebabepilepsi di
atasmengganggusisteminisehinggamenyebabkanketidakseimbanganaliranli
strik pada selsaraf dan menimbulkankejang yang merupakan salah
satuciriepilepsi.
Bangkitanepilepsiberasaldarisekelompoksel neuron yang abnormal
di otak yang melepasmuatansecaraberlebihan dan hipersinkron.
Sekelompokselini yang disebutfokusepileptik. Lepas
muataninikemudianmenyebarmelaluijalur-jalurfisiologisanatomis dan
melibatkandaerahsekitarnya. Seranganepilepsiterjadiapabila proses eksitasi
di alamotaklebihdominandari padaproses inhibisi (hambatan).
Sepertikitaketahuibersamabahwaaktivitas neuron di atur oleh konsentrasi
ion di dalamruangekstraseluler dan di dalam intra seluler dan oleh
gerakanmasuk ion-ion menerobosmembran neuron. Pada kejadianepilepsi
ion-ion tersebutterkoordinasibaiksehinggadapattimbulloncatanmuatan.
Akibatloncatan neuron yang tidakterkoordinasidenganbaiksekelompok
neuron akanmengalami abnormal depolarisasi yang
berkepanjanganberkenaandengancetusanpotensialaksisecaracepat dan
berulang-ulang. Cetusanlistrik yang abnormal inikemudianmengajak
neuron-neuron sekitarnyasehinggamenimbulkanserangkaiangerakan yang
melibatkanotot dan menimbulkankejang. Spasmeototterjadihampir pada
semuabagiantermasukototmulutsehinggapenderitamengalamiancamanper
mukaan pada lidah. Kelainansebagianbesardari neuron otak yang di
akibatkangangguanlistrik juga mengakibatkanpenurunankesadarantiba-
tibasehinggaberesikociderakarenabenturanbendasekitaratauterkenabenda
yang berbahayasepertiapi, listrik, ataubenda lain.

x
5. WOC

Idioponik,heredite,trauma pd kelahiran,infeksi perinatal dll

System saraf

Ketidakseimbanganaliranlistrik pada selsaraf

epilepsi

grandmal
mylonik psikomotor
hilang
Kontraksiygtidaksad kesadara
armendadak gangguan respiratori gangguan
n
neurologis
spasame otot
penyakit Aktivitaskejang pernafasan
gangguan
perkembangan
pengobatan
obstruksi
perawatan hipoksia jatuh
trakheobronkial gangguan
keterbatasan
resiko perfusi resiko tumbah
serebral tidak cedera kembang
efektit bersihan jalan napas
tidak efektif

deficit ansietas perubahan status


ketidak mampuan
pengetahuan kesehatan
keluarga mengambil
tindakan yang tepat

xi
6. Komplikasi
Menurut Elizabeth (2010)komplikasi epilepsi dapat terjadi:
o Kerusakan otak akibat hipoksia dan retardasi mental dapat timbul akibat
kejang yang berulang
o Dapat timbul depresi dan keadaan cemas
o Cedera kepala
o Cedera mulut
o Fraktur
7. Pemeriksaanpenunjang
a) Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan penunjang yang paling
sering dilakukan dan harus dilakukan pada semua pasien epilepsi untuk
menegakkan diagnosis epilepsi. Terdapat dua bentuk kelaianan pada
EEG, kelainan fokal pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi
struktural di otak. Sedangkan adanya kelainan umum pada EEG
menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik.
Pemeriksaan EEG bertujuan untuk membantu menentukan
prognosis dan penentuan perlu atau tidaknya pengobatan dengan obat
anti epilepsi (OAE).
b) Neuroimaging (pemeriksaanradiologis)
Pemeriksaan radiologis bertujuan untuk melihat struktur otak
dengan melengkapi data EEG. Dua pemeriksaan yang sering digunakan
Computer Tomography Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI). Bila dibandingkan dengan CT Scan maka MRI lebih
sensitive dan secara anatomik akan tampak lebih rinci. MRI bermanfaat
untuk membandingkan hippocampus kiri dan kanan (Consensus
Guidelines on the Management of Epilepsy, 2014).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam epilepsi, secara umum ada 2 hal menurut
(Consensus Guidelines on the Management of Epilepsy, 2014) yaitu :

xii
1) Tatalaksana fase akut (saat kejang)
Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah mempertahankan
oksigenasi otak yang adekuat, mengakhiri kejang sesegera mungkin,
mencegah kejang berulang, dan mencari faktor penyebab. Serangan
kejang umumnya berlangsung singkat dan berhenti sendiri.
2) Pengobatan epilepsy
Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat orang dengan
epilepsi (ODE) terbebas dari serangan epilepsinya, terutama terbebas
dari serangan kejang sedini mungkin. Setiap kali terjadi serangan
kejang yang berlangsung sampai beberapa menit maka akan
menimbulkan kerusakan sampai kematian sejumlah sel-sel otak.
Apabila hal ini terus-menerus terjadi, maka dapat mengakibatkan
menurunnya kemampuan intelegensi penderita. Pengobatan epilepsi
dinilai berhasil dan ODE dikatakan sembuh apabila serangan epilepsi
dapat dicegah atau penyakit ini menjadi terkontrol dengan obat-obatan.
Penatalaksanaan untuk semua jenis epilepsi dapat dibagi menjadi
4 bagian:
- penggunaan obat antiepilepsi (OAE)
- pembedahan fokus epilepsi
- penghilangan faktor penyebab
- faktor pencetus, serta pengaturan aktivitas fisik dan mental.

Tapi secara umum, penatalaksanaan epilepsi dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Terapi medikamentosa
Terapi medikamentosa adalah terapi lini pertama yang dipilih
dalam menangani penderita epilepsi yang baru terdiagnosa. Ketika
memulai pengobatan, pendekatan yang “mulai dengan rendah,
lanjutkan dengan lambat (start low, go slow)” akan mengurangi risiko
intoleransi obat. Penatalaksanaan epilepsi sering membutuhkan
pengobatan jangka panjang. Monoterapi lebih dipilih ketika
mengobati pasien epilepsi, memberikan keberhasilan yang sama dan
tolerabilitas yang unggul dibandingkan politerapi (Louis, Rosenfeld,
Bramley, 2012).

xiii
2. Terapi bedah epilepsi
Tujuan terapi bedah epilepsi adalah mengendalikan kejang dan
meningkatkan kualitas hidup pasien epilepsi yang refrakter. Pasien
epilepsi dikatakan refrakter apabila kejang menetap meskipun telah
diterapi selama 2 tahun dengan sedikitnya 2 OAE yang paling sesuai
untuk jenis kejangnya atau jika terapi medikamentosa menghasilkan
efek samping yang tidak dapat diterima. Terapi bedah epilepsi
dilakukan dengan membuang atau memisahkan seluruh daerah
epileptogenik tanpa mengakibatkan risikokerusakan jaringan otak
normal didekatnya (Consensus Guidelines on the Management of
Epilepsy, 2014).
9. Penanggulanganataupencegahan epilepsy
a) Selamakejang
o Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang
ingin tahu
o Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan.
o Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar
keras, tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.
o Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya
kesamping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan
o Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras
diantara giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk
mencegah gigi klien melukai lidah, dapat diselipkan kain lunak
disela mulut penderita tapi jangan sampai menutupi jalan
pernapasannya.
o Ajarkan penderita untuk mengenali tanda-tanda awal munculnya
epilepsi atau yang biasa disebut “aura”. Jika Penderita mulai
merasakan aura, maka sebaiknya berhenti melakukan aktivitas
apapun pada saat itu dan anjurkan untuk langsung beristirahat atau
tidur
o Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau
penyandang terluka berat, bawa ia ke dokter atau rumah sakit
terdekat.
b) Setelah kejang
o Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
o Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi.
Yakinkan bahwa jalan napas tidak mengalami gangguan.
o Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal.

xiv
o Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba
setelah kejang.
o Pasien pada saat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan
o Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yang hilang
selama kejang dan biarkan penderita beristirahat.
o Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal),
coba untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan
member 36 restrein yang lembut.
o Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting
untuk pemberian pengobatan oleh dokter.

B. AsuhanKeperawatanTeoritis Epilepsy

Pengkajian kegawatdaruratan pada pasien epilespi menurut Soemarmo,


2015).
a) Pengkajian kondisi/kesan umum
Kondisi umum Klien nampak sakit berat
b) Pengkajian kesadaran
Setelah melakukan pengkajian kesan umum, kaji status mental
pasien dengan berbicara padanya. Kenalkan diri, dan tanya nama
pasien. Perhatikan respon pasien. Bila terjadi penurunan kesadaran,
lakukan pengkajian selanjutnya.
c) Pengkajian Primer
Pengkajian primer adalah pengkajian cepat (30 detik) untuk
mengidentifikasi dengan segera masalah aktual dari kondisi life
treatening (mengancam kehidupan). Pengkajian berpedoman pada
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal memugkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
o Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal
Ditujukan untuk mengkaji sumbatan total atau sebagian
dan gangguan servikal :
- Ada/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distres pernafasan
- Adanya kemungkinan fraktur cervical
Pada fase ini, biasanya ditemukan klien mengatupkan
giginya sehingga menghalangi jalan napas, klien menggigit
lidah, mulut berbusa, dan pada fase posiktal, biasanya
ditemukan perlukaan pada lidah dan gusi akibat gigitan
tersebut
o Breathing

xv
Pada fase ini, pernapasan klien menurun/cepat,
peningkatan sekresi mukus, dan kulit tampak pucat bahkan
sianosis. Pada fase post iktal, klien mengalami apneu.

o Circulation
Terjadi peningkatan nadi dan sianosis, klien biasanya
dalam keadaan tidak sadar.
o Disability
Klien bisa sadar atau tidak tergantung pada jenis serangan
atau karakteristik dari epilepsi yang diderita. Biasanya pasien
merasa bingung, dan tidak teringat kejadian saat kejang
o Exposure
Pakaian klien di buka untuk melakukan pemeriksaan
thoraks, apakah ada cedera tambahan akibat kejang
d) Pengkajiansekunder
1) Identitaspasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,alamat, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnosa medis,penanggungjawab.
2) Keluhan utama:
Klien masuk dengan kejang, dan disertai penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan tentang keluhan yang dialami sekarang mulai
dari panas, kejang, kapan terjadi, berapa kali, dan keadaan
sebelum, selama dan setalah kejang.
4) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang diderita saat kecil seperti batuk, pilek, panas.
Pernah di rawat dinama, tindakan apa yang dilakukan, penderita
pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada keluarga tentang di dalam keluarga ada
yang menderita penyakit yang diderita oleh klien seperti kejang
atau epilepsi.
6) Riwayat penyakit:

xvi
Klien yang berhubungan dengan faktor resiko bio-psiko-
spiritual. Kapan klien mulai serangan, pada usia berapa. Frekuansi
serangan, ada faktor presipitasi seperti suhu tinggi, kurang tidur,
dan emosi yang labil. Apakah pernah menderita sakit berat yang
disertai hilangnya kesadaran, kejang, cedera otak operasi otak.
Apakah klien terbiasa menggunakan obat-obat penenang atau obat
terlarang, atau mengkonsumsi alcohol. Klien mengalami gangguan
interaksi dengan orang lain / keluarga karena malu ,merasa rendah
diri, ketidak berdayaan, tidak mempunyai harapan dan selalu
waspada/berhati-hati dalam hubungan dengan orang lain.
o Riwayat kesehatan
o Riwayat keluarga dengan kejang
o Riwayat kejang demam
o Tumor intracranial
o Trauma kepala terbuka, stroke
7) Riwayat kejang :
o Bagaimana frekwensi kejang.
o Gambaran kejang seperti apa
o Apakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal.
o Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan
o Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
o Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
8) Pemeriksaan fisik
o Kepala dan leher:
Sakit kepala, leher terasa kaku
o Thoraks:
Pada klien dengan sesak, biasanya menggunakan otot bantu napas
o Ekstermitas:
Keletihan,kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas,
perubahan tonus otot, gerakan involunter/kontraksi otot
o Eliminasi:
Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Pada
post iktal terjadi inkontinensia (urine/fekal) akibat otot relaksasi
o Sistem pencernaan:

xvii
Sensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang berhubungan
dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak.
1) DiagnosaKeperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Perfusi perifer tidak efektif
4. Resiko perifer serebral tidak efektif b/d hipoksia
5. Resiko aspirasi
6. Resiko cidera
7. Hipertermia
8. Ansietas
9. Deficit pengetahuan
10. gangguan tumbah kembang

2) Perencanaankeperawatan

N Diagnose Luaran Intervensi


o
1. Bersihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
jalan nafas keperawatan selama…x24 Observasi
tidak efektif jam, maka bersihan jalan  Monitor pola napas
naafas meningkat. Dengan  Monitor bunyi napas
kriteria hasil : tambahan
 Batuk efektif  Monitor sputum
meningkat (jumlah,warna,aroma)
 Mengi menurun Terapeutik
 Wheezing menurun  Pertahankan kepatenan
 Dispnea membaik jalan napas
 Sianosis membaik  Posisikan semi fowler
 Frekuensi nafas atau fowler
membaik  Lakukan fisioterapi
 Pola nafas membaik dada, jika perlu

xviii
 Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
 Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2. Pola nafas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
tidak efektif keperawatan selama…x24 Observasi
jam, maka pola nafas  Monitor pola nafas,
membaik. Dengan kriteria monitor saturasi
hasil : oksigen
 Ventelasi semenit  Monitor frekuensi,
meningkat irama, kedalaman dan
 Kapasitas vital upaya napas
meningkat  Monitor adanya
 Tekanan ekspirasi sumbatan jalan nafas
meningkat Terapeutik
 Tekanan inspirasi  Atur Interval
meningkat pemantauan respirasi
 Dispnea menurun sesuai kondisi pasien
 Penggunaan otot bantu Edukasi
nafas menurun  Jelaskan tujuan dan
 Fekuensi nafas prosedur pemantauan

xix
membaik  Informasikan hasil
 kedalaman nafas pemantauan, jika perlu
membaik

3. Perfusi Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi


perifer tidak keperawatan selama…x24 Observasi
efektif jam, maka perfusi perrifer  Periksa sirkulasi perifer
meningkat. Dengan kriteria (mis. nadi perifer,
hasil : edema, pengisian
 Denyut nadi perifer kapiler, warna, suhu,
meningkat ankle brachial index)
 sensasi meningkat  Identifikasi faktor
 warna kulit pucat risiko gangguan
menurun sirkulasi (mis. diabetes,
 kelemahan otot perokok, orang tua,
menurun hipertensi dan kadar
kolesterol tinggi)
 Monitor panas, merah,
nyeri , atau bengkak
pada ekstremitas
Terapeutik
 hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
 hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
 hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet

xx
pada area yang cedera
 lakukan pencegahan
infeksi
Edukasi
 Anjurkan berhenti
merokok
 Anjurkan berolahraga
rutin
 Anjurkan mengecek
udara mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
 Anjurkan
menggunakan tekanan
darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol,
jika perlu
 Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
 Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
 Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
melembabkan kulit
kering pada kaki)
 Anjurkan Program
rehabilitasi vaskular

xxi
 Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. lemak
jenuh, minyak ikan
omega 3)
 Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis.
rasa sakit yang tdak
hilang) saat istirahat,
luka tidak sembuh,
rasa)
4. Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen peningkatan
perifer keperawatan selama…x24 tekanan intracranial
serebral tidak jam, maka perfusi serebral Observasi
efektif b/d meningkat. Dengan kriteria  Identifikasi penyebab
hipoksia hasil : peningkatan TIK (mis.
 tingkat kesadaran lesi, gangguan
meningkat metabolisme, edema
 kognitif meningkat serebral)
 sakit kepala menurun  Monitor tanda/gejala
 gelisah menurun peningkatan TIK (mis.

 kecemsan menurun tekanan darah

 agitasi menurun meningkat, tekanan


nadi melebar,
 semam menurun
bradikardia, pola napas
 nilai rata-rata tekanan
tidak teratur, kesadaran
darah membaik
menurun)
 kesadaran membaik
 Monitor MAP (Mean
Arterial Pressure)
 Monitor CVP (Central

xxii
Venous Pressure), jika
perlu
 Monitor PAWP, jika
perlu
 Monitor PAP, jika
perlu
 Monitor ICP (Intra
Cranial Pressure), jika
tersedia
 Monitor CPP (Cerebral
Perfusion Pressure)
 Monitor gelombang
ICP
 Monitor status
pemapasan
 Monitor intake dan
ouput cairan
 Pantau cairan serebro-
spinalis (mis. warna,
konsistensi)
Terapeutik
 Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang
 Berikan posisi semi
Fowler
 hindari Manuver
Valsava
 Cegah terjadlnya
kejang

xxiii
 hindalpenggunaan
PEEP
 hindari pemberikan
cairan IV hipotonik
 Atur ventilator agar
PACO2 optimal
 Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi
mempersembahkan
sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
 Kolaborasi
mempersembahkan
diuretik osmosis, jika
perlu
 Kolaborasi
mempersembahkan
pelunak tinja, jika perlu
5. Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
aspirasi keperawatan selama…x24 Observasi
jam, maka tingkat aspirasi  Monitor pola napas
menurun Dengan kriteria (frekuensi, kedalaman,
hasil : usaha napas)
 tingkat kesadaran  Monitor bunyi napas
meningkat tambahan (mis. deguk,
 kemampuan menelan mengi, mengi, ronkhi
meningkat kering)
 dispnea menurun  Monitor dahak (jumlah,
 kelemahan otot wama, aroma)

xxiv
menurun Terapeutik
 akumulasi secret  Pertahankan kepatenan
menurun jalan napas dengan
 frekuensi napas kepala dimiringkan dan
membaik dagu- lift (jaw-thrust
trauma servikal)
 Posisikan semi-Fowler
atau Fowler
 Berikan minum hangat
 lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
 lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
 lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
 Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi

xxv
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu,
6. Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan Manajemen keselamatan
keperawatan selama…x24 lingkungan
jam, maka tingkat cedera Observasi
menurun Dengan kriteria hasil  Identifikasi kebutuhan
: keselamatan (mis.
 toleransi aktivitas kondisi fisik, fungsi
meningkat kognitif dan perilaku)
 nafsu makan  manitor perubahan
meningkat status keselamatan
 kejadian cendera lingkungan
menurun Terapeutik
 luka/lecet menurun  Hilangkan keselamatan
 gangguan mobilitas keselamatan
menurun lingkungan (mis. fisik,
 ttv membaik biologl.dan kimia), jika
memungkinkan
 Modifikasi lingkungan
untuk bahaya dan risiko
 Sediakan alat bantu
keamanan lingkungan
(mis.commode chair
dan pegangan tangan)
 Gunakan perangkat
fisik pelindung (mis.
pengekangan, rel
samping, pintu
terkunci, pagar)

xxvi
 Hubungi pihak terkait
sesuai masalah
komunitas (mis. polisi.
polisi, damkar)
 Fasilitasi relokasi ke
lingkungan yang aman
 lakukan program
bahaya lingkungan
(mis. timbal)
Edukasi.
 Ajarkan individu,
keluarga dan
kelompok risiko tinggi
bahaya lingkungan
7. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama…x24  Identifikasi hipertermia
jam, maka termoregulasi (mis. dehidrasi,
membaik Dengan kriteria paparan lingkungan
hasil : panas, penggunaan
 menggigil menurun inkubator)
 kejang menurun  Monitor suhu tubuh
 pucat menurun  Monitor kadar elektralit
 hipoksia menurun  Monitor haluaran urin
 suhu tubuh membaik  Monitor komplikasi
 tekanan darah akibat hipertermia
membaik Terapeutik
 Sediakan lingkungan
yang dingin
 Longgarkan atau
laporan pakaian
 Basahi dan kipasi

xxvii
permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
hiperhidrosis (keringat
kelebihan)
 lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada, perut,
aksila)
 hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi
mempersembahkan
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
8. Ansietas Setelah dilakukan intervensi Reduksi anseitas
keperawatan selama ….x24 Observasi
jam maka tingkat ansietas  Identifikasi saat tingkat
menurun dengan Kriteria hasil: ansietas berubah (mis.
 Verbalisasi khawatir kondisi, waktu, stresor)
akibat kondisi yang  Identifikasi
dihadapi menurun kemampuan
 Keluhan pusing

xxviii
menurun mengambil keputusan
 Pola tidur membaik  Monitor tanda-tanda
ansietas (verbal dan
nonverbal)

Terapeutik
 Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
 Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
 Pahami situasi yang
membuat ansietas
dengarkan dengan
penuh perhatian

Edukasi
 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
 Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu

Kolaborasi

xxix
 Kolaborasi pemberian
obat antlansietas, jika
perlu
9. Deficit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
pengetahuan keperawatan selama…x24 Observasi
jam, maka tingkat pengetahuan  Identifikasi kesiapan
membaik Dengan kriteria hasil dan kemampuan
: menerima informasi
 perilaku sesuai anjuran  Identifikasi faktor-
meningkat faktor yang dapat
 kemampuan meningkatkan dan
menjelaskan menurunkan motivasi
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih
suatu topic meningkat dan sehat
 kemampuan Terapeutik
menggambarkan  Sediakan materi dan
pengalaman media pendidikan
sebelumnya yang kesehatan
sesuai dengan topic  Jadwalkan pendidikan
 perilaku sesuai dengan kesehatan sesuai
pengetahuan kesepakatan
 pertanyaan tentang  Berikan kesempatan
masalah yang dihadapi untuk bertanya
 perilaku membaik Edukasi
 Jekaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat;
 Ajarkan strategy yang

xxx
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan perkembangan


tumbah keperawatan selama…x24 Observasi
kembang jam, maka status  identifikasi pencapaian
perkembangan Dengan kriteria tugas perkembangan
hasil : anak
 keterampilan/perilaku  identifikasi perilaku
meningkat dan sinyal yang
 kemampuan melakukan ditunjukkan oleh bayi
perawatan diri (tidak nyaman)
 kemarahan menurun Terapeutik
 pola tidur membaik  Pertahankan sentuhan
seminimal mungkin

10 pada bayi premature

.  Berikan sentuhan yang


bersifat lembut dan
tidak nyaman
 Minimalkan ruangan
 Pertahankan
lingkungan yang
mendukung
perkembangan optimal

xxxi
 Motivasi anak
berinteraksi dengan
anak lain
 Sediakan aktivitas yang
memotivasi anak
berinteraksi dengan
anak lainnya
 Fasilitasi anak barbagi
dan bergantian/bergilir
 Dukung anak
mengekspresikan diri
melalui penghargaan
atau umpan balik atas
usaha
 Pertahankan
kenyamanan anak
 Fasilitasi anak melatih
keterampilan
memenuhi kebutuhan
secara mandiri (mis.
makan, sikat gigi, cuci
tangan, memakai baju)
 Bernyanyi bersama
anak lagu-lagu yang
disukai Bacakan cerita
atau dongeng
 Dukung partisipasi
anak di sekolah,
ekstrakurikuler dan
aktivitas komunitas
Edukasi

xxxii
 Jelaskan orang t ua
dan/atau pengasuh
tentang tonggak
perkembangan anak
dan perilaku anak
 Anjurkan orang tua
yang berinteraksi
dengan anaknya
 Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
 Ajarkan anak
keterampilan
berinteraksi
 Ajarkan anak teknik
asertif
Kolaborasi
 Rujuk untuk konseling,
jika perlu
11 Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan
. ketidak keperawatan selama…x24 Observasi
saimbangan jam, maka keseimbangan  Monitor status hidrasi
cairan carian meningkat Dengan (mis. frekuensi nadi,
kriteria hasil: kekuatan nadi, akral,
 asupan cariran pengisian kapiler,
meningkat kelembapan mukosa,
 haluran urin meningkat turgor kulit, tekanan
 kelembaban membrane darah)
mukosa meningkat  Monitor berat badan
 edema menurun sebelum dan sebelum

 dehidrasi menurun dialisis

xxxiii
 tekanan darah  Monitor hasil
membaik pemeriksaan
 membrane mukosa laboratorium (mis.
membaik hematokrit, Na, K, CI,
 mata cekung membaik berat jenis urin, BUN)
 monitor status
hemodinamik (mis.
MAP, CVP, PAP,
PCWP jika tersedia)
Terapeutik
 Catat intake-output dan
hitung balans cairan 24
jam
 Berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan
 berikan cairan
intravena, jika perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
12 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
. pertukaran keperawatan selama…x24 Observasi
gas jam, maka pertukaran gas  Monitor frekuensi,
meningkat Dengan kriteria irama, kedalaman dan
hasil : upaya napas
 tingkat kesadaran  Monitor pola napas
meningkat (seperti bradipnea,
 dispnea menurun takipnea, hiperventilasi,
 bunyi napas tambahan Kussmaul, Cheyne-
menurun Stokes, Biot, ataksik)
 gelisah menurun  Monitor kemampuan

xxxiv
 napas cuping hidung batuk efektif
menurun  Monitor adanya
 pola napas membaik produksi dahak
 Monitor adanya
sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi
oksigen
 Monitor nilai AG D
 Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
 Atur interval
pemantauan pernapasan
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
Pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
13 Termoregula Setelah dilakukan tindakan  monitor tekanan darah,
. si tidak keperawatan selama…x24 frekuensi pernapasan
efektif jam, maka termoregulasi dan nadi
membaik Dengan kriteria  Monitor warna dan
hasil : suhu kulit
 menggigil menurun  Monitor dan catat
 kejang menurun tanda dan gejala

xxxv
 pucat menurun hipotermia atau
 hipoksia menurun hipertermia

 suhu tubuh membaik Terapeutik

 suhu kulit membaik  Pasang alat pemantau

 tekanan darah suhu kontinu, jika perlu

membaik  Tingkatkan asupan


cairan dan nutrisi yang
adekuat
 Bodong bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas
 Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat, dan penghangat
ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh,
jika perlu
 Gunakan kasur
pendingin,
watercirculating
blankets, ice pack atau
gel pad dan
inlravascular cooling
cathetedzation untuk
menurunkan suhu
tubuh
 Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi

xxxvi
 Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion dan heat
stroke
 Jelaskan cara
pencegahan hipotermi
karena paparan udara
dingin
 Demonstrasikah
perawatan metode
kanguru (PMK) untuk
bayi BBLR
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
14 Isolasi sosial Setelah dilakukan tindakan Obsevasi
. keperawatan selama…x24  identifikasi
jam, maka keterlibatan sosial kemampuan melakukan
meningkat Dengan kriteria interaksi dengan orang
hasil: lain
 minat interaksi  Identifikasi kekuatan
meningkat melakukan interaksi
 verbalisasi isolasi dengan orang lain
menurun Terapeutik
 afek murung/sedih  Motivasi meningkatkan
menurun keterlibatan dalam
hubungan
 motivasi kesabaran
dalam mengembangkan
suatu suatu hubungan
 motivasiberpartisipasi

xxxvii
dalam aktivitas baru
dan kegiatan kelompok
Motivasi interaksi di
luar lingkungan
 Diskusikan kekuatan
dan kekuatan
komunikasi dengan
orang lain
 diskusikan perencanaan
kegiatan di masa depan
 berikan umpan balik
positif dalam
perawatan diri
 berikan umpan balik
positif pada setiap
peningkatan
kemampuan
Edukasi
 Anjurkan berinterakasi
dengan orang lain
secara bertahap
 Anjurkan pengalaman
dengan orang lain
 Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak orang
lain
 Anjurkan penggunaan
alat bantu ( mis
kecemata dan alat

xxxviii
bantu dengar )
 Anjurkan membuat
perencanaan kelompok
kecil untuk kegiatan
khusus
 Latih bermain peran
untuk meningkatkan
keterampilan
komunikasi
 Latih ekspresi marah
dengan tepat

xxxix
15 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
. aktivitas keperawatan selama…x24 Observasi
jam, maka toleransi aktivitas  Identifikasi gangguan
meningkat Dengan kriteria tubuh yang kelelahan
hasil :  Monitor kelelahan fisik
 frekuensi nadi dan emosional Monitor
meningkat pola dan fungsi tubuh
 saturasi oksigen  Monitor pola dan
meningkat fungsi selama
 kemudahan dalam melakukan
melakukan aktivitas Terapeutik
sehari-hari meningkat  Sediakan lingkungan
 keluhan lelah menurun nyaman dan rendah
 tekanan darah stimulus (mis.cahaya,
membaik suara, kunjungan)
 frekuensi napas  lakukan latihan rentang
membaik gerak dan/ atau aktif
 berikan aktivitas
distraksi yang
menandai
 fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivtas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika dan gejala

xl
kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.

3) Implementasi
Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
ditetapkan tergantung pada situasi dan kondisi klien saat itu.
4) Evaluasi
Suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan
atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai.
Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum,
dapat juga timbul masalah baru.

xli
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epilepsy adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan fungsi otak
yang ditandai dengan terjadinya kejang secara berulang. Dapat berkaitan
dengan kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau kehilangan
tonus atau gerakan otot, Epilepsi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
 Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan
ibu,seperti ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak
janin, mengalami infeksi, minum alcohol, atau mengalami cidera.
 Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang
mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.
 Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak
 Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama
pada anak-anak.
 Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak
 Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak
 Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (fku), sclerosis tuberose dan
neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.

xlii
 Kecendrungan timbulnya epilepsi yang diturunkan. Hal ini disebabkan
karena ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal
diturunkan pada anak

Dapat menyebabkan komplikasi antara lain :

 Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul


akibat kejang yang berulang.
 Dapat timbul depresi dan keadaan cemas

Cara penanganan epilepsi atau kejang yaitu

 lepas semua baju pasien, ganti dengan yang arang,


 ekstensikan kepala pasien agar aliran O2 dan darah lancar
 usahakan lidah pasien jangan sampai menggulung ke dalam , karena
akan mengganggu jalan nafas.
 Beri obat anti kejang.

B. Saran
Setelah penulisanmakalahini, kami mengharapkanmasyarakat pada
umumnya dan mahasiswakeperawatan pada
khususnyamengetahuipengertian, tindakanpenangananawal,
sertamengetahuiasuhankeperawatan pada kliendenganepilepsi. Oleh
karenapenyandangepilepsiseringdihadapkan pada
berbagaimasalahpsikososial yang menghambatkehidupan normal,
makasepatutnyakitamemaklumipasiendengangangguanepilepsidengancara
menghargai dan menjagaprivasiklientersebut. Hal itudilaksanakan agar
pasientetapdapatbersosialisasidenganmasyarakat dan
tidakakanmenimbulkanmasalahpasien yang menarikdiri.
Diharapkan dalam perawatanepilepsy perawat dapat mengembangkan
keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan. Pihak manajemen
rumah sakitmaupunmasyarakatluas diharapkan juga terus memfasilitasi

xliii
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan sarana dan prasarana yang
memadai,dan terus mendukung keterampilan perawat dengan
meningkatkan aktivitas pelatihan dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya
yang dapat diikuti perawat secara berjunjung danberkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Acer/Downloads/d77e61686d0023524d92f6bf94ac6355.pdf
file:///C:/Users/Acer/Downloads/43-Article%20Text-137-1-
1020200730%20(2).pd
file:///C:/Users/Acer/Downloads/DIAN%20TRI%20WAHYUNI%20BAB
%20II.pdf
https://sg.docs.wps.com/l/sAM1Nio_51OFKn_zHy6qnFA

xliv

Anda mungkin juga menyukai