Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ROLEPLAY PENYULUHAN EPILEPSI

“Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III ”
Dosen Pengampu: Ns. Sri Mulyani., S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :
Syafa Nur Cahya (2020270005)
Ardiana (2020270016)
Bela Dina Ulfia (2020270017)
Kholishotul Husna (2020270028)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN JAWA TENGAH
WONOSOBO 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan keluarga yang diampu oleh Ns., Abdulah
Azam Mustajab., S.Kep., M.Kep. di Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah
Wonosobo.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada makalah ini. Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan keluarga yang diampu
oleh Ns., Abdulah Azam Mustajab., S.Kep., M.Kep. selaku pengampu mata kuliah
ini, dengan bimbingan beliau kami dapat menyusun makalah ini dengan semaksimal
mungkin. Tugas makalah yang diberikan ini semoga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan pembaca terkait materi “Skrining KPSP pada Anak di dalam Keluarga”.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu di harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Demikian,
kami sampaikan terimakasih.

Wassalamu’alaikum wr. wb

Wonosobo,13 januari 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Tujuan.........................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
KONSEP PENYAKIT...........................................................................................................5
A. Definisi........................................................................................................................5
B. Etiologi........................................................................................................................5
C. Patofisiologi.................................................................................................................6
D. Manifestasi Klinis.......................................................................................................6
E. Komplikasi..................................................................................................................7
F. Penatalaksanaan.........................................................................................................7
BAB III...................................................................................................................................9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................9
A. Pengkajian Keperawatan...........................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................12
C. Intervensi Keperawatan...........................................................................................12
D. Implementasi Keperawatan.....................................................................................13
E. Evaluasi Keperawatan.............................................................................................13
BAB IV..................................................................................................................................14
SAP DAN SOP......................................................................................................................14
A. SOP.................................................................................................................................15
B. SOP.........................................................................................................................24
BAB V...................................................................................................................................15
PENUTUP............................................................................................................................29
A. KESIMPULAN.........................................................................................................29

3
B. SARAN......................................................................................................................29
Lampiran................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................33

4
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan kejang berulang yang
terjadi dengan sendirinya, yang membutuhkan pengobatan jangka panjang
(Wong, 2008). Epilepsi adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi
otak berat yang dikarakteristikan oleh kejang berulang keadaan ini dapat di
hubungkan dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan atau hilangnya
tonus otot atau gerakan dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi dan
persepsi sehingga epilepsi bukan penyakit tetapi suatu gejala (Smeltzer &
Bare, 2011).
Menurut Word Health Organization (WHO, 2012), angka kejadian orang
dengan epilepsi (ODE) masih tinggi terutama di negara berkembang. Dari
banyak studi menunjukkan bahwa diperkirakan prevalensinya berkisar antara
0,5-4%. Rata-rata prevalensi epilepsi 8,2 per 1000 penduduk, sedangkan
angka insidensi epilepsi mencapai 50-70 kasus per 100.000 penduduk, bila
jumlah penduduk Indonesia berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah
pasien epilepsi 1,1- 8,8 juta. Prevalensi epilepsi pada bayi dan anak-anak
cukup tinggi, menurun pada dewasa muda dan pertengahan, kemudian
meningkat lagi pada kelompok usia lanjut.
B. Tujuan
Perawat dan keluarga mampu melakukan penerapan asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan persyarafan: epilepsi.

BAB II

5
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan kejang berulang yang
terjadi dengan sendirinya, yang membutuhkan pengobatan jangka panjang
(Wong, 2008). Epilepsi adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi
otak berat yang dikarakteristikan oleh kejang berulang keadaan ini dapat di
hubungkan dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan atau hilangnya
tonus otot atau gerakan dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi dan
persepsi sehingga epilepsi bukan penyakit tetapi suatu gejala (Smeltzer &
Bare, 2011).
B. Etiologi
Epilepsi disebabkan dari gangguan listrik disritmia pada sel saraf pada
salah satu bagian otak yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik
abnormal, berulang dan tidak terkontrol (Smeltzer & Bare, 2011).
Menurut Arif (2008), Tarwoto (2009) dan Wong (2008) etiologi dari epilepsi
adalah :
1. Idiopatik ; sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik
2. Faktor herediter
3. Faktor genetik ; pada kejang demam dan breath holding spell
4. Kelainan kongenital otak ; atrofi, poresenfali, agenesis korpus kolosum
5. Gangguan metabolik.
6. Infeksi ; radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan
selaputnya, toksoplasmosi
7. Trauma ; kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
8. Neoplasma otak dan selaputnya
9. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
10. Keracunan, demam, luka dikepala dan pasca cidera kepala
11. Kekurangan oksigen atau asfiksia neonatorum, terutama saat proses
kelahiran
12. Hydrocephalus atau pembesaran ukuran kepala
13. Gangguan perkembangan otak
14. Riwayat bayi dan ibu menggunakan obat antikolvusan yang digunakan
sepanjang hamil. Riwayat ibu-ibu yang memiliki resiko tinggi (tenaga
kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-
obatan, diabetes atau hipertensi)

6
C. Patofisiologi
Menurut Kleigman (2008) Otak merupakan pusat penerima pesan
(impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls
motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta neuron. Pada hakekatnya tugas
neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang
berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat
yang dinamakan neurotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah
neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-
butiricacid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf dalam
sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saraf di
otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan
menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neuron-neuron di sekitarnya dan
demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami
muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat
kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh
atau anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat
merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan
menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian
akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Hidayat (2009) dan Batticaca (2008) yaitu :
1. Dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan
penginderaan
2. Kelainan gambaran EEG
3. Tergantung lokasi dan sifat fokus Epileptogen
4. Mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (Aura
dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau- bauan
tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan
sebagainya)
5. Satu atau kedua mata dan kepala bergerak menjauhi sisa focus
6. Menyadari gerakan atau hilang kesadaran
7. Bola mata membalik ke atas, bicara tertahan, mati rasa, kesemutan,
perasaan ditusuk-tusuk, dan seluruh otot tubuh menjadi kaku.
8. Kedua lengan dalam keadaan fleksi tungkai, kepala, dan leher dalam
keadaan ekstensi, apneu, gerakan tersentak-sentak, mulut tampak berbusa,
reflek menelan hilangdan saliva meningkat.

7
E. Komplikasi
Menurut Elizabeth (2010) dan Pinzon (2007) komplikasi epilepsi dapat
terjadi:
1. Kerusakan otak akibat hipoksia dan retardasi mental dapat timbul akibat
kejang yang berulang
2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas
3. Cedera kepala
4. Cedera mulut
5. Fraktur

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
1. Farmakoterapi : Anti kovulsion.
2. Pembedahan : Untuk pasien epilepsy akibat tumor otak, abses, kista, atau
adanya anomali vaskuler.
Cara menanggulangi kejang epilepsi :
a. Selama kejang
1) Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang
ingin tahu.
2) Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan.
3) Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari benda
keras, tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat/ benda berbahaya.
4) Longgarkan bajunya, bila mungkin. Miringkan kepalanya
kesamping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernafasan.
5) Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras
diantara giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk
mencegah gigi klien melukai lidah, dapat di selipkan kain lunak
disela mulut penderita tapi jangan sampai menutupi jalan
pernafasannya.
6) Ajarkan penderita untuk mengenali tanda-tanda awal munculnya
epilepsi atau yang biasa disebut “ aura “. Jika penderita mulai
merasakan aura, maka sebaiknya berhenti melakukan aktivitas
apapun pada saat itu dan anjurkan untuk berlangsung beristirahat
atau tidur.
7) Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau
penyandang terluka berat bawa ia ke dokter atau rumah sakit
terdekat.

8
b. Setelah Kejang
1) Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
2) Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi.
Yakinkan bahwa jalan nafas tidak mengalami gangguan.
3) Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal
4) Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba
setelah kejang.
5) Pasien pada saat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan
6) Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yang hilang
selama kejang dan biarkan penderita beristirahat.
7) Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal),
coba untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan
member restrein yang lembut.
8) Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting
untuk pemberian pengobatan oleh dokter.

9
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada anak dengan epilepsi berdasarkan mansjoer
( 2008 ) adalah:
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Pada umumnya klien panas yang meninggi disertai kejang ( hipertermi )
3. Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan tentang keluhan yang dialami sekarang mulai dari panas,
kejang, kapan terjadi, berapa kali, dan keadaan sebelum, selama dan
setalah kejang
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit yang diderita saat kecil seperti batuk, pilek, panas. Pernah di
rawat dinama, tindakan apa yang dilakukan, penderita pernah mengalami
kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang.
5. riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada keluarga tentang di dalam keluarga ada yang menderita
penyakit yang diderita oleh klien seperti kejang atau epilepsi.
6. Riwayat alergi
Bila pasien sebelumnya sudah minum obat-obatan seperti antiepilepsi,
perlu dibedakan apakah ini suatu efek samping dari gastrointestinal atau
efek reaksi hipersensitif. Bila terdapat semacam “rash” perlu dibedakan
apakah ini terbatas karena efek fotosensitif yang disebabkan eksposur dari
sinar matahari atau karena efek hipersensitif yang sifatnya lebih luas.
7. Riwayat pengobatan
Bila pasien sebelumnya sudah minum obat-obatan antiepilepsi, perlu
ditanyakan bagaimana kemanjuran obat tersebut, berapa kali diminum
sehari dan berapa lama sudah diminum selama ini, berapa dosisnya, ada
atau tidak efek sampingnya
8. Riwayat psiko sosial
Peran terhadap keluarga akan menurun yang diakibatkan oleh adanya
perubahan kesehatan sehingga dapat menimbulkan psikologis klien
dengan timbul gejala-gejala yang di alami dalam proses penerimaan
terhadap penyakitnya.

10
9. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari.
10. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita epilepsi dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat
faktor predisposisinya. Anak yang menderita Epilepsi sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
11. Kondisi lingkungan
Bagaimana keadaan lingkungan yang mengakibatkan gangguan kesehatan
12. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : Pada umumnya klien kesukaran menelan.
Kaji frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang dan nafsu
makan menurun.
b. Eliminasi : pada klien febris convulsi tidak mengalami gangguan.
c. Tidur dan istirahat : pada umumnya klien mengalami gangguan waktu
tidur karena panas yang meninggi.
d. Pola aktifitas dan latihan : pada umumnya klien mengalami gangguan
dalam melakukan aktifitas
13. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai kaki.
a. Kepala
Pengkajian kepala meliputi : ukuran , kesimetrisan, distribusi rambut
dan lingkar kepala. Pada klien dengan epileapsi biasanya klien
mengeluhkan nyeri oleh karena adanya spasme atau penekanan pada
tulang tengkorak akibat peningkatan TIK sewaktu kejang
b. Mata
Pengkajian mata meliputi ketajaman penglihatan, gerakan ekstra
ocular, kesimetrisan, penglihatan warna, warna konjungtiva, warna
sclera, pupil, reflek cahaya kornea. Pada klien dengan epilepsi saat
terjadi serangan klien biasanya mata klien cenderung seperti melotot
bahkan pada sebagian anak lensa mata dapat terbalik sehingga pupil
tidak nampak.
c. Hidung
Pengkajian hidung meliputi : pada penderita epilepsi jarang ditemukan
kelainan pada hidung.

11
d. Mulut
Pengkajian pada mulut meliputi pada penderita epilepsi biasanya
ditemukan adanya kekakuan pada rahang.
e. Telinga
Pengkajian pada telinga meliputi: hygine, kesimetrisan, ketajaman,
pendengaran.
f. Leher
Pengkajian pada leher meliputi pada sebagian penderita epilepsi juga
ditemukan kaku kuduk pada leher.
g. Dada
Pengkajian pada dada meliputi : kesimetrisan, amati jenis pernafasan,
amati kedalaman dan regularitas, bunyi nafas dan bunyi jantung.
h. Abdomen
Pengkajian pada abdomen meliputi : pemeriksaan warna dan keadaan
kulit abdomen, auskultasi bising usus, perkusi secara sistemik pada
semua area abdomen, palpasi dari kuardan bawah keatas. Pada
penderita epilepsi biasanya terdapat adanya spasme abdomen.
i. Ekstermitas
Atas : pengkajian meliputi : pada penderita epilepsi biasanya terdapat
aktivitas kejang pada ekstermitas.
Bawah : pada penderita epilepsi biasanya terdapat aktivitas kejang
pada ekstemitas
j. Genetalia
Pengkajian pada genetalia meliputi ; pemeriksaan kulit sekitar daerah
anus terhadap kemerahan dan ruam, pemeriksaan anus terhadap tanda-
tanda fisura, hemoroid, polip, atresia ani.
14. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium.
1) Elektrolit, glukosa, ereum atau kreatinin.
2) Pungsi lumbal ( PL ) : untuk mendeteksi tekanan abnormal dari
CSS, tanda-tanda infeksi, pendarahan ( hemoragik subarachnoid,
subdural ) sebagai penyebab kejang tersebut.
b. Pemeriksaan EEG
c. MRI : melokalisasi lesi-lesi fokal.
d. Pemeriksaan ragiologis : foto tengkorak
e. Pneumoensefalografi dan ventrikulografi untuk melihat gambaran
ventrikel, sisterna, rongga sub arachnoid serta gambaran otak.
Arteriografi untuk mengetahui pembuluh darah di otak : anomali
pembuluh darah otak, penyumbatan, neoplasma dan hematoma.

12
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan epilepsi
berdasarkan Hidayat ( 2008 ) adalah :
1. Resiko tinggi trauma / cidera berhubungan dengan kelemahan, perubahan
kesadaran, kehilangan koordinasi otot sekunder akibat aktivitas kejang.
2. Resiko tinggi terhadap infektifnya bersihan jalan nafas berhubungan
dengan kerusakan neoromuskular.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah,
perubahan tingkat kesadaran, pemberian makan atau asupan buruk dan
kehilangan yang tidak disadari akibat demam.
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi
masalah-masalah klien (Hidayat, 2008).
1. Resiko tinggi trauma/cidera berhubungan dengan kelemahan,perubahan
kesadaran, kehilangan koordinasi otot sekunder akibat aktivitas kejang
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, resiko trauma/cidera
tidak terjadi
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda terjadi cidera
Rencana Tindakan :
a. Kaji dengan keluarga berbagai stimulasi kejang.
b. Observasi keadaan umum sebelum, selama dan sesudah kejang.
c. Catat tipe kejang dan aktivitas kejang
d. Berikan tindakan kenyamanan dan keamanan bagi klien.
e. Kaji penilaian neurologi dan tanda-tanda vital setelah kejang
2. Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas berhubungan
dengan kerusakan neuvaskuler
Tujuan : setelsh dilakukan tindakan keperawatan, bersihan jalan nafas
tetap efektif
Kriteria Hasil : jalan nafas bersih, suara nafas vesikuler, sputum tidak ada,
rr 30-40x/menit
Rencana Tindakan :
a. Observasi tanda-tanda vital terutama respirasi
b. Awasi posisi tidur klien semifowler atau fowler
c. Tempatkan selimut dibawah kepala dan longgarkan pakaian
d. Auskultasi bunyi nafas
e. Apabila muntah miringkan badan dengan hati-hati

13
3. Resiko kekurangan volume caian berhubungan dengan muntah, perubahan
tingkat kesadaran, pemberian makan atau asupan buruk dan kehilangan
yang tidak disadari akibat demam
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, cairan adekuat
Kriteria Hasil : tidak ada muntah, suhu dalam batas normal ( 36 – 37,50C )
Rencana Tindakan :
a. Pantau tinggi badan dan berat badan
b. Pantau status hidrasu ( suhu tubuh, membran mukosa, tugor kulit,
haluaran kulit )
c. Gunakan teknik untuk meningkatkan asupan kalori dan nutrisi serta
ajarkan keluarga untuk mengubah posisi, modifikasi makan, makanan
lunak atau campuran, beri waktu tambahan )
d. Kaji sistem pernafasan
e. Pantau terhadap mual dan muntah dan beri obat jika di programkan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri atau
independen dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri atau independen
adalah aktivitas perawatan yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan
sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan
lain.tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain ( Doenges, 2012 ).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahapan dari proses keperawatan, proses yang
berkelanjutan untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang
diberikan, yang dilakukan dengan meninjau respons pasien untuk melakukan
keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Doenges, 2012). Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi proses setiap
selesai dilakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil membandingkan
antara tujuan dengan kriteria hasil.

14
BAB IV

SAP DAN SOP

A. SAP
FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN
Penanganan Epilepsi Pada Anak
Masalah : Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit epilepsy
Pokok Bahasan : Epilepsi
Sub Pokok Bahasan : Penanganan Epilepsi
Sasaran : Anak dari Ny.U
Waktu : 09.00-Selesai
Tanggal : Senin, 16 Januari 2023
Tempat : Rumah Ny. U
Penyuluh : Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan (Kelompok 18)
A.Latar Belakang
Konduksi atau hantaran merupakan proses aktif yang bekerja sendiri dan
memerlukan penggunaan energi oleh saraf. Konduksi inpuls saraf walaupun cepat,
namun berlangsung lebih lambat daripada listrik, karena jaringan saraf merupakan
konduktor pasif yang relatif sangat buruk. Saraf memerlukan potensial eberapa volt
untuk dapat menghasilkan impuls. sebab sel saraf mempunyai ambang yang rendah
terhadap rangsangan (impuls).Kata epilepsi berasal dari kata Yunani "epilambanein"
yang berarti serangan dan menunjukkan bahwa sesuatu dari luar yang menimpa
dirinya sehingga ia jatuh. Epilepsi tidak dianggap sebagai suatu penyakit, tetapi lebih
diyakini sebagai suatu kutukan roh jahat atau kekuatan gaib yang merasuki seseorang.
Epilepsi sudah dikenal sekitar 2000 tahun SM di daratan China, namun Hipocrateslah
yang pertama mengenalkan epilepsi sebagai suatu penyakit dalam bukunya "On the
Sacred Disease" yang menyatakan bahwa terjadinya epilepsi bukan karena kekuatan
supranatural, tetapi berasal dari dalam diri penderita itu sendiri.Di Indonesia, epilepsi
lebih dikenal dengan istilah-istilah berikut ini: sawan, ayan, dan gila babi. Sehingga
sampai saat ini pengobatannya masih menggunakan cara-cara mistik. Epilepsi
merupakan suatu masalah neurologis yang relatif lebih sering terjadi dan dapat
menyerang semua kelompok usia, juga segala jenis bangsa dan keturunan di seluruh
dunia. Lebih kurang 70 % dapat terjadi sebelum usia 20 tahun, dan lebih sering

15
terjadi pada masa kanak-kanak. Epilepsy dan status epileptikus merupakan bagian
dari gejala konvulsif. Epilepsy adalah gejala kompleks dar banyak gangguan berat
dari fungsi otak dengan karakteristik kejang berulang.Keadaan ini dapat dihubungkan
dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan. hlangnya tonus otot atau gerakan,
serta gangguan perlaku, alam perasaan, sensasi, dan persepsi sehingga epilepsy bukan
penyakit tetapi suatu gejala
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pencegahan epilepsi diharapkan
keluarga pasien dapat memahami konsep tentang penyakit epilepsi dan
penanganannya
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang epilepsi diharapkan audiens dapat:
a. Menyebutkan Pengertian epilepsy
b. Menyebutkan Penyebab Penyakit epilepsy
c. Menyebutkan tanda dan gejala epilepsi
d. Menjelaskan bagaimana perawatan anak dengan epilepsi
e. Menyebutkan Cara pertolongan pertama pada anak yang menderita epilepsi.
C. Pelaksanaan kegiatan
1. Pokok Pembahasan
a. Pengertian Epilepsi
b. Penyebab Epilepsi
c. Gejala Epilepsi
d. Perawatan Epilepsi
e. Pertolongan pertama pada anak yang mengalami epilepsi

2. Sasaran dan target


Orang tua anak yang menderita epilepsi
3. Metode Penyuluhan
a. sebuah. Materi penyampaian
b. Diskusi dan Tanya jawab

16
4. Media dan Alat Bantu
a. Leaflet
b. Kain

5. Waktu dan tempat


Pemateri : Ardiana & Syafa Nur Cahya
Hari/Tanggal : Senin, 16 Januari 2023
Waktu Pembelajaran : 1 x 30 menit
Tempat : Rumah Ny. U (Kholishotul Husna)
Sasaran : An. Bela Dina Ulfia
6. Pengorganisasian dan fungsinya
a. moderator :
Tugas:
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang akan diberikan
5) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan kontrak waktu
6) Menuliskan pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan
7) Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi
8) Mengatur waktu penyuluhan
b. Presenter
Tugas:
1) Menggali pengetahuan peserta tentang penyakit difteri
2) Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan
c. Pengamat

17
Tugas:
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2) Mencatat perilaku verbal dan nonverbal peserta penyuluhan selama
kegiatan penyuluhan berlangsung
3) Memberikan penjelasan kepada pembimbuing tentang evaluasi dari
hasil penyuluhan
d. Fasilitator
Tugas:
1) Menyiapkan tempat dan media sebelum mulai penyuluhan
2) Mengatur teknik acara sebelum penyuluhan
3) Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
4) Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan
5) Memotivasi sasaran agar berpartisipasi dalam penyuluhan.
6) Memotivasi sasaran untuk dapat aktif dalam mengajukan pertanyaan
saat moderator memberi kesempatan untuk bertanya.
7) Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta
8). Membagi Leafley kepada peserta di akhir penyuluhan
9). Membagikan absen
7. Kegiatan Penyuluhan.
No Kegiatan Kegiatan
Penyuluh (Mahasiswa) Klien/Pasien
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
(5 menit)
anggota kelompok dan memperhatikan
pembimbing 3. Mendengarkan
c. Menjelaskan topic 4. Menyetujui kontrak
penyuluhan e. Menjelaskan tujuan
d. Membuat kontrak waktu kegiatan
dan bahasa yang digunakan 5. Mendengarkan dan
e. Menjelaskan tujuan memperhatikan

18
kegiatan
2. Inti 1.Menggali pengetahuan 1.Meggemukakan
audien tentang penyakit pendapat
(10 menit)
epilepsi 2. Mendengarkan dan atas
2.Memberikan pendapat audien
reinforcement positif 3. Mendengarkan dan
3.Menjelaskan materi memperhatikan
tantang penyakit epilepsi 4. Menggali pengetahuan
4. Mengemukakan tentang audien
apa itu penyakit epilepsi 5.Memberikan
pendapat reinforcement positif atas
5.Memberikan pendapat audien
reinforcement positif atas 6.Mendengarkan dan
pendapat audien memperhatikan penyakit
6. Menjelaskan tentang epilepsi
penyebab 7.Mengemukakan
penyakit epilepsi pendapat tentang
7. Menggali pengetahuan penyebab penyakit
audien epilepsi
8.Memberikan 8. Mendengarkan dan atas
reinforcement positif pendapat audien
9.Menjelaskan materi 9.Mendengarkan dan
tentang tanda dan gejala memperhatikan
penyakit epilepsi 10.Mengemukakan
10. Menggali pengetahuan pendapat
audien tentang tanda dan 11.Mendengarkan dan
gejala penyakit epilepsi memperhatikan
11.Memberikan 12.Mendengarkan dan
reinforcement positif atas memperhatikan
pendapat audien 13.Mengemukakan
12. Menjelaskan Bagaimana pendapat
perawatan epilepsi 14. Mendengarkan dan
13. Menggali pengatahuan memperhatikan
audien tentang bagaimana 15.Mendengarkan dan
perawatan epilepsi memperhatikan
14.Memberikan 16.Memgemukakan
reinforcement positif atas pendapat
pendapat audien 17.Mendengarkan dan
15. Menggali pengatahuan memperhatikan

19
audien tentang bagaimana
pertolongan pertama pada
anak yang mengalami
epilepsi
16.Memberikan
reinforcement positif atas
pendapat audien
17.Menjelaskan Bagaimana
pertolongan pertama
pada anak yang
mengalami epilepsy
3. Penutup 1.Memberi kesempatan 1. Memberi pertanyaan
pada audien untuk bertanya 2. Mendengarkan dan
(5 menit)
2.Meberi reinforcement memperhatikan
pada audienatas 3.Mengemukakan
pertanyaannya pendapat
3.Memberi kesempatan 4.Mendengarkan dan
audien yang lain untuk memperhatikan
memberi pendapat 5.Mendengarkan dan
4.Melengkapi atau memperhatikan serta
memberikan penjelasan atas ikut menyimpulkan
pertanyaan audien 6. Menjawab
5.Mengevaluasi dan
menyimpulkan materi
penyuluhan yang telah
disampaikan
6. Salam penutup

8. Susunan Penugasan Penyuluhan


a. Perawat 1 : Ardiana
b. Perawat 2 : Syafa Nur Cahya
c. Ibu dari anak : Kholishotul Husna
d. Anak : Bela Dina Ulfia
9. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana

20
2) Mahasiswa berada pada posisi yang sudah direncanakan
3) Tempat dan media serta alat sesuai rencana
4) Mahasiswa dan sasaran menghadiri penyuluhan
b. Evaluasi Proses
1) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
2) Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
3) Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
4) Sasaran penyuluhan dan mahasiswa mengikuti kegiatan penyuluhan sampai
selesai
5) Sasaran penyuluhan dan mahasiswa berperan aktif selama kegiatan
c. berjalan Evaluasi Hasil
1) Peserta mampu menyebutkan pengertian epilepsi 2) Peserta mampu
menyebutkan penyebab penyakit epilepsi
3) Peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala Epilepsi
4) Peserta mampu menjelaskan tentang perawatan pada anak epilepsi
5) Peserta mampu menyebutkan bagaimana pertolongan pertama pada anak
yang mengalami epilepsy
9. Penutup
Setelah kegiatan penyuluhan ini dilakukan, diharapkan keluarga dan orang tua
pasien dapat mengetahui tentang perawatan pada anak epilepsi dan dapat melakukan
pertolongan pertama pada anak jika terjadi epilepsi.

21
MATERI PENYULUHAN
Epilepsi

A. Pengertian
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang
berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat
reversibel (Tarwoto, 2007) Epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang
menimbulkan serangan mendadak berulang-ulang tak beralasan. Kata
'epilepsi' berasal dari bahasa Yunani (Epilepsia) yang berarti
'serangan'.Epilepsi merupakan kumpulan gejala dari beberapa kelainan fungsi
otak yang dapat ditandai dengan terjadinya kejang berulang. Epilepsi bisa
terjadi karena adanya gangguan listrik pada sel-sel saraf pada satu bagian otak
sehingga pada bagian tersebut terjadi hantaran listrik yang tidak terkontrol,
terjadi berulang, dan abnormal.

B. Etiologi / Penyebab
Epilepsi dapat digolongkan menjadi 2 berdasarkan faktor penyebabnya :
1. Kelompok primer, yang tidak diketahui penyebab bangkitan epilepsinya
2. Kelompok sekunder, dapat diketahui penyebab bangkitan epilepsinya antara
lain : trauma saat lahir, trauma kepala, radang otak, tumor otak, perdarahan
otak, kekurangan oksigen, demam, keracunan obat, dll.

C. Tanda dan Gejala


Gejala epilepsi tergantung dari jenis epilepsi yang diderita. Adapun secara umum
gejala yang sering dialami adalah :
1. Kehilangan kesadaran
2. Kejang
3. Produksi liur bertambah
4. Tertidur selama 2-3 jam setelah serangan, pulih setelah beberapa menit, jam
atau bahkan hari
5. Mengeluh sakit kepala, capek setelah serangan
6. Terjadi peningkatan tekanan darah, denyut nadi saat serangan
7. Sebelum serangan pasien bisa mengalami “aura” seperti perasaan takut,
mual, merasa melihat/mencium/mengecap sesuatu, merasa aneh di satu
anggota badan
8. Terjadi perubahan tingkah laku seperti mudah marah, tersinggung, tegang
beberapa jam atau hari sebelum serangan

22
D. Pencegahan
Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan
untuk pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang
menggunakan obat antikonvulsi yang digunakan sepanjang kehamilan. Cedera
kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah. Melalui
program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang
aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan
pencegahan epilepsi akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi
(tenaga kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-
obatan, diabetes, atau hipertensi) harus di identifikasi dan dipantau ketat selama
hamil karena lesi pada otak atau cedera akhirnya menyebabkan kejang yang
sering terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan. Program skrining
untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan program
pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara
bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana
pencegahan ini.

E. Pengobatan
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan
diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis
serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan
masalah dalam kepatuhan minum obat (compliance) serta beberapa efek samping
yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit
kepala, dll. Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama
pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan
selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th.
Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara bertahap. Tindakan
pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek
sama sekali. Penanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap
kecerdasannya. Jika terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan
penyakit epilepsi, atau bahkan keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental
di kemudian hari. Kondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur
hidupnya.

F. Perawatan Epilepsi
1. Kenali faktor pencetus serangan epilepsi misal capek, lapar, menonton TV, dll
2. Hindari faktor pencetus serangan
3. Hindari jangan sampai capek 

23
4. Minum obat secara teratur 
5. Posisikan tidur di tempat yang datar , miringkan kepala saat serangan terjadi
6. Jauhkan benda-benda yang dapat membahayakan
7. Masukkan benda yang lunak di mulut saat serangan terjadi
8. Kendorkan pakaian
9. Kenali tanda awal akan terjadi serangan misal marah, tidak mau
makan,gangguan penglihatan/pendengaran, dll
10. Segera berikan obat jika mulai muncul tanda-tanda awal tersebut
11. Pada anak-anak jika terjadi panas tinggi segera bawa ke
puskesmas/dokter sebelum terjadi kejang
12. Pada anak-anak agar berobat secara teratur sampai dengan 3 tahun bebas
serangan epilepsi, kemudian dosis obat akan dikurangi secara bertahap dalam
waktu 6 bulan.

B. SOP
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

No.Dokumen :SOP
SOP No.Revisi : 00
Tgl.Terbit : 10 Januari 2023
Halaman : 2 /3

1. Pengertian Epilepsi adalah sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh


bangkitan epileps berulang berselang lebih dari 24 jam yang
timbul tanpa provokasi, sedangkan yang dimaksud dengan
bangkitan epilepsy adalah manifestasi klinis yang disebabkan
oleh aktivitas listrik otak
yang abnormal dan berlebihan dari sekelompok neuron.
2. Tujuan Sebagai acuan atau pedoman penatalaksanaan Epilepsi

24
3. Alat dan Bahan Alat dan bahan :
Tempat tidur, Tensimeter, Stetoskop, Timer,Timbangan
Badan, Stesolid, Tongspatel. Kain.
4. Prosedur PENATALAKSANAAN :
1. Keluarga pasien diberikan informasi
selengkapnya mengenai epilepsy dan
prognosisnya.

2. pertolongan utama kejang pada anak adalah dengan cara


memberikan obat kejang , yang diberikan melalui anus.
Untuk menentukan dosis obat kejang yang cocok untuk
anak anda harus melalui pemeriksaan oleh dokter terlebih
dahulu, dengan demikian dokter dapat memberikan dosis
dan jenis obat yang sesuai.Selain itu jika anak kejang,
jangan memasukan benda tajam pada mulut. Anda dapat
menggunakan kain yang diletakkan diantara mulut untuk
mencegah terjadinya luka pada bibir anak. Buka baju yang
terlalu ketat, dan jangan memberikan minum pada anak
anda hingga anak benar benar pulih dari kejang dan sadar
penuh. Kemudian segera periksakan ke rumah sakit
terdekat.kejang yang terjadi dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan anak kekurangan oksigen, yang
mana hal tersebut dapat menyebabkan anak menjadi
kebiruan. Anak yang kebiruan dapat berbahaya.

KONSELING DAN EDUKASI


Konseling dan edukasi dilakukan untuk membantu
pihak keluarga mengatasi pengalaman menegangkan
akibat kejang demam dengan mmberikan informasi
menggenai :
a. Prognosis dari epilepsy
b. Tidak ada peningkata resiko keterlambatan
sekolah atau kesuitan intelektual akibat kejang
demam

25
c. Kejang demam kurang dari 30 menit tidak
mengakibatkan kerusakan otak
d. Resiko kekambuhan penyakit yang sama di masa depan.
e. Rendahnya resiko terkena epilepsy dan kurangnya
manfaat menggunakan terapi obat antiepilepsi
dalam mengubah
resiko itu

KRITERIA RUJUKAN
a. Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat
antikonvulsi.
b. Apabila kejag demam sering berulang disarankan EEG

26
7. Diagram Alir
KIE keluarga
tentang mengenai
epilepsi dan
prognosisnya

Pemberiam farmakoterapi
untuk mengatasi kejangnya :

1. Diazepam per rectal (0,5


mg/kg atau lorazepam 0,1
mg/kg)

2. Buccal midazolam
( 0,5mg/kg, dosis maks 10
mg/kg)

Konseling dan eduksai


keluarga untuk membantu
pihak keluarga mengatasi
kejang demam

8. Hal-hal yang 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
perlu pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam
diperhatikan
catatan
3. Dokumentasikant indakan dalam bentuk SOAP

9. Unit terkait Poli Anak,Poli umum, Poli KIA,Ruang tindakan/UGD

9. Dokumen Rekam Medis Pasien


Terkait

27
10. Rekaman
Histori

No Halaman Yang Diubah Perubahan Diberlakukan


Tanggal

28
BAB V

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan kejang berulang yang
terjadi dengan sendirinya, yang membutuhkan pengobatan jangka panjang
(Wong, 2008). Epilepsi adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi
otak berat yang dikarakteristikan oleh kejang berulang keadaan ini dapat di
hubungkan dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan atau hilangnya
tonus otot atau gerakan dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi dan
persepsi sehingga epilepsi bukan penyakit tetapi suatu gejala (Smeltzer &
Bare, 2011).
Perlu di lakukan edukasi kepada masyarakat terkait dengan penangan
kejang yang di mana menjadi tanda awal terjadinya epilepsi. Terutama kepada
orang tua yang memiliki anak dengan riwayat kejang, orang tua wajib
mengetahui sop apa yang paling tepat dalam menangani anak saat kejang.
B. SARAN
Bagi orang tua diharapkan lebih memperhatikan terkait dengan kondisi
anak anak nya, terutama yang memiliki riwayat penyakit, selain itu orang tua
juga perlu mengetahui penangan pertama dalam keadaan darurat ketika anak
mengalami kejang
Bagi tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
terkait hal apa yang harus di lakukan pertama kali dalam mengatasi kejang,
dan menguaai asuhan keperawatan dalam menangani pasien kejang

29
Lampiran
Di suatu rumah terdapat seorang ibu yan tinggal bersama anak nya yang baru berusia
5 tahun. Di suatu pagi ibu menemani anak nya untuk belajar menggambar, ketika
anaknya sedang asik belajar tiba tiba sang anak kejang dan ibunya pun panik.

Ibu : “ adek gambar apa ini?


Anak : “ gambar permandangan buk”
(sambil menunjuk gambaranya)
Ibu : “ada apa aja itu gambarnya?”
Anak : “ada gunung, ada rumah, ada bunga juga”
Ibu : ” wih keren anak ibuk bisa gambar macem macem bentuk, yuadah
lanjutin dulu gambarnya”
Anak : “ iya buk”
Seketika sang anak kejang dan mebuat ibunya panik,
Ibu : “ yaallah adek kenapa? Jangan becanda adek kenapa?”
Sang ibu tidak tahu harus berbuat apa, dan akhirnya beliau menghubungi tenaga
medis untuk membantunya.
Perawat : “ assalamualaikum”
Ibu : “ waalaikumsalam, silahkan masuk mbak”
Setibanya di rumah perawat langsung memberikan pertolongan secepat mungkin,
akhirnya setelah di lakukan penanganan sang anak sudah berhenti kejang.
Perawat 1 : “ibuk mohon maaf bisa kita mengobrol sebentar”
Ibu : “ iya bisa mbak”
Perawat 1 : “ klo boleh tau apakah ade sering mengalami hal demiakian?
Ibu : “ dulu waktu adek usia 7 bulan pernah kejang mba waktu itu saya
bawa ke dokter dan katanya anak saya mengidap epilepsi, tapi itu
hanya sekali hampir tidak pernah kambuh”
Perawat 2 : “ apakah ibu pernah memeriksakan ulang ke dokter terkait hal ini
buk?”

30
Ibu : “ tidak mba karena saya fikir sudah sembuh”
Perawat 1 : “jadi begini ibuk melihat dari gejala dan juga riwayat penyakit dari
adek, sepertinya adek masih mempunyai penyakit epilepsi”
Ibu : “ astagfirullah saya kira sudah sebuh mba, terus apa yang harus saya
lakukan mba”
Perawat 2 :” untuk mengetahui pastinya besok ibu bisa datang ke rumah
sakit,agar bisa di cek”
Ibu : “baik mba “
Perawat 1 : “ sebelumnya apakah ibu tau apa itu epilepsi?”
Ibu : “ saya tidak tau mba”
Perawat 1 : “ jadi ibuk epilepsi merupakan gangguan kejang kronis yang terjadi
secara berulang dan tiba tiba, epilepsi ini terjadi akibat dari adanya
gangguan disritmia pada sel syaraf yang terdapat pada salah satu
bagian otak”
Ibu : “gitu ya mba”
Perawat 2 : “ iya buk. Klo kami ajari cara penanganan pertama jikalau adek
kejang apakah ibu bersedia?”
Ibu : “iya mba bersedia”
Perawat 2 : “ jadi untuk hal pertama yang bisa ibu lakukan ketika anak kejang
ibuk bisa membaringkan anak di lantai, longgarkan pakaian anak, dan
janagn menaruh apapun di mulut anak agar tidak terjadi tergigitnya
lidah dan langsung di bawa ke fasilitas kesehatan ya bu untuk
mendapatkan pertolongan lebih lanjut “
Ibu : “baik mba saya paham”
Perawat 1 : “ jadi ibuk bisa melakukan pertolongan pertama seperti yang sudah di
jelaskan oleh rekan saya dan apa yang sudah kami lakukan tadi saat
menangani kejang”
Perawat 1 : “ baik buk apakah sudah jelas atau ada yang ingin di tanyakan ?”
Ibu : “ mungkin sudah cukup mba”
Perawat 2 : “ baik jika sudah cukup karena adek juga sudah sadar ya buk tidak
kejang lagi, kami berdua izin pamit dulu”

31
Perawat 1 : “ kami sarankan untuk besok ibu bisa membawa adek ke rumah sakit
atau ke dokter spesialis untuk memeriksakan keadaan adek ngih bu”
Ibu : “ baik mba”
Perawat 1 : “klo begitu kami pamit dulu bu “
Perawat : “ assalamualaikum”
Ibu :” waalaikumsalam “

32
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, B.F. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Persarafan.Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba Medika
Kliegman, B. 2008. Nelson Ilmu Keperawatan Anak ed. 15, alih bahasa Indonesia,
A.Samik Wahab. Jakarta: EGC
Pinzon, R. 2007. Dampak epilepsi pada aspek kehidupan penyandangnya. SMF Saraf
RSUD Dr. M. Haulussy, Ambon, Indonesia.
Practical Smeltzer, S. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Suddarth.Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.

33

Anda mungkin juga menyukai