Anda di halaman 1dari 36

asuhan

keperawatan pada anak dengan korban


pemerkosaan, Korban KDRT,
Korban trafficking,, Narapidana,
Anak jalanan

Disusun oleh:
Ardiati 2020270024
Silviana salsabila 2020270023
Kholisotul husna 2020270028
Korban pemerkosaan
Penyiksaan seksual (sexual abuse) terhadap anak
disebut Pedofilian atau penyuka anak-anak secara
seksual. Seorang Pedofilia adalah orang yang
melakukan aktivitas seksual dengan korban anak usia
13 tahun ke bawah. Penyakit ini ada dalam kategori
Sadomasokisme adalah suatu kecenderungan
terhadap aktivitas seksual yang meliputi pengikatan
atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan
(Pramono, 2009).
Manifestasi
1. Terdapat stressor yang berat dan jelas (kekerasan, perkosaan), yang akan menimbulkan gejala
penderitaan yang berarti bagi hampir setiap orang.
2. Penghayatan yang berulang-ulang dari trauma itu yang dibuktikan oleh terdapatnya paling sedikit
satu dari hal berikut:
a. ingatan berulang dan menonjol tentang peristiwa itu
b. mimpi-mimpi berulang dari peristiwa itu
c. timbulnya secara tiba-tiba perilaku atau perasaan seolah-olah peristiwa traumatik itu sedang
timbul kembali,
Klasifikasi
Pemerkosaan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis dintaranya:
1. Sadistic Rape
Pada tipe ini seksualitas dan agresif berpadu dalam bentuk yang merusak. Pelaku perkosaan telah nampak menikmati kesenangan
erotik bukan melalui hubungan seksnya, tetapi melalui serangan yang mengerikan atas alat kelamin dan tubuh korban.
2. Angea Rape
Penganiayaan seksual yang bercirikan seksualitas menjadi sarana untuk menyatakan dan melampiaskan perasaan geram dan marah
yang tertahan. Disini tubuh korban seakan- akan merupakan objek terhadap siapa pelaku yang memproyeksikan pemecahan atas
prustasi-prustasi, kelemahan, kesulitan, dan kekecewaan hidupnya.
3.Dononation Rape
Yakni suatu perkosaan yang terjadi ketika pelaku mencoba untuk gigih atas kekuasaan dan superioritas terhadap korban. Tujuannya
adalah penaklukan seksual. pelaku menyakiti korban, namun tetap memiliki keinginan berhubungan seksual.
Rentang respon

Respon Adaptif
1. Menyendiri
2. Otonomi
3. Bekerjasama(Mutuality)
Respon maladaptif
1. Menarik diri
2. Ketergantungan(dependen)
3. Curiga
4. Manipulasi
5. Impulsif
6. narcissisme
Akibat
Akibat fisik yang dapat dialami oleh korban antara lain:
1. Kerusakan organ tubuh seperti robeknya selaput
dara,pingsan,meninggal
2. Korban sangat mungkin terkena penyakit
menular seksual(PMS)
3. Kehamilan tidak dikehendaki
Dampak sosial bagi korban pemerkosaan:
1. Korban berpotensi trauma
2. Korban menjadi murung,menangis,mengucilkan
diri,menyesali diri,merasa takut,dan sebagainya
3. Kemungkinan terserang fobia,rasa takut serta
mimpi buruk
4. Kemungkinana untuk bunuh diri
Penatalaksanaan
Ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan korban pemerkosaan, yaitu dengan menggunakan
farmakoterapi dan psikoterapi
Mulai terapi obat hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yang sudah dikenal. Terapi dengan anti depresiva
pada gangguan stress pasca traumatik ini masih kontroversial.
Pesiko terapi
● a. Anxiety Management
● b. Relaxation Training
● c. Breathing retraining
● d. Positive thinking dan self-talk
● e. Assertiveness Training
● f. Thought Stopping
● g. Cognitive therapy
Korban KDRT
Definisi
Kekerasan terhadap anak, menurut Soeroso (2010) adalah setiap perbuatan yang
ditujukan pada anak yang berakibat kesengsaraan dan penderitaan baik fisik
maupun psikis baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi.
Tindak kekerasan tidak hanya berupa tindakan fisik melainkan juga perbuatan non
fisik (psikis). Tindakan fisik secara langsung bisa dirasakan akibatnya langsung
bisa dirasakan akibatnya oleh korban serta dapat dilihat oleh siapa saja, sedangkan
tindakan non fisik (psikis) yang bisa merasakan langsung hanyalah korban, karena
tindakan tersebut langsung berkaitan menyinggung hati nurani atau perasaan
seseorang..
● Etiologi
Terjadinya kekerasan terhadap anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor Internal
Berasal dalam diri anakTerjadinya kekerasan terhadap anak dapat disebabkan oleh kondisi dan tingkah
laku anak.
2. Keluarga/Orang tua
Faktor orang tua atau keluarga memegang peranan penting terhadap terjadinya kekerasan pada anak.
3. Faktor Eksternal
a. Lingkungan luar
b. Media massa
c. Budaya
Klasifikasi KDRT Pada Anak
1. Kekerasan Fisik
2. Kekerasan Psikis
3. Kekerasan Sosial
bentuk perilaku anak yang telah mengalami trauma adalah sebagai berikut:
1. Agresif. Sikap ini biasanya ditujukan anak kepada pelaku tindak
kekerasan.
2. Murung atau depresi. Kekerasan mampu membuat anak berubah drastis,
seperti menjadi anak yang memiliki gangguan tidur dan makan, bahkan bisa
disertai dengan penurunan berat badan.
3. Mudah menangis. Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidak aman
dengan lingkungannya.
4. Melakukan tindak kekerasan pada orang lain.
Dampak
1. Dampak Kekerasan Fisik
Dampak kekerasan fisik dalam rumah tangga terhadap anak (Suyanto dan Hariadi, 2002), ,
Dari kekerasan yang dialami seorang anak, dimana dampak yang dirasakan oleh seorang
anak bisa berupa rasa sakit secara fisik yaitu luka-luka, benjolan ditubuhnya, memar, dan
ada juga dampak yang dirasakan anak yaitu malu bertemu dengan orang lain.
2. Dampak Kekerasan Psikis
Dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak dalam segi kekerasan psikis, saat
anak berada dirumah, pelontaran kata-kata kasar yang dilakukan di lingkup keluarganya itu
juga sering dialami oleh anak, kekerasan ini biasanya yang diterima anak dalam bentuk
verbal, baik katakata kasar, kata-kata menuduh anak, kata-kata menghina anak.
3.Dampak Kekerasan Sosial
Dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak dalam segi kekerasan sosial, orang
tua dan anak tersebut mengalami berbagai macam masalah baik secara internal maupun
eksternal, sehingga anak dalam Iinkeluarganya terlantar,
MANIFESTASI KLINIS
Tanda anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah
1. Merasa rendah diri dan cemas
2. Penuh rasa takut, Sedih, Putus asa
3. Terlihat lebih tua dari usianya
4. Sering merasa sakit kepala,Mengalami kesulitan tidur
5. Mengeluh nyeri yang tidak jelas penyebabnya
6. Kesemutan, Nyeri perut,dan Bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas.

JENIS-JENIS PSIKOTERAPI TERHADAP TRAUMA KDRT pada ANAK


1. Asosiasi Bebas
2. Penafsiran (Interpretasi)
3. Analisis Mimpi
4. Analisis Resistensi
Narapidana
Definisi
Pengertian Narapidana berasal dari dua suku kata yaitu Nara artinya orang dan
Pindana artinya hukuman dan kejahatan
(pembunuhan,perampokan,pemerkosaan,narkoba dan sebagainya). Jadi
pengertian narapidana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai orang hukuman (orang yang menjalani hukuman) karena melakukan
tindakan pidana (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2001:612).
Etiologi
Faktor – faktor penyebab kejahatan sehingga seseorang menjadi narapidana adalah :
1. Faktor Ekonomi
a. Sistem Ekonomi
b. Pendapatan
c. Pengangguran
2. Faktor Mental
a. Agama
b. Bacaan dan Film
3. Faktor Pribadi
a. Umur
b. Alkohol
c. Perang
C. Klasifikasi
Standar Registrasi dan Klasifikasi Narapidana dan Tahanan.
1. penggolongan narapidana berdasarkan umur terdiri atas :
a. Anak (12 – 18 tahun)
b. Dewasa (diatas 18 tahun)
2. Penggolongan narapidana berdasarkan jenis kelamin,terdiri atas :
a. Laki – laki
b. Perempuan
3. Penggolongan narapidana berdasarkan lama pidana,terdiri atas :
a. Pidana 1 hari – 3 bulan (Register B.II b)
b. Pidana 3 bulan – 12 bulan 5 hari (1 tahun) (Register B.II a)
c. Pidana 12 bulan 5 hari (1 tahun ke atas ) (Register B.I)
d. Pidana seumur hidup (Register Seumur Hidup)
e. Pidana mati (Register Mati)
4. Panggilan narapidana berdasarkan jenis kejahatan,terdiri atas :
a. Jenis kejahatan umum
b. Jenis kejahatan khusus
Anak jalanan
Definisi

Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu
pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih
memiliki hubungan dengan keluarganya (Suyanto, 2010). Menurut Departemen
Sosial RI (1999), pengertian tentang anak jalanan adalah anak-anak di bawah usia 18
tahun yang karena berbagai faktor, seperti ekonomi, konflik keluarga hingga faktor
budaya yang membuat mereka turun ke jalanAnak jalanan atau gelandangan adalah
mereka yang tidak memiliki tempat tinggal tetap, yang secara yuridis tidak
berdomisili secara otentik. Disamping itu mereka merupakan kelompok yang tidak
memiliki pekerjaan tetap dan layak, menurut ukuran masyarakat pada umumnya dan
sebagian besar dari mereka tidak mengenal nilai-nilai keluhuran(Sudarsono, 2009).
Etiologi

Menurut Mulandar (1996), penyebab dari fenomena anak bekerja diantaranya:


a Dipaksa orang tua
b. Tekanan ekonomi keluarga
c. Diculik dan terpaksa bekerja oleh orang yang lebih dewasa
d. Asumsi dengan bekerja bisa digunakan sebagai sarana bermain
e. Pembenaran dari budaya bahwa sejak kecil anak harus bekerja
Sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam
kehidupan di jalanan antara lain:
a Kesulitan keuangan
b. Tekanan kemiskinan
c. Ketidakharmonisan rumah tangga
d. Hubungan orang tua dan anak
Manifestasi klinis

Menurut Sadli (Sudarsono, 2009) anak jalanan memiliki ciri khas baik secara
psikologisnya maupun kreativitasnya, sebagai berikut:
a. Mudah tersinggung perasaannya.
b. Mudah putus asa dan cepat murung.
e. Nekat tanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain yang ingin
membantunya
d. Tidak berbeda dengan anak-anak yang lainnya yang selalu menginginkan
kasih sayang
e. Tidak mau bertatap muka dalam arti bila mereka diajak bicara.mereka tidak
mau melihat orang lain secara terbuka
f. Sesuai dengan taraf perkembangannya yang masih kanak-kanak,mereka
sangatlah labil
g. Mereka memiliki suatu keterampilan, namun keterampilan ini tidak selalu
sesuai bila diukur dengan ukuran normatif masyarakat umumnya.
Klasifikasi

Sebagai bagian dari pekerja anak (child labour), anak jalanan sendiri sebenarnya bukanlah
kelompok yang homogen. Mereka cukup beragam, dan dapat dibedakan atas dasar
pekerjaannya, hubungannya dengan orang tua serta jenis kelaminnya (Farid, 1998).
Berdasarkan kajian lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga
kelompok (Surbakti, 1997)
a. Children on the street
yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalan, namun masih mempunyai
hubungan yang kuat dengan orang tua mereka Sebagian penghasilan mereka di jalan
diberikan kepada orang tuanya (Soedjar, 1984).
b. Children of the street,
yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi
Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi
frekuensi pertemuan mereka tidak menentu
e. Children from families of the street
yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan Walaupun anak-anak ini
mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-
ambing dari satu tempat ke tempat yang lain dengan segala risikonya
Rentan respon

Respon Adaptif
1. Berfikir logis
2. Persepsi akurat
3. Emosi konsisten dengan pengalaman
4. Perilaku sesuai
5. Berhubungan sosisal

Responmaladaptif
1. Pemikiran sesekali
2. Terdistrosi
3. Ilusi
4. Reaksi emosi berlebihan dan tidak bereaksi
5. Perilaku aneh
6. Perilaku tidak bisa berhubungan sosial 1. Gangguan pemikiran
2. Waham/halusinasi
3. Kesulitan pengolahan
4. Emosi
5. Perilaku kacau dan isoslasi sosial
Akibat
1. Aspek pendidikan:sebagian besar putus sekolah karena waktunya tersita dijalan
2. aspek intimidasi:menjadi sasaran tindak kekerasan anak jalanan yang lebih
dewasa,kelompok lain,petugas dan razia
3. Aspek penyalahgunaan obat dan zat adiktif:ngelem,minuman keras,pil BK dan sejenisnya
4. Aspek kesehatan:rentan penyakit kulit,gonore,PMS dan paru-paru
5. Aspek tempat tinggal:umumnya disembarangg tempat,dipemukiman kumuh,dan rumah
singgah
6. Aspek resiko kerja:tertabrak,penculikan dll
7. Aspek hubungan dengan keluarga:umumnya renggangg dan bahkan sama sekali tidak
berhubungan
8. Aspek makanan:seadanya,kadang mengais dari tempat sampah
Penatalaksanaan

Departemen Sosial menjelaskan bahwa penatalaksanaan pada anak jalanan dapat dilakukan
dengan metode dan teknik pemberian pelayanan yang meliputi: "
a) Street based
Street based merupakan pendekatan di jalanan untuk menjangkau dan mendampingi anak di
jalanan.
b) Community based
Community based adalah pendekatan yang melibatkan keluarga dan masyarakat tempat
tinggal anak jalanan.
c) Bimbingan sosial
Metode bimbingan sosial untuk membentuk kembali sikap dan perilaku anak jalanan sesuai
dengan norma,
d) Pemberdayaan
Metode pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas anak jalanan dalam
memenuhi kebutuhannya sendiri.
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
Konsep asuhan
1.pengkajian
Pengumpulan data melalui data bilologis,pisikologi dan spiritual
2.Analisa data
Analisa data meliputi data subjektif dan objektif oleh klien untuk menyusun diagnosa keperawatan
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang sering muncul adalah harga diri rendah, resiko perilaku sosial, halusinasi,
4. Intervensi keperawatan
menetapkan hasil apa yang ingin dicapai serta memilih intervensi keperawatan agar dengan mudah
mencapai tujuan. ut.
5.Implementasi
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
6. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
Tinjauan kasus
A. Ilustrasi kasus

Seorang Nn.B berusia 11 tahun datang ke RSJ di antar oleh keluarga dengan keluhan bahwa
si anak melakukan percobaan bunuh diri. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya menjadi
korban pemerkosaan. ibu mengatakan beberapa hari sebelumnya pasien mengatakan bahwa
dirinya adalah kotor, membuat malu keluarga dan mengatakan dirinya tidak berguna lagi.
Ibu mengatakan saat ini anaknya mengalami trauma berat dan beberapa hari yang lalu ketika
ibu pasien masuk ke kamarnya ibu pasien melihat si anak sedang melamun dan
pandangannya kosong. Ibu juga mengatakan bahwa si anak tidak mau beraktivitas seperti
biasa, mudah curiga dan emosi kepada orang lain sehingga tidak mau berinteraksi dengan
orang sekitar dan mengurung diri dikamar. Saat dilakukan pengkajian pasien tidak mau di
ajak berkomunikasi, tidak menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk dan pasien
tampak ketakutan
a. Identitas klien
Nama :Nn.B (perempuan)
Umur :11 tahun
Informan :Ny.A
b. Identitas penanggung jawab
Nama :Ny.A
Umur :38 tahun
Alamat :Kelurahan kalibeber
c. Alasan masuk RS
Ibu klien mengatakan klien mengalami trauma berat,sering menyendiri dan tidak mau diajak ngobrol serta
pernah melakukan percobaan bunuh diri
d. Faktor predisposisi
Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya,pasien belum pernah melakukan pengobatan
sebelumnya,pasien sering menyendiri dan kadang histeris ketika mengingat kembali tentang masalalunya
ketika mengalami pemerkosaan pasien sempat melakukan percobaan bunuh diri
Masalah keperawatan:resiko bunuh diri
e. Pengkajian fisik
1. Tanda Vital
TD :112/70
RR :60 kali/menit
Suhu :36,3° C
TB :115 CM
BB :30 kg
2. Keluhan fisik :Nyeri disekitar vagina
Pengkajian pesikososial

Konsep diri
a. Gambaran diri : Pasien lebih nyaman dengan dirinya
b. Identitas : merasa puas sebagai perempuan
c. Peran : seorang anak perempuan
d. Ideal diri : ingin merasa lebih sehat
e. Harga diri : keluarganya menganggap anak
Hubungan sosial
a. Hubungan yang berarti : Dekat dengan orangtuanya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: -
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak mau berinteraksi dengan orang lain
Masalah Keperawatan :Isolasi sosial
Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :klien beragama islam
b. Kegiatan dalam ibadah :klien jarang beribadah
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan : Reaksi menghindar

Masalah Psikososial dan Lingkungan Klien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena
klien dan tidak sempat untuk melakukan kumpul-kumpul bersama masyarakat sekitar.

Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Klien tidak mengetahui tentang penyakit gangguan jiwa dan
klien tidak tahu obat apa yang harus diminum untuk mengatasi gangguan jiwanya.
Analisa data
I
Pohon masalah
Intervensi
Kiteria hasil:setelah 1x pertemuan pasien mampu:
Pasien bisa menyebutkan penyebab dan tanda gejal dan akibat perilaku kekerasan dan mempetagakan cara
fisik 1 untuk mengontol perilaku kekerasan
SP 1
1. Identifikasi penyebab dan tanda gejala serta akibat dari perilaku kekerasan
2. Latih cara fisik 1:tarik nafas dalam
3. Masukkan dalam jadwal harian pasien
SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu(SP 1)
2. Latih cara fisik 2:pukul kasur atau bantal
3. Masukkan dalam jadwal harian pasien
SP 3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
2. Latih secara social/verbal(Menolak dengan baik)
3. Masukkan dalam jadwal pasien
SP 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu(sp 1 2 3)
2. Latih secara spritual(berdoa dan sholat)
3. Masukkan dalam jadwal harian pasien
Setelah 5 x pertemuan pasien mampu
Lanjutan.....
Sp5
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 2 3 4)
2. Latih patuh minum obat(minum obat secara teratur dengan 5B dan
susun jadwal minum obat secara teratur)
3. Masukkan dalam jadwal harian pasien
Impementasi

1. Mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala akibat dari perilaku kekerasan


2. Melatih pasien untuk relaksasi nafas dalam

Evaluasi

S:Klien merasa tenang


O:klien tidak menunjukakn keinginna bunuh diri dan klien bersedian untuk bercerita sebagai
alihan dari keinginan bunuh diri
A:resiko bunuh diri menurun
P:Meneruskan intervensi sesuai jadwal keharian pasien
Thank you!!!

—Someone Famous

Anda mungkin juga menyukai