LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
1
Sebagian besar orang tua memilih sistem reward dan punishment, bila
anak berbuat nakal maka orang tua akan menghukumnya. Akan tetapi hukuman
yang sering kali dipilih adalah berupa hukuman fisik apabila anak melakukan
kesalahan. Pengaruh media massa pada saat ini sangatlah berperan pada terjadinya
tindak kekerasan, yaitu mulai dari audio visual dan cetak, menyusupkan berbagai
macam tindak kekerasan dalam sajian mereka. Dulu, masyarakat hanya dapat
menyaksikan kekerasan hanya jika mereka dapat menyaksikan tindak kekerasan
dalam tayangan telivisi. Namun saat ini, siapapun dapat menyaksikan tindak
kekerasan dalam tayangan seperti dramatisasi kriminalitas, sinetron yang
menayangkan adegan-adegan kekerasan dari orang tua yang menyiksa anaknya
sendiri sering dijumpai dalam tayangan sinetron-sinetron dalam mendidik
anaknya maupun istrinya.Tayangan sinetron ini membuat masyarakat
berkecenderungan untuk meniru apa yang mereka tonton untuk mendisiplinkan
seorang anak melalui cara kekerasan.
2
B. ETIOLOGI
1. Faktor Internal
a. Berasal dalam diri anak
Faktor orang tua atau keluarga memegang peranan penting terhadap terjadinya
kekerasan pada anak. Beberapa contoh seperti orang tua yang memiliki pola asuh
membesarkan anaknya dengan kekerasan atau penganiayaan, keluarga yang sering
bertengkar mempunyai tingkat tindakan kekerasan terhadap anak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keluarga yang tanpa masalah, orangtua tunggal lebih
memungkinkan melakukan tindakan kekerasan terhadap anak karena faktor stres
yang dialami orang tua tersebut, orang tua atau keluarga belum memiliki
kematangan psikologis sehingga melakukan kekerasan terhadap anak, riwayat
orang tua dengan kekerasan pada masa kecil juga memungkinkan melakukan
kekerasan pada anaknya.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan luar
Kondisi lingkungan juga dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan terhadap
anak, diantaranya seperti kondisi lingkungan yang buruk, terdapat sejarah
penelantaran anak, dan tingkat kriminalitas yang tinggi dalam lingkungannya.
3
b. Media massa
Media massa merupakan salah satu alat informasi. Media massa telah menjadi
bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dan media ini tentu mempengaruhi
penerimaan konsep, sikap, nilai dan pokok moral. Seperti halnya dalam media
cetak menyediakan berita – berita tentang kejahatan, kekerasan, pembunuhan.
Kemudian media elektronik seperti radio, televisi, video, kaset dan film sangat
mempengaruhi perkembangan kejahatan yang menampilkan adegan kekerasan,
menayangkan film action dengan perkelahian, acara berita kriminal,
penganiayaan, kekerasan bahkan pembunuhan dalam lingkup keluarga. Pada
hakekatnya media massa memiliki fungsi yang positif, namun kadang dapat
menjadi negatif.
c. Budaya
4
kekerasan dengan menggunakan alat seperti dilempar asbak, dipukul
menggunakan sapu lidi (Huraerah, 2012).
2. Kekerasan Psikis
Bentuk kekerasan psikis dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dalam
penelitian ini, Pengakuan dari ketiga informan kekerasan psikis yang banyak
terjadi adalah kata-kata kasar, dituduh, dan penghinaaan (Huraerah, 2012). Tak
jarang kata-kata verbal yang dilakukan orang tua itu menggunakan nada yang
tinggi (bentak-bentak) sehingga membuat anak tambah ketakutan. Walaupun
identifikasi akibat yang ditimbulkan pada kekerasan psikis sulit di ukur Karena
sensitivitas emosi seseorang bervariasi namun apabila terjadi berulang-ulang akan
mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan emosi seseorang anak berupa kasih
sayang dari orang tua.
3. Kekerasan Sosial
Bentuk kekerasan sosial (Huraerah, 2012), dari hasil penelitian yang dilakukan
penulis dalam penelitian ini, korban mengalami bentuk-bentuk kekerasan dimana
kurangnya perhatian dari keluarga, ayah sibuk bekerja, dan penelataran yang
dilakukan ayah karena meninggalkan ibunya sehingga anak juga mengalami
penelantaran dari berupa tidak diberikan biaya hidup dan pendidikan.
5
D. DAMPAK KEKERASAN ANAK dalam RUMAH TANGGA
Ada beberapa dampak yang muncul sebagai reaksi dari kasus trauma kekerasan
yang dialami anak, meskipun fenomena ini akan berbeda bentuknya pada setiap
anak. Adapun bentuk perilaku anak yang telah mengalami trauma adalah sebagai
berikut:
3. Mudah menangis. Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidak aman
dengan lingkungannya. Karena ia kehilangan figur yang bisa
melindunginya. Kemungkinan besar, anak menjadi sulit percaya dengan
orang lain.
4. Melakukan tindak kekerasan pada orang lain. Semua ini anak dapat karena
ia melihat bagaimana orang dewasa memperlakukannya dulu. Ia belajar
dari pengalamannya kemudian bereaksi sesuai yang ia pelajari.
6
Adapun beberapa dampak yang muncul sebagai reaksi dari kasus trauma
kekerasan yang dialami anak,
7
3. Dampak Kekerasan Sosial
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Asosiasi Bebas
Asosiasi Bebas merupakan teknik utama dalam psikoanalisis. Terapis
meminta klien agar membersihkan pikirannya dari pikiran-pikiran dan renungan-
renungan sehari-hari, serta sedapat mungkin mengatakan apa saja yang muncul
dan melintas dalam pikiran. Cara yang khas adalah dengan mempersilakan klien
berbaring di atas balai-balai sementara terapis duduk dibelakangnya,
sehinggatidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat asosiasinya mengalir
8
dengan bebas. Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali
pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan
dengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal dengan katarsis.
2. Penafsiran (Interpretasi)
3. Analisis Mimpi
9
merupakan “jalan istimewa menuju ketidaksadaran”, karena melalui mimpi
tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat
diungkapkan. Beberapa motivasi diantaranya sangat tidak dapat diterima oleh
seseorang, sehingga pada akhimya diungkapkan dalam bentuk yang disamarkan
atau disimbolkan dalam bentuk yang berbeda.Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi
laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan,
tersembunyi, simbolik,dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan
mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak
sadar(yang merupakan isi laten) ditransformasikan ke dalam isi manifes yang
lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana
adanya. Sementara tugas terapis adalah mengungkapmakna-makna yang
disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes.
Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan
secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna
yang terselubung.
4. Analisis Resistensi
5. Analisis Transferensi
Resistensi dan transferensi merupakan dua hal inti dalam terapi psikonalisis.
Transferensi dalam keadaan normal adalah pemindahan emosi dari satu objek ke
objek lainnya, atau secara lebih khusus pemindahan emosidari orangtua kepada
terapis. Dalam keadaan neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang
10
diperoleh melalui mekanisme pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat dan
kasih sayang pengganti. Seperti ketika seorang klien menjadi lekat dan jatuh cinta
pada terapis sebagai pemindahan dari orang tuanya. Dengan cara ini, maka
diharapkan klien dapat menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi dan
memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat-sifat dari fiksasi-
fiksasi, konflik-konflik, serta mengatakan kepada klien suatu pemahaman
mengenai pengaruh masa lalu terhadap kehidupannya saat ini.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KDRT PADA ANAK
A. Pengkajian
Perawat seringkali menjadi orang yang pertama kali menemukan tanda adanya
kekerasan pada anak dilihat indikator fisik dan kebiasaan . Saat kekerasan dalam
rumah tangga yang melibatkan anak penting bagi perawat untuk mendapatkan
seluruh gambaran dan bicaralah dahulu dengan orang tua tanpa disertai anak,
kemudian menginterview anak.
11
h. Kaji keadekuatan dan adanya support system
1. Psikososial
- Melalaikan diri seperti baju dan rambut si anak kotor, Bau badan
- Gagal tumbuh dengan baik pada masa pertumbuhannya
- Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan
psikososial
- Memisahkan diri dari orang-orang dewasa
2. Muskuloskeletal
- Fraktur
- Dislokasi ( Cedera Sendi )
- Sprain ( Keseleo )
3. Genitourinaria
- Infeksi saluran kemih
- Perdarahan per vagina
- Luka pada vagina / penis
- Nyeri waktu buang air kecil
- Laserasi pada organ genetalia eksternal, vagina, dan anus.
4. Integumen
- Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
- Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
- Adanya tanda-tanda bekas gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
- Bengkak.
5. Pengumpulan data
a) Aspek biologis
12
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah
meningkat,takikardi,muka merah,pupil melebar,pengeluaran urin
meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan,ketegangan otot seperti rahang
terkatup,tangan dikepal,tubuh kaku,dan refleks cepat. Hal ini
disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saatv marah bertambah.
b) Aspek emosional
Salah satu anggota yang marah tidak nyaman,merasa tidak
berdaya,jengkel,frustasi,dendam,ingin memukul aggota yang
lain,mengamuk,bermusuhan dan sakit,menyalahkan dan menuntut.
c) Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan
melalui proses intelektual,peran panca indra sangat penting untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam
proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu
mengkaji cara klien marah,mengidentifikasi penyebab
kemarahan,bagaimana informasi diproses,diklarifikasi dan
diintegrasikan.
d) Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial,budaya,konsep rasa percaya dan
ketergantuangan. Emosi marah sering merangsang kemarahan
anggota keluarga yang lain. Individu sering kali menyalurkan
kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga
anggota keluarga yang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan
kata-kata kasar yang berlebihan disrtai suara keras. Proes tersebut
dapat mengasingkan individu sendiri,menjauhkan diri dari orang
lain,menolak mengikuti aturan.
13
e) Aspek spiritual
Kepercayaan nilai dan moral memepengaruhi hubungan
individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma
yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Dari
uraian diatas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu
secara komprehensif meliputi aspek fisik,emosi,intelektual,sosial
dan spiritual yang secara singkat dapt dilukiskan sebagai berikut :
Aspek fisik terdiri dari muka merah,pandagan tajam,napas pendek
dan cepat,berkeringat,sakit fisik,penyalahgunaan zat,tekanan darah
meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat,tidak aman,dendam dan
jengkel. Aspek intelektual : mendominasi , bawel, sarkasme,
berdebat, meremehkan. Aspek sosial : menarik diri, penolakan,
kekerasan, ejekan, humor.
f) Aspek fisik
Aspek fisik terdiri dari muka merah,pandangan tajam,napas
pendek dan cepat,bekeringat,sakit fisik,penyalahgunaan
zat,tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat,tidak
aman,dendam,jengkel. Aspek intelektual : mendominasi, bawel,
sarkasme, berdebat, meremehkan. Aspek sosial : menarik
diri,penolakan,kekerasan,ejekan, dan humor.
6. Klasifikasi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi
2 macam yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah
data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini
didapatkan melalui wawancara prawat dengan klien dan keluarga.
Sedangkan data obyektif adalah data yang ditemukan secara nyata.
Data ini didapatkan melalui observasi atau pmeiksaan langsung oleh
perawat.
14
7. Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data obyektif dapat menentukan
permasalahan yang dihadapi oleh keluarga dan dengan memperhatikan
pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek masalah
tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa
keperawatan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
NO Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
15
4. Pembatasan
kontak dengan
pelaku
kekerasan (1 2
3 4 5)
16
3 4 5) manajemen stres tertentu
2. Bukti bahwa sebelum eksplorasi
kekerasan trauma untuk
emosi telah mengembalikan kontrol
dihentikan (1 2 atas pikiran dan perasaan
3 4 5) 3.3.Bangun kepercayaan ,
3. Bukti bahwa keamanan, dan hak untuk
kekerasan mendapatkan akses
seksual telah di materi trauma dengan
hentikan (1 2 3 hati-hati dengan
4 5) memantau reaksi
4. Bukti bahwa terhadap pengungkapan
eksploitasi kejadian
finansial telah 3.4.Edukasi orang tua dalam
di hentikan (1 rangka proses terapi dan
2 3 4 5) . respon anak terhadap
trauma
3.5.Bantu orang tua untuk
mengatasi gangguan
emosi sendiri akibat
trauma
D. IMPLEMENTASI
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI
17
1.2 Menyediakan lingkungan yang
tidak mengancam
1.3 Memeluk bayi atau anak kecil
1.4 Mendukung keluarga untuk
menyediakan barang pribadi yang
digunakan anak untuk kesenangan
18
trauma untuk mengembalikan
kontrol atas pikiran dan perasaan
3.3. Membangun kepercayaan ,
keamanan, dan hak untuk
mendapatkan akses materi trauma
dengan hati-hati dengan
memantau reaksi terhadap
pengungkapan kejadian
3.4. Medukasi orang tua dalam
rangka proses terapi dan respon
anak terhadap trauma
3.5. Membantu orang tua untuk
mengatasi gangguan emosi sendiri
akibat trauma
E. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain b.d Riwayat penganiayaan pada
masa kanak-kanak : Diharapkan anak mendapat perlindungan terhadap
kekerasan dan tidak memiliki dendam untuk melakukan kekerasan terhadap
orang lain
2. Isolasi sosial b.d Perubahan status mental : Anak tidak lagi merasa takut
akibat perilaku kekerasan yang dialaminya sehingga tidak menarik diri dari
lingkungan
19
20