Anda di halaman 1dari 7

KEKERASAN

1. Pengertian Kekerasan
Kekerasan merupakan suatu tindakan yang mengacu pada sikap atau perilaku
yang tidak manusiawi, sehingga dapat menyakiti orang lain yang menjadi korban
kekerasan tersebut dan juga tentu merugikan orang yang berbuat kekerasan karena
pasti akan mendapatkan hukuman sesuai hukum yang berlaku.
Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (Stuart dan Sundeen)
Kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yng tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut.(Purba)
Kekerasan sukar diprediksi. Setiap orang dapat bertindak keras tetapi ada
kelompok tertentu yang memiliki resiko tinggi yaitu pria berusia 15-25 tahun, orang
kota, kulit hitam, atau subgroup dengan budaya kekerasan, peminum alkohol.(tomb)
Kekerasan adalah sebagai serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap
seseorang atau binatang, atau serangan, penghancuran, perusakan yang sangat keras,
kasar, kejam dan ganas atas milik atau sesuatu yang secara potensial dapat menjadi
milik seseorang.(R.Audi)
Kekerasan adalah perihal atau sifat keras, paksaan, perbuatan seseorang atau
sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain (KBBI)
Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau
tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat
yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma
atau perampasan hak.(WHO)
2. Penyebab Terjadinya Kekerasan
Berikut ini terdapat penyebab terjadinya kekerasan, antara lain:
1. Lingkaran kekerasan, seseorang yang mengalami kekerasan semasa kecilnya
mempunyai kecenderungan untuk melakukan hal yang pernah dilakukan
terhadap dirinya pada orang lain.
2. Stres dan kurangnya dukungan. Menjadi orangtua maupun pengasuh dapat
menjadi sebuah pekerjaan yang menyita waktu dan sulit. Orangtua yang
mengasuh anak tanpa dukungan dari keluarga, teman atau masyarakat dapat
mengalami stress berat.
3. Pecandu alkohol atau narkoba. Para pecandu alkohol dan narkoba seringkali
tidak dapat mengontrol emosi dengan baik, sehingga kecenderungan
melakukan penyiksaan lebih besar.
4. Menjadi saksi kekerasan dalam rumah tangga adalah sebuah bentuk
penyiksaan anak secara emosional dan mengakibatkan penyiksaan anak
secara fisik.
5. Kemiskinan dan akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-
masa krisis.
6. Peningkatan krisis dan jumlah kekerasan di lingkungan sekitar mereka.
3. Masalah kesehatan
Secara psikologis, akibat kekerasan perempuan mengalami depresi, dan ini
merupakan faktor penting pada kesehatan perempuan. Perempuan yang mengalami
kekerasan berpotensi dua kali lebih besar dari mereka yang tidak mengalami.
Kekerasan pada perempuan juga banyak yang berkaitan dengan konsumsi
alkohol. Temuan lainnya berkaitan dengan akibat kekerasan, terutama kekerasan
seks, adalah kemungkinan lebih besar menderita sipilis, klamidia, gonore, bahkan
mengidap HIV / AIDS.
Kekerasan pada perempuan banyak yang meninggalkan masalah berkaitan
dengan kehamilan dan juga aborsi, dan banyak bayi yang dikandung dalam kondisi
berat badan di bawah normal.
4. Dampak Kekerasan
Berikut ini terdapat beberapa dampak kekerasan terhadap anak, antara lain:
1) Dampak kekerasan fisik
Anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan menjadi
sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-
anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-anak yang agresif, yang pada
gilirannya akan menjadi orang dewasa yang menjadi agresif.
Lawson (dalam Sitohang, 2004) menggambarkan bahwa semua jenis
gangguan mental ada hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima
manusia ketika dia masih kecil. Kekerasan fisik yang berlangsung berulang-ulang
dalam jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius terhadap anak,
meninggalkan bekas luka secara fisik hingga menyebabkan korban meninggal
dunia.
2) Dampak kekerasan psikis
Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi orang tuanya,
apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping
mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali),
penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-
obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri. Menurut Nadia (1991), kekerasan
psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas
yang nyata seperti penyiksaan fisik.
Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang
termanifestasikan dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri,
kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan,
penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun kecenderungan bunuh diri.
3) Dampak kekerasan seksual
Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara korban yang masih merasa
dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri, dan trauma akibat
eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah menikah.
Bahkan eksploitasi seksual yang dialami semasa masih anak-anak banyak
ditengarai sebagai penyebab keterlibatan dalam prostitusi.
Jika kekerasan seksual terjadi pada anak yang masih kecil pengaruh buruk yang
ditimbulkan antara lain dari yang biasanya tidak mengompol jadi mengompol,
mudah merasa takut, perubahan pola tidur, kecemasan tidak beralasan, atau
bahkan simtom fisik seperti sakit perut atau adanya masalah kulit, dll (dalam
Nadia, 1991);
4) Dampak penelantaran anak
Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini adalah
kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak, Hurlock (1990)
mengatakan jika anak kurang kasih sayang dari orang tua menyebabkan
berkembangnya perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan
selanjutnya akan mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan
datang.
Dampak kekerasan terhadap anak lainnya (dalam Sitohang, 2004) adalah
kelalaian dalam mendapatkan pengobatan menyebabkan kegagalan dalam
merawat anak dengan baik. Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan
dalam mendidik anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal
menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga
anak terpaksa putus sekolah.
5. Upaya Mengatasi Kekerasan
Berikut upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menanggulangi
kekerasan.
a. Memperkuat Pengendalian Sosial
Dalam hal ini, pengendalian sosial dapat dimaknai sebagai berbagai
cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang
melakukan penyimpangan, termasuk tindak kekerasan. Pengendalian
sosial dapat dilakukan melalui hal berikut.
1) Pengawasan, yaitu upaya mengawasi perilaku anggota masyarakat
demi mencegah terjadinya tindak kekerasan. Ini dapat dilakukan
oleh warga masyarakat ataupun aparat penegak hukum
2) Penindakan, yaitu pengenaan sanksi atau hukuman kepada pelaku
tindakkekerasan. Tujuan penindakan adalah memberi contoh
kepada warga masyarakat agar tidak meniru tindakan pelaku
kekerasan dan mengurangi kemungkinan pengulangan tindak
kekerasan oleh pelaku.

b. Mengembangkan Budaya Meminta dan Memberi Maaf


Jika seseorang melakukan perbuatan yang tidak pada orang lain, maka
ada kemungkinan orang tersebut akan membalas dengan tindak
kekerasan. Namun, bagaimana jika pelaku langsung meminta maaf?
Tentunya tindak kekerasan dapat dicegah. Untuk itu, perlu
dikembangkan budaya untuk segera meminta maaf ketika menyadari
kekeliruan dan memberi maaf tanpa menyimpan dendam.
c. Menerapkan Prinsip Prinsip Antikekerasan
Berdasarkan konsep Satya Graha yang dikemukakan oleh Mahatma
Gandhi harus diupayakan untuk menerapkan prinsip-prinsip
antikekerasan dalam menghadapi situasi konflik. Prinsip antikekerasan
dilaksanakan melalui strategi membangun hubungan erat kerja sama,
dan pendekatan pribadi terhadap lawan konflik. Asumsinya ialah bahwa
tindakan antikekerasan akan menimbulkan tangapan serupa. Dengan
demikian, konflik tidak akan pada kekerasan massa
Perlu diingat pula ucapan Mahatma Gandhi yang dikutip oleh
presiden AS, Ronald Reagen, dalam sebuah pidato di hadapan
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 25 September 1984, "Semua masalah
bisa diselesaikan secara damai jika pihak yang bermusuhan saling
berbicara atas nama cinta dan kebenaran. Sepanjang sejarah, ungkapan
cinta dan kebenaran selalu menang."
d. Memberikan Pendidikan Perdamaian kepada Generasi Muda
Menurut Cawagas dan Swee Hin sangat penting untuk memberikan
pendidikan per damaian kepada generasi muda untuk membekali
mereka dengan kemampuan yang dibutuhkan dalam penanggulangan
dan penyelesaian konflik maupun tindak kekerasan Pendidikan
perdamaian tersebut meliputi sebagai berikut
1) Membongkar dan menyingkirkan budaya kekerasan.
2) Hidup dengan rasa keadilan dan kepedulian
3) kan hak asasi manusia dan tanggung jawab sosial terhadap sesama
4) Hidup dalam harmoni dengan lingkungan alam (bumi) mbangun
budaya menghormati solidaritas dan rekonsiliasi Terus
mengembangkan inner peace, yaitu prinsip damai dalam diri
sehingga mampu menciptakan kedamaian di masyarakat.
e. Mengawasi Tayangan Televisi mencegah kekerasan, kiranya sungguh
tepat jika stasiun televisi memperbanyak tayangan yang menampilkan
semangat menolong dan tidak mengeksploitasi adegan Kekerasan. Orang
tua pun perlu mendampingi anak-anaknya saat menyaksikan televisi
dapat memberikan bimbingan atau penjelasan mengenai suatu tayangan.
f. Memastikan Terpenuhinya Kebutuhan Anggota Masyarakat
Frustrasi yang mengarah pada tindak kekerasan, salah satunya
disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan kebutuhan dasar anggota
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya mampu
menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan memastikan
terpenuhinya kebutuhan fisik dasar (pangan, sandang, dan perumahan)
dari anggota masyarakat. Anggota-anggota masyarakat pun dapat
memberdayakan diri untuk membantu menciptakan lapangan pekerjaan
melalui kewirausahaan mandiri.
g. Meningkatkan Dialog dan Komunikasi Intensif Antarkelompok dalam
Masyarakat Dialog dan komunikasi intensif dapat menjadi sarana untuk
menumbuhkan sikap saling menerima serta menghargai antarkelompok
berbeda. Dialog dan komunikasi intensif juga mampu mengembangkan
kesediaan memandang yang lain dengan penghargaan, tanpa saling
memaksakan kehendak, pendapat, atau pandangan sendiri. Jika kekerasan
telah terjadi, maka dialog pun sangat bermakna untuk mengeratkan
kembali jalinan hubungan antarkelompok.
h. Mendampingi Korban Kekerasan
Untuk mengatasi trauma psikologis yang membekas dan memengaruhi
kepribadian individu, perlu diberikan pendampingan terhadap korban
tindak kekerasan. Pendampingan dibutuhkan untuk menumbuhkan
kesadaran bahwa korban mengalami kekerasan bukan karena
kesalahannya dan mengembalikan kepercayaan diri korban untuk
kembali berperan sesuai statusnya
i. Menyediakan Katarsis
Katarsis adalah sarana yang dapat digunakan untuk menyalurkan atau
menurunkan rasa marah maupun kebencian sehingga tidak mewujud
menjadi tindak kekerasan. Katarsis bisa berupa kegiatan yang menguras
tenaga (pertandingan olahraga atau kegiatan fisik positif lainnya) maupun
arena untuk bersantai (taman kota atau fasilitas publik lain yang mudah
diakses
Konflik sosial yang didasari oleh alasan untuk sekadar mempertahankan
diri memang tidak begitu mengarah pada kekerasan, karena konflik ini
hanya bersifat defensif. Namun, terdapat pula konflik sosial yang
mengarah pada kekerasan yang terang-terangan bertujuan untuk
mencelakakan pihak lain yang dipandang sebagai lawan. Analisislah
perbedaan antara konflik dan kekerasan!

Anda mungkin juga menyukai