Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL MELALUI PENDIDIKAN SEKS DINI”

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

NAMA : dr. Sari Prasili Suddin

NIP : 199001132022022001

ANGKATAN : 207

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

SEPTEMBER 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berita mengenai kekerasan seksual terhadap anak-anak semakin marak didengar. Hal ini
terjadi di banyak tempat, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, tempat bermain, dan
tempat umum lainnya. Hilangnya fungsi norma pada diri seseorang (Pelaku) menjadi
penyebab utama dari kekerasan seksual terhadap anak-anak. Pelaku bukan saja orang
yang tidak dikenal, melainkan lebih sering dari orang terdekat.
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kekerasan seksual pada anak,
sebagai contoh pendidikan seks sejak dini di dalam keluarga. Pendidikan seks bagi anak
bukan lagi hal yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini sangat diperlukan guna menjaga
anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa.

1.2 Konsep Bela Negara


Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2019 menyatakan
bahwa, Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan negara dari berbagai ancaman. Adapun nilai dasar bela negara,
antara lain cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia pada pancasila sebagai
ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan kemampuan awal bela
negara.
Salah satu nilai dasar bela negara adalah kemampuan awal bela negara. Hal ini bisa
diajarkan pada anak mulai dari lingkungan keluarga. Mendidik anak bukan hanya terbatas
pada mahalnya sekolah dan banyaknya fasilitas yang didapat, tapi lebih kepada
bagaimana cara membentuk kepribadian anak dan menjadikan anak siap secara emosional
dan spiritual serta intelejensia, yang sesuai dengan indikator pada kemampuan bela
negara.
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, sebagai berikut:
1. Apa pengertian kekerasan seksual?
2. Bagaimana dampak kekerasan seksual pada anak?
3. Bagaimana upaya untuk mencegah kekerasan seksual pada anak?

1.4 Tujuan Penulisan


Tujun penulisan dari makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian kekerasan seksual pada anak
2. Mengetahui dampak kekerasan seksual pada anak
3. Mengetahui upaya untuk mencegah kekerasan seksual pada anak
BAB II

ISI

2.1 Definisi kekerasan seksual


Menurut WHO, Kekerasan seksual didefinisikan sebagai setiap tindakan seksual, usaha
melakukan tindakan seksual, komentar atau menyarankan untuk berperilaku seksual yang
tidak disengaja ataupun sebaliknya, tindakan pelanggaran untuk melakukan hubungan
seksual dengan paksaan kepada seseorang. Kekerasan seksual tidak hanya secara fisik,
tapi bisa secara verbal. Kekerasan seksual menurut WHO meliputi:
a. Serangan seksual berupa pemerkosaan (termasuk pemerkosaan oleh warga negara
asing, dan pemerkosaan dalam konflik bersenjata) sodomi, kopulasi oral paksa,
serangan seksual dengan benda, dan sentuhan atau ciuman paksa.
b. Pelecehan seksual secara mental atau fisik menyebut seseorang dengan sebutan
berkonteks seksual, membuat lelucon dengan konteks seksual.
c. Menyebarkan vidio atau foto yang mengandung konten seksual tanpa izin, memaksa
seseorang terlibat dalam pornografi.
d. Tindakan penuntutan/pemaksaan kegiatan seksual pada seseorang atau
penebusan/persyaratan mendapatkan sesuatu dengan kegiatan seksual
e. Pernikahan secara paksa.
f. Melarang seseorang untuk menggunakan alat kontrasepsi ataupun alat untuk
mencegah penyakit menular seksual.
g. Aborsi paksa
h. Kekerasan pada organ seksual termasuk pemeriksaan wajib terhadap keperawanan
i. Pelacuran dan eksploitasi komersial seksual

2.2 Dampak kekerasan seksual pada anak


Anak-anak menjadi pilar kehidupan bangsa. Melalui tumbuh kembang yang baik, maka
akan didapat generasi penerus bangsa yang baik pula. Tapi apa yang terjadi bila anak-
anak mendapat kekerasan seksual? Kekerasan seksual memiliki dampak yang sangat
besar terhadap kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikis. Dampak fisik bisa
berupa luka pada tubuh, penyakit menular seksual dan kehamilan pada anak perempuan.
Apabila terjadi kehamilan pada anak perempuan, bisa membahayakan anak tersebut, dan
apabila anak melahirkan maka akan jadi masalah psikis baru bagi anak.
Dampak psikis lainnya bisa berupa trauma, atau penyakit kejiwaan berupa PTSD (post
traumatic syndrom disorder), dan penyimpangan perilaku seksual. Trauma
berkepanjangan bisa menyebabkan anak menjadi depresi berat dan mengganggu
kehidupan sosialnya. Seperti kejadian di Tasikmalaya, Jawa Barat, seorang anak laki-laki
berusia 11 tahun, depresi dan meninggal dunia, setelah dibully oleh temannya dan dipaksa
bersetubuh dengan kucing. Mirisnya, anak seusia korban yang melakukan perundungan.
Tidak bisa kita dipungkiri, kekerasan seksual pada anak sangat berpengaruh pada masa
depan. Korban kekerasan seksual di masa lampau, bisa menjadi pelaku di masa
mendatang. Maka dampak terhadap hal ini, harus ditindaklanjuti.

2.3 Upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak


Menurut Gosita, melindungi anak pada hakekatnya melindungi keluarga, masyarakat,
bangsa, dan negara di masa depan. Kekerasan seksual bisa dicegah dengan berbagai cara,
baik melalui lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kekerasan seksual pada anak
adalah sebagai berikut:
1. Dari keluarga
 Orang tua mengajarkan dan mengenalkan alat vital dan organ reproduksi pada
tubuh manusia, sesuai dengan namanya, misalnya penis dan vagina. Orang tua
mengajarkan bagian tubuh mana yang boleh disentuh dan mana yang tidak.
 Orang tua dan keluarga membiasakan anak untuk berganti pakaian hanya di
tempat tertutup seperti kamar atau kamar ganti bila berada di tempat umum
 Tidak membiasakan anak untuk bertelanjang dada, ataupun hanya memakai
pakaian dalam bila berada di rumah.
 Keluarga juga harus mengajarkan cara anak membela diri dan berani berbicara,
apabila ditemukan tanda-tanda adanya upaya kekerasan seksual.

Banyak media yang bisa digunakan untuk mengedukasi anak, bisa berupa gambar
ataupun video yang dapat diakses. Cara sederhana mengajarkan anak juga bisa dengan
alat peraga seperti boneka.
2. Dari sekolah dan komunitas masyarakat
Sekolah bisa mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi, sosialisasi mengenai
penyakit menular seksual, dan perlindungan diri dari kekerasan seksual. Hal yang
sama pula bisa didapatkan dari masyarakat, misalnya tempat beribadah, dan fasilitas
kesehatan
Apabila sudah terjadi kekerasan seksual pada anak, keluarga diharapkan memberi
dukungan pada anak dan melakukan konseling agar mental anak dapat pulih dan mampu
melakukan aktifitas kembali dan menjadi pribadi yang kuat. Sesuai dengan pasal 17 ayat
2 Undang-Undang no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, anak sebagai korban
mendapatkan rehabilitasi dari lembaga maupun luar lembaga, mendapat bantuan hukum
baik medis ataupun rehabilitasi psikososial. Adapun bagi pelaku, keluarga wajib
melaporkan dan akan ditindaklanjuti sesuai dengan pasal 35 tahun 2004, tentang
kekerasan seksual pada anak. Dengan melaporkan pelaku, kita melindungi anak penerus
bangsa dan mencegah kejadian berulang pada anak lain.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran


Kekerasan seksual pada anak semakin banyak terjadi. Hal ini bisa dicegah dengan
pendidikan seks sejak dini, yang bisa didapat dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
komunitas masyarakat. Hal ini dapat menjadi bekal anak di masa mendatang, agar
terhindar dari kekerasan seksual dan tahu bagaimana bertindak apabila didapatkan upaya
kekerasan. Sehingga sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita sebagai orang tua
sepatutnya mengajarkan pendidikan seks sejak dini pada anak, dengan memahami rasa
ingin tahu anak dan memberikan penjelasan sesuai dengan perkembangan anak.

Anda mungkin juga menyukai