Anda di halaman 1dari 16

PENANGANAN KASUS KEKERASAN PEREMPUAN DAN ANAK

Windi Jannati1, Ahya Unzila2, Ridho Dwi3

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Abstrak

Tujuan dari adanya penelitian ini yaitu untuk menganalisa serta memberikan solusi
perlindungan hukum terhadap para perempuan dan anak yang sering sekali mendapatkan
tindakan kekerasan. Hal ini dilakukan mengingat banyaknya kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak yang terus meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Melalui metode
normatif yang mengambil logika keilmuan yang bersumber pada data-data yang ada.
Penelitian ini dilakukan untuk menawarkan cara untuk menghadapi kekerasan yang terjadi
terhadap perempuan dan anak berdasarkan hukum positif yang berlaku saat ini. Serta untuk
mengetahui dampak maupun trauma yang dirasakan korban kekerasan. Oleh karena itu,
kekerasan perempuan dan anak harus mendapatkan perhatian lebih dan negara harus
memiliki peran aktif untuk memberikann perlindungan mulai dari, memberikan akses hukum
terhadap korban kekerasan serta berusaha menjamin kesejahteraan dalam keluarga,
memberikan pengarahan yang baik kepada masyarakat luas untuk dapat berperilaku yang
baik.

Kata kunci: kekerasan perempuan dan anak

Abstract

The purpose of this study is to analyze and provide legal protection solutions for
women and children who often get violent acts. This is done considering the number of cases
of violence against women and children that continues to increase every year in Indonesia.
Through normative methods that take scientific logic that is sourced on existing data. This
study was conducted to offer a way to deal with violence against women and children under
current positive laws. As well as to know the impact and trauma felt by victims of violence.
Therefore, women and children's violence should get more attention and the state should have
an active role to provide protection starting from, provide legal access to victims of violence
and strive to ensure welfare in the family, give good direction to the wider community to be
able to behave well.
1
Windi jannati 1311800118
2
Ahya unzila 1311800243
3
Ridho Dwi Rahardjo 1311800072
Keywords: violence of women and children

Pendahuluan

Indonesia saat ini terletak dalam keadaan darurat kekerasan seksualitas perempuan
dan anak. Hal ini ditunjukkan berdasarkan banyaknya berita yang disebarkan melalui televise
dan media elektonik lainnya. Tentu semakin hari menambah catatan kasus kekerasan yang
terjadi disekitar kita. Dalam konteks perlindungan menurut HAM, selaku manusia, para
perempuan serta anak tentu mempunyai hak yang sama dengan manusia yang lain dimuka
bumi ini, ialah hak yang dimengerti selaku hak-hak yang menempel (inherent) secara alamiah
semenjak dia dilahirkan, serta tanpa itu manusia (perempuan serta anak) tidak bisa hidup
selaku manusia secara normal. Atas pengakuan ini, nampak berbagai statment kalau
kekerasan terhadap perempuan serta anak ialah rintangan terhadap keberhasilan
pembangunan. Bagaimanapun pula tindak kekerasan hendak berakibat pada minimnya rasa
yakin diri, membatasi keahlian wanita buat berpartisipasi dalam aktivitas sosial, mengusik
kesehatannya, kurangi otonomi, baik di bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan raga.
Demikian pula dengan anak, keyakinan pada diri sendiri dalam perkembangan jiwanya dapat
terganggu serta bisa membatasi proses pertumbuhan jiwa serta masa depannya. Sementara
menurut Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak memberi
kewajiban untuk seluruh pihak termasuk negara guna melindunginya.4

Perempuan dan anak ataupun manusia secara umum dalam kehidupan sehari-hari
berpotensi mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan baik dari keluarga dekat maupun
dari orang-orang yang jauh dan tidak dikenal. Anak memiliki hak khusus atau perlindungan
khusus menurut hukum yakni yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 dan
diperbaharui pada Pasal 66 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak. Beragamnya masalah perempuan dan anak perlu adanya upaya nyata dari Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yaitu dengan membentuk Satgas
penanganan masalah perempuan dan anak dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah.5

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai penanganan kasus kekerasan ini, tentu kita
harus memahami terlebih dahulu mengenai kekerasan seksual, serta pelecehan seksual itu

4
John Dirk Pasalbessy, Dampak Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Serta Ssolusinya, Jurnal
Sasi Vol.16. No.3 Bulan Juli - September 2010
5
Agus Qomaruddin Munir , Zaidir , Bagus Subekti Nuswantoro , Yusriadi, “Pendampingan Penggunaan
Aplikasi Pengelolaan Kegiatan Satuan Tugas Perlindungan Perempuan Dan Anak”, Munir, et al., Wikrama
Parahita: Jurnal Pengabdian Masyarakat, Volume 5 Nomor 1, Mei 2021: 7-14
sendiri. Karena kedua hal tersebut tentu memiliki arah yang sama, dimana akan menimbulkan
berbagai kejahatan yang nantinya akan dirasakan oleh ibu dan anak.

Kekerasan seksual merupakan setiap perbuatan merendahkan, menghina,


merendahkan serta/ aksi yang lain, terhadap badan yang terjadi dengan nafsu perkelaminan,
hasrat intim seorang, serta atau guna reproduksi, secara paksa, berlawanan dengan kehendak
seorang, serta/aksi lainnya yang menimbulkan seorang itu tidak sanggup membagikan
persetujuan dalam kondisi bebas, sebab ketimpangan kedekatan kuasa, kedekatan gender
serta ataukarena lain, yang berdampak ataupun bisa berdampak penderitaan ataupun
kesengsaraan terhadap secara raga, psikis, intim, kerugian secara ekonomi, sosial, budaya,
serta atau politik. Dan pelecehan seksual ialah aksi seksual melalui sentuhan raga ataupun
nonfisik dengan target organ intim ataupun seksualitas korban. Aksi yang diartikan tercantum
pula siulan, main mata, perkataan bernuansa intim, mempertunjukkan modul pornografi serta
kemauan intim, colekan ataupun sentuhan di bagian badan, serta gerakan ataupun isyarat
yang bertabiat intim sehingga menyebabkan rasa tidak aman, tersinggung, merasa
direndahkan martabatnya, serta bisa jadi hingga menimbulkan permasalahan kesehatan serta
keselamatan.6 Sedikitnya pengetahuan tentang perkara tindak kekerasan pada perempuan dan
anak ini di masyarakat, membuat banyak masyarakat tidak mengenali apa bahayanya,
bagaimana akibatnya ataupun bagaimana metode yang benar untuk mengantisipasinya.7

Saat ini perjalanan penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia masih membutuhkan
dukungan dari kita semua, termasuk perempuan. Perlindungan bagi para perempuan,
khususnya teman-teman Perempuan Pembela HAM dari praktik-praktik pelanggaran HAM,
perlakuan salah, pelecehan, intimidasi, dan stigma-stigma yang berkembang, juga perlu
diperhatikan. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang
Puspayoga menuturkan upaya-upaya untuk mengantar perempuan pada kesetaraan masih
harus terus digelorakan oleh seluruh pihak.8

Metode Penelitian

6
Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia, http://mappifhui.org/
7
Segala bentuk kekerasan baik kekerasan pada perempuan dan juga anak-anak memanglah wajib mempunyai
ketegasan dari segi hukum yang berlaku serta itu diperlukan koordinasi baik dari pihak departemen, lembaga,
keluarga, mitra pembangunan serta pula pada segala media. Seluruhnya wajib bersinergi satu sama lain serta
seluruh orang di Indonesia ini mempunyai kedudukan serta guna tiap- tiap. Paling utama kedudukan yang dapat
kita jalani merupakan menyebarkan pengetahuan kepada khalayak ramai ataupun publik supaya tetap siap serta
sigap di berbagai situasi melawan tindak kekerasan, https://kumparan.com/onlinesyafa/setop-kekerasan-pada-
perempuan-dan-anak-anak-1vUqcEvI8li/full, diakses pada 13 April 2021
8
Siaran Pers Nomor: B-069/SETMEN/HM.02.04/03/2021, https://www.kemenpppa.go.id/
Menggunakan penelitian normatif, dimana penelitian ini berorientasi pada sesuatu
prosedur penelitian ilmiah guna memaparkan kebenaran yang bersumber pada logika
keilmuan dari sisi normatifnya. Penelitian normatif disini tidak sebatas pada peraturan
perundang- undangan saja.9

Hasil Penelitian Dan Pembahasan


Pengertian kekerasan

Kekerasan terhadap perempuan dan anak bukan merupakan konsep baru, namun pemaknaan
mengenai batasan kekerasan terhadap perempuan dan anak nampaknya belum ada definisi
tunggal dan jelas dari para ahli atau pemerhati masalah-masalah perempuan. Tindak
kekerasan adalah melakukan kontrol, kekerasan, dan pemaksaan meliputi tindakan seksual,
psikologis, fisik, dan ekonomi yang dilakukan individu terhadap individu yang lain 10 .
Menurut Soerjono Soekanto (1985 : 104) kekerasan dapat didefinisikan sebagai
berikut :“Kejahatan kekerasan ialah suatu istilah yang digunakan bagi cidera mental atau
fisik. Kejahatan kekerasan sebenarnya merupakan bagian dari proses kekerasan, yang
kadang-kadang diperbolehkan, sehingga jarang disebut sebagai kekerasan. Masyarakat
biasanya membuat kategori- kategori tertentu mengenai tingkah laku yang dianggap keras.”11

Bentuk bentuk kekerasan


John Galtung dalam I Marsana Windu (1992 : 68-71) membagi menjadi 6 dimensi penting
dari kekerasan, yaitu :
a. Pembedaan pertama : Kekerasan fisik danpsikologi
Dalam kekerasan fisik tubuh manusia disakiti secara jasmani bahkan bisa sampai pada
pembunuhan.
b. Pembedaan kedua : Pengaruh positif dannegatif
Seseorang dapat dipengaruhi tidak hanya dengan menghukum apabila dia bersalah,
tetapi juga dengan memberiimbalan.
c. Pembedaan Ketiga : ada obyek atautidak
Galtung mengatakan dapatkah dikatakan suatu kekerasan terjadi jika tidak ada obyek
fisik atau biologis yang disakiti.
d. Pembedaan keempat : ada subyek atautidak

9
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia, 2013). hlm. 57.
10
Hasyim Hasanah, kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam rumah tangga perspektif pemberitaan
media, fakultas dakwah dan komunikasi ,IAIN walisongo, semarang
11
Nur Rochaeyaty, menegakkan HAM melalui perlindungan bagi perempuan korban kekerasan diIndonesia,
fahultas hukum, universitas diponegoro, semarang
Sebuah kekerasan disebut langsung atau personal jika ada pelakunya dan bila tidak ada
pelakunya disebut struktural atau tidaklangsung.
e. Pembedaan kelima : disengaja atautidak
Pembedaan ini penting ketika orang harus mengambil keputusan mengenai ‘kesalahan’,
dan mengungkapkan berbagai kemencengan pemahaman mengenai kekerasan,
perdamaian serta sistem etika yang dimaksud untuk memerangi kekerasan yang
dilakukan dengan sengaja.

f. Pembedaan keenam : Yang tampak dantersembun Kekerasan yang tampak nyata dan
personal atau struktural dapat dilihat meskipun secara tidak langsung.12

Bentuk - Bentuk Kekerasan terhadap Anak


Setiap anak berhak atas kelangsungan hidupnya, kembang tumbuhnya serta memperoleh
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada kenyataannya kondisi yang ada saat ini
adalah masih jauh dengan kondisi tersebut. Masih terdapat berbagai kekerasan yang diterima
oleh anak-anak seperti kekerasan verbal, fisik, mental bahkan sampai kepada pelecehan
seksual. Yang paling memprihatikan, ternyata pelaku kekerasan terhadap anak ini malah
sebagai orang yang memiliki hubungan dekat dengan sianak.
Adapun aturan mengenai tindak pidana kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain ditaur dalam Pasal 76C Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan anak (UUPA). Untuk ancaman tindak
pidananya diatur dalam Pasal 80UUPA yang berbunyi sebagaiberikut:

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus jutarupiah).

i. Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat(2)mati, maka pelaku


dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
ii. Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
12
Misriyani Hartati, studi tentang upaya penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak (studi
kasus pada pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak provinsi kalimantan timur) , unmul :
2013
(1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut Orang
Tuanya.

Selain itu di dalam UUPA Pasal 54 ayat (1) diatur pula mengenai bentuk- bentuk
kekerasan terhadap anak yakni kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual dan kejahatan
lainnya.

Secara teoritis, faktor-faktor yang mendorong timbulnya kejahatan anak adalah


terletak pada luasnya gerak ruang lingkup kehidupan manusia, yang saling berhubungan
saling pengaruh mempengaruhi serta kait mengait satu sama lain. Faktor-faktor yang
paling mempengaruhi yaitu antar lain:

1. faktor lingkungan

Lingkungan adalah semua benda dan materi yang memepengaruhi hidup manusia,
seperti keselamatan jasmani dan rohani, ketenangan lahir batin, kesejahteraan, dan
lain-lain. Dalam hal ini tampak erat hubungan antara alam dengan sekitarnya dan
manusia. Pengaruh lingkungan yang terkecil yakni rumah tangga sangat berpengaruh
terhadap psikologis dan kelakuan anak, apalagi ketidakharmonisan hubungan orang
tua dalam rumah sangat mempengaruhi sekali tingkah laku dan perkembangan jiwa si
anak. Dalam lingkungan sehari hari, anak yang tidak dapat bimbingan dan perhatian
dari orang tua akan mengakibatkan anak terperosok ke dalam hal-hal yang negatif,
seperti merokok, mencuri, narkotika, bahkan sampai pergaulan bebas. Oleh karena itu,
anak menjadi nakal tidaklah secara mekanis, tetapi lingkunganlah yang memberi
pelajaran. Jadi nampaklah bahwa faktor lingkungan juga memegang peranan dalam
mempengaruhi atau mendorong anak untuk bertingkah polah melakukan kejahatan
tanpa pertimbangan yang matang.

2. faktor ekonomi sosial


Keadaan ekonomi yang sangat buruk dapat mengakibatkan keadaan anak-anak dari
keluarga yang bersangkutan tidak menentu, karena kehidupan sehari-hari tidak
mencukupi bagaimna pula mengatur keluarganya, sedangkan setiap hari mereka harus
mencukupi kebutuhan pokok rumah tangga. Hal inilah yang mendorong terjadinya
tindak kejahatan. Apalagi dalam masyarakat, anak dari keluargayang tidak mampu,
anak tersebut pasti berperilaku suka meniru dan rasa keinginan yang besar untuk
memiliki, akan mudah tergiur apa yang didemonstrasikan oleh kalangan yang mewah.
Hal ini tentu saja mendorong si anak untuk melakukan kejahatan pencurian atau
memiliki dengan paksa. Olehkarena itu kemiskinan itu dapat mendorong orang untuk
berbuat jahat. Jadi faktor ekonomi sosial merupakan factor yang pendorong untuk
mengarahkan si anak untuk melakukan kejahjatan.
3. faktor psikologi
Psikologi ataupun ilmu jiwa adalah suatu ilmu yang mempelajari tindakan atau tingkah
laku manusia yang dihubungkan dengan jiwa para pelakunya. Kenakalan anak-anak
diakibatkan oleh beberapa hal yakni masa pubertas dan kelainan jiwa.13

Kekerasan terhadap wanita

Membahas mengenai kekerasan terutama korbanya terhadap perempuan merupakan


permasalahan yang sangat luas, baik karena bentuknya (kekerasan fisik, non fisik atau
verbal dan kekerasan seksual) tempat kejadiannya (di dalam rumah tangga dan ditempat
umum), jenisnya (perkosaan, penganiayaan, pembunuhan atau kombinasi dari
ketiganya), maupun pelakunya (orang-orang yang memiliki hubungan dekat atau orang
asing). Kekerasan terhadap perempuan merupakan tindak penistaan dan pengebirian
harkat manusia, dapat terjadi di semua tingkat kehidupan, baik di tingkat
pendidikan,ekonomi, budaya, agama, maupun suku bangsa. Hal ini karena pada
dasarnya kekerasan terjadi akibat paham dunia yang masih didominasi oleh laki-laki.
Tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu tindak pidana yang banyak
mendapat perhatian dari para ahli ilmu sosial pada tahun-tahun terakhir ini. dari data
yang terkumpul belum diketahui secara pasti berapa banyak wanita (istri) yang menjadi
tindak kekerasan mulai dari keengganan memberi nafkah kepada istri sampai kepada
kekerasan seksualitas. Maka dari itu untuk mengatasi masalah kekerasan terhadap
perempuan di lingkungan rumah tangga, perlu adanya tindakan bersama antar semua
pihak, baik dari masyarakat sampai dengan aparat serta perundang-undangan yang
berfungsi dengan baik sehingga masalah kekerasan di Indonesia seperti masalah
kekerasan dapat diatasi dengan baik.14

13
Arnanda Yuliswidaka,satrio ageng rihardi, perlindungan hukum terhadap kekerasan anak dikota magelang,
fisipol, untidar
14
Mia amalia, kekerasan perempuan dalam prespektif hukum dan sosiokultural, universitas suryakancana,
cianjur:2011
Faktor kekerasaan terhadap wanita
Kekerasan terhadap perempuan yang terjadi pada masyarakat modern dewasa ini berupa
kekerasan seksual yang dikenal dengan pelecehan seksual, pada umumnya terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor,diantaranya adalah:
1. Pengaruh perkembangan budaya yang semakin tidak mengharga ietika berpakaian
yang menutup aurat,yang dapat merangsang pihak lain untuk berbuat tidak senonoh dan
jahat.
2. Gaya hidup dan pergaulan di antara laki-laki dan perempuan yang semakin bebas,
tidak atau kurang bisa lagi membedakan antara yang seharusnya boleh dikerjakan
dengan yang dilarang dalam hubungannya dengan kaidah akhlak mengenai hubungan
laki-laki dengan perempuan sehingga sering terjadi seduktif rape.
3. Rendahnya pengamalan dan penghayatan terhadap norma-norma keagamaan yang
terjadi di tengah masyarakat. Nilai-nilai keagamaan yang semakin terkikis dimasyarakat
atau pola relasi horisontal yang cenderung semakin meniadakan peran agama adalah
sangat potensial untuk mendorong seseorangberbuatjahatdanmerugikan orang lain.
4. Tingkat kontrol masyarakat (social control) yang rendah, artinya berbagai perilaku
diduga sebagai penyimpangan, melanggar hukum dan norma keagamaan kurang
mendapatkan respon dan pengawasan dari unsur-unsur masyarakat.
5. Putusan hakim yang cenderung tidak adil, misalnya putusan yang cukup ringan
dijatuhkan pada pelaku. Hal ini dimungkinkan dapat mendorong anggota masyarakat
lainnya untuk berbuat keji dan jahat. Artinya mereka yang hendak berbuat jahat tidak
merasa takut lagi dengan sanksi hukum yang akan diterimanya.
6. Ketidak mampuan pelaku untuk mengendalikan emosi dan nafsu seksualnya. Nafsu
seksualnya dibiarkan mengembara dan menuntutnya untuk dicarikan kompensasi
pemuasnya.
7. Keinginan pelaku untuk melakukan (melampiaskan) balas dendam terhada sikap,
ucapan dan perilaku korban yang dianggap menyakiti dan merugikan sehingga
menimbulkan Anga Rape.

Penanganan kekerasan pada perempuan dan anak


Upaya Penanggulangan dalam tindak pidana kekersan terhadap anak di bawah
umur dengan perumusan berbagai undang-undang yang bertujuan menghapuskan
diskriminasi terhadap anak, diwujudkan dengan merencanakan perumusan dan
pengesahan undang-undang yang sangat berkaitan dengan kepentingannya,oleh karena
itu kebijakan kriminal terhadap kekerasan pada anak merupakan slah satu upaya
implementasi adanya perumusan tersebut. Kebijakan kriminal atau upaya
penanggulangan kejahatan pada hakikatnya merupakan bagian integral dari upaya
perlindungan masyarakat (soscial defence) dan upaya mencapai kesejahteraan
masyarakat (social welfare).Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa tujuan akhir atau
tujuan utama dari kebijakan kriminal ialah perlindungan masyarakat untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat. Kebijakan kriminal pada hakikatnya merupakan bagian
integral dari kebijakan sosial, yaitu usaha yang rasional untuk men-capai kesejahteraan
masyarakat.Sebagai usaha penanggulangan kejahatan, kebijakan kriminal dapat
mengejawantah dalam berbagai bentuk.Pertama, yakni bersifat represif yang
menggunakan sarana penal, yang sering disebut sebagai sistem peradilan pidana
(criminal justice sistem. Dalam hal ini secara luas sebenarnya mencakup pula proses
kriminalisasi. Kedua, yakni berupa usaha-usaha prevention withaout punishment (tanpa
menggunakan sarana penal), dan yang ketiga, adalah pendayagunaan usaha-usaha
pembentukan opini masyarakat tentang kejahatan dan sosialisasi hukum melalui mass
media secara luas. Dikaitkan dengan kejahatan (kekerasan) terhadap anak, kebijakan
kriminal di sini dapat dimaksudkan sebagai usaha yang rasional dalam menanggulangi
kekerasan pada anak.Dengan demikian, upaya penanggulangan kekerasan pada anak
pada dasarnya merupakan bagian dari upaya perlindungan anak dalam mewujudkan
kesejahteraan anak.15

Penanganan kekerasan terhadap perempuan

Prinsip-prinsip dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan antara lain:


1. Kekerasan pada perempuan umumnya banyakterjadi terhadap kaum perempuan, sebagai
akibat kekuasaan yang tidak seimbang antara laki laki dan perempuan yang terjadi dalam
masyarakat. Kekerasan ini berdampak pada setiap aspek kehidupan perempuan dengan
mengurangi kuasa dan penguasaan perempuan terhadap kehidupannya sendiri. Pada
umumnya perempuan yang berani melaporkan kekerasan terhadap perempuan terhadap
dirinya mengambil resiko akan dipersalahkan ataupun dikucilkan dari masyarakat
sendiri. Mereka juga rentan adanya kekerasan lebih lanjut daripelaku semula.

15
Barhanuddin, kajian perlindungan hukum terhadap anak dibawah umur sebagai korban kekerasan dikota palu
2. Proses investigasi terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan bertujuan untuk
membantu korban kekerasan terhadap perempuan untuk memperoleh keadilan.
3. Harus disadari akan resiko perempuan yang memberikan kesaksian sehingga sedapat
mungkin perlu adanya perlindungan dan keamanan terhadap mereka.
Prinsip-prinsipnya;
a. Prioritas utama diberikan pada keamanan bagi perempuan yang menjadi korban dan
saksi. Keamanan akan diutamakan dalam dekatan untuk menerima pengaduan,
penetapan lokasi, rekaman, dan ngolahan hasil penggalian masalah/investigasi.
b. Identitas para saksi dan korban akan tetap dirahasiakan.
c. Nama mereka hanya akan diketahui oleh pemeriksa dan kalau yang bersangkutan
memberi ijin, namanya akan diberikan kepada pihak tertentu.
d. Para saksi dapat mengendalikan keadaan penggalian masalahpemeriksaan
sepenuhnya. Mereka dapat menolak pertanyaan apun, dan dapat menghenntikan
penggalian masalah pada setiap saat.
e. Para saksi dan korban akan didengarkan dengan penuh penghormatan Dengan
keterbukaan, dandapat diberi dukungan untuk menuturkan ceritanya dengan cara yang
mereka sendiri tentukan.
f. Perempuan tidak boleh dipersalahkan karena kekerasan yang dialaminya. Yang
bertanggung jawab adalah para pelaku kekerasan dan mereka yang dengan sadar
membiarkan kekerasan berlangsung.g.Perempuan akan diberi dukungan untuk
menemukan sumberdaya yang dapat menolong mereka menghadapi dampak
kekerasan yang mereka alami.
4. Informasi yang paling kuat dan terandal adalah informasi yang diperoleh dari perempuan
yang bicara langsung dari pengalamannya sendiri. Hal ini berarti mereka yang
menyaksikan kekerasan terhadap perempuan lain atau korban kekerasan yang dialami
sendiri. Kebanyakan mereka merasa takut untuk bicara dengan petugas, atau rasa malu
untuk mengungkapkan pengalamannya, namun kalau mereka didekati dekan kepekaan
dan empati, mungkin mereka rela memberikan kesaksian, apalagi kalau mereka sadar
behwa kesaksian mereka dapat menolong korban lain.
Informasi lainnya dapat diperoleh dari pihak ketiga atau kesimpulan yang ditarik dari
data lain, misalnya melihat perempuan dalam keadaan takut, berkeringat, menangis,
gelisah, pakaian tidak rapi, tapi tidak melihat apa yang lebih dulu terjadi. Misalnya
perempuan korban memang berada di tempat yang disebutkan, dan pelaku juga berada
disana, meskipun tidak melihat apa yang dilakukan oleh pelaku.16

Akibat hukum terhadap kekerasan anak

Kekerasan pada anak atau perlakuan salah pada anak adalah suatu tindakan semena-mena
yang dilakukan oleh seseorang seharusnya menjaga dan melindungi anak (caretaker) pada
seorang anak baik secara fisik, seksual, maupun emosi. Pelaku kekerasan di sini karena
bertindak sebagai caretaker, maka mereka umumnya merupakan orang terdekat di sekitar
anak.Ibu dan bapak kandung, ibu dan bapak tiri, kakek, nenek, paman, supir pribadi, guru,
tukang ojek pengantar ke sekolah, tukang kebun, dan seterusnya. Banyak teori yang berusaha
menerangkan bagaimana kekerasan ini terjadi, salah satu di antaranya teori yang
berhubungan dengan stress dalam keluarga (family stress). Stres dalam keluarga tersebut bisa
berasal dari anak, orang tua, atau situasi tertentu.Tindak kekerasan terhadap anak merupakan
permasalahan yang cukup kompleks, karena mempunyai dampak negatif . Batasan usia anak
di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 1 ayat 1, yang
dimaksud anak adalah usia sebelum 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.Kehadiran anak dalam suatu keluarga merupakan kebahagiaan bagi keluarga yang
bersangkutan. Faktanya, tidak selamanya anak mendapatkan perlindungan bahkan di dalam
keluarganya sekalipun. Anak seringkali mendapatkan kekerasan dalam kehidupannya.
Kekerasan dalam arti luas menurut Ningsih, sebagai suatu penghalang yang seharusnya dapat
dihindari yang menyebabkan seseorang tidak dapat mengaktualisasikan dirinya secara wajar 17
Aturan yang terdapat dalam UU PA, yakni Pasal 80 ayat (1) yang merumuskan: Setiap orang
yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap
anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

Akibat hukum kekerasan terhadap wanita

Pasal 81A

(1)Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (7) dikenakan untuk jangka waktu

16
Sri warjiyati, penanganan terhadap perempuan korban kekerasan, UINSA SBY : 2014
17
Ika Harni Lesttyoningsih, penanganan kekerasan terhadap anak berbasis masyarakat diindonesia, dinas
kesehatan kabupaten kutai kartanegara, kalimantan timur
paling lama 2 (dua) tahun dan dilaksanakan setelah terpidana menjalani pidana pokok.

(2)Pelaksanaan tindakan sebagaimana di-maksud pada ayat (1) di bawah penga-wasan secara
berkala oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerin-tahan di bidang hukum,
sosial, dan ke-sehatan.

(3)Pelaksanaan kebiri kimia disertai dengan rehabilitasi.

(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tindakan dan rehabilitasi di-atur
dengan Peraturan Pemerintah.Ketentuan Pasal 82 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 82

(1)Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2)Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang tua,
wali, orang-orang yang mem-punyai hubungan keluarga, pengasuh anak, pendidik, tenaga
kependidikan, aparat yang menangani perlindungan anak, atau dilakukan oleh lebih dari satu
orang secara bersama-sama, pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3)Selain terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penambahan 1/3 (sepertiga)
dari ancaman pidana juga dikenakan kepada pelaku yang pernah dipidana karena melakukan
tindak pi-dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E.

(4)Dalam hal tindak pidana sebagaimana di-maksud dalam Pasal 76E menimbulkan korban
lebih dari 1 (satu) orang, menga-kibatkan luka berat, gangguan jiwa, pe-nyakit menular,
terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban me-ninggal dunia, pidananya
ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana seba-gaimana dimaksud pada ayat (1).

(5)Selain dikenai pidana sebagaimana di-maksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4),
pelaku dapat dikenai pidana tam-bahan berupa pengumuman identitas pelaku.

(6)Terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat (4) dapat
dikenai tindakan berupa reha-bilitasi dan pemasangan alat pendeteksi elektronik.

(7)Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diputuskan bersama-sama de-ngan pidana
pokok dengan memuat jang-ka waktu pelaksanaan tindakan. Pidana tambahan dikecualikan
bagi pelaku Anak.Di antara Pasal 82 dan Pasal 83 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal 82A
yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 82A

(1)Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (6) dilaksanakan selama dan/atau
setelah terpidana menjalani pi-dana pokok.

(2)Pelaksanaan tindakan sebagaimana di-maksud pada ayat (1) di bawah penga-wasan secara
berkala oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerin-tahan di bidang hukum,
sosial, dan ke-sehatan.

(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tindakan diatur dengan Pe-raturan
Pemerintah.Ancaman sanksi hukum yang tersebut dalam ketentuan perundang-undangan
sebagai-mana terurai diatas cukup berat. Akan tetapi apakah ancaman sanksi hukum tadi
efektif untuk membuat jera para pelaku tindak kekerasan atau calon-calon pelaku jera atau
tidak. Realita yang terjadi masih banyak pelaku-pelaku dan atau orang lain yang melakukan
tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.Ancaman hukuman yang berat tidak akan
ada manfaatnya untuk memberi perlindungan hukum para korban pelaku tindak kekerasan,
ka-lau tidak ada kesungguhan atau kesadaran etisdari aparatur penegak hukum untuk
menindak para pelaku tindak kekerasan.Kesadaran etis para aparatur penegak hukum sangat
diperlukan untuk menegakkan hukum dan keadilan, sehingga hukum mampu dan ber-daya
guna untuk memberikan perlindungan ter-hadap para korban tindak pidana.18

Kesimpulan
Tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan suatu tindak pidana yang banyak
mendapat perhatian dari para ahli ilmu sosial pada tahun-tahun terakhir ini. Maka dari itu
untuk mengatasi masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak, perlu adanya tindakan
bersama antar semua pihak, baik dari masyarakat sampai dengan aparat serta perundang-
undangan yang berfungsi dengan baik sehingga masalah kekerasan di Indonesia seperti
masalah kekerasan dapat diatasi dengan baik.
Untuk penanganan terhadap kekerasan wanita dapat dilakukan melalui proses investigasi
terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan yang bertujuan untuk membantu korban
kekerasan terhadap perempuan untuk memperoleh keadilan. Atau bisa didapat melalui
nformasi lainnya dapat diperoleh dari pihak ketiga atau kesimpulan yang ditarik dari data
lain, misalnya melihat perempuan dalam keadaan takut, berkeringat, menangis, gelisah,
pakaian tidak rapi, tapi tidak melihat apa yang lebih dulu terjadi. Sedangkan upaya
penanggulangan dalam tindak pidana kekerasan terhadap anak di bawah umur dengan

18
Taufiq, sanksi hukum terdahadap tindak pidana kekerasan perempuan dan anak, fakultas hukum universitas
pekalongan, pekalongan : 2017
perumusan berbagai undang-undang yang bertujuan menghapuskan diskriminasi terhadap
anak, diwujudkan dengan merencanakan perumusan dan pengesahan undang-undang yang
sangat berkaitan dengan kepentingannya, oleh karena itu kebijakan kriminal terhadap
kekerasan pada anak merupakan slah satu upaya implementasi adanya perumusan tersebut.
Untuk kekerasan terhadap anak sudah ada aturannya, yang terdapat dalam Undang-
Undang Perlindungan Anak, yakni Pasal 80 ayat (1) yang merumuskan: Setiap orang yang
melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda
paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). Sedangkan untuk kekerasan
terhadap perempuan, telah diatur dalam Pasal 81, 81A, 82 A Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.
Saran yang diberikan yaitu adanya pemberian bantuan kepada masyarakat yang dapat
berupa sosialisai mengenai kekerasan terhadap wanita dan anak serta penangannya, dan juga
perlu diberikan tempat atau ruang yang digunakan sebagai tempat melapor/mengadu dan bisa
dijadikan sebagai keamanan bagi perempuan yang menjadi korban dan saksi. Keamanan akan
diutamakan dalam dekatan untuk menerima pengaduan, penetapan lokasi, rekaman, dan
ngolahan hasil penggalian masalah/investigasi. Para saksi dan korban akan didengarkan
dengan penuh penghormatan Dengan keterbukaan, dan dapat diberi dukungan untuk
menuturkan ceritanya dengan cara yang mereka sendiri tentukan. Sehingga korban merasa
aman dan tidak takut lagi apabila ingin mengadu mengenai kekerasan yang dialaminya.

Daftar Pustaka

Arnanda Yusliwidaka, S. A. (n.d.). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Anak


Di Kota Magelang .
Farieda, A. U. (2013). Perlindungan Hukum Istri Sebagai Korban Kekerasan Dalam Rumah
Tangga Di Pelayanan Terpadu Perempuan Dan Anak Surakarta (Ptpas). Recidive, Vol.
2, No. 3 .
Hartati, M. (2013). Studi Tentang Upaya Penanganan Tindak Kekerasan Terhadap
Perempuan dan Anak (Studi Kasus Pada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anank (PT2TP2A) Provinsi Kalimantan Timur)). eJournal
Administrasi Negara, Vol. 1, No. 3 .

Hasanah, H. (2013). Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Dalam Rumah Tangga
Perspektif Pemberitaan Media. Sawwa, Vol. 9, No. 1, .

Lestyoningsih, I. H. (2019). Penanganan Kekerasan Terhadap Anak Berbasis Masyarakat Di


Indonesia. Jurnal Berkala Kesehatan, Vol 5, No. 1 .

Noviana, I. (2015). Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak Dan Penanganannya Child
Sexual Abuse: Impact and Hendling. Sosio Informa, Vo. 1, No. 1 .

Pasalbessy, J. D. (2010). Dampak Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Serta
Solusinya. Jurnal Sasi, Vol. 16, No. 3 .

Rochaety, N. (2014). Menegakkan HAM Melalui Pelrindungan Hukum Bagi Perempuan


Korban Kekerasan di Indonesia. Palastren, Vol. 7, No. 1 .

Sutrisminah, E. (n.d.). Dampak Kekerasan Pada Istri Dalam Rumah Tangga Terhadap
Kesehatan Reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai