Dosen Pengampu
Oleh:
Katarina Dhama
21063000059
KELAS 5
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini tidak jarang dalam kehidupannya anak mendapatkan perlakuan yang tidak
pantas baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan yang ada disekitarnya.Perlakuan
yang tidak pantas ini seperti kekerasan dan terhambatnya pemenuhan hak anak. Menurut
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, kekerasan anak adalah
setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, sebuah bentuk ancaman untuk
melakukan pemaksaan, perbuatan merugikan atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum. Salah satunya yang marak terjadi saat ini yaitu kekerasan seksual.
Menurut Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI) Arist Merdeka Siraitsaat
ini angka kekerasan dan kejahatan seksual pada anak mengalami peningkatan hingga
menyentuh angka 59 persen selama masa pandemi virus corona (Covid-19). Kemudian,
khusus di wilayah Depok jumlah kasus yang tercatat pada periode tahun 2019 hingga bulan
juli 2020 mencapai angka 2.700 kasus. Selain itu kekerasan seksual pada anak tidak hanya
terjadi di saat pandemic covid namun samapi saat inipun masih kerap terjadi kekerasan
seksual terhadap anak seperti yang tersebar dalam media akhir-akhir ini.Dengan banyaknya
jumlah kasus yang tercatat, maka permasalahan kekerasan seksual yang terjadi pada anak
bukanlah masalah yang bisa dianggap sepele, hal ini memerlukan berbagai upaya yang
dilakukan untuk mencegah dan melakukan upaya pertolongan kepada anak yang terlanjur
mengalami kekerasan seksual dalam hidupnya.
Penanganan kasus kekerasan seksual terhadap anak menjadi suatu tantangan yang
sangat kompleks. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti minimnya pemahaman
masyarakat tentang kekerasan seksual dan stigma yang masih melekat pada korban kekerasan
seksual. Selain itu, kurangnya sumber daya manusia dan anggaran dari pemerintah untuk
memberikan layanan kesehatan, hukum, dan rehabilitasi kepada korban kekerasan seksual
juga menjadi salah satu faktor yang membuat penanganan kasus kekerasan seksual ini
terkesan kurang maksimal.
Tentunya, untuk mencegah dan menangani kasus kekerasan seksual terhadap anak
bukanlah tanggung jawab satu orang atau satu kelompok saja. Sehingga , sangat penting bagi
semua pihak untuk bersama-sama mengambil tindakan konkret dan menjalankan program-
program yang terintegrasi dalam upaya memerangi kekerasan seksual terhadap anak agar
Indonesia menjadi negara yang lebih aman dan terdidik di masa depan.
Kekerasan seksual pada anak adalah masalah serius yang memerlukan perhatian
segera. Berikut beberapa solusi dan tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi masalah
ini,yskni dari bidang Pendidikan dan Kesadaran, diman pendidikan seksual yang tepat usia
dapat membantu anak-anak memahami batasan dan melaporkan pelecehan saat terjadi.
Kampanye kesadaran di sekolah dan masyarakat tentang kekerasan seksual pada anak dapat
membantu mencegahnya. Dari bidang Komunikasi,komunikasi terbuka mengjarkan anak-
anak untuk berbicara dengan orang dewasa yang mereka percayai jika mereka mengalami
pelecehan atau merasa tidak aman. Dukung komunikasi terbuka dalam keluarga agar anak
merasa nyaman berbicara tentang pengalaman mereka. Perlindungan Anak-anak perlu
dilindungi dari situasi atau individu yang dapat membahayakan mereka. Penting untuk
mengevaluasi siapa yang memiliki akses ke anak-anak dan menjaga pengawasan yang ketat.
Dalam bidang Hukum yakni diberlakukan hukuman yang tegas bagi pelaku kekerasan
seksual pada anak.Pastikan sistem hukum menangani kasus-kasus ini dengan serius dan
mengadili pelaku sesuai dengan hukum. Dukungan Psikologis, Sediakan dukungan psikologis
bagi anak yang telah mengalami kekerasan seksual. Konseling dapat membantu mereka
dalam proses penyembuhan. Berikan pelatihan untuk Orang Dewasa, Berikan pelatihan
kepada orang dewasa, termasuk guru, orang tua, dan pekerja sosial, untuk mengidentifikasi
tanda-tanda pelecehan dan tindakan yang harus diambil. Melakukan anjuran orang untuk
melaporkan dugaan kekerasan seksual pada anak ke otoritas yang berwenang, seperti polisi
atau lembaga perlindungan anak setempat. Pencegahan,Edukasi dan pencegahan adalah kunci
utama. Selain itu, pencegahan melalui peraturan yang ketat, seperti verifikasi latar belakang
bagi individu yang bekerja dengan anak-anak, dapat membantu mengurangi risiko. Dukungan
Masyarakat, Dukung organisasi yang berfokus pada perlindungan anak dan kekerasan seksual
pada anak. Berkontribusi atau menjadi sukarelawan di organisasi ini dapat membantu
meningkatkan kesadaran dan dukungan, Kemitraan,Dukung kemitraan antara lembaga
pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat untuk bekerja bersama dalam
mengatasi kekerasan seksual pada anak.
Kekerasan seksual pada anak adalah masalah yang memerlukan perhatian dan
tindakan serius dari seluruh masyarakat. Upaya bersama dalam pendidikan, pencegahan,
pelaporan, dan pengadilan pelaku akan membantu melindungi anak-anak dari kekerasan
seksual dan membantu mereka dalam proses penyembuhan jika mereka telah menjadi korban.
Secara khusus Indonesia memiliki undang-undang tersendiri mengenai perlindungan anak,
yaitu UU No 23 Tahun 2004 tentang perlindungan anak. Dalam Pasal 81 dan 82 Undang-
Undang tentang perlindungan anak ini diatur bahwa pelaku pelecehan seksualterhadap anak
dipidana penjara maksimal 15 tahun. Namun, 15 tahun pidana penjara sebenarnya tidak
sebanding dengan apa yang dialami oleh korban. Mengingat, kejadian ini dapat membawa
pengaruh yang sangat besar bagi korban dimulai dari gangguan fisik hingga psikologis yang
akan dideritanya seumur hidup. Oleh sebab itu, diharapkan kepada penegak hukum dan
pemerintah agar bisa lebih mempertimbangkan Kembali hukuman terhadap pelaku kekerasan
seksual terhadap anak agar dapat memberi efek jera kepada pelaku dan juga dapat
mengurangi kesalahan yang sama di luar sana.
Untuk melakukan penelitian tidak terlepas dari penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari penelitian yang sedang
dilakukan, selain itu juga bertujuan untuk membandingkan dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya. Berikut adalah beberapa penelitian sebelumnya berupa jurnal yang memiliki
relevansi dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Pertama, yang dilakukan oleh Fachria octaviani dan Nunung Nurwati pada
tahun 2021 dengan judul Analisis Faktor dan Dampak Kekerasan Seksual pada anak. Fachria
Octaviani dan Nunung Nurwanti mengatakan bahwa kekerasan seksual yang pada anak akan
berdampak pada kerusakan saraf bagian cortex. Kemudian dampak lain yang paling parah
adalah 70% kemungkinan anak yang mengalami kekerasan seksual akan menjadi pelaku di
kemudian hari (Erlinda, 2014). Kemudian, disebutkan bahwa anak yang mengalami
kekerasan akan menimbulkan dampak dalam kehidupannya, seperti gangguan kemampuan
sosial, emosi, dan kognitif selama hidupnya, kesehatan mental seperti halusinasi dan depresi,
serta perilaku beresiko kesehatan, seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan perilaku
seksual yang lebih dini datangnya. Semua tindakan kekerasan kepada anak-anak akan
direkam dalam bawah sadar mereka dan akan dibawa sampai kepada masa dewasa dan terus
sepanjang hidupnya. Jika hal ini terjadi, maka akan menjadi rantai dan budaya kekerasan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi literatur.
Studi Literatur merupakan sebuah metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara
mencari teori yang relevan dengan permasalahan yang ditentukan. Referensi dalam studi
literature ini bisa didapatkan dari junal, artikel, penelitian terdahulu, buku, dan situs internet
yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya
Ketiga, penelitan yang dilakukan oleh Utami Zahirah 1 , Nunung Nurwati2 , dan
Hetty Krisnani pada tahun 2019 dengan judul dampak dan penanganan kekerasan seksual
anak di keluarga, oleh Utami Zahirah 1 , Nunung Nurwati2 , dan Hetty Krisnani mengatakan
bahwa menggambarkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari kekerasan seksual pada anak
sangat luas meliputi kondisi fisik, emosional dan juga psikis yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak yang merupakan korban kekerasan seksual.
2.2. Kerangaka Teori
Ekosistem adalah sistem sosial yang lebih besar dimana anak tidak terlibat interaksi
secara langsung, tetapi begitu berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Sub
sistemnya terdiri dari lingkungan tempat kerja orang tua, kenalan saudara baik adik, kakak,
atau saudara lainnya,dan peraturan dari pihak sekolah. Sebagai contoh, pengalaman kerja
dapat mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dan anaknya. Seorang ibu
dapat menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih banyak perjalanan yang dapat
meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola interaksi orang tua dan anak. Sub
sistem eksosistem lain yang tidak langsung menyentuh pribadi anak akan tetapi besar
pengaruhnya adalah koran, televisi, dokter, keluarga besar, dan lain-lain