Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS FAKTOR DAN DAMPAK KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK

Disusun untuk memenuhi tugas kuliah Problem Solving

Dosen Pengampu

Mohamad Nur Singgih, SE., MM

Oleh:

Katarina Dhama

21063000059

KELAS 5

JURUSAN D3 BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini tidak jarang dalam kehidupannya anak mendapatkan perlakuan yang tidak
pantas baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan yang ada disekitarnya.Perlakuan
yang tidak pantas ini seperti kekerasan dan terhambatnya pemenuhan hak anak. Menurut
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, kekerasan anak adalah
setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, sebuah bentuk ancaman untuk
melakukan pemaksaan, perbuatan merugikan atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum. Salah satunya yang marak terjadi saat ini yaitu kekerasan seksual.

Kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk kejahatan yang sangat


memprihatinkan dan menyedihkan. Fenomena ini masih menjadi permasalahan yang sangat
serius di masyarakat Indonesia. Kekerasan seksual pada anak menurut ECPAT (End Child
Prostitusion In Asia Toutrism) diartikan sebagai hubungan atau interaksi yang dilakukan
seorang anak dengan seorang dewasa seperti saudara sekandung, orang asing, maupun
orang tuadimana kondisi ini dilakukan sebagai pemuas kebutuhan seksual pelaku itu
sendiri. perbuatan kekerasan seksual ini cenderung dilakukan dengan paksaan, ancaman,
suap, tipuan yang dilakukan oleh pelaku pada anak.

Beberapa alasan muncul ketika anak mendapatkan kekerasan seksual dalam


hidupnya, alasan-alasan tersebut seperti, ketidakmampuan pelaku untuk mengendalikan
nafsu seksualnya, dan kurangnya program edukasi mengenai kehidupan seksual pada anak
sejak dini. Selain itu, kekerasan seksual juga bisa terjadi akibat dendam yang dirasakan
pelaku terhadap korban atau salah satu keluarga korban sehingga pelaku melampiaskan
dengan cara melakukan kekerasan seksual. Kekerasan seksual terhadap anak adalah suatu
tindakan yang memanfaatkan kekuasaan dan berdampak negatif terhadap kesehatan fisik dan
psikologis mereka. Menurut data yang dirilis Kementerian PPPA tahun 2019, kasus kekerasan
seksual terhadap anak dan perempuan cenderung meningkat di Indonesia. Pada tahun 2018,
tercatat sekitar 13.119 kasus kekerasan terhadap anak dan 8.699 kasus kekerasan terhadap
perempuan.
Selain itu, kekerasan seksual yang terjadi pada anak juga dapat berdampak pada
kerusakan saraf di bagaian cortex. Kemudian dampak lain yang paling parah adalah 70%
kemungkinan anak yang mengalami kekerasan seksual akan menjadi pelaku di kemudian hari
Kemudian, disebutkan bahwa anak yang mengalami kekerasan akan menimbulkan dampak
dalam kehidupannya, seperti gangguan kemampuan sosial, emosi, dan kognitif selama
hidupnya, kesehatan mentalseperti halusinasi dan depresi,serta perilaku beresiko kesehatan,
seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan perilaku seksual yanglebih dini datangnya.
Semua tindakan kekerasan kepada anak-anak akan direkam dalam bawah sadar mereka dan
akan dibawa sampai kepada masa dewasa dan terus sepanjang hidupnya. Jika hal ini terjadi,
maka akan menjadi rantai dan budaya kekerasan.

Menurut Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI) Arist Merdeka Siraitsaat
ini angka kekerasan dan kejahatan seksual pada anak mengalami peningkatan hingga
menyentuh angka 59 persen selama masa pandemi virus corona (Covid-19). Kemudian,
khusus di wilayah Depok jumlah kasus yang tercatat pada periode tahun 2019 hingga bulan
juli 2020 mencapai angka 2.700 kasus. Selain itu kekerasan seksual pada anak tidak hanya
terjadi di saat pandemic covid namun samapi saat inipun masih kerap terjadi kekerasan
seksual terhadap anak seperti yang tersebar dalam media akhir-akhir ini.Dengan banyaknya
jumlah kasus yang tercatat, maka permasalahan kekerasan seksual yang terjadi pada anak
bukanlah masalah yang bisa dianggap sepele, hal ini memerlukan berbagai upaya yang
dilakukan untuk mencegah dan melakukan upaya pertolongan kepada anak yang terlanjur
mengalami kekerasan seksual dalam hidupnya.

Penanganan kasus kekerasan seksual terhadap anak menjadi suatu tantangan yang
sangat kompleks. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti minimnya pemahaman
masyarakat tentang kekerasan seksual dan stigma yang masih melekat pada korban kekerasan
seksual. Selain itu, kurangnya sumber daya manusia dan anggaran dari pemerintah untuk
memberikan layanan kesehatan, hukum, dan rehabilitasi kepada korban kekerasan seksual
juga menjadi salah satu faktor yang membuat penanganan kasus kekerasan seksual ini
terkesan kurang maksimal.

Komisioner Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan(Komnas


Perempuan) Sri Nurherwati mengatakan, saat ini kekerasan seksual yang dikenal di dalam
hukum Indonesia hanya dua, yakni pemerkosaan dan pencabulan. “Pemerkosaan dan
pencabulan itu keduanya dibungkus dengan kontak fisik, korban harus langsung berhadapan
dengan pelaku. Sementara Komnas Perempuan menemukan ada sembilan jenis kekerasan
seksual yang harus dipidanakan dalam Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan
Seksual (RUU PKS)

Tentunya, untuk mencegah dan menangani kasus kekerasan seksual terhadap anak
bukanlah tanggung jawab satu orang atau satu kelompok saja. Sehingga , sangat penting bagi
semua pihak untuk bersama-sama mengambil tindakan konkret dan menjalankan program-
program yang terintegrasi dalam upaya memerangi kekerasan seksual terhadap anak agar
Indonesia menjadi negara yang lebih aman dan terdidik di masa depan.

Untuk mencegah kekerasan seksual pada anak, disarankan untuk mengenalkan


anggota tubuh sedari dini pada anak. Anak diberi penjelasan mengenai perbedaan alat
kelamin perempuan dan laki-laki. Diberi penjelasan mengenai sentuhan baik dan buruk.
Sentuhan baik/boleh adalah sentuhan yang tidak menyakiti dan membuat nyaman. Terdapat
satu jenis sentuhan yakni sentuhan membingungkan, tidak menyakiti tapi membuat risih/jijik.
Biasanya muncul di area antara bahu dan lutut. Terutama jika sentuhan ini menunjukkan
kasih sayang dan nafsu. Bermula dari mengelus kepala, memeluk-meluk, kemudian meraba
bagian tubuh dari bawah bahu sampai atas lutut. Sebisa mungkin memberi pemahaman
mengenai seks edukasi terhadap anak sejak dini dan jangan menganggap bahwa Tindakan
tersebut adalah Tindakan yang tabu.

Kekerasan seksual pada anak adalah masalah serius yang memerlukan perhatian
segera. Berikut beberapa solusi dan tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi masalah
ini,yskni dari bidang Pendidikan dan Kesadaran, diman pendidikan seksual yang tepat usia
dapat membantu anak-anak memahami batasan dan melaporkan pelecehan saat terjadi.
Kampanye kesadaran di sekolah dan masyarakat tentang kekerasan seksual pada anak dapat
membantu mencegahnya. Dari bidang Komunikasi,komunikasi terbuka mengjarkan anak-
anak untuk berbicara dengan orang dewasa yang mereka percayai jika mereka mengalami
pelecehan atau merasa tidak aman. Dukung komunikasi terbuka dalam keluarga agar anak
merasa nyaman berbicara tentang pengalaman mereka. Perlindungan Anak-anak perlu
dilindungi dari situasi atau individu yang dapat membahayakan mereka. Penting untuk
mengevaluasi siapa yang memiliki akses ke anak-anak dan menjaga pengawasan yang ketat.
Dalam bidang Hukum yakni diberlakukan hukuman yang tegas bagi pelaku kekerasan
seksual pada anak.Pastikan sistem hukum menangani kasus-kasus ini dengan serius dan
mengadili pelaku sesuai dengan hukum. Dukungan Psikologis, Sediakan dukungan psikologis
bagi anak yang telah mengalami kekerasan seksual. Konseling dapat membantu mereka
dalam proses penyembuhan. Berikan pelatihan untuk Orang Dewasa, Berikan pelatihan
kepada orang dewasa, termasuk guru, orang tua, dan pekerja sosial, untuk mengidentifikasi
tanda-tanda pelecehan dan tindakan yang harus diambil. Melakukan anjuran orang untuk
melaporkan dugaan kekerasan seksual pada anak ke otoritas yang berwenang, seperti polisi
atau lembaga perlindungan anak setempat. Pencegahan,Edukasi dan pencegahan adalah kunci
utama. Selain itu, pencegahan melalui peraturan yang ketat, seperti verifikasi latar belakang
bagi individu yang bekerja dengan anak-anak, dapat membantu mengurangi risiko. Dukungan
Masyarakat, Dukung organisasi yang berfokus pada perlindungan anak dan kekerasan seksual
pada anak. Berkontribusi atau menjadi sukarelawan di organisasi ini dapat membantu
meningkatkan kesadaran dan dukungan, Kemitraan,Dukung kemitraan antara lembaga
pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat untuk bekerja bersama dalam
mengatasi kekerasan seksual pada anak.

Kekerasan seksual pada anak adalah masalah yang memerlukan perhatian dan
tindakan serius dari seluruh masyarakat. Upaya bersama dalam pendidikan, pencegahan,
pelaporan, dan pengadilan pelaku akan membantu melindungi anak-anak dari kekerasan
seksual dan membantu mereka dalam proses penyembuhan jika mereka telah menjadi korban.
Secara khusus Indonesia memiliki undang-undang tersendiri mengenai perlindungan anak,
yaitu UU No 23 Tahun 2004 tentang perlindungan anak. Dalam Pasal 81 dan 82 Undang-
Undang tentang perlindungan anak ini diatur bahwa pelaku pelecehan seksualterhadap anak
dipidana penjara maksimal 15 tahun. Namun, 15 tahun pidana penjara sebenarnya tidak
sebanding dengan apa yang dialami oleh korban. Mengingat, kejadian ini dapat membawa
pengaruh yang sangat besar bagi korban dimulai dari gangguan fisik hingga psikologis yang
akan dideritanya seumur hidup. Oleh sebab itu, diharapkan kepada penegak hukum dan
pemerintah agar bisa lebih mempertimbangkan Kembali hukuman terhadap pelaku kekerasan
seksual terhadap anak agar dapat memberi efek jera kepada pelaku dan juga dapat
mengurangi kesalahan yang sama di luar sana.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana memahami mengenai fenomena dari adanya faktor dan dampak kekerasan
seksual pada anak
1.3 Tujuan
Menjelaskan mengenai fenomena dari adanya factor dan dampak kekerasan seksual yang
terjadi pada anak.
1.4 Manfaat
1. Untuk mengedukasi tentang seks sejak dini kepada anak
2. Memberi pemahaman terhadap orang tua akan pentingnya seks edukasi sehingga
dapat mengurangi kekerasan seksual pada anak.
3. Untuk memberikan dukungan bagi korban kekerasan seksual agar mendapatkan
keadilan dan pengakuan atas hak-hak mereka.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Untuk melakukan penelitian tidak terlepas dari penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari penelitian yang sedang
dilakukan, selain itu juga bertujuan untuk membandingkan dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya. Berikut adalah beberapa penelitian sebelumnya berupa jurnal yang memiliki
relevansi dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Pertama, yang dilakukan oleh Fachria octaviani dan Nunung Nurwati pada
tahun 2021 dengan judul Analisis Faktor dan Dampak Kekerasan Seksual pada anak. Fachria
Octaviani dan Nunung Nurwanti mengatakan bahwa kekerasan seksual yang pada anak akan
berdampak pada kerusakan saraf bagian cortex. Kemudian dampak lain yang paling parah
adalah 70% kemungkinan anak yang mengalami kekerasan seksual akan menjadi pelaku di
kemudian hari (Erlinda, 2014). Kemudian, disebutkan bahwa anak yang mengalami
kekerasan akan menimbulkan dampak dalam kehidupannya, seperti gangguan kemampuan
sosial, emosi, dan kognitif selama hidupnya, kesehatan mental seperti halusinasi dan depresi,
serta perilaku beresiko kesehatan, seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan perilaku
seksual yang lebih dini datangnya. Semua tindakan kekerasan kepada anak-anak akan
direkam dalam bawah sadar mereka dan akan dibawa sampai kepada masa dewasa dan terus
sepanjang hidupnya. Jika hal ini terjadi, maka akan menjadi rantai dan budaya kekerasan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi literatur.
Studi Literatur merupakan sebuah metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara
mencari teori yang relevan dengan permasalahan yang ditentukan. Referensi dalam studi
literature ini bisa didapatkan dari junal, artikel, penelitian terdahulu, buku, dan situs internet
yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Kayus Kayowuan Lewoleba dan


Muhammad Helmi Fahrozi pada tahun 2020 dengan judul studi faktor-faktor terjadinya
tindak kekerasan seksual pada anak-anak oleh Kayus Kayowuan Lewoleba dan Muhammad
Helmi Fahrozi mengatakan bahwa Kekerasan seksual yang terjadi pada anak-anak saat ini,
adalah dampak dari perkembangn dunia modern, internalisasi modal pada jaman modern ini
sudah tidak lagi semata-mata ditandai dengan meningkatnya pertukaran komoditi material.
Pertukaran modal, ini justru yang terpenting, telah juga merambah ke dunia informasi dan
hiburan. Hal yang terakhir ini sangat penting untuk disorot karena memiliki dimensi
pelanggaran HAM karena melibatkan anak-anak. Penelitian ini merupakan penelitian hukum
empiris, maka dari itu dalam langsung dari sumber pertama melalui wawancara kepada
narasumber.

Ketiga, penelitan yang dilakukan oleh Utami Zahirah 1 , Nunung Nurwati2 , dan
Hetty Krisnani pada tahun 2019 dengan judul dampak dan penanganan kekerasan seksual
anak di keluarga, oleh Utami Zahirah 1 , Nunung Nurwati2 , dan Hetty Krisnani mengatakan
bahwa menggambarkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari kekerasan seksual pada anak
sangat luas meliputi kondisi fisik, emosional dan juga psikis yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak yang merupakan korban kekerasan seksual.
2.2. Kerangaka Teori

2.2.1 Teory Agresif-Frustasi

Teori agresif-frustrasi (frustration-aggression theory) yang menerangkan adanya


peraturan langsung antara derajat frustrasi tingkah laku yang dialami seseorang dengan
timbulnya kecendrungan bertingkah laku agresif. Jika tingkat agresivitas dikaitkan langsung
derajat frustrasi, maka tingkah laku yang dapat diklasifikasikan menjadi sangat luas karena
bukan saja menimbulkan korban manusia saja melainkan juga harta benda. Sedangakan teori
kekerasan lainnya yang dikenal dengan nama teori kekerasan pembelajaran sosial (social
leraning theory), di mana menurut teori ini tindakan kekerasan pada umumnya adalah hasil
prose pembelajaran dari interaksi individu dengan lingkungan sosialnya, termasuk
lingkungan keluarga. Dalam realitasnya kebersamaan keluarga adalah merupakan lingkungan
pergaulan anak yan pertama dan utama.

2.2.2 Teori Ekologi Perkembangan

Teori ekologi perkembangan anak diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner , seorang


ahli psikologi dari Cornell University di Amerika Serikat. Teori ekologi memandang bahwa
perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks lingkungan Hubungan timbal balik antara
individu dengan lingkungan yang akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi
lingkungan tempat tinggal anak untuk menggambarkan, mengorganisasikan dan
mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi. Teori ekologi memandang
perkembangan anak dari tiga system lingkungan yaitu mikrosistem, ekosistem dan
makrosistem. Ketiga sistem tersebut membantu perkembangan individu dalam membentuk
ciri-ciri fisik dan mental tertentu.

Mikrosistem adalah lingkungan dimana individu tinggal, konteks ini meliputi


keluarga individu, teman sebaya, sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Dalam sistem mikro
terjadi banyak interaksi secara langsung dengan agen sosial, yaitu orang tua, teman dan guru.
Dalam proses interaksi tersebut individu bukan sebagai penerima pasif, tetapi turut aktif
membentuk dan membangun setting mikrosistem. Setiap individu mendapatkan pengalaman
dari setiap aktivitas, dan memiliki peranan dalam membangun hubungan interpersonal
dengan lingkungan mikrosistemnya. Lingkungan mikrosistem yang dimaksud adalah
lingkungan sosial yang terdiri dari orang tua, adik-kakak, guru, teman-teman dan guru.
Lingkungan tersebut sangat mempengaruhi perkembangan individu terutama pada anak usia
dini sampai remaja. Subsistem keluarga khususnya orangtua dalam mikrosistem dianggap
agen sosialisasi paling penting dalam kehidupan seorang anak sehingga keluarga berpengaruh
besar dalam membentuk karakter anak-anak. Dampaknya, setiap masalah yang terjadi dalam
sebuah sub system mikrosistem akan berpengaruh pada sub system mikrosistem yang lain.

Ekosistem adalah sistem sosial yang lebih besar dimana anak tidak terlibat interaksi
secara langsung, tetapi begitu berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Sub
sistemnya terdiri dari lingkungan tempat kerja orang tua, kenalan saudara baik adik, kakak,
atau saudara lainnya,dan peraturan dari pihak sekolah. Sebagai contoh, pengalaman kerja
dapat mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dan anaknya. Seorang ibu
dapat menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih banyak perjalanan yang dapat
meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola interaksi orang tua dan anak. Sub
sistem eksosistem lain yang tidak langsung menyentuh pribadi anak akan tetapi besar
pengaruhnya adalah koran, televisi, dokter, keluarga besar, dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai