Anda di halaman 1dari 3

STOP KEKERASAN TERHADAP ANAK

LULUK LADY LAILY,101511133175


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS AIRLANGGA
Anak merupakan anugerah dan titipan dari sang Ilahi. Memiliki anak menjadi
sesuatu yang diidam-idamkan bagi setiap orang tua. Oleh karena itu, sudah menjadi
kewajiban bagi setiap orang tua untuk merawat dan mendidik anak mereka.
Seiring berjalannya waktu, nilai-nilai kasih sayang terhadap anak kini berubah.
Hal ini dibuktikan dengan semakin maraknya kasus kekerasan terhadap anak yang
dilakukan oleh orang tua. Orang tua yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak
justru merampas hak-hak mereka melalui tindakan kekerasan dan eksploitasi pada
anak. Kekerasan pada anak tidak hanya dilakukan oleh orang tua saja,tetapi juga oleh
oknum-oknum lainnya. Setidaknya ada 3 lokus kekerasan pada anak, yaitu di
lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat.
Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan secara fisik, seksual,
penganiyaan emosional, atau pengabaian terhadap anak. Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) menyatakan, kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahun.
Hasil pemantauan KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang sigfnifikan.
Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus,
dan 2014 ada 5066 kasus.
Wakil ketua KPAI memaparkan 5 kasus tertinggi dengan jumlah kasus per
bidang dari 2011 hingga april 2015. Pertama, anak berhadapan dengan hukum hingga
april 2015 tercatat 6006 kasus. Selanjutnya, kasus pengasuhan 3160 kasus,
pendidikan 1764 kasus, kesehatan dan napza 1366 kasus serta pornografi dan
cybercrime 1032 kasus.
Dilihat dari sudut pandang hukum, kekerasan pada anak merupakan salah satu
tindakan yang melanggar hukum ham. Hal ini telah diatur dalam UU No. 23 tahun
2002 pasal 4 yang menyatakan bahwa, setiap anak berhak untuk dapat hidup,

tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat

kemanusiaan,

serta

mendapat

perlindungan

dari

kekerasan

dan

diskriminasi. Pelaku kekerasan terhadap anak diancam hukuman paling lama 3 tahun
6 bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
rupiah).
Menurut sebagian orang, kekerasan pada anak dianggap salah satu cara untuk
mendidik anak. hal ini dilakukan karena anak sering sekali bandel dan tidak mau
menuruti nasehat orang tua. Tetapi sebenarnya bukan cara yang tepat mendidik anak
dengan cara kekerasan. Haruslah diingat, seseorang dikatakan anak-anak jika
memiliki umur di bawah 18 tahun. Dengan umur yang masih muda, bisa dikatakan
anak-anak belum memiliki kematangan emosi dan pikiran. Anak-anak cenderung
memiliki dunia mereka sendiri, yaitu dunia bermain. Mereka belum mengerti mana
yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu, tidak
seharusnya mendidik anak dengan cara kasar bahkan kekerasan. Mendidik anak
haruslah dilakukan dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang. Kadang
memang diperlukan ketegasan dalam mendidik anak, tetapi yang musti diingat adalah
tegas tidak sama artinya dengan kekerasan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan kekerasan
terhadap anak. dilihat dari sudut pandang ekonomi, seseorang yang sedang memiliki
kesulitan ekonomi cenderung mudah stress dan tersulut emosi. Jika hal ini dialami
oleh orang tua, tak jarang anak menjadi korban pelampiasan emosi orang tua lewat
tindak kekerasan. Terkadang anak juga disuruh bekerja menjadi pengamen, pemulung
atau peminta-minta untuk membantu memperbaiki kondisi ekonomi keluarga,
Sehingga sering sekali anak-anak harus mengorbankan waktu belajar dan bermain
mereka demi bekerja. Selain itu seseorang yang pernah mengalami kekerasan semasa
kecilnya juga berpotensi untuk melakukan kekerasan saat dewasa. Mereka cenderung
memiliki pikiran bahwa orang lain harus merasakan apa yang dirasakannya sewaktu
kecil dulu.

Kekerasan terhadap anak akan sangat mengganggu kondisi kesehatan anak,


terutama kondisi fisik dan mental mereka. Bisa saja anak mengalami depresi yang
berkepanjangan dan menutup dirinya dari dunia luar. Akibatnya masa depan anak
menjadi hancur.
Menurut saya, kekerasan terhadap anak ini harus ditanggulangi. Pelaku
kekerasan terhadap anak haruslah dihukum dengan seberat-beratnya karena ini
memberikan dampak yang buruk bagi anak. anak merupakan calon pemimpin bangsa
dimasa depan, oleh karena itu hak- hak mereka harus kita lindungi dan penuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Davit, 2015. Pelaku Kekerasan Terhadap Anak Tiap Tahun Meningkat [online]. Didapat
dari http://www.kpai.go.id/berita/kpai-pelaku-kekerasan-terhadap-anak-tiap-tahunmeningkat/ [Diakes tanggal 21 september pukul 07.26]
http://www.depkop.go.id/attachments/article/1465/02.%20UU%20No.
%2023%20Tahun%202002%20tentang%20Perlindungan%20Anak.pdf [ Diakses
tanggal 21 september 2015 pukul 07.35]
http://www.kpai.go.id/files/2013/09/uu-nomor-35-tahun-2014-tentang-perubahan-uupa.pdf [diakses tgl 21 sept pukul 07.36]

Anda mungkin juga menyukai