Anda di halaman 1dari 5

Penganiaan Anak Di Bawah Umur yang Menyebabkan Kematian

Oleh:

Pepi Solehanti / 1913040084

UTS Sosiologi Hukum

Hukum Ekonomi Syari’ah, Fakultas Syari’ah. UIN Imam Bonjol Padang

Email: solehantipepi@gmail.com

Indonesia merupakan negara hukum, hukum itu harus di


taati dan hukum juga nantinya yang akan menjamin
kesejahteraan disetiap bangsanya termasuk juga menjamin
perlindungan anak. Saat sekarang banyak terdengar tentang
kasus penganiaan anak yang dilakukan oleh orang terdekatnya
sendiri. Berbicara tentang anak, anak adalah hal yang sangat
penting yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Anak
dilahirkan kedunia ini untuk di sayangi, dicintai, di didik dengan
sebaik-baiknya karena pada nantinya ia akan tumbuh menjadi
seseorang yang berguna. Pelanggaran hak anak yang masih
dibawah umur sering terjadi karena pengaruh teknologi yang
semakin modern yang menghilangkan nilai, moral, juga
melunturkan agama. Namun sayangnya saat ini banyak berita
yang tersebar luas rata-rata penganiaan anak dilakukan oleh
orang terdekat sendiri yaitu salah satunya orang tuanya. Factor
yang menyebabkan penganiaan terhadap anak dibawah umur ini
pasti tidak jauh dari kehidupan sehari-hari seperti ekonomi,
agama, dan juga Pendidikan.
Sering terjadi penganiaan anak dibawah umur
dikarenakan ada orang tua yang belum siap mempunyai anak
atau juga karena factor ekonomi. Sebagian orang menganggap
anak adalah individu yang paling lemah yang tidak memerlukan
bimbingan seperti tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, mengancam
dengan paksa, memukuli anak ketika ia meminta uang jajan,
memukulinya pun tidak juga dengan cara yang baik tapi ada
yang sampai menganiaya dan memukuli hingga meninggal
dunia. Sebab karna ini anak pun menjadi troma dan melakukan
hal-hal aneh, dan ketakutan yang berkepanjangan. Karena rasa
takut yang dialami seorang anak dapat membuat psikis dan
mentalnya sangat lemah tidak hanya terhadap orang tuanya saja
tapi juga kepada orang disekelilinya. Anak yang masih dibawah
umur belum terlalu mengerti tentang mengenal orang lain atau
juga mengatakan hal yang sudah terjadi pada dirinya. Karena
anak dibawah umur akan menganggap semua orang sama
seperti orang tuanya yang suka menganiaya dirinya. Seorang
anak akan mencerna hal apa yang dilakukan orang tuanya atau
hal apa yang selalu dikatakan oleh orang tuanya karena orang
tua adalah lingkungan pertama yang ia kenali.
Penganiayaan yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri
seperti tidak memiliki rasa perasaan manusiawi. Bahkan hanya
karena hal kecil dilakukan seorang anak yang masih dibawah
umur mendapatkan perlakuan sekeji-kejinya hingga menganiaya
sampai tak bernyawa. Penganiayaan yang dilakukan pun tidak
sekali dua kali saja tapi berkepanjangan sampai membuat anak
hilang akal. Seakan-akan kasus penganiaan anak dibawah umur
ini dipandang rendah saja bagi pelakunya, dengan tidak peduli
akan tumbuh kembang seorang anak yang sudah ia lahirkan
yang seharusnya mendapatkan perlindungan pertama darinya.
Penganiayaan dilakukan bukan hanya seperti dipukul
dari bagian tubuh diluar saja, tapi juga pada bagian-bagian
dalam juga dirusak sesuka hati oleh orang tuanya sendiri,
bahkan jikalau ada ibu tiri atau ayah tiri karna saling dihasut,
dan factor ketidaksukaannya terhadap anak tersebut ia dapat
melakukan hal diluar akal sehat manusia yaitu dapat
menyingkirkan dengan cara menganiaya sampai tak bernyawa.
Anak dibawah umur yang sudah ketakutanpun makin disiksa
dan dianiaya olehnya, semakin anak merasa sakit semakin
dianiaya.
Setiap harinya pasti ada kasus aniaya anak dibawah
umur, untuk itu sangat diperlukan lembaga hukum untuk kasus
ini. Mungkin memang sudah ada aturan ataupun Pasal tentang
penganiaan anak, akibat atau hukuman bagi pelaku yang
menganiaya anak ini. Tetapi bagi orang tua yang minim akan
ilmu, pendidikan, agama pastinya tidak akan memahai apa
pentingnya seorang anak. Bukan hanya soal tentang
perlindungan anak saja, dijelaskan pun kepada orang tua anak
atau kepada orang yang melakukan penganiaan bila ia tidak
memiliki pendidikan dan agama yang kuat tentang pentingnya
dan sangat berhargannya seorang anak untuk dijaga tidak akan
pernah sampai pada akalnya. Sebab karna masalah ekonomi
seperti keuangan saja orang tua bisa kehilangan akal sehatnya
terhadap anaknya sendiri, apalagi pada hal yang besar.
Perlindungan terhadap hak-hak anak merupakan suatu
gerakan nasional yang harus tetap diperjuangkan guna
meningkatkan kesadaran bangsa untuk mengahrgai hak-hak
anak dalam mengembangkan kepedulian masyarakat agar
berperan aktif dalam melindungi anak dari berbagai macam
bentuk gangguan terhadap kelangsungan hidup dan tumbuh
kembangnya (Sherly Livinus, 2013: 4). Dari sini hendaknya
juga menjadi agen (orang yang pertama) dalam perubahan juga
pada orang tua dan masyarakat yang lebih terlibat langsung,
karena tonggak perubahan pertama itu diciptakan dari para
tonggak peradaban bangsa ini. Sebab jika tonggak itu tidak baik
akan mudah roboh. Menghargai, saling peduli merupakan hal
mampu menopang kepedulian satu sama lainnya.
Dengan demikian perubahan tidak bisa hanya dilakukan
oleh satu orang saja, karena manusia juga membutuhkan
manusia lainnya. Menggerakkan keadilan pun juga butuh peran
dari masyarakat agar terciptanya ketentraman dan tegaknya
hukum itu sendiri. Oleh karena itu peran orang tua menjadi
gambaran utama dalam mendidik anaknya dengan cara yang
baik dan tidak melanggar hak asasi manusia. Pada sejatinya hak
perlindungan anak telah menjadi penekanan dalam haki asasi
manusia, hak untuk mendapatkan keamanan dan terhindar dari
kekeran seperti penganiaan yang menjadi bagiam dalam HAM.
Apabila ditemukan kekerasan terhadap anak atau
penganiaan anak dibawah umur maka masyarakat wajib untuk
melaporkannya kepada pihak yang lebih tahu yaitu pihak
berwajib seperti kepolisian atau untuk pertolongan pertama
kepala desa yang ada di tempat kejadian. Dilakukan pelaporan
cepat seperti ini supaya tegaknya keadilan perlindungan hukum
bagi anak. Karena dalam agama islam sendiri mendidik danm
mengajarkan anak dengan cara lemah lembut. Orang tua
menjadi peran utama sebagai tonggak perubahan negara dan
agama jika anak diperlakukan dengan dianiaya sejak kecil maka
perkembangan anak tidak akan semakin membaik malahan akan
semakin memburuk karna ketakutan itu akan melekat pada diri
seorang anak yang belum mengerti apa-apa.
Hal inilah yang menyebabkan masyarakat juga harus
ikut andil dalam membentuk generasi bangsa dimulai dari
lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Dengan demikian
penganiayaan anak dibawah umur dapat diantisipasi apabila
antara satu dan lainnya, masyarakat dapat saling bahu membahu
dan saling mengingatkan agaj jangan terjadi tindakan
penganiaayan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tuanya
sendiri. Sebab banyak diluar sana orang yang menginginkan
seorang anak, anak juga adalah titipan bagi orang tua, tapi yang
terlihat saat sekarang orang tua kandung tega membunuh
anaknya dengan cara menganianya sedari ia kecil sampai
kehilngan nyawa ditangan kedua orang tuanya. Kesehariannya
tiada hari tanpa dianiaya.
Dalam hal ini pemerintah kita saat ini kurang
mensosialisasikan tentang larangan melakukan kekerasan fisik
terhadap anak, sehingga banyak orang tua yang tidak
memahami hukum itu sendiri (Ramzi Maulana, Tarmizi, 2018:
494). Dari sini dapat kita lihat sosialiasi juga sangat diperlukan
karena juga dapat mengantisipasi terjadinya kekerasan fisik
yang dilakukan terhadap anak. Juga menanamkan nilai-nilai dan
kaidah-kaidah tentang sikap dan juga tindakan sebagai urutan
untuk mencapai penilaian akhir untuk menciptakan, memelihara
dan juga mempertahankan kedamaian dalam diri seseorang.
Setidaknya sosialisasi bisa mencegah orang tua untuk berbuat
diluar akal sehat dikarenakan hal-hal kecil seperti kenakalan
anaknya.

Anda mungkin juga menyukai