Anda di halaman 1dari 10

TUGAS OPINI MATA KULIAH FILSAFAT MANUSIA

”MENUMBUHKAN KASIH SAYANG DAN MENGHINDARI


KEKERASAN PADA ANAK”

Disusun oleh :

MATEUS ARGO PRASETYO

(3803019014)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Program Studi Akuntansi

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus Madiun 2019


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama beberapa tahun terakhir ini,Negara Indonesia digegerkan dengan masalah
kekerasan yang semakin hari semakin buruk. Kekerasan mayoritas dilakukan terhadap
anak-anak dibawah umur yang mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan anak sampai
kematian. Anak yang menjadi korban kekerasan bisa mempengaruhi masa depannya.
Sampai sekarang masalah kekerasan pada anak belum terselesaikan malah menjadi parah
dan memprihatinkan. Kasus kekerasan yang menjadi keprihatinan membuat pemerintah
dan masyarakat ikut membantu mengantisipasi kekerasan anak.Beberapa upaya dan
antisipasi dilakukan oleh pemerintah selaku pengayom masyarakat,mulai dari penyuluhan
terhadap orang tua sampai tindakan kasih terhadap anak. Tindakan tersebut dilakukan
untuk mengantasipasi adanya kekerasan pada anak.Kurangnya partisipasi pemerintah
dalam menangani kekerasan membuat banyaknya kejadian dan tindakan yang tidak
bermoral terhadap anak. Sehingga,banyak anak jaman sekarang yang sosialitasnya
kurang,pergaulan yang terlalu bebas dan kurangnya kepekaan terhadap orang lain.
Kekerasan yang sering terjadi membuat anak menjadi menutup diri dan enggan berbicara
terhadap sesama. Ada juga yang dilakukan anak yaitu berkelahi sesame temannya yang
membuat anak menjadi liar dan seakan-akan dipandang orang anak itu tidak diperdulikan
orang tuanya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas kita dapat mengambil rumusan masalah yang amat penting
yaitu :
a) Apa penyebab adanya kekerasan pada anak yang sering terjadi?
b) Bagaimana solusi dari orang tua dan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut?
c) Apakah ilmu filsafat juga berpengaruh terhadap kekerasan pada anak?
ABSTRAK
Kekerasan pada anak banyak terjadi di kehidupan sehari-hari yang khususnya di
negara Indonesia. Kekerasan timbul dari berbagai hal mulai dari kekerasan fisik,
seksual dan psikologis pada anak. Tindakan tersebut memang melanggar hukum
moralitas manusia dimana moral selalu bertujuan dengan hal-hal yang
berhubungan dengan kebaikan. Segala tindakan yang dilakukan manusia memang
harus didasarkan dengan akal budi dalam ilmu filsafat disebut recta rasio. Orang
tua sebagai pendidik menjadi pemicu masalah tindakan kekerasan ini.
Dikarenakan banyak sekali orang tua entah itu bapak atau ibu menjadi tersangka
atas tindakan kekerasan pada anak. Yang lebih parahnya lagi, sikap tersebut
membuat mental sang anak menjadi terganggu.

Kata kunci : ( Moralitas Manusia,Recta Rasio,Actus Humanus,Epikea/Prinsip


Kemerdekaan )

BAB II

PEMBAHASAN

Kekerasan sering kali terjadi karena adanya reflek yang isntan saat orang mengalami
emosi yang berlebihan yang bisa berakibat fatal dan membahayakan bagi korbannya.
Terlebih kekerasan pada anak di bawah umur.Di Indonesia banyak orang tua entah itu bapak
atau ibu yang dipidana akibat kekerasan pada anak. Hal tersebut menjadi keprihatinan bagi
masyarakat dan pemerintah,sebab tindakan tersebut bisa berdampak pada masa depan bangsa
Indonesia.Banyak kasus kekerasan pada anak mulai dari pengabaian,kekerasan
fisik,pelecehan seksual,dan psikologis.Tindakan tersebut menyebabkan anak menjadi pribadi
yang menutup diri,takut dan bersikap pasrah daripada melawan.

Menurut Arist Merdeka Sirait “Kegiatan anak yang hiperaktif contohnya, anak yang
nakal,bandel,tidak bisa diam,tidak menurut,cengeng,pemalas sampai penakut,dapat menjadi
peluang kekerasan”. Hal tersebut harus diperhatikan oleh orang tua karena orang tua
bertanggung jawab penuh terhadap anaknya. Tetapi seringkali orang tua mengabaikan
tanggung jawabnya tersebut dan seakan-akan orang tua mempunyai kekuasaan penuh atas
anaknya sehingga orang tua bertindak secara bebas yang membahayakan masa depan anak.

Kekerasan selain melanggar hukum Negara dan agama juga melanggar hukum
moralitas manusia. Sebagai contoh ada orang tua yang sering memarahi sampai memukuli
anaknya karena alasan kesal anaknya menangis terus dan nakal. Tindakan tersebut
merupakan tindakan yang tidak bermoral,dalam arti berupa tumpulnya hati nurani. ” Hati
nurani yang tumpul yaitu hati nurani yang kurang peka terhadap nilai kebaikan karena
terbiasa dengan hal buruk maka lama kelamaan hati nuraninya menjadi tumpul “.Mengapa
bisa demikian? Bisa jadi orang tua dulu ketika masih kecil diperlakukan dengan kekerasan
sehingga ketika ia menjadi orang tua ia melampiaskan dendam masa kecilnya pada anak-
anaknya dan menjadikan perlakuan tersebut sebagai adat keluarga dan masalah intern
keluarga.

Ada pula kekerasan pada anak disebabkan karena keterbatasan pendidikan dan
pemahaman agama oleh orang tua,sehingga tidak heran orang tua tidak paham akan akibat
dalam tindakan kekerasan yang dilakukannya bagi anaknya. Sebab pemahaman dalam ilmu
pendidikan dan agama dapat mempengaruhi sifat moral manusia. Maka orang tua perlu
adanya pembelajaran tentang bagaimana cara dan antisipasi untuk masalah mengurusi anak
dengan benar. Contohnya,orang tua harus tau posisi sebagai anak-anak dan menganggap
maklum sikap anak yang nakal,sering menangis,dan susah di atur. Dengan sikap sabar dan
telaten maka hal tersebut menjadi terbiasa dan dapat menghindari kekerasan yang terjadi.

Menurut ilmu filsafat moral manusia,”Orang yang bermoral adalah orang yang
mengutamakan nilai kebaikan”. Sebagaimana orang tua jika mendidik anaknya dengan baik
dan menjaga keharmonisan keluarga, maka bisa jadi kelak anaknya menurunkan sifat orang
tuanya kepada anaknya. Hal ini dapat menjadi dasar adanya perlakuan orang tua dan sistem
pendidikan orang tua kepada anaknya. Setiap anak mempunyai hak untuk diperlakukan
secara baik demi masa depan anak. Maka orang tua harus berfikir positif dan inspiratif karena
masa kini akan menjadi masa lampau dan anak menjadi masa depan.

Demikian dengan orang tua yang tidak memberikan perlindungan terhadap anaknya
pada saat anak dalam kandungan dengan alasan orang tua tidak menghendaki anaknya
lahir,maka orang tua melakukan tindakan pengguguran. Tindakan yang sungguh tidak
memanusiakan tersebut juga tindakan yang tidak bermoral,sebab tindakan tersebut
merupakan tindakan pembunuhan yang dilakukan secara berencana. Dikarenakan banyak hal
contohya seorang perempuan menggugurkan kandungannya karena ia malu hamil diluar
nikah,kedua seorang ibu menggugurkan kandungannya karena ibu ingin anaknya nanti tidak
menambah beban keluarga,dan sebagainya.

Memang setiap hati nurani manusia berbeda-beda tidak kaget kalau ada orang yang
bertindak baik,buruk bahkan sangat buruk. Tetapi didalam perbuatan baik ataupun buruk itu
ada sanksi yang mengikat terhadap seseorang yang melakukan tindakan tersebut. Orang bisa
lepas dari sanksi objektif berupa hukum atau undang-undang Negara,tetapi tidak bisa lepas
dari sanksi subjektif yang dimana sanksi tersebut berhubungan dengan Tuhan yang setiap saat
mengawasi manusia.

Salah satu prinsip refleksif hati nurani yang benar menurut ilmu filsafat moral
manusia yaitu “ recta rasio “ yang berarti manusia melakukan segala tindakan harus
berdasarkan dengan akal budi. Akal budi menjadi dasar tindakan yang akan dilakukan
seseorang dengan memberikan pilihan yaitu tindakan yang benar atau yang salah. Tetapi akal
budi cenderung lebih dekat dengan nilai kebaikan. Sebagai contoh seorang ayah mempunyai
masalah di tempat kerja yang membuatnya kesal ketika dia pulang anaknya menangis ingin
dibelikan mainan padahal ayah tersebut tidak punya uang sama sekali ditambah istrinya yang
meminta uang belanja. Apakah ayah akan membentak memarahi anak dan istrinya? Jika ayah
menggunakan akal budinya ayah tersebut akan memberikan penjelasan yang baik kepada
anak dan istrinya bahwa ayah tidak punya uang saat itu. Penjelasan yang baik inilah hasil dari
akal budi yang dilakukan oleh seorang ayah tersebut.Akal budi bisa menjadi dasar pedoman
atas tindakan seseorang untuk melakukan hal yang baik dan benar.

Menurut ilmu filsafat manusia “salah satu dimensi dasar manusia yaitu historitas yang
berarti pengikat manusia pada masa lalu “. Jika historisitas itu ada dalam diri seseorang maka
hal tersebut dapat menjadi pendukung dan penggangu bagi masa depan seseorang. Begitupun
dengan orang tua ketika dulu pasti mempunyai masa lalu baik ataupun buruk entah itu ayah
atau ibu. Ketika hal itu menjadi kebiasaan akan berpengaruh juga terhadap masa depan orang
tua. Sebagai contoh ketika orang tua dulu masih kecil atau remaja sering bertengkar,berkelahi
dan suka berkata kasar,maka kebiasaan tersebut bisa jadi akan terbawa ketika ia menjadi
orang tua entah itu dilakukan terhadap istri atau anaknya. Hal itu bisa saja menjadi dasar
kekerasan terhadap anak dan akan menjadi adat yang turun temurun akan dilakukan tindakan
yang sama.
Etika adalah hal yang penting bagi kehidupan manusia setiap harinya karena
berhubungan dengan akhlak adat istiadat manusia. Menurut Aristoteles etika ada dua
pengertian yaitu "Terminius Technicus & Manner and Custom. Yang dimana Terminius
Technicus adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tindakan manusia. Sedangkan
Manner and Custom adalah pembahasan etika yang terkait dengan tata cara atau adat istiadat
manusia yang melekat". Jika anak dari kecil sudah diajarkan tentang etika yang baik terhadap
sosial bermasyarakat maka orang tua juga harus tau benar dan paham tentang teori etika yang
baik yang sesuai dengan harapan orang tua. Tetapi jika sebaliknya orang tua yang sering
mengabaikan anaknya dalam bidang sosial nya terhadap masyarakat maka orang tua juga
akan menerima karma dari anaknya sendiri. Contohnya anak sering berani kepada gurunya
dan orang lain hingga sampai bertengkar dan berkelahi dengan temannya,hal itu jika dilihat
dan dinilai orang lain maka kesannya penuh dengan tanda tanya. Bisa saja orang lain
beranggapan bahwa anak itu tidak di didik oleh orang tuanya atau mengucilkan keluarga dari
anak tersebut karena meresahkan masyarakat disekitarnya.
Etika juga berhubungan dengan adat dan kebiasaan manusia jika seseorang tidak
mentaati aturan adat dilingkungannya maka bisa terjadi pengucilan dan kebencian terhadap
keluarga yang melanggar adat tersebut. Pengucilan dan kebencian merupakan sikap
kekerasan karena bersifat melukai hati ataupun pikiran.Maka dari itu,sikap komunikasi orang
tua terhadap anak harus dilakukan agar tidak terjadi pengabaian sehingga anak dapat
bersosialisasi dengan teman dan masyarakat terikat dengan baik. Bersosial sangat penting
bagi manusia,sebab apa yang dibutuhkan setiap individu belum tentu bisa didapat tanpa
adanya bantuan dari orang lain. Maka sikap bersosial harus dipegang teguh oleh setiap
manusia demi ketergantungannya terhadap orang lain.
Setiap perbuatan hendaknya diikuti adanya pengetahuan,dalam arti sebelum
melakukan suatu tindakan hendaknya tahu penyebab dan akibat atau alasan yang pasti
melakukan tindakan tersebut.”Actus Humanus “,yaitu suatu tindakan yang sifatnya manusia
yang mengikut sertakan akal budi manusia dengan ciri tahu-mau-bebas. Sebagai contoh orang
yang mengandalkan akal budinya,orang tersebut menjadi tuan atas tindakannya yang mampu
mengontrol ajakan atau godaan untuk melakukan hal yang jahat. Tahu artinya seseorang
sebelum melakukan tindakan,ia suadah mempunyai pengetahuan. Mau artinya orang tersebut
mau melakukan suatu tindakan karena ia sudah tahu akibat tindakan yang akan dilakukan.
Bebas artinya orang tersebut mau melakukan tindakan secara bebas tanpa dorongan siapapun
dan bertanggung jawab atas tindakannya.
Begitupun orang tua sebagai pendidik,” Actus Humanus “ bisa menjadi pedoman atau
dasar pendidikan terhadap anak. Karena sering kali orang tua ceroboh dalam mendidik anak
karena tidak adanya pengetahuan yang jelas terhadap anaknya. Sebagai contoh,seorang suami
istri sedang bertengkar karena suatu masalah,dan disitu ada anak-anaknya yang masih
sekolah,kemudian dengan senaja tersulut emosi seorang ayah berkata kotor terhadap istrinya.
Akhirnya anak tahu bahwa orang tuanya sedang bertengkar dan mendengar apa yang mereka
bicarakan. Dari situ anak menjadi berfikir dan merasa dalam pertengkaran orang tuanya. Hal
ini bisa menjadi bahaya bagi anak,karena padahal anak harus mengetahui yang baik dan
menghindari yang buruk. Dengan kejadian itu anak menjadi tidak terididik karena adanya
pengaruh buruk yang dilakukan dengan senaja. Sebagai orang tua hendaknya menjadi
panutan bagi setiap anaknya. Dengan demikian sikap orang tua tersebut menyimpang “tahu-
mau-bebas”, sebab orang tua tersebut tau jika pertengkaran tersebut dapat mempengaruhi
anaknya tetapi malah mau melakukan pertengkaran secara bebas dan tidak bertanggung
jawab atas pengaruh terhadap anaknya.
Orang tua pasti mengharapkan anaknya menjadi orang yang berguna bagi masyarakat
dan Negara. Tetapi di Indonesia sering terjadi tindakan pelanggaran yang khususnya ,sama-
sama mempengaruhi anak. Demikian juga jika anak sudah dipengaruhi hal yang kecil tetapi
buruk bisa jadi anak tersebut terpengaruh dan dapat melakukannya lebih fatal. Jadi orang tua
perlu hati-hati dalam mendidik anaknya agar tidak terpengaruh oleh hal yang buruk dan
mengajarkan anak merespon pengaruh yang buruk itu.
Menurut filsafat moral manusia,” Manusia harus bertanggung jawab atas
tindakannya,meskipun tidak ada hukuman (epikea/prinsip kemerdekaan). Meskipun orang
tua bertanggung jawab secara penuh dan menganggap anaknya adalah tanggung jawabnya
bukan berarti orang tua bertindak semena-mena atas anaknya dan memperlakukannya dengan
tidak manusiawi. Memang tidak selalu kekerasan dalam bentuk fisik namun juga dalam
bentuk psikologis contohnya,anak ditakuti dengan hal-hal yang seharusnya tidak ditakuti
misalnya anak ditakuti jika nakal akan di marahi oleh pamannya. Padahal seharusnya orang
tua mengajari anak tentang bersosialitas terhadap keluarga agar tercipta keharmonisan. Jika
cara itu dibuat maka anak akan diam dan lebih memilih pergi jika ada pamannya datang.
Orang tua memang terkadang melakukan tindakan secara senaja terhadap
anaknya,agar anaknya tidak nakal,nangis dan sebagainya. Jika dilakukan terus menerus dan
pada akhirnya itu diketahui oleh anaknya sendiri bahwa orang tuanya berbohong maka yang
terjadi anak akan sakit hati dan marah kepada orang tuanya. Banyak kejadian-kejadian yang
dimana anak berani kepada orang tuanya karena anak melakukan hal itu,bisa jadi karena
orang tuanya telah berbuat kesalahan terhadap anaknya.
Kasih kepada anak bukan hanya memberi dan menafkahi tetapi juga mendidik anak
agar kelak masa depannya dan cita-cita anak bisa tercapai. Bukan juga tekanan dan marahan
yang diberikan kepada anak harus begini begitu tetapi mendampingi anak dalam aktivitasnya
dan memberi semangat terhadap kemampuan yang dimiliki anak.Jika hal itu dapat dilakukan
orang tua dengan sabar dan telaten,maka tidak usah menekan anak,hal yang diharapkan akan
terwujud secara sendirinya.
Menurut filsafat moral manusia,” Moral adalah keutamaan khususnya pada akal budi
seperti kebijaksanaan,kepandaian,dan sebagainya yang mengandaikan pengajaran dan
latihan-latihan yang membutuhkan waktu cukup lama,tidak serta-merta menjadi bijak”. Maka
dari itu, keutamaan dalam bersikap bermoral terhadap anak yang menjadi wujud kebaikan
dan perlakuan lewat pembiasaan diri dan menghindari keinginan yang berlebihan terhadap
anak.
Hubungan yang erat antara anak dan orang tua akan mejadi keharmonisan dalam
suatu keluarga. Keharmonisan tersebut bisa diciptakan ketika ada masalah antara pihak anak
dengan orang tua,yang dimana salah satu mengakui kesalahan dan saling mengerti keadaan
dan mengatasi permasalahan tanpa adanya kekerasan. Pemerintah sebagai penegak hukum
juga tidak tinggal diam saja namun dalam kegiatan lapangan juga perlu mempraktekan kasih
sayang terhadap anak itu bagaimana. Contohnya,berkumpul dengan anak-anak,menghibur
anak,mengajari anak tentang teori-teori kebaikan sesuai moral dan mendidik anak menjadi
anak yang berani menunjukan bakatnya dengan memberi penghargaan terhadap anak.
Kekerasan tidak hanya dilarang oleh undang-undang,tetapi tidak dibenarkan juga oleh
nilai-nilai agama. Sebab agama tidak mengajarkan dan menolak tindakan kekerasan berupa
apapun. Terdapat banyak sekali nilai-nilai agama yang dapat dipelajari dan direnungkan agar
terhindar dari sikap yang keras dan manjadikan kita sebagai manusia menjadi orang yang
beragama dan beriman,yang artinya segala sesuatu yang dikehendaki dan dilakukan hanya
bertujuan untuk nilai kebaikan. Orang tua khususnya harus mengajari anak tentang nilai-nilai
agama yang dipercayai agar anak kelak dapat mempraktekannya di lingkungan sosialnya.
Jika anak dari usia kecil sudah dilarang bermain diluar rumah dan orang tua
mengekang anaknya untuk tetap dirumah saja,maka kemungkinan anak akan rusak
sosialitasnya dan menjadikan anak yang tidak mau menyapa dengan teman-temannya. Di
kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai anak-anak yang dipinggir jalan yang seharusnya
mereka bersekolah,justru setiap hari mereka disuruh mencari uang dengan meminta di pinggir
jalan atau bekerja untuk mencukupi kebutuhan. Tidak sepantasnya anak harus dipaksa
bekerja sebab mereka butuh ilmu untuk memajukan bangsa dan negara kedepannya,bukan
untuk mengemis.
Mempekerjakan anak dibawah umur memang dilirang oleh undang-undang tetapi hal
tersebut masih kerap kita temui. Hal itu terjadi karena kurangnya pantuan pemerintah
terhadap anak dan kurangnya empati masyarakat untuk menegur atau memberitahu anak yang
dipinggir jalan tersebut. Banyak sekali alas an-alasan yang timbul dari orang tua anak
contohnya,karena factor ekonomi yang kurang,orang tua yang sakit dan tidak
bekerja,kemudian yang terparah adalah dari anak sendiri yang mengaku kalau dia ingin
mencari uang dan tidak ingin bersekolah bersama temannya. Hal ini dapat menjadi pemicu
keburukan masa depan anak dan bangsa Indonesia.
Adanya rasa empati dan simpati terhadap anak sangat berpengaruh terhadap
keburukan bangsa. Sebab tanpa disadari kita yang berempati dapat mengubah pola piker anak
dan orang tua serta dengan bantuan yang kita berikan menjadikan mereka untuk berfikir
positif terhadap masa depan bangsa Indonesia. Sebagai contoh,kita sebagai masyarakat awam
memberi apa yang kita punya dan bisa merubah perekonomian keluarga yang terlantar,atau
dengan mengunjungi keluarga yang berkekurangan dengan bertujuan ingin mengetahui
sebabnya dan memberi solusi serta bersedekah dengan apa yang kita punya.Cara-cara yang
sederhana inilah yang dapat mengurangi angka tindakan kekerasan dengan sikap peduli dan
mengsihi sesama kita.
Pendidikan perlu diberikan khususnya pada anak-anak kita,guna untuk mengejar
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih ini.
Pendidikan tidak hanya diberikan dalam teori saja tetapi praktek dalam lapangan juga
penting. Khususnya yaitu tentang sikap norma terhadap masyarakat,cara bersosial yang
baik,cara berbicara dengan sopan dan santun dan sebagainya. Dengan cara baik inilah yang
dapat menjauhkan anak dari tindakan kekerasan dan menjadikan anak sebagai orang yang
welas asih terhadap sesamanya.
Semoga dengan adanya pengetahuan tersebut menjadikan kita sebagai orang tua
menjadi orang tua pendidik yang baik dan lebih menyayangi anaknya,serta menjadi orang tua
yang bermoral terhadap segala tindakannya. Sebab kekerasan tidak akan menyelesaikan
masalah tetapi justru menambah beban hidup kita.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Dewantara, A. KASUS MEMILUKAN SEORANG BOCAH DI GOWA TEWAS DI TANGAN
AYAH KANDUNG DITINJAU DARI TEORI PRINSIP REFLEKSI HATI NURANI MANUSIA.
2. Dewantara, A. W. (2017). MULTIKULTURALISME INDONESIA (STUDI PERBANDINGAN
ANTARA KONSEP MADANI NURCHOLISH MADJID DAN KONSEP CIVIL
SOCIETY). JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 17(9), 15-25.
3. Dewantara, A. W. (2015). Filosofi Pendidikan yang Integral dan Humanis dalam Perspektif
Mangunwijaya. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 13(7), 3-9.
4. Dewantara, A. W. (2016). MEREFLEKSIKAN TUHAN DALAM PERSPEKTIF METAFISIKA,
DAN RELEVASINYA BAGI MULTIKULTURALISME INDONESIA. JPAK: Jurnal Pendidikan
Agama Katolik, 16(8), 3-18.

Anda mungkin juga menyukai