Anda di halaman 1dari 6

” PENDIDIKAN MORAL ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN

PSIKOLOGI, PADAGOGIK, DAN AGAMA”


Aris Risnandar, Siti Aisyah, dan Wulandari
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
A. Pendahuluan
Pendidikan usia dini mengarahkan para anak usia dini untuk menunjukan potensi yang
mereka miliki di dalam kehidupan mereka, seperti sosial, emosi, kognitif (perhitungan), bahasa,
serta seni. Esensi dari mendidik anak usia dini mengidentifikasikan dimensi-dimensi yang
sesuai dengan karakter bangsa. Belakangan ini terjadi perubahan kurikulum yang mendesak
pada tahun 2017, hingga menyebabkan banyak sekali perubahan dalam dunia Pendidikan di
Indonesia. Kasus-kasus remaja sering terjadi karena sedikitnya kepuasan ketika belajar dan
tidak terperhatikannya oleh guru-guru yang mengajar. Kasus seperti ini mungkin bisa
digolongkan kasus yang biasa terjadi, karena belakangan ini kasus Pemerkosaan di Amerika
serikat (AS) terjadi setiap 5 detik sekali dan terjadinya perampokan terjadi dalam 3 detik sekali.
Dengan demikian jika kita memikirkan bahwa kasus-kasus remaja berakar masalah dari
Pendidikan maka hal ini bisa dikatakan belum tentu karena AS sendiri sebagai pusat dari
Pendidikan malah yang paling banyak kasus remaja.
Dewasa ini juga China sampai Jepang menjadi top trend dalam kasus bunuh diri, apakah
karena Pendidikan semata? Tidak jawabannya karena pada dasarnya pula Pendidikan di daerah
Tionghoa tersebut memiliki Pendidikan yang baik dan diakui oleh Dunia. Lantas muncul
sebuah pertanyaan lantas apa yang menjadi akar permasalahan para remaja ini? Jawabannya
adalah bahwa SISTEM yang mengatur anak remaja hingga masyarakat tidak memberikan
kepuasan akal dan ketenangan hati, maksudnya bahwa semua sistem yang mangatur renaja
hingga masyarakat tidak memberikan dampak baik bagi akal dan hati karena pada dasarnya
bahwa akal harus terpuaskan dengan ilmu-ilmu dan hati harus tertenangkan juga dengan ilmu-
ilmu yang diimplementasikan.
Sedangkan jika kita lihat lebih luas ternyata manusia belakangan ini tidak mendapatkan
kepuasan akal, hingga mereka menanyakan sesuatu yang tidak patut ditanyakan atau mereka
menggunakan akalnya untuk kejahatan karena kepuasan akal mereka tidak terpenuhi sehingga
perilaku mereka kembali kepada dasar bahwa manusia adalah hewan yang diberikan akal, jadi
ketika manusia tidak menggunakan akalnya maka dia akan berprilaku seperti layaknya hewan.
Contoh kecilnya adalah minuman keras, seorang pecandu minuman keras akan kehilangan
akalnya hingga dia melakukan apapun demi kepuasan pribadinya, mencuri uang istri hingga
merampok bank demi membeli sebotol Whiskey atau sebotol arak putih. Indonesia-pun
demikian, sistem yang mengatur kehidupan remaja dan masyarakat bisa terbilang belum bisa
memberikan kepuasan otak hingga banyak remaja dan masyarakat yang menggunakan otaknya
untuk hal sepele. Seperti kasus lebih dari 45% pemuda Indonesia pernah melukan Sex diluar
nikah dan lebih dari 20% telah mengalami Hamil Diluar Nikah dan lebih dari 15% telah terjadi
Abortus setiap tahun. Sungguh angka yang bisa dibilang tidak sedikit, melihat dari banyaknya
penduduk Indonesia yang bersuku-suku.
Sedangkan ketenangan hati-pun tidak didapat karena sistem yang mengaturnya pula.
Sering terjadi kegelisahan antara masyarakat A dengan masyarakat B tentang kenaikan harga
minyak atau antara remaja A dengan remaja B karena masalah lawan jenis. Sehingga ketika
hatinya tidak tenang maka otak akan bekerja untuk bisa membuat tenang, yah contoh kecilnya
ketika pecandu minuman keras tersbut tidak memiliki uang dan dia gelisah maka apapun akan
dikerjakan untuk mendapatkan uang. Sistem yang mengatur ini banyak, ada sistem ekonomi,
Pendidikan, sistem sosial budaya hingga sistem beragama. Ketidak tenangan ini dan ketidak
puasan ini jika dibiarkan begitu saja maka akan menyebabkan hancurnya sebuah perkumpulan
masyarakat, dengan demikian solusinya harus memberikan sistem yang sesuai dengan sifat
dasar otak yang selalu meminta kepuasan dan sifat dasar hati yang selalu meminta ketenangan.
B. Pendidikan Moral Anak Usia Dini Dalam Pandangan Psikologi, Padagogik, Dan Agama

Psikologi adalah ilmu tentang kejiwaan manusia, yang asalnya tergabung dengan
Filsafat namun seiring berjalan dengan waktu Filsafat dan Psikologi terpisahkan. Jika merujuk
kepada pada ahli terkhusus Ernest Hilgent (1957)1 menyatakan bahwa “Psychology may be
defined as the that studies tha behavior of men and other animal” yang artinya kurang lebih
“Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan serta yang lainnya”.
Dalam pernyataan ini dapat kita simpulkan bahwa tingkah laku manusia dan hewan dipengarui
oleh sesuatu yang tidak terlihat tampaknya, karena jika terlihat-pun hal itu akan menjadi
perangsang untuk melakukan tingkah laku. Dengan demikian penulis menyimpulkan tentang
hal yang mempengaruhi manusia dan hewan adalah akal dan naluri mereka.
Pada anak usia dini-pun sebenarnya telah kita telah mendapatkan kesimpulan bahwa setiap anak
yang lahir memiliki kemampuan kinerja akal dan kinerja naluri sebagai bekal di dunia untuk
tidak melanggar perintah dan melaksanakan perintah dengan baik dan benar dari sang
penciptanya manusia itu. Namun kita bertanya bagaimana seorang Anak usia dini dididik
dengan baik dan benar? Jika meluaskan pandangan maka psikologis menawarkan 2 (dua) cara
untuk mendidik manusia pada umumnya
1. Metode Sigmund Freud (Psikoanalisis)
Metode ini umumnya sering digunakan oleh para ahli psikologi untuk terapi. Metode ini
sangat mengandalkan alam bawah sadar karena menurut Freud menyatakan bahwa segala
tingkah laku manusia dipengaruhi oleh alam bawah sadar. Lantas apa alam bawah sadar itu?
Alam bawah sadar adalah alam yang dimana manusia tidak bisa merasakannya
kehadirannya tapi bisa melihat manfaatnya, seperti akal/berpikir. Manusia tidak bisa meliat
akal itu dimana tapi manusia bisa merasakan akan manfaat akal. Ada 3 (tiga) komponen
yang saling bertentangan dan saling kontradiktif antara ketiganya
a. ID
b. EGO
c. SUPEREGO

Ketiga komponen ini saling bertentangan oleh sebab itu mudah bagi seorang Psikologi
menentukan bagaimana mengobati berbagai penyakit mental yang timbul. Ketika seorang
manusia merasakan nafsu makan dan dia mencuri makanan maka hal ini dipengaruhi oleh
ID dengan demikian ketika berhubungan dengan Moral anak usia dini maka caranya adalah
selalu menyentuh alam bawah sadarnya seperti dibiasakan merasa bersalah dengan
menghancurkan piring lantas dijelaskan kenpa bersalah atau ketika tidak nurut kepada orang
tua maka orang tua menjelaskan kenapa harus nurut dan bagaimana nurutnya. Jika kita
kelapangan maka guru-guru ketika menyemangati anak-anaknya supaya dapat belajar dan
rajin maka sebenarnya itu adalah implementasian dari metode ini.

2. Metode Jhon B Watson (Behaviorism)


Sangat berbeda dengan metode diatas, metode ini lebih meningkatkan kepada fakta yang
manusia lihat atau Anak Usia Dini. Terselubung kisah menyeramkan dari uji coba metode
ini yaitu dikenal dengan “Uji Coba Albert” bila penasaran dengan kisahnya bisa lihat di
Google. Metode ini menekankan bahwa manusia berprilaku tergantung bagaimana dia
kebiasaan ketika dia masih Anak Usia Dini, ketika anak itu dibiasakan dengan pekerjaan
berat maka dia akan ketika besar nanti dia akan kuat, pun begitu dengan kebiasaan berpikir
maka dia akan menjadi orang yang berpikir begitulah singkatnya metode ini. Namun perlu
digaris bawahi bahwa metode ini sangatlah susah karena memerlukan fasilitator yang
banyak, namun efektivitasnya bisa terbilang besar.
C. Pendidikan Moral Anak Usia Dini Dalam Pandangan Agama

Jika ini adalah metode mendidik anak usia dini dalam masalah Moral secara psikologis
maka kita akan melihat cara mendidik moral secara agama khususnya agama Islam. Semasa
pemerintahan Islam sedang Berjaya, Pendidikan untuk anak di atas usia 7 tahun dikenal dengan
istilah Kuttaab. Sementara, anak-anak di bawah 7 tahun, pendidikannya dibimbing langsung
oleh orang tuanya. Al-Abdany dalam Madkhalusi Asy-Syar’I Asy-Syarif mengkritik para orang
tua dan wali yang mengirimkan anak-anaknya ke sekolah pada usia kurang dari tujuh tahun. Ia
mengatakan

“Dahulu para leluhur kita yang alim mengirimkan putera-puteranya ke kuttaab tatkala
mencapai usia tujuh tahun. Sejak usia tersebut orang tua diharuskan mendidik anak-
anaknya mengenal shalat dan akhlak yang mulia. Akan tetapi saat ini amat disesalkan
bahwa anak-anak zaman sekarang menuntut ilmu pada usia yang masih rawan (4-5) tahun.
Para pengajar hendaknya hati-hati mengajar membaca pada anak-anak usia rawan ini,
karena dapat melemahkan tubuh dan akal pikirannya”

Pendapat ini hampir sama dengan realita dari metode Psikologis Watson terhadap Albert
yang sangat takut dengan benda putih. Maka Islam memiliki solusi terhadap hal yang demikian
terjadi yaitu setiap anak yang kurang dari 7 tahun diasuh dan dibimbing langsung oleh orang
tuanya karena kadang kala zaman sekarang sentuhan orang tua keanak seperti tidak ada malahan
seperti tidak pernah, seperti contoh ketika seorang ibu yang berkarier maka tidak bisa dipungkiri
dia akan menyewa Baby Sister dengan alasan waktu untuk anak tidak ada.

Sedangkan jika kita melihat kepada sejarah para Imam Madzhab khususnya imam
Syaf’I dan Imam Ahmad Bin Hambal Rahimahumullah, mereka sangat dekat dengan ibu
mereka sampai setiap kali pengajian, ibu mereka selalu mengantarkan hingga menunggu
anaknya diluar. Sungguh pemandangan yang tidak terjadi pada zaman sekarang.
Rasulullah SAW bersabda: “Perintahkan anak-anak mengerjakan shalat pada dikala
mereka berusia 7 tahun dan pukulah mereka apabila meninggalkan shalat pada usia
sepuluh tahun dan pisahkan tempat tidur mereka (pada usia tersebut pula)” (Al Hadist)
Dan Rasulullah SAW juga bersabda tentang pengejaran di bawah tujuh tahun: “Jika anak-
anak telah berusia enam tahun, maka harus didiik sopan-santun” (Al-Hadist)
Belakangan ini juga factor tidak terealisasikan Pendidikan Moral Anak Usia dini dalam
pandangan Islam karena para Ibu bekerja di luar rumah dan para ibu juga menganggap
bahwa Pendidikan di bawah asuhan guru yang berkompeten adalah lebih baik daripada di
bawah asuhan mereka sendiri atau pembantu rumah tangga yang tidak memilliki dasar-
sadar pengetahuan Pendidikan.
USIA PERKEMBANGAN
2-7 Tahun • Disebut stadium realisme fantasi
• Memulai penguasaan bahasa dan
permainan simbolis
• Mulai muncul aktivitas internal
• Berpikri egosentri
7-11 Tahun • Disebut Stadium oprasional konkrit
• Terjadi perubahan berpikir dari
praoperasional kea rah oprasional
• Sifat egosentris mulai menurun
• Memiliki minat tinggi untuk belajar
• Belum mampu mangaitkan
beberbagai hal yang terpisahkan
menjadi kesatuan yang bulat
• Selalu ingin tahu dan aktif
Lebih dari 11 Tahun • Disebut fase oprasional formal
• Semakin bertambah intelektual
• Lebih senang dalam keadaan bebas
D. Kesimpulan
Pandangan Agama sesuai dengan pandangan agama, karena pada intinya psikologi
hanyalah jalan untuk menuju kepada suatu sedangkan agama adalah sesuatu itu. Ada statmen
dari orang-orang terdahulu bahwa “Kita sekarang adalah pilihan dahulu” dengan seperti itu
kita mempunyai kesimpulan bahwa prilaku kita sekarang sangat dipengaruhi oleh masa lalu,
namun yang namanya masa lalu ada yang baik dan ada juga yang tidak maka sebuah pertanyaan
nantinya muncul “Jika saya merasa salah, bagaimana cara merubahnya?” maka jawabannya
adalah dengan memilih pilihan yang menjadi pilihan orang yang menjadi inspirasi. Terdapat
kesalahan yang nyata ketika seorang manusia tidak memiliki orang yang menjadi Inspirasi
mereka karena kadang kala perasaan untuk menguasai orang lain menguasai hal seperti itu.
Banyak sekali orang yang seperti ini, seperti Kisah Douglas Bullet yang menghancurkan
armada Angkatan laut hingga kasih dibalik bunuh diri rakyat Korea hingga Jepang. Jadi selama
orang yang menginspirasi itu ada maka biasanya dia akan memiliki tujuan hidup yang jelas.
Sudah jelas bahwa orang shaleh dahulu mendapatkan inspirasi dari Rasulullah SAW hingga
mereka sangat semangat dan tidak pantang menyerah, sedangkan sekarang? Maka meskipun
kita memperbaiki tatacara pengajaran menjadi lebih baik tetap jika sistem yang mengatur
manusianya yang rusak maka akan rusak juga semuanya.

Anda mungkin juga menyukai