PENDAHULUAN
UNICEF memiliki data dari 190 negara, telah mencatat bahwa anak di
dunia secara terus menerus mendapatkan pelecehan baik secara fisik maupun
emosional mulai dari pembunuhan, tindakan seksual, penghinaan, dan
penegakkan disiplin yang terlalu kasar. Begitu juga pelecehan seksual yang
terjadi di negara Indonesia (Kristanti, 2014)
Dari latar belakang di atas maka penulis terdorong untuk karya tulis
yanng berjudul “ Pentingnya Edukasi untuk anak usia dini dalam mencegah
pelecehan seksual”
1.2 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Batasan tentang anak usia dini antara lain disampaikan oleh NAEYC (National
Association for The Education of Young Children), yang mengatakan bahwa anak usia
dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam
program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family
child care home), pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD
(NAEYC, 1992). Lebih jelasnya diungkapkan sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan “Early Chilhood” (anak usia awal) adalah anak usia
sejak lahir sampai dengan usia 8 tahun, hai ini merupakan pengertian baku
yang dipergunakan oleh NAEYC. Batasan ini sering kali dipergunakan untuk
merujuk anak yang belum mencapai usia sekolah dan masyarakat
menggunakannya bagi tipe pra sekolah (preschool)
Early Chilhood setting (tatanan anak masa awal) menunjukan pelayanan
untuk anak sejak lahir sampai dengan 8 tahun di suatu pusat penyelenggaraan
rumah atau institusi, seperti kindergarden, sekolah dasar dan program
rekreasi yang menggunakan sebagian waktu atau separuh waktu.
Early Chilhood Education(pendidikan anak masa awal) terdiri dari pelayanan
yang diberikan dalam tatanan awal masa anak. Biasanya oleh para pendidik
anak usia dini (young Children) digunaka istilah early chilhood (anak usia
awal) dan early chilhood educatian (pendidikan anak masa awal) dianggap
sama atau sinonim (Patmonodewo, 2003:4).
Sedangkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut
(Depdiknas,2003).
Menurut Prof. Marjorry Ebbeck (1991) seorang pakar anak usia dini dari australia
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pelayanan pasa anak mulai dari
lahir sampai usia delapan tahun. Sedangkan menurut undang-undang tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak
memiliki kesiapan dalam mengikuti pendidikan lebih lanjut. Hibana S. Rahman
( 2005: 4).
Masa usia dini merupakan periode awal yang penting dan mendasar dalam
sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa
ini ditandai oleh periode penting yang pundamen dalam kehidupan anak selanjutnya
sampai periode ahir perkembangan. Salah satu periode yang menjadi ciri masa usia
dini adalah The Golden Age atau periode keemasan (depdiknas 2007:1) banyak
konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada
masa usia dini dimana potensi anak berkembang dengan cepat.
Adapun beberapa penyebab pelecehan sesual anak usia dini yaitu sebagai berikut:
Di zaman yang semakin modern seperti ini, tingkat pendidikan dari orang tua
terhadap anak justru makin berkurang. Apalagi yang berhubungan dengan
pengawasan dalam penggunaan gadget, media sosial, dan informasi yang membuat
anak terpengaruh. Oleh sebab itu KPAI mendorong orang tua untuk lebih aktif
membangun komunikasi aktif dengan anak – anaknya terkait aktivitas penggunaan
gadget secara intens.
4. Masalah seksual
"Masalah seksual ini seperti ereksi, ejakulasi dini. Itu akan meningkatkan
risiko seseorang untuk menjadi pelaku kekerasan seksual," kata dokter Gina.
Orang tua sejak dini perlu mengajarkan bagian-bagian tubuh anak, termasuk
organ-organ intimnya. Meskipun umumnya orang tua akan merasa tabu untuk
mengenalkan bagian intim kepada anak, hal ini penting dilakukan.
Pengenalan ini penting dilakukan sebagai dasar edukasi seksual kepada anak.
Jadi, bila ingin menjaga anak dari perilaku ‘menyimpang’, salah satu cara
menghindari pelecehan seksual adalah dengan pengenalan anggota tubuh.
2. Mengajarkan Anak Bagian Tubuh yang Tidak Boleh Disentuh oleh Orang Lain
Anak Bagian Tubuh yang Tidak Boleh Disentuh oleh Orang Lain. Setelah
mengajarkan anak tentang anggota tubuhnya, orang tua perlu menekankan bagian-
bagian yang tidak boleh disentuh atau dilihat oleh orang lain, seperti dada, kemaluan,
dan bokong.
Selain itu, pelecehan seksual pada anak juga dapat dicegah dengan mengajari
anak rasa malu untuk memperlihatkan bagian-bagian intim kepada orang lain sejak
dini.
3. Mengajarkan Anak untuk Mewaspadai Orang yang Tidak Dikenal
4. Mengajarkan anak apa yang harus dilakukan jika ada orang yang igin menyentuhnya
Pelecehan seksual pada anak salah satunya dapat dicegah dengan mengajarkan
anak bagaimana untuk bertindak. Selain kewaspadaan, Anda juga perlu mengajari si
Kecil untuk bertindak defensif.
Berkata tidak, lari, dan berteriak minta tolong penting diajarkan jika ada orang
asing yang ingin melihat atau menyentuh bagian-bagian tubuh anak, seperti dada,
kemaluan, dan bokong.
5. Selalu Memantau Anak Saat Anak Bermain atau Melakukan Aktivitas di Luar Rumah
Selalu Memantau Anak Saat Anak Bermain atau Melakukan Aktivitas di Luar
Rumah. Pemantauan anak saat bermain dan melakukan aktivitas di luar rumah sangat
penting. Sebab pelecehan seksual pada anak sering terjadi saat si Kecil bermain di
luar rumah.
Kurangnya pemantauan orang tua akan memicu para pelaku pelecehan seksual
untuk menggencarkan aksinya. Sebaliknya, pemantauan anak yang baik akan
menyurutkan niat pelaku untuk menjalankan aksinya.
Saat anak berada di sekolah, maka guru lah yang bertugas memantau anak
agar tidak terjadi pelecehan seksual. Oleh karena itu, orang tua perlu berkenalan dan
bekerja sama dengan para guru di sekolah. Begitu pula dengan guru les atau guru
mengaji.
7. Menjalin Kerja Sama yang Baik dengan Tetangga di Lingkungan Rumah
Orang tua tidak mungkin memantau anak setiap saat. Untuk itu, tidak ada
salahnya untuk akrab dengan para tetangga di lingkungan rumah dan lingkungan
bermain anak.
Menjalin kerja sama ini sangat penting dan dapat membantu mencegah
pelecehan seksual pada anak saat ia bermain di lingkungan sekitar rumah.
Menjaga keterbukaan dengan anak juga sangat penting agar anak bercerita
kepada Anda apa yang terjadi dalam kesehariannya, termasuk jika anak mengalami
perlakuan-perlakuan yang tidak sesuai, seperti pelecehan seksual.
Jika sampai terjadi pelecehan seksual pada anak, maka orang tua anak perlu
segera bertindak untuk melaporkan ke pihak berwajib.
https://journal.umtas.ac.id/index.php/EARLYCHILDHOOD/article/download/63/50
http://eprints.ums.ac.id/65523/2/BAB%20I.pdf
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PAUD4306-M1.pdf
https://www.liputan6.com/health/read/4155441/3-faktor-penyebab-seseorang-jadi-pelaku-
kekerasan-seksual
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3624837/cara-tepat-lindungi-anak-dari-
pelecehan-seksual