Anda di halaman 1dari 17

Tugas Individu 4

MAKALAH PENDIDIKAN KEHIDUPAN KELUARGA

“PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA”

OLEH

JUMRIYANI

A1J1 18 052

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan
tanpa adanya ikatan perkawinan.Perilaku seks bebas yang terjadi pada remaja dapat
disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua terhadap anak yang disebabkan karena
kesibukan masing-masing sehingga anak tidak memperoleh pengetahuan tentang seks
bebas dari orang tua dan oleh sebab itulah kadang kala anak terjerumus pada pergaulan
yang salah. Perilaku seks bebas juga dapat terjadi jika remaja kurang mempunyai
pemikiran yang matang untuk berbuat sesuatu di tambah lagi karena dorongan dari teman
sebaya. Kadang teman mempunyai pengaruh yang buruk dan memaksa mencoba sesuatu
yang baru sehingga mereka mencoba melakukan hubungan seks dengan lawan jenis tanpa
memikirkan akibat yang akan terjadi.
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan dari masa kanak-kanak menuju
ke arah kedewasaan. Di samping remaja adalah manusia yang sedang berkembang secara
fisik dan psikologis (emosi). Dalam keadaan seperti itu berkembang pula fungsi-fungsi
hormonal dalam tubuh remaja. Umumnya proses kematangan fisik lebih cepat terjadi dari
pada proses kematangan psikologis. Melihat masa remaja sangat potensial dan dapat
berkembang ke arah positif maupun negatif maka intervensi edukatif dalam bentuk
pendidikan, bimbingan, maupun pendampingan sangat diperlukan untuk mengarahkan
potensi remaja tersebut agar berkembang dengan baik, ke arah positif dan produktif.
Sehubungan dengan ini, masalah seks remaja sesungguhnya merupakan masalah yang
sangat penting dan harus segera diantisipasi.
Pendidikan seks diperlukan untuk menjembatani antara rasa keingintahuan remaja
tentang hal itu dan berbagai tawaran informasi yang vulgar, dengan cara pemberian
informasi tentang seksualitas yang benar, jujur, lengkap, yang disesuaikan dengan
kematangan usianya. Berbicara tentang pendidikan seks tentunya tidak akan terlepas
dengan pemahaman seseorang terhadap apa dan bagaimana pendidikan seks itu sendiri.
Perbedaan pemahaman tentang pendidikan seks ini tergantung pada bagaimana sudut
pandang yang mereka gunakan dalam memberikan definisi tersebut. Pendidikan seks
sebenarnya berarti pendidikan seksualitas, yaitu suatu pendidikan mengenai seksualitas
dalam arti luas. Seksualitas meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, yaitu
aspek biologis, orientasi, nilai sosiokultur dan moral, serta perilaku.
Pendidikan seks bukanlah berarti belajar tentang bagaimana berhubungan seksual,
seperti yang dianggap banyak orang sehingga bentuk pendidikan ini seolah dilarang
karena dianggap bisa berekses buruk pada remaja. Pendidikan seks merupakan sebuah
diskusi yang realistis, jujur, dan terbuka bukan merupakan dikte moral belaka. Dalam
pendidikan seks diberikan pengetahuan yang faktual, menempatkan seks pada perspektif
yang tepat, berhubungan dengan self-esteem (rasa penghargaan terhadap diri),
penanaman rasa percaya diri dan difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam
mengambil keputusan.
Pendidikan seks penting bagi remaja agar mereka mendapatkan informasi yang
benar dan akurat mengenai masalah seksual dan kesehatan reproduksi. Pendidikan seks
untuk remaja bertujuan melindungi remaja dari berbagai akibat buruk karena persepsi dan
perilaku seksual yang keliru. Melalui pendidikan seks remaja diharapkan dapat
menempatkan seks pada porsi yang tepat bahkan tidak keblablasan dalam menafsirkan
arti seks serta mencoba mengubah anggapan negatif tentang seks. Rendahnya
pemahaman tentang pendidikan seks dikarenakan masih banyaknya anggapan keliru
mengenai pendidikan seks.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan seks pada remaja ?
2. Apa tujuan dan manfaat penerapan pendidikan seks pada remaja?
3. Apa saja bahaya dari perilaku seks bebas di kalangan remaja ?
4. Bagaimana upaya untuk menghindari perilaku seks bebas ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pendidikan seks pada remaja
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat penerapan pendidikan seks pada remaja

3. Untuk mengetahui bahaya dari perilaku seks bebas di kalangan remaja


4. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam menghindari perilaku seks
bebas
BAB II
PEMBEAHASAN
A. Pendidikan Seks
Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang
masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah seks, naluri dan
perkawinan. Sehingga dapat memahami urusan perkawinan, bertingkah laku islami dan
tidak mengikuti syahwat dan cara-cara hedonism (Nashih Ulwan, 2012: 423).
Pendidikan seks yang sarat dengan etika dan moral telah dilakukan oleh orang-
orang terdahulu melalui berbagai cara. Dalam buku “Asmaragama” misalnya, memuat
pendidikan seks yang diajarkan secara lugas, terus terang, dan tersaji secara sopan, yang
didalamnya memuat mengenai hari-hari baik, lafal, maupun mantera, larangan dan tabu,
sampai kepada petunjuk bersenggama bila menginginkan anaknya yang memilki sifat
mulia yang dikehendaki.
Dalam Literatur klasik yang sangat terkenal, yaitu buku “Kamasutra” dari India
yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, memuat gambar-gambar patung yang
menggambarkan hubungan laki-laki dan perempuan yang dijelaskan dengan sangat rinci
pada uraian tekstualnya. Versi lain dari buku ini bisa ditemukan di masyarakat dan
budaya Asia. Di Bali, Jepang, dan Cina buku ini digolongkan sebagai “nasehat” atau
petunjuk tentang bagaimana pendidikan seks harus diberikan dengan tujuan untuk
pemuliaan keturunan, menjaga keutuhan perkawinan dan meningkatkan pemahaman
tentang seluk beluk hubungan suami istri.
Dalam ajaran Islam, pendidikan seks juga menjadi perhatian serius dan telah
diberikan sejak zaman Nabi, di mana didalamnya memuat tentang ahlak hubungan suami
istri yang bersumber dari Al-Qur’an, hadis nabi serta ucapan para sahabat dan tabiin
(alim ulama yang hidup setalah zaman Nabi Muhammad SAW, namun masih bertemu
dengan sahabat Rasululah).
Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah
penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampakdampak negatif yang
tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular
seksual, depresi dan perasaan berdosa (Sarlito Wirawan Sarwono, 2004: 188).
Pendidikan seks adalah masalah mengajarkan, memberi pengertian, dan
menjelaskan masalah-masalah yang menyangkut seks, naluri dan perkawinan
kepada anak sejak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami hal-hal di atas
(Abdullah Nashih Ulwan, 1992:1). Pendidikan seks sebenarnya berarti
pendidikan seksualitas, suatu pendidikan mengenai seksualitas dalam arti luas.
Seksualitas meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, yaitu aspek
biologik, orientasi, nilai, sosiokultur dan moral, serta perilaku.
Makna pendidikan seks itu sangat luas, tidak hanya berkisar masalah
jenis kelamin dan hubungan seksual. Tapi di dalamnya ada perkembangan
manusia (termasuk anatomi dan fisiologi organ tubuh, terutama organ
reproduksi); hubungan antar manusia (antar keluarga, teman, pacar dan
perkawinan); kemampuan personal (termasuk di dalamnya tentang nilai,
komunikasi, negosisasi dan pengambilan keputusan); perilaku seksual;
kesehatan seksual (meliputi kontrasepsi, pencegahan Infeksi Menular Seksual
(IMS), HIV/AIDS, aborsi dan kekerasan seksual); serta budaya dan masyarakat
(tentang jender, seksualitas dan agama).

Pendidikan seks sangatlah penting untuk diberikan kepada para remaja,


bahkan sejak masih kanak-kanak. Anak-anak dan remaja rentan terhadap
informasi yang salah mengenai seksSelain itu, dengan pendidikan seks anak
juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga
mereka dapat menghindarinya. Dengan menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif yaitu studi literature, dengan menggali berbagai informasi berkenaan
dengan pendidikan seks pada remaja, maka diperoleh hasil, pertama:
pendidikan seks harus dianggap sebagai bagian dari proses pendidikan untuk
memperkuat pengembangan kepribadian. Kedua, orangtua memiliki peran
penting untuk menanggulanggi perilaku seks yang menyimpang adalah dengan
cara orangtua mengajarkan pendidikan seks secara langsung dan kontinyu pada
anak sedini mungkin di dalam keluarga sesuai Alkitab dan norma-norma
masyarakat setempat agar remaja meneima seksualitasnya yang adalah bagian
integral kehidupannnya dengan penuh tanggung jawab.

B. Manfaat Pendidikan Seks


• Menghapus rasa ingin tahu yang tidak sehat. Rasa penasaran pada remaja
mengenai seksualitas taruh ditampung dalam wadah yang memadai dan
tidak menyesatkan. Salah satunya tentu dengan edukasi seks yang
diberikan secara rutin dan disekolah maupun dirumah. Rasa penasaran
mereka tentang seksualitas pun terbayar dengan mendapatkan
pengetahuan dari sumber yang terpercaya. Dengan demikian anak tidak
akan terjerumus dalam pengetahuan yang menyesatkan seperti yang
terdapat pada komik ataupun video porno
• Membantu pikiran anak-anak lebih terbuka pada topik terkait seksualitas
tersebut. Dengan adanya pendidikan seksual ini, anak-anak tidak akan
merasa malu untuk membicarakan topik topik yang berkaitan dengan
seksualitas tersebut dengan orang tua mereka
• Memperkuat rasa percaya diri. Dengan adanya pendidikan seks, rasa percaya diri
anak akan timbul dengan sendirinya. Mengetahui setiap inti bagian tubuhnya sendiri
membuat mereka merasa nyaman. Si anak akan memahami batasan yang penting
dalam pergaulan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Manfaat
pendidikan seks ini membuat mereka lebih bertanggung jawab terhadap perilaku
seksual yang dimiliki.

• Membantu jalannya komunikasi tentang topik yang berhubungan dengan


seksualitas. Akan datang saat anda, sebagai orang tua, harus menjelaskan tentang
beberapa topik terkait seksualitas dengan anak- anak anda. Jikalau mereka sudah
mengerti dasar-dasar dari topik tersebut, komunikasi tersebut tidak akan mengalami
kesulitan yang berarti.

C. Bahaya Seks Bebas


menjaga kesehatan itu lebih baik daripada mengobati, maka Islam sejak berabad-
abad yang silam, sebenarnya sudah memiliki istilah yang senada dengan itu yakni; Saddu
adz-dzari’ah, yang artinya menutup semua jalan yang mengarah kepada terjadinya
sesuatu yang dilarang. Menurut Dr. A. Kosasih dari bagian ilmu penyakit kulit kelamin
FKUI yang dikutip oleh Burhanuddin Latief jenis penyakit yang disebabkan hubungan
seksual (sexualy transmitted) sebagai berikut:

1. Herpes Alat Genital


2. Sifilis
3. Trichomonisasis
4. Bobo Kelenjar Limfe Inguinal.
5. Kutil alat genital (Condiloma accuninata)
6. Peradangan ureta yang tidak spesifik (non espesific uretritus)
7. Kencing nanah
8. Jamur kondidah pada alat genital (candidosis genetalis)
Dr. Marwali Harahap mengatakan ada 14 penyakit seksual yang disebabkan oleh
hubungan seks:
1. Nonspesifik.
Adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Meskipun gejalanya
tidak seberat uretritis genore, namun karena prevalensinya tinggi atau cenderung
meningkat di samping menyebabkan tekanan “Psiko Seksual“ bagi penderitanya.
2. Herpes Genitalis.
Penyakit ini disebabkan oleh herpessimpleks Virus (HSV). Penularannya akibat
seks orogenital atau penularan melalui tangan.
3. Sifilis ( Raja Singa )
Penyakit ini disebabkan oleh Treponema Pallidium. Penularan penyakit ini
disebabkan oleh senggama dan keduanya disebabkan oleh infeksi yang sama.
4. Kondiloma Akuminata.
Insiden penyakit ini ditularkan melalui hubungan kelamin . Penyebab penyakit ini
adalah Virus golongan paposa.
5. Gonore.
Ialah penyakit kelamin, yang pada pria permulaannya keluar nanah dari orifisum
Uretra eksterna dan pada wanita biasanya tanpa gejala, hanya nanah keluar dari
introitus vagina. Kuman penyebabnya ialah Neisseria Genorrhoeae.
6. Reiter
Beberapa penulis melaporkan bahwa penyakit reiter ada hubungannya dengan
penyakit yang ditulari secara hubungan kelamin, terutama didaratan Inggris dan
Amerika Utara. Sedangkan di Eropa, Asia dan Afrika Utara penyakit reiter lebih
banyak ditemukan pada penderita disentri amuba, disentri disentri basilus, ataupun
penderita diare nonspesifik.
7. Moloskum Kantagiosum.
Penyakit kulit ini bersipat menular, berpindah dari satu satu orang ke orang lain.
Penularan dapat terjadi dengan cara kontak langsung, melalui barang-barang yang
dipakai, Misalnya handuk atau autoinokulasi.
8. Kandidiasis Genitalis.
Penyakit ini melalui hubungan kelamin karena itu digolongkan juga dalam
penyakit yang ditularkan melaluihubungan kelamin. Dikemikakan bahwa hal ni
merupakan penyebat terpenting terjadinya kandidiasis oral pada bayi.
9. Trikomoniasis.
Suatu penyakit yang disebabkan infeksi parasit ( Trichomonas Vaginalitas ) yang
biasanya ditularkan secara hubungan kelamin dan menyerang bagian bawah trakus
urogenitalis baik pria maupu wanita.

10. Limfogranuloma Venerum.


Adalah penyakit peradangan pada sistem saluran pembuluh limfe dan kelengjar
limfe
11. Ulkus Molle.
Adalah penyakit yang ditularkan melalui hubunga seksual pada orang genitalia.
Penyebabnya adalah kuman Haemophillus ducreyi.
Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri,
perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang
menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat. Maka
pengendalian hawa nafsu sebagai jihad terbesar sepanjang hidup dengan kepatuhan dan
keimanan pada ajaran agama. Dengan hal ini dapat mencegah hubungan terlalu jauh
sebelum nikah. Bagi yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsu seyogyanya
melaksanakan pernikahan dengan dasar kesiapan dari kedua pasangan secara kepribadian,
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik serta sikap mengedepankan rasa tanggung
jawab. Dan tak lupa syarat pernikahan ini haruslah berdasar perasaan saling cinta-
mencintai dan harga-menghargai.
Sudah semestinya generasi muda menghindari budaya berpacaran yang mana
pacaran merupakan budaya asing yang belepotan syahwat dan birahi. Bahkan ketika cinta
itu tumbuh semakin dewasa, syahwat dan birahi tidak lagi menjadi tujuan yang memiliki
arti. Dalam bentuknya yang dewasa itu, cinta lebih kentara dengan wujud kepasrahan,
keikhlasan, dan peneguhan eksistensi.
D. Menghindari Seks Bebas
Mengenai masalah pendidikan seks pengetahuan yang diberikan oleh pihak
sekolah terhadap peserta didiknya dinilai masih kurang. Masih banyak pula ditemui
sekolah yang tidak memberikan pendidikan seks pada siswanya. Kurikulum sekolah pun
tidak mencantumkan adanya pendidikan seks. Pengetahuan yang diberikan seputar
pengetahuan reproduksi masih berkisar pada pengetahuan yang umum dan tidak terlalu
khusus atau mendalam.
Lingkungan sekitar merupakan lingkungan yang sangat kompleks sifatnya dan juga
sangat berpengaruh terhadap perkembangan remaja. Mulai dari teman pergaulan,
masyarakat dan juga teknologi yang menjamur di sekitar kita seperti internet, handphone,
dll. Dewasa ini, media massa adalah sangat mudah dipergunakan kaum remaja. TV, film,
musik, media cetak atau elektronik dan internet adalah sumber informasi yang cukup
murah dan mudah diakses oleh para remaja. Melalui media massa beragam informasi
disajikan pada penggunanya, salah satunya adalah informasi dan pengetahuan tentang
seks. Dari sinilah remaja memperoleh berbagai informasi sehingga remaja harus pandai-
pandai memfilter informasi yang mereka dapatkan. Selebihnya informasi dari massa
dinilai lebih transparan dan terbuka dibandingkan dengan sumber lainnya. Akan tetapi
terkadang konten informasinya masih kurang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Dengan demikian memang dibutuhkan sikap yang sangat bijaksana dari para
orang tua, pendidik dan masyarakat pada umumnya serta tentunya dari para remaja itu
sendiri, agar mereka dapat melewati masa transisi itu dengan selamat.

Keluarga dalam hal ini orang tua mempunyai peran penting dalam perkembangan
anak-anaknya, khususnya pada masa remaja. Masa remaja adalah periode penuh dengan
perubahan, baik dalam hal jasmani maupun hal mental dan sosial. Orangtua harus mampu
membimbing anak-anaknya selama masalah-masalah periode ini, sambil memberi
informasi dan saran untuk kehidupan sehat. Dewasa ini, orangtua berperan bertindak
untuk melindungi anak-anaknya dari pengaruh sosial yang tidak sehat. Cara terbaik
memenuhi peran ini adalah bersahabat dengan anak remaja dan tidak menghindari
pertanyaan sulit, khususnya tentang masalah seks.
Masalah seks dianggap sulit dibahas oleh kebanyakan orangtua. Padahal
lingkungan keluarga merupakan tempat yang tepat dan baik untuk penyuluhan masalah
seks. Sampai sekarang, kesempatan ini jarang digunakan oleh orangtua, karena masalah
seks disampingkan atau ditutupi. Dalam keadaan ini, kaum remaja sering mencari sumber
informasi lain untuk memenuhi keingintahuannya yaitu, media massa. Dengan tidak
adanya pendidikan seks yang memadai dan pandangan orang tua yang menabukannya
hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan tentang seks membuat anak lebih
cenderung terkena imbas seks dari pergaulan bebas, baik dari lingkungan masyarakat
maupun dari lingkungan teman sebaya (Panut dan Umami dalam I Nyoman Sukma
Arida, 2005: 41).
Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal mempunyai tanggung jawab
yang besar terhadap berlangsungnya proses pendidikan, yang dibagi dalam tiga kategori,
yaitu: tanggung jawab formal, tanggung jawab keilmuan dan tanggung jawab fungsional.
Lingkungan sekolah juga sangat mempengaruhi pola hidup dan perkembangan jiwa
seorang anak atau individu sebab kelompok sepermainan biasanya tumbuh di lembaga
pendidikan formal tersebut. Kondisi sekolah dan sistem pengajaran yang kurang
menguntungkan peserta didiknya dapat menjerumuskan mereka pada kenakalan remaja.
Pola hidup yang berkembang di sekolah dewasa ini terutama memberikan tekanan pada
materialisme (Soerjono Soekanto, 2004: 25).
Orang tua diharapkan untuk terus memantau perkembangan anak-anak mereka,
karena teman dan lingkungan pergaulan memberiikan pengaruh yang tidak semuanya
baik. Pendidikan agama dan pendidikan seks sejak dini juga perlu diberikan agar anak
tidak salah memaknai hubungan seksual dengan caranya sendiri, termasuk juga
penanaman tanggung jawab pada diri mereka. Sekolah juga harus memberii informasi
atau himbauan agar siswanya tidak menyalahgunakan kondom. Sekolah juga
berkewajiban untuk menguatkan kualitas agama siswanya agar tidak terjerumus dalam
pergaulan seks bebas. Lembaga di luar sekolah seperti lembaga keagamaan diharapkan
bisa memberiikan pemahaman tentang larangan dan bahaya seks bebas dan bahwa
penggunaan kondom oleh mereka yang belum menikah dilarang oleh agama.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pendidikan seks diperlukan untuk menjembatani antara rasa keingintahuan
remaja tentang hal itu dan berbagai tawaran informasi yang vulgar, dengan cara
pemberian informasi tentang seksualitas yang benar, jujur, lengkap, yang disesuaikan
dengan kematangan usianya.

Masa remaja adalah masa peralihan dimana seseorang berpindah dari kanak-
kanak menjadi dewasa, dalam masa ini berbagai perubahan jasmaniah, rohaniah, dan
sosial terjadi dengan jelas. Perubahan itu biasanya disertai oleh bernacam-macam
problema yang timbul karena tidak dipersiapakannya jiwa remaja untuk menghadapi
perubahan tersebut ditambah lagi dengan tidak dimengertinya orang tua, guru dan
masyarakat tentang ciri pertumbuhan remaja itu sendiri dan oleh sebab itu timbul
berbagai problema remaja dan bila problema itu tidak terselesaikan maka akan muncul
kenakalan remaja. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan perhatian orang tua dan masyarakat
dalam menghadapi problema remaja agar tidak menjurus pada kenakalan remaja.
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan remaja yaitu dengan memberi kemudahan
bagi remaja dalam pendidikan seperti memudahkan administrasi keuangan sekolah bagi
anak yang tidak mampu sehingga keuangan sekolah akan sedikit terbantu dan remaja
tidak terjerumus pada kejahatan.

B. Saran
Fokusnya utama Pendidikan Seks adalah pendidikan dan pengetahuan daripada
seks. Pendidikan Seks mampu menyelamatkan kaum remaja dari keadaan yang tidak sehat
atau berbahaya untuk kesehatannya. Seharusnya Pendidikan Seks tidak dianggap tabu dan
tidak ditutu- tutupi lagi.

Sebagai suatu cabang, masyarakat yang mampu sebagian besar penduduk kaum
muda, ruang sekolah seharusnya mengambil peran utama untuk memberi Pendidikan Seks
ini. Sebaiknya pemerintah bertindak mengembangkan program Pendidikan Seks dengan
bahan-bahan resmi untuk disediakan setiap sekolah. Lebih banyak dana seharusnya
diberikan dibidang Pendidikan, untuk menyakinkan setiap siswa mengalami kesempatan
untuk mengakses informasi yang dibutuhkan. Program Pendidikan Seks seharusnya
mencapai keseimbangan antara pengetahuan lengkap dan norma-norma kebudayaan dan
agama Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Abrari (2006) Dari Sosialisasi Bahaya Narkoba yang Dihelat BNK Pamekasan: Akhir
Pekan, Siswa Aksi Borong Kondom. Radar Madura 7 Januari 2006, hal: 29-31.
Akbar Dr. Ali, H.Ali, Bimbingan Seks Untuk Generasi muda, Cet VIII, Jakarta : Pustaka
Antara, 1993.
Burhanuddin Salam. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta : Bumi Akasara.
Deddy Mulyana & Jalaludin Rakhmat. 1998. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Didik Hermawan. 2007. Ngerumpi Sex Yuk. Solo : Smart Media. Dimyati Mahmud. 1990.
Psikologi Pendidikan: suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta: BPFEE.
Elizabeth Hurlock. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Erlangga.
Fathi Yakin, Islam dan Seks Cet III, Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia.1992.
George Ritzer. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Gunarsah, Singggih. D. Mengembangkan Kepribadian Balita Pola Pendidikan Untuk
Meletakkan Dasar Kepribadian Yang Baik. Cet.I, Jakarta : PT. Gramedia, 1990.
Hikmat Budiman. 2002. Lubang Hitam Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Martaniah, Mulyani. 1964. Peranan orang tua dalam perkembangan Kepribadian. Jakarta:
Bulan Bintang.
Mohammad, M. Dlori. 2011. Jeratan nikah dini, wabah pergaulan. Jogjakarta: Media
Abadi.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Qutub, Muhammad, Jahiliah Abad Dua Puluh, Cet. VI, Bandung: Mizan, 1993.
Rachman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang: IKIP
Semarang Perss Ramayulis, et. Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga. Cet II,
Jakarta: Kalam Mulia. 1990.

Shahin,R.2009.Aneka Tips.Web. http://www.astaga.com

Anda mungkin juga menyukai