Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hidup di zaman globalisasi yang terus berkembang seperti sekarang, pendidikan seks

merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan manusia, terutama

pada anak-anak sejak dini. Akan tetapi disisi lain masyarakat terutama orangtua sangat sulit

untuk membicarakan apa lagi menerapkan pendidikan seks usia dini pada anak-anaknya.

Orangtua cenderung berpikir bahwa seks adalah sesuatu yang sangat tabu dan tidak pantas jika

dibicarakan pada anak-anak. padahal dengan menerapakan pendidikan ini, orangtua telah

memberikan sumbangsi besar bagi perkembangan dan pengetahuan sang anak di masa yang akan

datang.

Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan sulitnya orangtua menerapkan

pendidikan seks pada sang buah hati diantaranya karena pengetahuan yang kurang cukup,

paradigma budaya yang salah dan ketidak-tahuan orangtua bagaimana cara untuk

menyampaikannya.

Pusat studi Hukum Universitas Islam Indonesia menemukan data bahwa 15 persen dari

202 responden remaja berusia 15 sampai 25 tahun sudah melakukan hubungan seks. Mereka

terpengaruh gambar dan tayangan pornografi lewat internet, VCD, TV, dan bacaan-bacaan

cabul.Korban pornografi pun meningkat luar biasa. Pusat sumberdaya Hukum untuk keadilan

gender melansir, pada tahun 2003 kasus korban pornografi dan pornoaksi berjumlah 63. Tahun

berikutnya mencapai 144 kasus, dan hingga pada saat ini mencapai lebih dari 1000 kasus.

Media massa sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental anak, terutama

mengenai hal yang dianggap tabu sehingga menimbulkan rasa penasaran. Pemberitaan mengenai

pornografi yang sering muncul di media massa baik cetak maupun elektronik mengundang

perhatian publik. di sini Peran orang tua sangat diperlukan dalam memberikan masukan dan

pendidikan sehingga anak mampu mem filter segala informasi yang ada.
1.2. Rumusan Masalah

Makalah ini menuruskan mengenai pengertian pendidikan seks dan tujuan adanya pendidikan

seks tersebut.

1.3. Tujuan

Pembuatan makalah bertujuan untuk memberikan informasi serta penjelasan kepada

pembaca mengenai hal-hal berikut :

a. Apa pengertian pendidikan seks?

b. Tujuan pendidikan seks

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Pendidikan Seks

Pendidikan seks (sex education) adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian

informasi tentang masalah seksual. Informasi yang diberikan di antaranya pengetahuan tentang

fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, komitmen, agama agar tidak terjadi

"penyalahgunaan" organ reproduksi tersebut. Itu sebabnya, pendidikan seks dapat dikatakan

sebagai cikal bakal pendidikan kehidupan berkeluarga yang memiliki makna sangat penting. Para

ahli psikologi menganjurkan agar anak-anak sejak dini hendaknya mulai dikenalkan dengan

pendidikan seks yang sesuai dengan tahap perkembangan kedewasaan mereka.

Pendidikan seks didefinisikan sebagai pendidikan mengenai anatomi organ tubuh yang

dapat dilanjutkan pada reproduksi seksualnya dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa

mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta kesiapan mental dan material seseorang.

Sementara Dr. Warih A Puspitosari, M.Sc, Sp.K.J. menjelaskan bahwa “Pendidikan seks usia
dini bukan berarti mengajarkan bagaimana cara melakukan seks. Namun pendidikan seks pada

usia dini menjelaskan tentang organ-organ yang dimiliki manusia dan apa fungsinya”.

Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu

pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin.

Ini mencakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi

kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan

pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya

birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya masalah perkawinan,

kehamilan dan sebagainya.

Pendidikan seks dapat di bedakan menjadi seks instruction dan education in sexuality

Yaitu:

1) Sex Intruction ialah penerangan mengenai anatomi seperti pertumbuhan rambut pada ketiak,

dan mengenai biologi dari repoduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan untuk

mempertahankan jenisnya termasuk didalamnya pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi

dalam mencegah terjadinya kehamilan.

2) Education in sexuality meliputi bidang–bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi, dan

pengetahuan lainnya yang di butuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai

individual sexual serta mengadakan interpersonal yang baik.

1.2. Tujuan Pendidikan Seks

Tujuan pendidikan seks :

Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi, fisiologi seks

manusia, dan bahaya penyakit kelamin.

Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang

arti, fungsi, dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar, dan legal.

Tujuan pendidikan seks secara umum, yakni sesuai dengan kesepakatan internasional

”Conference Of Sex Education And Family Panning” pada tahun 1962, adalah untuk
menghasilkan manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia serta tanggung

jawab terhadap dirinya dan terhadap orang lain.

Tujuan pendidikan seks menurut The Sex Information and Education Council The United

States (SIECUS) (dalam Subiyanto, 1996:79) sebagai berikut :

§ Memberi pengetahuan yang memadai kepada siswa mengenai diri siswa sehubungan dengan

kematangan fisik, mental dan emosional sehubungan dengan seks

§ Mengurangi ketakutan dan kegelisahan sehubungan dengan terjadinya perkembangan serta

penyesuaian seksual pada anak

§ Mengembangkan sikap objektif dan penuh pengertian tentang seks

§ Menanamkan pengertian tentang pentingnya nilai moral sebagai dasar mengambil keputusan

§ Memberikan cukup pengetahuan tentang penyimpangan dan penyalahgunaan seks agar terhindar

dari hal-hal yang membahayakan fisik dan mental

§ Mendorong anak untuk bersama-sama membina masyarakat bebas dari kebodohan

Menurut Kirby, Alter dan Scales (dalam Bruess, 1981:207), tujuan pendidikan seks antara

lain :

§ Memberikan informasi yang akurat tentang seksualitas

§ Mengurangi rasa takut dan kecemasan mengenai perkembangan seksual

§ Mendorong lebih bertanggung jawab dan berhasil dalam membuat keputusan

§ Mengembangkan ketrampilan untuk mengelola masalah-masalah seksual

§ Menciptakan hubungan interpersonal yang memuaskan

§ Mengurangi problem-problem seksual seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak

dikehendaki.

Sedangkan menurut Sciller (dalam Bruess, 1987:209) menyebutkan tujuan pendidikan

seks adalah :

§ Memberikan informasi yang faktual seluruh aspek seksualitas dan perencanaan keluarga
§ Meningkatkan pemahaman diri mengenai seksualitas sehingga menjadi percaya diri

§ Meningkatkan pemahaman mengenai seks yang berlawanan jenis sehingga dapat meningkatkan

hubungan yang positif

§ Mengembangkan seksualitas sebagai bagian dari kesehatan hidupnya

Tujuan pendidikan seks dapat dirinci sebagai berikut :

“Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria dan wanita dalam keluarga,

pekerjaan, dan seluruh kehidupan yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap masyarakat dan

kebudayaan, membentuk pengertian tentang peranan seks dalam kehidupan manusia dan

keluarga, mengembangkan pengertian diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan

seks, dan membantu seseorang dalam mengembangkan kepribadian sehingga mampu mengambil

keputusan yang bertanggung jawab, yaitu :

a) Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses

kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.

b) Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian

seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)

c) Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang

bervariasi

d) Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada

kedua individu dan kehidupan keluarga.

e) Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan

dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.

f) Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat

menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.

g) Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi

seks yang berlebihan.


h) Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual

secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua,

anggota masyarakat.

Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan

membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orangtua dan anak.

Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak

dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan

antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya.

1) Usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan,

kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.

2) Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.

3) Isi uraian yang disampaikan harus objektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak,

seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi.

4) Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan

tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan

secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan

dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat

menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.

5) Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan

cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan

pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.

6) Usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu

untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu

untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar

menjadi bagian dari pengetahuannya.


Pendidikan seks di sekolah-sekolah sedang diberikan untuk memberi informasi siswa

tentang masalah yang berkaitan dengan seks. Hal ini dianggap penting bagi masyarakat bahwa

siswa memahami informasi yang tepat tentang seks, praktek seksual, pelecehan seksual anak dan

penyakit menular seksual. Namun, seperti semua ideologi, pendidikan seks di sekolah juga

memiliki pro dan kontra.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pendidikan seks merupakan upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi

tentang masalah seksual yang sangat penting dan baik jika diterapkan pada anak-anak sejak dini.

dengan memberikan pemahaman tentang pendidikan seks anak-anak akan lebih peka pada

berbagai kondisi mengenai seks terutama pada dirinya sendiri dan individu lain disekitarnya.

Selain itu pendidikan seks dapat membuka wawasan positif anak-anak dan menghindarkan diri

mereka dari berbagai ancaman kejahatan seksualitas.

Oleh sebab itu sangat dibutuhkan perhatian orang tua dan masyarakat dalam menghadapi

problema remaja agar tidak menjurus pada kenakalan remaja. Pemerintah seharusnya lebih

memperhatikan remaja yaitu dengan memberi kemudahan bagi remaja dalam pendidikan seperti

memudahkan administrasi keuangan sekolah bagi anak yang tidak mampu sehingga keuangan

sekolah akan sedikit terbantu dan remaja tidak terjerumus pada kejahatan.

3.2. Saran

Fokusnya utama Pendidikan Seks adalah pendidikan dan pengetahuan daripada seks.

Pendidikan Seks mampu menyelamatkan kaum remaja dari keadaan yang tidak sehat atau

berbahaya untuk kesehatannya. Seharusnya Pendidikan Seks tidak dianggap tabu dan tidak

ditutu- tutupi lagi.


Sebagai suatu cabang, masyarakat yang mampu sebagian besar penduduk kaum muda,

ruang sekolah seharusnya mengambil peran utama untuk memberi Pendidikan Seks ini.

Sebaiknya pemerintah bertindak mengembangkan program Pendidikan Seks dengan

bahan-bahan resmi untuk disediakan setiap sekolah. Lebih banyak dana seharusnya diberikan

dibidang Pendidikan, untuk menyakinkan setiap siswa mengalami kesempatan untuk mengakses

informasi yang dibutuhkan. Program Pendidikan Seks seharusnya mencapai keseimbangan

antara pengetahuan lengkap dan norma-norma kebudayaan dan agama Indonesia.

Kepada seluruh pembaca diharapkan pembaca dapat mengerti tentang apa itu pendidikan

seks, bagaimana cara menerapkan pendidikan seks pada anak usia dini dan terus memperluas

wawasan dan kazanah ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi.

DAFTAR PUSTAKA

http://kc12engineer.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pendidikan-seks.html

http://kakaoby.blogspot.co.id/

http://stella-maris.sch.id/detail-article-568-1-manfaat-pendidikan-seks-sejak-dini.html

http://minaah-ilovekorean.blogspot.co.id/2011/11/makalah-pendidikan-seks.html

Anda mungkin juga menyukai