Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH KONSEP BERMAIN

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang


di ampu oleh : Ns. Nur Ayun R. Yusuf, S.Kep,M.Kep,)

OLEH

KELOMPOK 4-C :

1. Mohammad Prajab Baderan 841419098


2. Aditya Yusuf 841419136
3. Nurulfita Hasan 8414190978
4. Adelina Adam 841419079
5. Shania Khansa Apricia Pomalingo 841419093
6. Laraswaty T. Suleman 841419102
7. Deisty Junica 841419105
8. Indriyani 841419116
9. Ismi Rahmatia Bahsoan 841419123
10. Jihan Fahira Lalu 841419135
11. Shandra Citra Zuriaty Idris 841419137
12. Risdayanti 841419138

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN


PRODI S1 – ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Konsep Bermain" yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Anak Penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.

Tujuan suatu pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,


membentuk sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing, membentuk
watak dan jiwa sosial, berbudaya, berakhlak dan berbudi luhur, serta berwawasan
pengetahuan yang luas dan menguasai teknologi. Makalah ini dibuat oleh
penyusun untuk membantu memahami materi tersebut. Mudah-mudahan makalah
ini memberikan manfaat dalam segala bentuk kegiatan belajar, sehingga dapat
memperlancar dan mempermudah proses pencapaian yang telah direncanakan

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh


karena itu, segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima dengan
lapang dada sebagai wujud koreksi atas diri tim penyusun yang masih belajar.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
C. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Definisi Bermain...........................................................................................4
B. Tujuan Bermain.............................................................................................5
C. Fungsi Bermain.............................................................................................7
D. Hakikat Anak Usia Dini................................................................................9
E. Konsep Bermain..........................................................................................11
F. Teori-Teori Bermain...................................................................................17
G. Tahapan Perkembangan Bermain................................................................19
H. Jenis Kegiatan Main Anak..........................................................................24
BAB 3....................................................................................................................27
PENUTUP..............................................................................................................27
A. Kesimpulan.................................................................................................27
B. Saran............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dapat dengan sengaja
dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai mana
tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 271 tahun 1990 tentang
Pendidikan Prasekolah dan Keputusan menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor: 0486/L/1992 menjelaskan bahwa pendidikan taman
kanak kanak (TK) bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah
perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya
Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang
ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan agar membantu
perkembangan pertumbuhan baik jasmanai maupun rohani sehingga anak
memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih Lanjut
Pendidikan pada dasarnya mempunyai tujuan dan sasaran untuk
mengembangkan setiap potensi yang dimiliki oleh manusia hal inipun
tidak terlepas dan poroses pendidikan untuk anak usia dini yaitu
memberikan pembelajaran yang menyenangkan melalui suatu metode
menyenangkan yang disebut bermain.
Kegiatan bermain sangat diminati oleh setiap anak usia dini dan hal
ini dapat dilihat dari sebagian besar waktu yang digunakan oleh anak
adalah bermain dan hal ini secara tidak langsung memberikan pengaruh
yang signifikan bagi perkembangan anak hal ini sesuai dengan teon yang
dikemukakan oleh montolalu dkk bahwa Pengaruh bermain bagi
perkembangan anak dapat mempengaruhi perkembangan fisik,dorongan
komunikasi, penyaluran energy emosional yang terpendam, penyaluran
bagi kebutuhan dan keinginan. sumberbelajar, rumangan bug kreativitas,

1
perkembangan wawasan belajar bermasyarakat, standar moral, belajar
bermain sesuai dengan peren jenis kelamin, perkembangan ciri
kepribadian yang dinginkan
Bermain merupakan sarana anak untuk belajar mengenal
lingkungan dan merupakan kebutuhan yang paling penting dan mendasar
bagi anak khususnya untuk anak usia dini, melalui bermain anak dapat
memenuhi seluruh aspek kebutuhan perkembangan kognitif
afektif.social.emosi.motorik dan bahasa. Bermain mempunyai nilai yang
penting bagi perkembangan fisik,kognitif,bahasa dan social anak, bermain
juga bermanfaat untuk memicu kreativitas, mencerdaskan otak
menanggulangi konflik melatih empati.mengasah panca indra, terapi dan
melakukan penemuan.
B. Tujuan Penulisan
Dari uraian latar belakang di atas, maka tujuan penulisan dari makalah
ini adalah:
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi bermain.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan bermain.
3. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi bermain.
4. Mahasiswa mampu mengetahui hakikat bermain anak
5. Mahasiswa mampu mengetahui konsep bermain.
6. Mahasiswa mampu mengetahui teori-teori bermain.
7. Mahasiswa mampu mengetahui tahapan bermain
8. Mahasiswa mampu mengetahui Jenis Kegiatan Main Anak
C. Manfaat Penulisan
Dari uraian tujuan penulisan di atas, maka manfaat penulisan dari
makalah ini adalah:
1. Agar mahasiswa mampu memahami definisi bermain.
2. Agar mahasiswa mampu memahami tujuan bermain.
3. Agar mahasiswa mampu memahami fungsi bermain.
4. Agar mahasiswa mampu memahami hakikat bermain pada anak
5. Agar mahasiswa mampu memahami konsep bermain.

2
6. Agar mahasiswa mampu memahami teori-teori bermain.
7. Agar mahasiswa mampu memahami tahapan bermain
8. Agar mahasiswa mampu mengetahui Jenis Kegiatan Main Anak

3
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,
semua aspek perkembangan anak ditumbuhkan sehingga anak akan
menjadi lebih sehat sekaligus cerdas. Saat bermain anak akan mempelajari
banyak hal penting. Sebagai contoh, dengan bermain bersama teman, anak
akan lebih terasah rasa empatinya, mereka juga bisa mengatasi penolakan
dan dominasi, serta bisa mengelola emosi. Anak akan bermain dengan
menggunakan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Kesenangan
merupakan salah satu elemen pokok dalam bermain. Anak akan terus
bermain sepanjang aktivitas tersebut menghiburnya. Pada saat mereka
bosan, mereka akan berhenti bermain (Adriana, 2011),
Bermain bagi anak sangatlah penting, dengan bermain maka proses
belajar akan efektif dan lebih cepat ditangkap pada saat mereka bermain
serta salah satu manfaat dari bermain baik untuk pengembangan kognitif
anak (Fadlillah, 2014).
Kemampuan kognitif anak dapat ditunjukan dengan cara
melaksanakan kegiatan bermain menggunakan alat permainan yang
mengandung unsur atau nilai edukatif (Wiyani, 2016).
Melalui bermain akan semakin mengembangkan kemampuan dan
keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui kontak
dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri
dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2018).
Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan
dengan tujuan bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat
melepaskan rasa frustasi. bermain merupakan kegiatan anak-anak, yang
dilakukan berdasarkan keinginannya sendiri untuk mengatasi kesulitan,
stress dan tantangan yang ditemui serta berkomunikasi untuk mencapai
kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Bermain merupakan
kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak. Bermain dapat

4
meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek emosional,
sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak (Heri
Saputro dan Intan Fazrin. 2017).
Perkembangan anak-anak tidak lepas dari bermain. Bagi anak,
seluruh aktivitasnya adalah bermain yang juga mencakup bekerja,
kesenangannya dan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Ketika
bermain, anak tidak hanya sekedar melompat, melempar atau berlari,
tetapi mereka bermain dengan menggunakan seluruh emosi, perasaan dan
pikirannya (Soetjiningsih, 2013).
Bermain adalah suatu aktivitas yang banyak dilakukan oleh anak
anak. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar waktu yang ada pada masa
anak-anak digunakan untuk bermain. Permainan bagi anak-anak adalah
suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata
untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang
dihasilkan dari aktivitas tersebut. Hal ini adalah karena bagi anak-anak
proses melakukan sesuatu lebih menarik daripada hasil yang akan
didapatkannya (Desmita, 2015).
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain
merupakan kegiatan yang dilakukan anak untuk mengatasi berbagai
macam perasaan yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Dengan
bermain anak akan mendapatkan kegembiraan dan kepuasan.
B. Tujuan Bermain
Wong, et al (2009) dalam Heri Saputro dan Intan Fazrin (2017)
menyebutkan bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan perkembangan mereka,
kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit atau di rumah
sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit memberikan manfaat utama
yaitu meminimalkan munculnya masalah perkembangan anak. Selain itu,
tujuan terapi bermain adalah untuk menciptakan suasana aman bagi anak-
anak untuk mengekspresikan diri mereka, memahami bagaimana sesuatu

5
dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka
serta memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan
mencoba sesuatu yang baru.
Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar dapat
melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan
kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Terapi bermain dapat membantu anak menguasai kecemasan dan
konflik. Permainan juga sangat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak. yaitu diantaranya:
1. Untuk perkembangan kognitif
● Anak mulai mengerti dunia
● Anak mampu mengembangakan pemikiran yang fleksibel dan
● berbeda
● Anak memiliki kesempatan untuk menemui dan mengatasi
permasalahan-permasalahan yang sebenarnya
2. Untuk perkembangan sosial dan emosional
● Anak mengembangakan keahlian berkomunikasi secara verbal
maupun non verbal melalui negosiasi peran, mencoba untuk
memperoleh akses untuk permainan yang berkelanjutan atau
menghargai perasaan orang lain
● Anak merespon perasaan teman sebaya sambil menanti giliran
bermain dan berbagi pengalaman
● Anak bereksperimen dengan peran orang-orang dirumah, di
sekolah, dan masyarakat di sekitarnya melalui hubungan langsung
dengan kebutuhan-kebutuhan dan harapan orang-orang
disekitarnya
● Anak belajar menguasai perasaanya ketika ia marah, sedih atau
khawatir dalam keadaan terkontrol
3. Untuk perkembangan bahasa

6
● Dalam permainan dramatik, anak menggunakan pernyataan
pernyataan peran, infleksi (perubahan nada/suara) dan bahasa
komunikasi yang tepat
● Selama bemain, anak belajar menggunakan bahasa untuk tujuan
tujuan yang berbeda dan dalam situasi yang berbeda dengan orang
orang yang berbeda pula
● Anak menggunakan bahasa untuk meminta alat bermain, bertanya,
mengekspresikan gagasan atau mengadakan dan meneruskan
permainan
● Melalui bermain, anak bereksperimen dengan kata-kata, suku kata
bunyi, dan struktur bahasa
4. Untuk perkembangan fisik (jasmani)
● Anak terlibat dalam permainan yang aktif menggunakan keahlian-
keahlian motorik kasar
● Anak mampu memungut dan menghitung benda-benda kecil
menggunakan keahlian motorik halusnya
5. Untuk perkembangan pengenalan huruf (literacy)
● Proses membaca dan menulis anak seringkali pada saat anak
sedang bermain permainan dramatik, ketika ia membaca cetak yang
tertera, membuat daftar belanja atau bermain sekolah-sekolahan
● Permainan dramatik membantu anak belajar memahami cerita dan
struktur cerita Dalam permainan dramatik, anak memasuki dinia
bermain seolah olah mereka adalah karakter atau benda lain.
Permainan ini membantu mereka memasuki dunia karakter buku.
C. Fungsi Bermain
Menurut Maria Sulanti (2011), fungsi utama bermain adalah
merangsang perkembangan sensorik-motorik, perkembangan intelektual,
perkembangan social, perkembangan kreatifitas, perkembangan kesadaran
diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan sensorik motorik

7
Aktivitas sensorik dan motorik merupakan komponen terbesar
yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan
untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensorik motorik dan
alat permainan untuk anak usia toddler dan pra sekolah yang banyak
membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakumbedakan eksploitasi dan
manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya,
terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan
objek.
3. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu
anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar
memesahkan masalah dari hubungan tersebut. Hal ini terjadi terutama
pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia
toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk
meluaskan aktivitas sosialnya di luar lingkungan keluarga.
4. Perkembangan kreatifitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain anak akan belajar dan
mencoba merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar
dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya
untuk semakin berkembang.
5. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya
dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan

8
menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan
mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai dasar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru, Denagan melakukan aktivitas
bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-
nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai
moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana
yang salah, serta belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang
telah dilakukannya.
7. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresorr
yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permaianan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenanganya melakukan permainan. Dengan
demkian permainan adalah media komunikasi antara anak dengan
orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan di rumah
sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui
ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan
atau melalui interaksi yang ditunjukan anak dengan orang tua dan
teman kelompok bermainnya.
D. Hakikat Anak Usia Dini
Anak usia dini atau anak pada masa taman kanak-kanak adalah masa
merupakan individu yang unik dan sedang dalam proses pertumbuhan dan

9
perkembangan dan masa ini biasa disebut dengan masa Golden Age. Anak
usia dini juga dapat di artikan bahwa anak yang berada pada rentan 0-8
tahun dan sosok yang sedang menjalani proses perkembangan dengan
pesat dan fundamenta bagi kehidupan selanjutnya dalam undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional dijelaskan
bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir
sampai dengan 6 tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti
pendidikan dasar dari uraian diatas maka dapat kita simpulkan bahwa anak
usai dini merupakan masa masa goden age dimana pada masa ini anak
sedang mengalami perkembangan baik fisik maupun motorik, social,
emosional kognitif bahasa dan moral oleh karena itu sangat penting untuk
memberikan pembelajaran untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan sebab telah diketahui bersama bahwa anak juga merupakan
amanah Allah SWT. Anak merupakan amanah Allah SWT, yang harus
dijaga dan dibina, ia membutuhkan pemeliharaan, penjagaan, kasih sayang
dan perhatian. Oleh karena itu orang tua menjadi sosok yang penting yang
dapat memenuhi. kebutuhan anak dalam proses tumbuh kembangnya.
Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya dan berada pada rentang usia 0-8 tahun. Usia dini merupakan
fase kehidupan yang unik, dan berada pada masa proses perubahan berupa
pertumbuhan, perkembangan. pematangan. dan penyempurnaan, baik pada
aspek jasmani maupun rohaninya. Ada yang memandang anak usia dini
sebagai makhluk yng sudah dibentuk oleh genitas orang tua, ada yang
memandang bahwa mereka dibentuk oleh lingkungannnya. miniatur orang
dewasa, bahkan ada yang memandangnya sebagai individu yang berbeda
total dengan orang dewasa Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu
tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja.
Hal ini yang membedakan anak dengan orang dewasa, anak bukan
miniatur orang dewasa sebab anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan usianya.

10
Masa usia dini meripakan muasa yang pesar bagi optimalisasi
perkembangan anak. maka diperlukan program pendidikan bagi anak usia
dini. Program pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang
menentukan terbentuknya kepribadian anak. Oleh karena itu penanaman
karakter positif dapat dilakukan sedini mungkin. Pendidikan anak usia dini
dilaksanakan secara bertahap dan berulang ulang dengan mengacu pada
prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini yaitu: (1) pendidikan berorientasi
pada kebutuhan anak (2) dunia anak adalah dunia bermain (3) kegiatan
pembelajaran dirancang secara cermat untuk membangun sistematika kerja
(4) kegiatan pembelajaran berorietasi pada pengembangan kecakapan
hidup anak (5) Pendidikan dilakukan secara bertahap dan berulang-ulang
dengan mengacu pada prinsip prinsip perkembangan anak." Dengan
demikian, setiap kegiatan pembelajaran harus selalu mengacu pada tujuan
pemenuhan. kebutuhan perkembangan anak secara individu, maka
selayaknya konsep pendidikan untuk anak dirancang dalam bentuk
bermain, sebab unak akan belajar melalui kegiatan bermain yang
menyenangkan.
E. Konsep Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain anak biasanya cenderung lebih
banyak menghabiskan waktunya melalui bermain hal ini dapat kita amati
dalam kehidupan sehari hari bahwa waktu yang digunakan untuk bermain
oleh anak lebih banyak dibandingakan dengan belajarnya maka dari itu
dengan memahami hal diatas maka kita perlu menstimulus atau
memberikan pembelajaran bagi anak melalui bermain kerana belajar pada
anak usia dini adalah bermain dan bermain pada anak usia dini adalah
belajar.
Bermain bagi anak tidak hanya memberikan kepuasan terhadap
anak akan tetapi bermain dapat pula membangun karakter dan membentuk
sikap dan kepribadian anak Docket dan Fleer berpendapat bahwa bermain
merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan
memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan

11
dirinya. Sejalan dengan teori tersebut Susanto mengemukakan bahwa
bermain dapat membentuk sikap mental dan nilai-nilai kepribadian anak
diantaranya:
● Dengan bermain itu anak belajar menyadari keteraturan,
peraturandant berlatih menjalankan komitmentyang dibangun dalam
permainan tersebut
● Anak belajar menyelesaikan masalah dalam kesulitan terendah
sampai yang tertinggi.
● Anak berlatih sabar menunggu giliran setelah temannya
menyelesaikan permainnanya.Anak berlatih bersaing dan
membentuk motivasi dan harapan hari esok akan ada peluang
memenangkan permainan.
● Anak-anak menghadapi resiko kekalahan yang dihadapi dari
permainan."
Bermain merupakan kebutuhan anak yang sangat penting, dengan
bermain anak akan membangun pengetahuannya tentang apa yang ada di
sekitarnya, dan membangun kreatifitasnya baik dengan menggunakan
suatu benda atau alat permainan maupun tidak.
Ada tiga teori bermain modern yang memberikan tekanan pada
konsekuensi bermain pada anak dan sebagai acuan dan menunjang main
anak dalam tahapan perkembangan anak
1. Teori psikoanalisis Sigmun Freud dan erik erikson dalam teori
psikoanalisis melihat bermain anak sebagai alat yang penting bagi
pelepasan emosinya serta untuk mengembangkan rasa harga diri anak
ketika anak dapat mengeusai tubuhnya, benda-benda serta jumlah
keterampilan social.
2. Teori perkembangan kognitif yang menguji kegiatan bermain dalam
kaitannya dengan perkembangan intelektual, berpandangan yang bahwa
setiap manusia mempunyai pola struktur kognitif baik itu secara fisik
maupun mental yang mendasari prilaku dan aktivitas intelegensi seseorang
dan berhubungan erat dengan tahapan pertumbuhan anak dengan kata lain

12
itelektual dan afektif selalu berjalan berdampingan. Teori ini percaya
bahwa emosi dan afeksi manusia selalu muncul dari suatu proses yang
sama di dalam tahapan tumbuh kembang kognitif sehingga piaget
membagi tahapan tumbuh kembang kognitif ke dalam empat jenis proses
yaitu asimilasi, akomodasi, konservasi.reversibility,
3. Teori dari vigotsky yang menekankan pada pemusatan hubungan social
sebagai hal yang penting yang mempengaruhi kognitif, karena anak akan
menemukan pengetahuan dalam dunia socialnya kemudian menjadi bagian
dari perkembangan kognitifnya
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu
kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir kegiatan tersebut
dilakukan secara suka rela, tanpa naksaan atau tekanan dari pihak
luar,sebagian orang menyatakan bahwa bermain sama fungsinya dengan
berkerja. Meskipun demikian, anak memiliki persepsi sendiri mengenai
bermain dimana bermain menurut Hurlock dapat di bagi kedalam dua
kategori yaitu:
1. Bermain Aktif
Dalam permaina aktif kesenagan yang timbul dari apa yang
dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau
membuat sesuatu dengan lilin atau cat. Anak-anak kurang melakukan
kegiatan bermain secara aktif ketika mendekati masa remaja dan
mempunyai tanggung jawab dirumah dan di sekolah serta kurang
bertenaga karena pertumbuhan pesat dan perubahan tubuh.
2. Hiburan
Dalam bermain pasif atau hiburan kesenangan diperoleh dari
kegiatan orang lain. Permainan sedikit menghabiskan energy anak
yang menikmati temannya ketika bermain memandang orang atau
hewan di televisi. menonton adegan lucu atau membaca buku adalah
bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga tetapi kesenangan hampir
dengan anak yang menghabiskan sejumalah besar tenaganya di tempat
olah raga atau tempat bermain.

13
Bermain sebagai bentuk kegiatan belajar di TK adalah bermain
yang kreatif dan menyenangkan. Melalui bermain yang kreatif anak
dapat mengembangkan kemampuannya dan semua mengeksplorasi
pengalaman dan objek-objek yang ada di sekitarnya, pembelajaran di
TK tidak hanya menekankan pada pembelajaran yang berorentasi pada
bermain melaikan pada perkembangan anak itu sendiri.
● Bermain mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak ada enam
belas nilai bermain bagi anak:
● Bermain membantu pertumbuhan anak.
● Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela,
● Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak,
● Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai,
● Bermain mempunyai unsur berpetualang didalamnya,
● Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa,
● Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan
hubungan antar pribadi,
● Bermain memberi kesempatan untuk menguasai diri secara fisik,
● Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian
● Bermain merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu.
● Bermain merupakan cara anak mempelajari peran orang dewasa,
● Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar.
● Bermain menjernihkan pertimbangan anak.
● Bermain dapat distruktur secara akademis,
● Bermain merupakan kekuatan hidup,
● Bermain merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup
manusia.
Dalam kegiatan main anak tentunya ada hal yang paling penting
untuk diketahui khususnya dalam proses pembelajaran pada anak usia
dini yang diberikan melalui bermain hendaknya mendukung diantaranya:
1. Termuat 3 jenis main yaitu:

14
Main Peran Vygotsky dan Erikson mengemukakan bahwa
Bermain peran dissebut juga dengan dengan main sibolis.pura
pura,fantasi, imajinasi atau main drama sangat penting untuk
perkembangan kognisi, social, dan emosi anakpada usia 3-6 tahun.
Bermaian peran dapat dibagi menjadoi dua yaitu bermain peran
makrodimana berperan sesungguhnya anak dan menjadi seseorang
atau sesuatu.sedangkan bermain mikro adalah anak memegang atau
menggerakkan benda yang berukuran kecil untuk menyusun adegan.
Saat anak main peran mikro mereka belajar untuk menghubungkan
dan mengambil sudut pandang dari orang lain
● Main sensorimotor atau main fungsional dimana anak belajar
melalui panca indra dan hubungan fisik lingkungan mereka.
● Main pembangunan atau konstruktif adalah main
mempresentasikan ide yang anak melalui media yang bersifat
cair dan media yang bersifat terstrukturPiaget dalam maulida
mengemukakan bahwa main pembangunan membantu anak
untuk mengembangkan keterampilan yang mendukung tugas-
tugas disekolah kemudian. Adapun bahan main pembangunan
dapat kita gunakam yang bersifat cair bahan alam dimana
penggunaan dan bentuk ditentukan oleh anak seperti air pasir
dough.krayon.pulpen cat. play Sedankan media yang terstrukut
bahan yang bias digunakan adalah balok unit. balok
berongga,lego, balok berwarna
1. Sejumlah bahan main bahan main terdiri dari banyak jenis
dan bermacam-macam misalnya disediakan bahan main
yang membuat anak dapat membedakan kasar halus, besar
dan kecil, berat dan ringan, tebal dan tipis dan sebagainya
2. Penataan bahan main ditata dengan direncanakan terlebih
dahulu dan keseriusan sehingga anak yang baru mulai
bergabung dapat belajar melalui melihat

15
3. Hubungan social main yang disiapkan dan ditata dengan
perencanaan yang baik dapat menimbulkan interaksi social
dengan teman sebay, dan bahan main ditata untuk
bermacam macam tahapan perkembangan social misalnya
ada Mainan yang ditata untuk satu anak saja, dua anak saja,
untuk tiga anak atau lebih.
Bermain pada anak berdampak pada sejumlah bidang
kehidupan anak yaitu sebagai berikut:
1. Bermain mempunyai peran yang penting dalam belajar.
Dalam hal ini bermain dapat melengkapi kegiatan sekolah
anak yang dapat memberikan kesempatan kepada anak
untuk memahami, meresapi dan member arti kepada apa
yang mereka pelajari dalam settingan pendidikan formal.
Secara khusus bermain menjadi penting yaitu membantu
anak memperoleh "bukan informasi khusus, tetapi mindset
umum dalam pemecahan masalah.
2. Bermain dapat mendukung perkembangan fisik dan
kesehatan mental yang memfasilitasi baik. anak Bermain
dalam beraktifitas fisik meliputi kegiatan olahraga yang
memungkinkan meningkatnya koordinasi dan
keseimbangan tubuh serta mengembangkan keterampilan
dalam pertumbuhan anak. Adapun sumbangsih kesehatan
mentaladalah membantu anak untuk diri mengembangkan
reseliensi terhadap kehidupan tekanan dalam
3. Bermain memberikan kesempatan untuk menguji anak
dalam menghadapi tantangan dan bahaya.. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa bermaian merupakan
kegiatan yang dilakukan tanpa ada unsur keterpaksaan dan
tidak menekankan pada hasil dari kegiatan bermaian
melainkan suatu kegiatan yang menyenangkan yang
dilakukan atas keinginan sendiri dan lebih menekankan

16
pada proses yang di dapatkan dalam bermaian yang akan
memberikan manfaat bagi seluruh aspek perkembangan
anak. Salah satu hal yang harus diketahui dalam proses
bermaian hendaknya mendukung tiga jenis main yaitu main
sensorimotor.main peran dan konstrukti serta
memperhatikan bahan dan penataan yang digunakan dalam
dalam bermain. Dengan demikian anak akan memperoleh
kesempatan dalam memilih kegiatan yang disukai, dapat
bereksperimen sesuai yang di inginkan dan akan
menstimulus perkembanagan anak. Dari uraian beberapa
teori diatas dapat pula diketahui bahwa nilai bermain dalam
kehidupan anak sangatlah besar pengarunya maka
pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan program
kegiatan anak khususnya pada 1 anak usia dini merupakan
syarat mutlak yang sama sekali tidak bisa diabaikan karena
bagi anak belajar adalah bermain dan bermain itupun adalah
belajar
F. Teori-Teori Bermain
Menurut Fathan (2017), teori bermain terdiri atas
a. Teori Bermain Klasik Teori klasik muncul sebelum abad ke 20 dan
sebagian besar menggambarkan suatu kekuasaan dan kekuatan pada
saat teori itu diangkat atau dimunculkan. Menurut pandangan dari para
pakar Psikologi & Biologi, teori klasik meliputi:
1. Teori Rekreasi/Pelepasan (Lazarus & Schaller)
Bermain merupakan kegiatan yang berlawanan dengan kerja
dan kesungguhan, Bermain merupakan imbangan antara kerja
dengan istirahat. Orang yang merasa penat akan bermain &
berkreasi untuk mengadakan pelepasan agar kesegaran jasmani &
rohaninya segera kembali.
2. Teori Teleologi/Pembawaan (K. Groos & Roeles)

17
Permainan merupakan kegiatan yang mempunyai tugas
biologis yang akan digunakan oleh manusia untuk mempelajari
fungsi hidup. penguasaan gerak, rasa ingin tahu, persaingan
sebagai persiapan hidup di masa yang akan datang. Seseorang
bermain bukan karena masih muda tetapi melalui bermain
seseorang akan menjadi awet muda,
3. Teori Sublimasi (Ed. Clapatade)
Permainan bukan hanya merupakan kegiatan untuk
mempelajari fungsi hidup (Gross), tetapi juga merupakan proses
sublimasi (menjadi lebih mulia, lebih tinggi, atau lebih indah).
Melalui bermain seseorang yang memiliki insting/naluri yang
rendah akan belajar untuk berubah&meningkatkannya menjadi
perbuatan & tindakan yang lebih baik/tinggi.
4. Rekapitulasi/Evolusi/Reinkarnasi (Hall)
Permainan merupakan kesimpulan dari masa lalu (anak
akan bermain permainan yang pernah dimainkan oleh nenek
moyangnya), serta pertumbuhan jiwa manusia yang wajar
haruslah melalui tahap-tahap perkembangan manusia yang wajar
sampai pada pertumbuhan yang sempurna. Kondisi sekarang
permainan tradisional hampir tergeser oleh permainan modern
hasil kemajuan IPTEK.
5. Teori Surplus Energi (H. Spencer)
Bahwa surplus atau kelebihan tenaga yang dimiliki oleh
seseorang (yang belum digunakan/tersimpan) akan disalurkan
atau dikeluarkan melalui aktifitas bermain atau permainan.
Surplus/kelebihan tersebut meliputi: kelebihan energi kelebihan
kekuatan hidup kelebihan emosi & vitalitas.
6. Teori C. Bühler
Bahwa di samping permainan merupakan kegiatan untuk
mempelajari fungsi hidup (teori Groos), bermain juga merupakan
"funtion lust" (nafsu untuk berfungsi) & "aktivitat drang"

18
(kemauan untuk aktif. Untuk bisa bermain seseorang harus
mempunyai kehendak, kemauan & nafsu untuk bermain
permainan yang diinginkan.
b. Teori Bermain Modern
1. Teori Psikoanalisa (Sigmund Freud)
Bermain merupakan media, sarana, alat atau cara untuk
mengeluarkan/melepaskan emosi-emosi dari dalam diri.
Bermain juga merupakan media untuk belajar mengatasi
pengalaman traumatik atau frustasi. Bermain merupakan salah
satu cara untuk mengukur,menguasai dan mengetahui sifat
suatu alat.
2. Teori Kognitif (Piaget & Vygotsky)
Bermain merupakan bagian atau tahap perkembangan
kognitif (daya tiru, daya ingat, daya tangkap, daya imajinasi,
gaya belajar manusia) yang harus dilalui oleh seorang anak.
Bermain juga merupakan sarana untuk belajar berpikir
mengungkapkan ide-ide (kreatifitas/daya cipta) atau
berimajinasi.
3. Teori Belajar Sosial
Manusia sebagai makluk monodualisme yaitu makluk
individu dan makluk sosial. Bermain dapat menjadi sarana atau
media untuk berkomunikasi, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan orang lain atau makhluk hidup lain (makhluk sosial).
4. Teori Kompensasi
Bermain tidak hanya berfungsi sebagai pengisi waktu
luang/rekreasi saja tetapi sekarang sudah menjadi kebutuhan untuk
mendapatkan penghargaan atau untuk mempertahankan hidup
(sebagai profesi).
G. Tahapan Perkembangan Bermain
Perkembangan dapat diartikan merupakan perubahan yang terjadi
pada individu ataupun organisme yang bersifat kuantitatif dan kualitataif

19
hal inipun dapat kita lihat dari perkembangan bermain anak yang dimulai
pada fase natal hingga dewasa dan memiliki ciri dan krakteristik tertentu
dalam setiap Tahapan bermain pada tahapan perkembangnya. anak
tentunya berbeda dan disetiap tahapanya. hal ini sangat penting untuk
diketahui agar kita dapat memfasilitasi tahapan-tahapan perkembangan
tersebut sehingga perkembangan bermain anak dapat berkembang sesuai
dengan tahapannya.
Secara umum tahapan perkembangan bermain anak menurut
Hurlock dapat di amati perkembanganya sejak lahir, adapun tahapan
perkembangan bermain adalah sebagi berikut:
1. Tahap Eksplorasi
Hingga bayi berusia 3 bulan permainan mereka terdiri atas melihat
orang dan benda serta untuk melakukan usaha. acak untuk menggapai
benda yang diacungkan di hadapannya. Selanjutnya. mereka dapat
mengendalikan tangan sehingga cukup memungkinkan bagi mereka
untuk mengambil Memegang. dan mempelajari benda kecil. Setelah
mereka dapat merangkak atau berjalan mulai memperhatikan apa saja
yang berada dalam jarak jangkauaanya
2. Tahap Permainan
Bermain barang mainan dimulai pada tahun pertama dan mencapai
puncak pada umur 5-6 tahun. Pada mulanya anak hanya
mengeksprolasi mainannya. Antara 2 atau 3 tahun mereka
membayangkan bahwa mempunyai sifat hidup dapat bergerak,
berbicara dan merasakan. Dengan berkembangnya kecerdasan anak
mereka tidak lagi mengangap benda mati sebagai sesuatu yang
hidupdan hal ini mengurangi minatnya pada barang mainan. Factor
lain yang mendorong penyusutan minat dengan barang mainan adalah
bahwa barang mainan adalah sifatnya menyendiri sedengakan anak
menginginkan teman.
3. Tahap Bermain

20
Setelah masuk sekolah jenis permainan mereka sangat beragam.
Semula mereka meneruskan bermain dengan barang mainan terutama
bila sendirian. selain itu mereka merasa tertarik dengan permainan,
olahraga,hobi dan bentuk permainan lainnya.
4. Tahap Melamun
Semakin mendekati puber masa mereka mulai kehilangan minat
dalam permainan yang sebelumnya disenangi dan banyak
menghabiskan waktunya dengan melamun. Melamun yang merupakan
ciri khas anak remaja adalah saat berkorban saat mereka mengangap
dirinya tidak diperlukan dengan baik dan tidak di dimengarti oleh
siapapun.
Sejalan dengan Tahapan perkembangan bermain diatas Montolalu
dkk mengemumakan bahwa tahapan perkembangan bermain pada
anak usia dini dapat dilihat melalui tingkatan dan tahap sebagai
berikut:
1. Tahapan manipulatif
Pada umumnya tahapan ini dapat dilihat pada anak usia 2-3
tahun dengan alat-alat atau benda yang dipegang anak akan
melakukan penyelidikan dengan cara membolak-balik, maraba-raba
bahkan menjatuhkan lalu melempar dan memungutnya kembali,
meraba-raba dan sebagainya.
2. Tahapan simbolis
Peralihan dari tahap manipulatife hamper tidak dapat dilihat hal
ini disebakan karena anak yang sudah sampai pada tahap simbolis
kadang kembali melakukan kegiatan yang sama pada tahap
manipulative namun pada tahap ini hasil ciptaan sudah terlihat
bentuk-bentuk walaupun masih kabur, anak pada tahapan ini
kadang berbicara. sendiri tentang apa yang dibuatnya sesuai dengan
fantasinya atau hal hal yang pernah dilihat di lingkungannya.
3. Tahapan eksplorasi

21
pada tahap ini anak sering bermain sendiri dan lebih senang
tidak berteman dalam bermain. Anak yang berada pada tahap
eksplorasi mulai memperoleh penemuan-penemuan besar tentang
sifat benda dan memupuk keterampilan manipulatifnya dari
kesibukan yang dilakukannya
4. Tahapan eksperimenn
Pada tahap ini anak pada umumnya berusia 4-5 tahun mulai
melakukan percobaan-percobaan dan perhatian mulai tertuju pada
kegiatan bentuk tertentu dan ukuran, menyamakan bentuk dan
ukuran serta memilih bentuk bentuk tertentu yang akan digunakan.
5. Tahap dapat dikenal
Pada tahap ini anak berada pada usia 5-6 tahun yang pada
umumnnya telah mencapai tahapan bermain yaitu membangun
bentuk bentuk yang realistis, bentuk bentuk yang sudah dikenal
atau dilihat anak dalam kehidupanya sehari-hari. Bentuk dibuat
yang oleh anak sudah dapat dimengerti oleh orang lain yang
melihatnya karena sudah mendekati bentuk bentuk yang
sesungguhnya.
Tahapan perkembangan yang dikemukakan Piaget berawal
dari ketertarikan anak terhadap suatu kegiatan yangmemberikan
pengalaman dan kenikmatan, kemudian masuk pada tahap bermain
fantasi dimana anak sering berimajinasi, setelah itu kegiatan anak
mulai dikendalikan oleh aturan-aturan dan mulai berinteraksi
dengan * lebih terakhir kegiatan bermain anak lebih mengarah pada
kegiatan kegiatan olahraga yang memiliki aturan lebih ketat namun
tetap digemari oleh anak-anak.
Pada teori yang lain Parten dan Rogers dalam Sujiono
mengemukakan bahwa ada enam tahapan perkembangan bermain
pada anak yaitu:
1. Unoccupied atau tidak menetap

22
Anak hanya melihat anak lain bermain tetapi tidak ikut
bermain. Anak pada tahap ini hanya mengamati sekeliling dan
berjalan tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang
bermain
2. Onlooker atau peneonton/pengamat
Pada tahap ini anak belum mau terlibat untuk bermain
tetapi anak sudah mulai bertanya lebihi mendekat pada anak
yang sedang bermaon dan anak sudah mulai muncul
ketertarikan untuk bermain, setelah mengamati anak biasanya
dapat mengubah cara bermain.
3. Solitary independent bermain sendiri
Pada tahap ini anak mulai bermain akan tetapi bermain
dengan dirinya sendiri terkadang anak berbicara temanya yang
sedang bermain tetapi tidak terlibat dengan permainan anak.
4. Paralel activity atau kegiatan
Anak sudah bermain denngan anak lain akan tetapi belum
terjadi interaksi dengan anak yang lain dan cenderung
menggunakan alat yang ada di dekat anak yang lain
5. Associative play atau bermain dengan teman bermain
Pada tahap terjadi interaksi yang lebih kompleks, dalam
bermain anak suadh saling mengingatkan satu dengan yang
lain, terjadi tukar menukar mainanatau mengikuti anak yang
lain.
6. Cooperative orgenaized supplementary play atau kerja sama
dalam bermain atau dengan aturan.
Anak bermain bersama secara terorganisasi dan masing-
masing menjalankan peran yang saling mempengaruhi satu
sama lain.
Tahapan bermain yang dikemukakan oleh Parten dan
Rogers menyebutkan bahwa Bertama-tama anak menjadi
pengamat terhadap al yang menarik dalam kegiatan bermain,

23
kemudian anak mulai bermain sendiri, dan memiliki minat
bermain, setelah itu anak mengamati dan menirukan anak lain
bermain namun belum berinteraksi, tahap selanjutnya anak
mulai berinteraksi sosial dalam permaian namun belum ada
pengaturan dan tahap terakhir permianan msudah melibatkan
interkasi sosial dan pengaturan di dalam permainan.
Dari uraian diatas dapat kita jelaskan bahwa tahapan-tahapan
perkembangan bermain pada anak tentunya dapat di klasifikasikan
berdasarkan usia dan jenis main Dengan demikian tahapan perkembangan
bermain anak perlu di ketahui hal ini akan memberikan manfaat dan
pengetahuan untuk membantu kita merespon kebutuhan yang diperlukan
oleh anak usia dini khussnya dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran
yang menyenangkan dan tentunya akan menghasilakan pembelajar efektif.
Dari yang Dari tahapan main diatas dapat pula kita pahami bahwa dalam
tahapan bermaian anak diawalai dari keteratarikan anak terhadap kegiatan
bermaian, kemudian melakukan pengamatan terhadap kegiatan bermaian,
minat terhadapap kegiatan bermain melalui peniruan namun masih
melakukannya secara individual kemudian masuk pada tahap dimana anak
mulai berinteraksi secara social dalam kegiatan bermain yang memiliki
aturan dan bermaian yang melibatkan interaksi social dan organisasi yang
lebih kompleks.
H. Jenis Kegiatan Main Anak
Kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak memiliki jenis kegiatan
bermain yang dilakukan oleh anak dan kegiatan permainan yang dilakukan
oleh anak. Jenis bermain yang dikemukakan oleh Mutiah adalah sebagai
berikut:
1. bermain sosial, kegiatan bermain dengan teman-teman yang akan
menunjukkan derajat partisipasi yang berbeda,
2. bermain. dengan benda, anak melakukan kegiatan bermain dengan
mengeksplorasi objek

24
3. bermain sosiodramatis yang memiliki beberapa elemen seperti bermain
dengan melakukan imitasi, bermain pura-pura, bermain peran dengan
menirukan gerakan dan persisten atau anak tekun melakukan kegiatan
bermain selama 10 menit.
Jenis bermain yang dikemukakan oleh Mutiah berdasar pada tahapan
perkembangan bermain anak yang telah dikemukakan oleh para ahli
dimana terdapat bentuk bermain sosial yang melibatkan. interaksi antara
anak dan orang lain, bermain dengan a benda yang menggunakan sebuah
objek untuk dapat dieksplorasi selama kegiatan bermain, dan bermain
sosiodramatis yang merupakan kegiatan bermain anak dengan aktivitas
meniru serta berimajinasi.selain jenis bermain terdapat pula jenis
permainan yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang telah dirangkum
oleh Mutiah dalam bukunya yaitu:
1. Permainan sensorimotor, permaianan yang dilakukan untuk
memperoleh kenikmatan untuk melatih perkembangan sensorimotor.
2. Permainan praktis yaitu melibatkan pengulangan perilaku keterampilan-
keterampilan baru yang sedang dipelajari,
3. permainan pura-pura yaitu terjadi ketika anak mentransformasikan
lingkungan fisik ke dalam suatu simbol,
4. permainan sosial yaitu permainan yang melibatkan interaksi sosial
dengan teman sebaya,
5. permainan fungsional permainan yang dilakukan anak secara berulang-
ulang dengan menemukan kesenangan dalam bermain dengan
lingkungannya.
6. permainan konstruktif yaitu ketika anak melibatkan diri dalam suatu
kreasi, game yaitu kegiatan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
kenikmatan yang melibatkan aturan.
Jenis permainan-permainan tersebut berdasar pada pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli sebelumnya dalam tahap perkembangan anak
dimana permainan tersebut dilakukan untuk memperoleh kenikmatan.
mengulangi keterampilan yang baru dipelajari, menggunakan simbol,

25
berinteraksi sosial, menemukan kesenangan, berkreasi dan menerapkan
aturan dalam kegiatan permainan tersebut.

26
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan yang muncul dari
dalam diri individu baik anak-anak.remaja hingga dewasa. Bermain bagi anak usia
dini tidak hanya suatu kegiatan yang menyenangkan akan tetapi merupakan
kegiatan yang yang memiliki tujuan yaitu untuk mengoptimalkan seluruh aspek
perkembangan anak Melalui kegiatan bermain anak akan belajar banyak hal dan
akan mudah menyerap pengalaman yang didapatkannya pada saat bermain.
Dengan demikian bermain merupakan sarana bagi anak untuk mendapatkan
pengetahuan tentang lingkungan dan sekitamya yang kemudian hal tersebut akan
sangat bermanfaat bagi anak untuk dapat mengembangkan kemampuan yang ada
dalam dirinya.
B. Saran
Bagi profesi keperawatan khususnya bidang keperawatan anak agar dapat
menjadikan terapi bermain sebagai sumber materi pembelajaran untuk membantu
mengurangi kecemasan anak selama menjalani hospitalisasi. Bagi rumah sakit
khususnya kepala ruangan anak agar dapat menerapkan terapi bermain sebagai
salah satu alternatif yang mudah dan aman digunakan bagi anak untuk
mengurangi kecemasan anak selama menjalani hospitalisasi. Bagi orang tua,
diharapkan dapat memberikan informasi tentang gambaran kecemasan anak
selama menjalani hospitalisasi dan salah satu alternatif permainan yang aman
digunakan bagi anak selama menjalani hospitalisasi. Bagi pemakalah, selanjutnya
diharapkan dapat mempertalam lagi konsep bermain dalam rangka mengurangi
kecemasan anak selama menjalani hospitalisasi

27
DAFTAR PUSTAKA
Tuskamnia, Fatiha Izza,dkk.2019. Makalah Keperawatan Anak Konsep Bermain.
Makassar. Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Alauddin Makassar.
Pratiwi, Wiwik. 2017. Konsep Bermain pada Anak Usia Dini.Volume 5, Nomor 2.
Gorontalo. Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai gorontalo

28
PROPOSAL TERAPI BERMAIN MEWARNAI
A. Latar Belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang,
makanan, perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan
dan pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting
untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas
serta intelektual. Oleh karena itu bermain merupakan stimulasi untuk
tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan
untuk membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi
kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan
baginya. Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang
merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama
masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan
untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain di rumah
sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana
lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat
dihindarkan (Sacharin, 2003).
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi
anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya
beradaptasi, sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia
anak dan semakin lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak
psikologis yang terjadi salah satunya adalah peningkatan kecemasan yanng
berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara atau teman-temannya
dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan sesuai
dengannya (Whaley and Wong, 2001).
B. Tujuan
1. Agar kreativitas anak dapat berkembang dengan baik
2. Agar anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya
3. Agar dapat lebih percaya diri dan tidak takut dengan perawat
4. Agar anak tidak cemas dan takut akibat hospitalis

29
C. Jenis Terapi Bermain
Mewarnai, menempel gambar, bermain ular tangga, dan melipat kertas
origami. Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan
menyusun merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan
timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan
bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle
dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan
bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan
menebak kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini anak akan di ajak
bermain untuk menempel gambar yang akhirnya akan seperti frame
pemandangan atau benda.
Sedangkan menurut klasifikasi bermain merupakan permainan
keterampilan (skill play). Permainan ini akan menimbulkan keterampilan
anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, anak akan terampil
akan memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat
ke tempat lain dan anak akan terampil dalam menyocokan gambar sesuai
dengan imajinasinya. Jadi keterampilan tersebut diperoleh melalui
pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Pada permainan ini anak
diajarkan mewarnai gambar.
D. Sasaran
Anak-anak yang berada di sekitar Kota Gorontalo. Peserta yang
mengikuti terapi bermain ini adalah anak usia pra sekolah (3-5 tahun)
dengan kesadaran compos mentis, dan keadaan umum baik.
E. Pengorganisasian
1. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal :-
Tempat :-
Sasaran : Anak usia pra sekolah dan sekolah
Tema : Mewarnai gambar
Jumlah anak :-
2. Tim Pelaksana

30
a. Pembimbing Pendidikan : Fita, Laras
b. Pembimbing Lapangan : Sandra
c. Leader : Risdayanti
Tugas :
- Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi bermain
sebelum kegiatan dimulai.
- Menjelaskan Kegiatan ,mampu memotivasi anggota untuk aktif
dalam proses kegiatan bermain. Mampu memimpin Terapi
bermain dengan baik dan tertib, serta menetralisir bila ada
masalah yang timbul dalam kelompok.
d. Co. Leader : Rajab
Tugas :
- Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktivitas anak dan mengingatkan leader jika kegiatan
menyimpang.
e. Fasilitator : Sania, Jihan, indriyani, Deisty, lina, Adit
Tugas :
Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung, memotivasi
anak yang kurang aktif, membantu leader memfasilitasi peserta
untuk berperan aktif dan memfasilitasi peserta.
f. Observer : Ismi
Tugas :
Mengobservasi jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal
dan non verbal anak selama kegiatan berlangsung
F. Proses pelaksanaan
N WAKTU KEGIATAN PESERTA
O
1. 5 menit Pembukaan :
1.Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam.
2.Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri

31
3. Menjelaskan tujuan dari terapi
bermain 3.Memperhatikan
4. Kontrak waktu anak dan orang tua 4.Memperhatikan
2. 30 menit Pelaksanaan :
1. Memperhatikan
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan
terapi bermain mewarnai kepada anak
2. Bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada
anak untuk bertanya jika belum jelas 3. Antusias saat
3. Membagikan kertas bergambar dan menerima peralatan
crayon 4. Memulai untuk
4. Fasilitator mendampingi anak dan mewarnai gambar
memberikan motivasi kepada anak 5. Menjawab
5. Menanyakan kepada anak apakah pertanyaan
telah selesai mewarnai gambar 6. Mendengarkan
6. Memberitahu anak bahwa waktu
yang diberikan telah selesai 7. Memperhatikan
7. Memberikan pujian terhadap anak
yang mampu mewarnai gambar
sampai selesai
Evaluasi :
  Menceritakan dan
1. Memotivasi anak untuk menyebutkan
Gembira
apa yang diwarnai

2. Mengumumkan nama anak yang
dapat mewarnai dengan contoh
3. Membagikan reward kepada seluruh
peserta
3. 5 menit Terminasi:
1. Memperhatikan
1. Memberikan motivasi dan pujian
kepada seluruh anak yang telah
mengikuti program terapi bermain
2. Gembira

32
2. Mengucapkan terima kasih kepada
anak dan orang tua 3. Menjawab salam
3. Mengucapkan salam penutup

G. EVALUASI
1.    Evalusi Struktur
a.       Anak hadir di ruangan minimal 3 orang.
b.      Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang A4 bangsal
anak
c.       Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sesuai dengan
tugas masing-masing
2.   Evaluasi Proses
a.       Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar, bermain ular
tangga dan melipat kertas origami
b.      Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c.       Tidak  terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai
gambar
3.    Evaluasi Hasil
a.       Anak terlihat senang dan gembira
b.      Kecemasan akibat dampak hospitalisasi anak berkurang
c.       Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
d.      Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai
Setting Tempat

33
= Fasilitator = Pembimbing
= Co Leader dan Leader = Pasien
= Orang tua

34
35

Anda mungkin juga menyukai