PENDAHULUAN
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu,
yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil
baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta
kebiasaan makan yang memuaskan.
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat, karena berguna untuk peroses penyembuhan sehabis melahirkan dan
untuk memproduksi ASI yang cukup untuk menyehatkan bayi (Ambarwati,
Wulandari, 2009, hal. 97).
Pada ibu yang menyusui memerlukan penambahan kalori, dimana tiap 100
cc ASI berkemampuan memasok 67-77 kkal, dari sinilah dapat diperkirakan
besarnya energi yang diperlukan untuk memproduksi ASI sehari sebanyak 850 cc
(Arisman, 2007, hal. 37).
Di samping perawatan pada bayi, yang juga sangat penting diperhatikan
adalah merawat kesehatan ibu. Sebab, kesehatan bayi sedikit banyak juga
tergantung pada kondisi ibunya. Demikian pula pada asupan, terutama bagi ibu
yang menyusui. ASI yang diberikan ibu memang berkualitas dan sangat berguna
bagi kesehatan dan tumbuh kembang bayi, namun mutunya harus tetap dijaga.
Santapan yang sebaiknya dikonsumsi ibu yang sedang menyusui harus
mengandung makanan bergizi seimbang.
Menurut Dr. William Sears, bila ibu menyantap makanan yang baik, ibu
akan memiliki lebih banyak energi dan merasa lebih baik. Dalam masa nifas ibu
Universitas Sumatera Utara membutuhkan gizi yang cukup. Gizi pada ibu
menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang bayi. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu
sangat berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan, ibu menyusui disarankan
memperoleh tambahan zat makanan 700 Kkal yang digunakan untuk memproduksi
ASI dan untuk aktifitas ibu itu sendiri (Sujiyatini, Djanah, Kurniati, 2010, hal. 202).
Selama masa laktasi, dimana wanita yang mengalami peningkatan berat
badan yang optimal maka setelah melahirkan akan memiliki berat badan yang lebih
tinggi dari pada awal masa kehamilan. Sehingga sering kali ibu mengurangi
konsumsi makanannya, akibatnya dapat menghambat produksi susu atau
mengganggu status gizi ibu, selain itu rasa letih yang sering dirasakan ibu seiring
dengan penurunan berat badan yang cepat akan berdampak buruk pada pengeluaran
ASI (Bobak, 2005, hal. 229).
Oleh karena itu diet pada masa nifas perlu mendapat perhatian yang serius,
karena diet yang diharapkan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi
protein, dan banyak mengandung cairan, tapi bukan diet yang mengurangi
konsumsi zat-zat gizi. Menu makanan yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup
dan teratur, tidak terlalu asin, pedas dan berlemak, tidak mengandung alkohol,
nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna (Saleha, 2009, hal. 71).
Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada
ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi
mudah sakit, mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan
gangguan pada mata ataupun tulang.
Status gizi ibu setelah peristiwa kehamilan dan persalinan kemudian diikuti
masa laktasi, tidak segera pulih dan ditambah lagi pemenuhan gizi yang kurang,
serta jumlah Universitas Sumatera Utara paritas yang banyak dengan jarak
kehamilan yang pendek, akan menyebabkan ibu mengalami gangguan penyerapan
gizi, akibatnya ibu akan berada dalam status gizi yang kurang baik dengan akibat
lebih lanjut pada ibu dan anaknya. Oleh karena itu, ibu yang menyusui anaknya
khususnya pada masa nifas harus diberikan pengetahuan tentang asupan nutrisi
yang baik bagi ibu dan bayinya.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengetahuan ibu menyusui tentang asupan nutrisi ibu menyusui di Klinik
Bersalin Nurhasanah.
1.4 Manfaat
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke
sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hypofisis
posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus
(sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferous.
Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus
lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi
menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan ASI dari
sinus ini dinamakan letdown reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, letdown dapat
keluar tanpa rangsangan hisapan.
Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi sejak
lahir sampai berusia 2 tahun. Jika bayi diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa
menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman lainnya merupakan
proses menyusui eksklusif. Menurut WHO (2010), menyusui eksklusif dapat
melindungi bayi dan anak terhadap penyakit berbahaya dan mempererat ikatan
kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami akan
membuat bayi mendapatkan asupan gizi yang cukup dan limpahan kasih sayang
yang berguna untuk perkembangannya (Hidajati, 2012).
ASI Eksklusif merupakan pemberian air susu ibu sedini mungkin tanpa
tambahan apapun seperti air putih, air teh, jeruk, susu formula, madu dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur, susu, biskuit, nasi atau tim
kepada bayi baru lahir sampai bayi tersebut berusia 6 bulan. Kemudian pemberian
ASI tetap berlanjut hingga bayi berusia 2 tahun dengan makanan tambahan atau
disebut makanan pendamping ASI (Roesli, 2008)
1. Makro
a. Energi
Secara teori, Kebutuhan energi meningkat 500 sampai 600 kcal
perhari selama 1 tahun pertama menyusui. Rekomendasi ini berdasarkan
kebutuhan total wanita dewasa dan proses penyusuan. Penambahan kalori
diperlukan untuk cadangan lemak, pertumbuhan payudara, pertumbuhan
bayi yang disusui, dan peningkatan BMR.Untuk menghitung kebutuhan
kalori pada ibu menyusui, kita dapat menggunakan formula yang
dikembangkan berdasarkan formula dari Harris-Bennedict.
Keterangan:
W= berat badan (kg)
H= tinggi badan (cm)
A= umur (tahun)
b. Protein
Tambahan protein diperlukan untuk mendukung pertumbuhan
payudara dalam pembentukan ASI. Kebutuhan protein selama 1 tahun
pertama menyusui bertambah 17 sampai 20 g per hari dari kebutuhan
wanita dewasa, jadi sekitar 67 sampai 70 g protein per hari.
c. Lemak
Asam lemak sangat esensial untuk pertumbuhan payudara dan
sintesis prostaglandin. Kebutuhan asam lemak esensial meningkat
menjadi 4,5% dari total kalori. Kebutuhan lemak dapat dipenuhi 25-30%
dari total kalori sesuai dengan keadaan ibu.
d. Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat dapat ditentukan dengan menghitung sisa
kebutuhan kalori setelah dikurangi lemak dan protein. Bentuk
karbohidrat perlu diperhatikan apabila ibu mengalami gangguan
metabolisme karbohidrat,seperti diabetes .Untuk kasus ini, perlu
digunakan karbohidrat yang rendah glik emik load.
2. Mikro
a. Asam folat
Folat berperan dalam sintesis DNA, membuat vitamin ini sangat
esensial untuk proses penyusuan. Defisiensi folat menyebabkan
penurunan laju sintesis DNA dan aktifitas mitosis dalam sel individual.
Akibat defisiensi folat yang banyak dikenal ialah anemia megaloblastik
yang merupakan stase tertinggi defisiensi folat. Folat sebaiknya diberikan
pada masa konsepsi.
Pemberian asam folat pada masa konsepsi dapat menurunkan
risiko kejadian NTD, dan menurunkan risiko 72% kejadian bayi lahir
dengan NTD pada ibu yang sebelumnya melahirkan bayi NTD. Ibu yang
sebelumnya melahirkan bayi NTD mempunyai risiko 2-10% untuk
melahirkan bayi NTD lagi.
b. Asam Askorbat
Direkomendasikan tambahan 10 mg/hari dari kebutuhan asam
askorbat untuk wanita menyusui. Defisiensi asam askorbat tidak
berhubungan dengan outcome penyusuan. Namun beberapa penelitian
menunjukkan hubungan kadar asam askorbat plasma yang rendah dengan
volume ASI. Asam askorbat juga bermanfaat untuk meningkatkan
absorbsi besi di usus.
2.4 Komposisi Asi
Komposisi ASI Komposisi ASI menurut stadium laktasi, yaitu (Roesli, 2005
dalam Eka Sapitri, 2018) :
1. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari pertama sampai hari
keempat atau ketujuh. Kolostrumdikenal dengan cairan emas yang encer
berwarna kuning yang mengandung sel darah putih yang dapat membunuh
kuman penyakit. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum
lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matang.
Kadar karbohidrat dan lemak rendah dibandingkan dengan ASI matang dan
total energi pada kolostrum lebih rendah dibandingakan dengan susu matang.
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan ini seringkali ibu
mengeluh ASI tidak keluar,padahal sebenarnya ASI sudah keluar namun
menurut kita ASI yang keluar saat itu sangat sedikit, tetapi volume kolostrum
yang ada dalam payudara saat itu mendekati kapasitas lambung bayi yang
berusia satu hingga dua hari Kolostrum juga mengandung zat-zat gizi yang pas
untuk bayi, antara lain protein 8,5%, lemak 2,5%, sedikit karbohidrat 3,5%,
garam dan mineral 0,4%, air 85,1%, antibodi serta kandungan immunoglobulin
lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur (Roesli, 2005 dalam Eka
Sapitri, 2018).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat, karena berguna untuk peroses penyembuhan sehabis melahirkan dan
untuk memproduksi ASI yang cukup untuk menyehatkan bayi.
Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak
berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (Depkes RI, 2008).
Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dari buah dada
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh
kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui.
Pada ibu yang menyusui memerlukan penambahan kalori, dimana tiap 100
cc ASI berkemampuan memasok 67-77 kkal, dari sinilah dapat diperkirakan
besarnya energi yang diperlukan untuk memproduksi ASI sehari sebanyak 850 cc
(Arisman, 2007, hal. 37).
Komposisi ASI Komposisi ASI menurut stadium laktasi, yaitu (Roesli, 2005
dalam Eka Sapitri, 2018) :
Kolostrum
Air susu peralihan
Air susu matur
3.2 Saran
Sebaiknya teori dan konsep yang telah diketahui oleh seorang perawat dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
DAFTAR PUSTAKA
Widyastuti, E., 2011. Motivasi wanita bekerja dalam memberikan susu formula pada
bayi usia 0-6 bulan. Jurnal KesMaDaSka: 2(2): 6-11
Pritasari, Damayanti, D., & Tri, N. (2017). Gizi Pada Ibu Menyusui. Dalam Gizi Dalam
Daur Kehidupan (hal. 73-85). Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Sapitri, E. (2018). Hubungan Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Eksklusif Dengan Berat
Badan Bayi Pada Hari Ke-10 Di Kota Denpasar Tahun 2018 . Jurnal Penelitian ,
6-23.