Disusun oleh:
1. Helda Puspita Nensi (AK27221078)
2. Hevita Devinia (AK27221079)
3. Irma Firmanda (AK27221080)
4. Khansa Nur ‘Izzati (AK27221081)
5. Laili Fitro Natun Nisa (AK27221082)
6. Meilani Ainun Nisa’ (AK27221083)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya, yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “dilema etik keperawatan pada kasus bayi tabung” dengan baik.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Retno Lusmiati A,S.Kep,Ns.M.Kep
yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan lancar walaupun ada sedikit hambatan yang kami hadapi.
Makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami membuka
diri untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
kami di masa mendatang.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk memperoleh anak dan
keturunan yang sah dan bersih nasabnya,yang dihasilkan dengan cara yang
wajar dari pasangan suami istri.Namun tidak semua pasangan suami istri
mempunyai keturunan sebagaimana yang diharapkan karena ada beberapa
faktor yang penyebab seorang istri tidak dapat mengandung,baik yang datang
dari pihak suami maupun istri.Saat ini bayi tabunglah salah satu cara untuk
dapat memiliki keturunan sendiri tanpa mengadopsi.
1. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan hukum indonesia terhadap pelaksanaan bayi
tabung?
2. Bagaimana pelaksanaan bayi tabung diindonesia?
3. Bagaimana tatacara pelaksanaan bayi tabung dalam praktik
keperawatan
4.Bagaimana resiko bila melakukan program bayi tabung?
2. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pandangan hukum indonesia terhadap
pelaksanaan bayi tabung.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan bayi tabung diindonesia.
3. Untuk mengetahui tatacara pelaksanaan bayi tabung dalam praktik
keperawatan.
4. Untuk mengetahui resiko bila melakukan program bayi tabung.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep kasus dilema etik
Nyonya A berusia 29 tahun berprofesi sebagai artis dan model
Indonesia, diasudah lama menikah sejak 5 tahun yang lalu namun belum
diberkati seorang anak. Hal ini dikarenakan tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan menjaga kondisi tubuhnya. Pihak keluarga laki laki
maupun perempuan menginginkan agar mereka segera memilki
keturunan. Oleh karenanya nyonya A menyetujuinya namun dengancara
memakai jasa bayi tabung dan kebetulan tante dari nyonya A bersedia
untuk menyewakan rahimnnya.Kasus sewa rahim yang sempat mencuat
adalah pada Januari 2009 ketika artis Zarima Mirafsur diberitakan
melakukan penyewaan rahim untuk bayi tabung dari pasangan suami istri
pengusaha. Zarima, menurut mantan pengacaranya, Ferry Juan mendapat
imbalan mobil dan Rp 50 juta dari penyewaan rahim tersebut. Tapi kabar
ini telah dibantah Zarima. Menurut Agnes, jika kasus sewa rahim Zarima
tidak dapat diverifikasi, thesis yang dilakukan mahasiswanya benar-benar
terjadi yang praktiknya dilakukan diam-diam.Sebab itu, Agnes bersama
dua pembicara lainnya dalam acara itu, Liek Wilardjo(Dosen UKSW
Salatiga) dan Sofwan Dahlan (Pakar Hukum Kesehatan Undip), berharap
pemerintah memperhatikan masalah tersebut. Sewa-menyewa rahim
bukanpersoalan biologis semata, tapi juga kehidupan dan kemanusiaan.
“Selama ini, hokum terlambat merespon kebutuhan,” kata Sofwan
Dahlan.Baik Agnes maupun Dahlan menyebut wacana sewa rahim bukan
bermaksud latah, melainkan antisipasi terhadap problem kehidupan.
Tidak menutup kemungkinan, banyak pasutri yang ingin melakukan sewa
rahim, sehingga memilih keluar negeri karena di dalam negeri belum
diizinkan. Seorang peserta seminar, dr.Iskandar mengaku menerima
keluhan pasutri yang kesulitan mempunyai keturunan karena factor
biologi sisiperempuan. “Saya tak bisa menyarankan mereka agar sewa
rahim karena memang di Negara kita tak ada paying hukumnya,”
katanya.Sewa rahim di Indonesia termuat dalam UU Nomor 23 Tahun
1992 tentang kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 73 tahun
1992 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi Reproduksi Buatan.
Majelis Ulama Indonesia(MUI) juga hanya mengeluarkan fakta tentang
bayi tabung yang boleh dilakukan tapi tidak dengan penyewaan rahim.
B.Prinsip etika keperawatan
a.Otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,
memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa
dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
b.Beneficience (Berbuat Baik)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesala han atau kejahatan dan peningkatan kebaikan
oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c.Justice (Keadilan)
Keadilan merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua
individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang adalah sama.
Tindakan yang sama tidak selalu identik, tetapi dalam hal ini persamaan
berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan
kehidupan seseorang. Dokter dan perawat harus berlaku adil dan tidak
berberat sebelah.
d.Non Maleficience
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien. Johnson (1989) menyatakan bahwa prinsip tidak
melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada prinsip untuk
berlaku baik.
e.Moral Right
Moralitas menyangkut apa yang benar dan salah pada perbuatan,
sikap, dan sifat. Tanda utama adanya masalah moral, adalah bisikan hati
nurani atau timbulnya perasaan bersalah, malu, tidak tenang, dan tidak
damai dihati. Standar moral dipengaruhi oleh ajaran, agama, tradisi,
norma kelompok, atau masyarakat dimana ia dibesarkan.
f. Nilai dan Norma Masyarakat
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang
penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada
sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah
rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai
perilaku personal. Values (nilai-nilai) yang idealsatau idaman, konsep
yang sangat berharga bagi seseorang yang dapat memberikan arti dalam
hidupnya.avlues merupakan sesuatu yang berharga bagi seseorang, dan
bisa mempengaruhi persepsi,motivasi,pilihan dan keputusannya. Salary
dan McDonnel (1989),values yang di sadari menjadi pengendali internal
seseorang adn bertingkah, membuat pilihan dan keputusan.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada langkah awal ini, wanita akan diberikan obat kesuburan untuk
meningkatkan produksi sel telur. Selain itu, wanita tersebut juga akan
menjalani USG transvaginal secara teratur untuk memeriksa ovarium dan
tes darah untuk memeriksa kadar hormon.
A.Kesimpulan
Bayi tabung merupakan teknik pembuahan dimana sel telur (ovum)
dibuahi di luar tubuh wanita. Tabung bayi adalah salah satu metode untuk
mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil.
Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal,
pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam
sebuah alat cair.
Dampak dari melakukan ketuban bayi seperti cacat bawaan , bayi
melahirkan kembar , pendarahan saat tahap pengambilan sel telur , dan
kehamilan diluar kandungan . Resikonya ketika dewasa , bayi tabung bisa
saja terkena penyakit jantung atau penyakit kanker .
Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat
yang dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien
dan diri perawat dan tidak melibatkan nilai-nilai yang diyakini klien.
Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang
dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu bantuan korban
dapat dipertahankan. Perawat harus meningkatkan kemampuan berusaha
profesional secara mandiri atau bersama-sama dengan jalan menambah
ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema etik. setelah dewasa
nantinya . Sehingga tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan
dikemudian hari.
B.Saran
1.Bayi tabung sebaiknya tidak dilakukan dalam praktik
kesehatan.Karena terdapat berbagai aspek hukum yang mengilegalkan
surrogatemotherhood. Disamping itu juga dapat mempengaruhi aspek
psikologis ibu yangmengandung janin dari pasangan lain. Misalnya
seperti dikucilkan oleh wargasetempat, karena tiap pandangan warga
mengenai surrogate motherhoodberbeda-beda dan sering terjadi
pemikiran persepsi yang jelek.
2.Namun, jika suatu pasangan suami istri benar-benar meginginkan
keturunan,maka dapat ditempuh dengan cara bayi tabung. Karena dalam
hukum, hampir disetiap negara, praktik bayi tabung dilegalkan
Daftar pustaka
1. https://www.slideshare.net/febriok/etika-pada-kasus-bayi-tabung
2.https://id.scribd.com/document/427801087/Dilema-Etik-dan-Hukum-
Surrogate-Motherhood