Anda di halaman 1dari 5

LATAR BELAKANG

Human Immuno Deficiency Virus (HIV) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
utama di dunia. Tahun 2016 muncul 1,8 juta kasus HIV baru, dan 1,0 juta kematian karena
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Secara global, kecenderungan ini menurun
dibandingkan dengan tahun 2015.1 Sebaliknya, peningkatan infeksi HIV terjadi dalam
lembaga pemasyarakatan (Lapas) dan prevalensinya lebih besar daripada populasi umum.2
Prevalensi HIV/AIDS pada populasi Lapas di sub-Sahara Afrika lebih tinggi dari populasi
umum, dan di Amerika Serikat diperkirakan 5 kali lebih tinggi dari populasi umum.2,3
Prevalensi HIV pada WBP di Indonesia sebanyak 2,6%, dan yang terkena AIDS adalah 0,3 %
pada tahun 2016.1,4
Salah satu faktor pendorong utama epidemi HIV di seluruh dunia terutama di Indonesia
adalah stigma dan diskriminasi. Stigma HIV/AIDS adalah penghalang utama dalam upaya
pencegahan HIV, perawatan, pengobatan, dukungan serta mitigasi dampak. Stigma
HIV/AIDS menimbulkan efek psikologis yang berat bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
yaitu depresi, kurangnya penghargaan diri, dan keputusasaan. Perasaan terstigma internal
tersebut mempengaruhi ODHA untuk tetap meneruskan praktik seksual yang tidak aman
karena takut orang-orang akan curiga terhadap status HIVnya, sehingga meningkatkan
penularan HIV. Orang yang berisiko HIV juga menjadi takut untuk mengetahui apakah
terinfeksi atau tidak.5–7
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dengan HIV/AIDS cenderung mengalami stigma
dan diskriminasi lebih banyak daripada populasi umum. Stigma multilapis terjadi pada WBP
dengan HIV/AIDS karena selain berstatus sebagai WBP yang dianggap 'tidak layak' dan
'orang terbuang' juga berstatus sebagai orang HIV positif yang dikaitkan dengan perilaku
yang menyeleweng.6,8,9 WBP dengan HIVAIDS mengalami diskriminasi, praktik kekerasan,
segregasi, pelanggaran kerahasiaan statusnya, dan penolakan pelayanan kesehatan dan dinilai
lebih negatif daripada WBP dengan penyakit lain (diabetes, kanker, penyakit jantung dan
tekanan darah tinggi).10,11 Masyarakat Lapas menjaga jarak dari WBP dengan HIV/AIDS
karena merasa risih, mengusulkan untuk mengisolasi WBP dengan HIV/AIDS, melarangnya
dalam kegiatan kolektif, menransfer ke Lapas lain, dan mewajibkan tes HIV bagi WBP
berisiko.6,12 WBP dengan HIV/AIDS juga merasa belum diterima sepenuhnya oleh
masyarakat Lapas akibat penyakitnya, serta menganggap orang lain merasa tidak nyaman,
menolak, dan membenci moralnya.10,12
Adanya stigma pada WBP dengan HIV/AIDS juga ditemukan di suatu Lapas di
Indonesia. Hasil studi pendahuluan menunjukkan terdapat sebanyak 87% dari 46 WBP
memberikan stigma pada WBP dengan HIV/AIDS. Item kuesioner dengan poin jawaban
tertinggi untuk stigma adalah WBP berpikir bahwa mendapatkan HIV adalah hukuman atas
perilaku buruk dan karena melakukan sesuatu yang salah (85%), serta WBP tidak akan
menjalin hubungan dengan seseorang yang mengidap HIV (89%). Hasil wawancara dengan
petugas Lapas, terdapat beberapa WBP dengan HIV/AIDS yang belum membuka statusnya,
tidak mengkonsumi ARV secara teratur karena takut statusnya diketahui WBP lain saat
mengkonsumsi obat tersebut. Ada seorang WBP dengan HIV takut makanan jualannya tidak
laku jika WBP blok lain tahu statusnya. Ada satu WBP dengan HIV/AIDS yang meninggal
di Lapas.
Stigma dan diskriminasi pada WBP dengan HIV/AIDS menimbulkan berbagai dampak
negatif. WBP dengan HIV/AIDS khawatir menjadi sasaran gosip jika status HIV-positif
diketahui oleh WBP lain, dihindari, ditolak, dan diperlakukan berbeda, kehilangan seseorang
yang dekat, termasuk teman sel, sahabat, saudara, dan pasangan.13,14 WBP dengan HIV/AIDS
enggan mencari layanan kesehatan dan dukungan sosial, menurunnya semangat hidup dan
kualitas hidup, tidak memiliki akses terhadap perawatan medis yang tepat sehingga
penanganannya terhambat dan menyebabkan kematian paling umum pada WBP di Amerika
Serikat dan di Indonesia.3,5,10,11,15,16
Stigma dan diskriminasi pada WBP dengan HIV/AIDS juga mempengaruhi kehidupan
orang-orang di sekitarnya, yaitu pasangan hidup, keluarga, perawat pendampingnya dan
WBP lain. WBP dengan HIV/AIDS tidak berani mengungkapkan status HIVnya kepada
WBP lain, sehingga bisa menularkan HIV kepada sesama WBP. WBP dengan atau berisiko
HIV yang menjalani hukuman singkat dan keluar masuk penjara akan berpindah-pindah
antara penjara dan komunitasnya. Ketika WBP tersebut dilepaskan dari penahanan dan tidak
mau atau tidak berani membuka statusnya, maka penularan HIV bisa terjadi ke pasangan,
keluarga bahkan ke masyarakat di lingkungan sekitar. Makanan yang dijual oleh ODHA dan
keluarganya tidak laku, bahkan dapat diberi label sebagai 'keluarga HIV'. Stigma juga
menghambat WBP yang berisiko melakukan test sukarela karena khawatir akan
diperlakukan berbeda jika melakukan tes seropositif.2,5,10,17
Berbagai dampak negatif stigma dan diskriminasi HIV/AIDS menunjukkan bahwa
masalah tersebut juga berkontribusi terhadap masalah kesehatan masyarakat, sehingga
diperlukan lebih banyak penelitian intervensi berbasis masyarakat di Lapas.10,18 Intervensi
penanggulangan stigma dan diskriminasi HIV/AIDS sangat diperlukan, agar tercapai
pengobatan sebagai tujuan pencegahan HIV/AIDS di Indonesia.13 Deklarasi Komitmen yang
diadopsi oleh Majelis Umum PBB dalam sesi khusus tentang HIV/AIDS menyerukan untuk
memerangi stigma dan diskriminasi HIV/AIDS. Hal ini secara jelas menyatakan bahwa
melawan stigma dan diskriminasi adalah prasyarat untuk upaya pencegahan dan perawatan
kasus HIV/AIDS.5
Intervensi untuk mengatasi stigma dan diskriminasi HIV/AIDS sudah banyak dilakukan
pada populasi umum maupun berisiko, akan tetapi belum ditemukan di populasi Lapas.
Intervensi brief psychoeducation pada ibu rumah tangga juga efektif dalam menurunkan
stigma HIV/AIDS.19 Terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap
stigma HIV/AIDS.20 Intervensi yang melibatkan ODHA dan peer educator dari organisasi
pekerja seks juga menunjukkan penurunan stigma dan diskriminasi. 7 Intervensi yang
mengkombinasikan antara lokakarya pendidikan HIV/AIDS dan stigma, lokakarya peer
leader dengan menggunakan role play dan skenario kontak diyakini dapat menurunkan
stigma dan diskriminasi HIV/AIDS.18 Kombinasi antara pemberian informasi HIV/AIDS,
pengembangan keterampilan, konseling, testimonial ODHA, dan memotivasi masyarakat
untuk berinteraksi dengan ODHA juga efektif untuk meningkatkan pemahaman stigma
HIV/AIDS.8,9 Intervensi konteks khusus (perawatan kesehatan, masyarakat) juga akan
memberikan pendekatan yang lebih dinamis dan struktural untuk mengatasi stigma
HIV/AIDS.7,21
Salah satu intervensi yang bisa bisa diterapkan untuk mengurangi stigma dan
diskriminasi pada WBP dengan HIV/AIDS adalah peer education dengan metode role play.
Peer education adalah metode pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh sesama anggota
pada kelompok sasaran dan efektif untuk intervensi perubahan perilaku dalam promosi
kesehatan.22. Pendidikan tentang stigma HIV/AIDS mungkin sangat efektif jika WBP
memiliki akses ke peer educator dengan HIV/AIDS.10 Peer education membentuk kedekatan
psikologis antara kelompok sasaran dan peer educator, sehingga material atau pesan lebih
mudah dikomunikasikan, peer educator berperan penting dalam mendidik WBP lainnya.2
Peer education dapat diterima di lingkungan Lapas dan memiliki efek positif secara
emosional.23. Role play adalah metode mendramatisasikan tingkah laku orang-orang tertentu
dalam posisi yang membedakan peranan masing-masing dalam suatu organisasi atau
kelompok di masyarakat, berhubungan dengan masalah sosial untuk mengeksplorasi isu-isu
yang terlibat dalam situasi sosial yang kompleks.24–26
Peer education terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS
bagi WBP, niat dan kemampuan untuk mengurangi perilaku berisiko di antara WBP yang
akan segera dibebaskan, kepercayaan, perilaku dan niat yang terkait dengan penggunaan
kondom di lapas.23,27–29 Menurut Ross et al, sebagian besar WBP berencana untuk melakukan
tes HIV setelah menerima peer education.30. Akan tetapi belum ditemukan intervensi peer
education dengan metode role play untuk mengatasi stigma HIV/AIDS di Lapas.
Kontribusi perawat komunitas dalam intervensi pencegahan stigma dan diskriminasi
HIV/AIDS pada WBP bisa melalui tindakan promotif dan preventif, intervensi tersebut
berupa peer education. Perawat berperan sebagai pendidik, fasilitator dan role model dalam
intervensi peer education.31 Perawat memberdayakan WBP untuk meningkatkan pemahaman
tentang stigma dan diskriminasi HIV/AIDS serta pencegahannya kepada sesama WBP,
perawat memberi contoh bagaimana berinteraksi dengan ODHA.
Belum didapatkan penelitian intervensi untuk mengurangi stigma dan diskriminasi pada
WBP dengan HIV/AIDS dengan intervensi peer education terutama dengan metode role
play. Sehingga akan dilakukan penelitian tentang “pengaruh peer education dengan metode
role play terhadap stigma dan diskriminasi HIV/AIDS oleh dan pada warga binaan
pemasyarakatan.” Beda penelitian ini dengan sebelumnya adalah dengan adanya role play
cara berinteraksi dengan ODHA dan memotivasi WBP agar mau bersalaman dengan ODHA
saat intervensi peer education.
DAFTAR PUSTAKA

1. UNAIDS. Data 2017. Program HIV/AIDS. 2017:1-248.


2. Jürgens R, Nowak M, Day M. HIV and incarceration : Prisons and Detention. J Int
AIDS Soc. 2011;14(1):26. doi:10.1186/1758-2652-14-26.
3. Greifinger. Public Health Behind Bars, From Prisons to Communities. (Greifinger RB,
ed.). New York, USA: Springer US; 2007.
4. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2017.
5. KEMENKES RI. Buku Pedoman Penghapusan Stigma & Diskriminasi Bagi
Pengelola Program Petugas Layanan Kesehatan Dan Kader. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; Direktorat Pengendalian
Penyakit Menular Langsung; 2012.
6. Komalasari R. Perceptions On HIV/AIDS-Related Stigma And Discrimination In
Sukabumi Prison In Indonesia, An Exploratory Study. 2012.
7. Bharat S. A systematic review of HIV/AIDS-related stigma and discrimination in
India: Current understanding and future needs. SAHARA-J J Soc Asp HIV/AIDS.
2011;8(3):138-149. doi:10.1080/17290376.2011.9724996.
8. UNAIDS. Reducing HIV Stigma and Discrimination: a critical part of national AIDS
programmes A resource for national stakeholders in the HIV response. Switzerland.
2007:1-56.
9. Sengupta S, Banks B, Jonas D, Shandor M, Giselle M, Smith C. HIV Interventions to
Reduce HIV / AIDS Stigma : A Systematic Review. 2011:1075-1087.
doi:10.1007/s10461-010-9847-0.
10. Derlega VJ, Winstead B a, Brockington JE. AIDS stigma among inmates and staff in a
USA state prison. Int J STD AIDS. 2008;19(4):259-263. doi:10.1258/ijsa.2007.007141.
11. Rubenstein LS, Amon JJ, McLemore M, et al. HIV, prisoners, and human rights.
Lancet. 2016;388(10050):1202-1214. doi:10.1016/S0140-6736(16)30663-8.
12. Sari ATK. Interaksi Sosial Narapidana Pengidap HIV/AIDS di Lingkungan Lembaga
Pemasyarakatan Narkotikan Kelas II A Yogyakarta. 2014.
13. Culbert GJ. Correlates and Experiences of HIV Stigma in Prisoners Living with HIV
in Indonesia : A Mixed Method Analysis Correlates and Experiences of HIV Stigma in
Prisoners Living With HIV in Indonesia : A Mixed-Method Analysis. J Assoc Nurses
AIDS Care. 2015;(September). doi:10.1016/j.jana.2015.07.006.
14. Derlega VJ, Winstead BA, Gamble KA, Kelkar K, Khuanghlawn P. Inmates with HIV,
stigma, and disclosure decision-making. J Health Psychol. 2010;15(2):258-268.
doi:10.1177/1359105309348806.
15. Pemasyarakatan D. Penelitian Prevalensi HIV dan Sifilis serta Perilaku Beresiko
Terinfeksi HIV pada Narapidana di Lapas/Rutan di Indonesia. In: Jakarta:
Kemenkumham; 2010:34.
16. Lubis, Sarumpaet, Ismayadi. Correlation of Stigma , Depression And Fatigue With
Quality Of Life Among HIV / AIDS Patients in Klinik Veteran Medan. Idea Nurs J.
2016;VII(1):1-12.
17. Ullah AA, Huque AS. Asian Immigrants in North America with HIV/AIDS. Springer;
2014. doi:10.1007/978-981-287-119-0.
18. Derose KP, Bogart LM, Kanouse DE, et al. An intervention to reduce HIV-related
stigma in partnership with African American and Latino churches. AIDS Educ Prev.
2014;26(1):28-42. doi:10.1521/aeap.2014.26.1.28.
19. Rifai A. Brief psychoeducation intervention against HIV / AIDS related stigma among
house wifes lived in coffee plantation area. J Keperawatan Muhammadiyah.
2016;1(2).
20. Pandelaki, Rompas, Hamel. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang HIV/AIDS
Terhadap Stigma Masyarakatat di Desa Watumena Kecamatan Eris Kabupaten
Minahasa. e-Journal Keperawatan Vol 5 Nomor 2 Agustus 2017. 2017;5:1-5.
21. Apinundecha C, Laohasiriwong W, Cameron MP, Lim S. A community participation
intervention to reduce HIV/AIDS stigma, Nakhon Ratchasima province, northeast
Thailand. AIDS Care - Psychol Socio-Medical Asp AIDS/HIV. 2007;19(9):1157-1165.
doi:10.1080/09540120701335204.
22. Setyani. Peer Education Intervention at Community Level on Understanding,
Acceptance and Use of Female Condoms in Female Sex Workers in Surakarta. 2016.
23. Bagnall A-M, South J, Hulme C, et al. A systematic review of the effectiveness and
cost-effectiveness of peer education and peer support in prisons. BMC Public Health.
2015;15:290:1-30. doi:10.1186/s12889-015-1584-x.
24. Blatner A. Role Playing In Education (First written in 1995, and corrected October 18,
2009). http://www.blatner.com/adam/pdntbk/ rlplayedu.htm. Published 2009.
Accessed February 1, 2018.
25. Baroroh K. Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik Melalui
Penerapan Metode Role Playing. J Ekon Pendidik. 2011;8(2):149-163.
26. Kartini T. Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam
Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi
Kabupaten Bandung. J Pendidik Dasar. 2007;2(8):1-5.
27. Martin SS, Connell DJO, Inciardi JA, Surratt HL, Maiden KM. Integrating an HIV /
HCV Brief Intervention in Prisoner Reentry : Results of a Multisite Prospective Study
Integrating an HIV / HCV Brief Intervention in Prisoner Reentry : Results of a
Multisite Prospective Study. J Psychoactive Drugs. 2008;40 (4)(October 2014):37-41.
doi:10.1080/02791072.2008.10400649.
28. Sifunda S, Reddy PS, Braithwaite R, et al. The Effectiveness of a Peer-Led HIV /
AIDS and STI Health Education Intervention for Prison Inmates in South Africa. Heal
Educ Behav. 2008;35(August):494-508. doi:10.1177/1090198106294894.
29. Bryan A, Robbins RN, Ruiz MS, O’Neill D. Effectiveness of an HIV prevention
intervention in prison among African Americans, Hispanics, and Caucasians. Health
Educ Behav. 2006;33(2):154-177. doi:10.1177/1090198105277336.
30. Ross MW, Harzke AJ, Scott DP, McCann K, Kelley M. Outcomes of Project Wall
Talk: An HIV/AIDS peer education program implemented within the Texas State
prison system. AIDS Educ Prev. 2006;18(6):504-517. doi:10.1521/aeap.2006.18.6.504.
31. Hitchcock JE, Schubert PE. Community Health Nursing : Caring in Action. 2nd ed.
(Thomson Learning Inc, ed.). New York; 2003.

Anda mungkin juga menyukai