Anda di halaman 1dari 23

lOMoARcPSD|23301682

TUGAS MAKALAH PSIKOLOGI UMUM “INTELLIGENCE”

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Retno Lusmiati Anisah

Disusun Oleh:
Amanda NuryunitaFebbianti (AK27221061)
Amelia Salsabila (AK27221062)
Ani Wulandari (AK27221063)
Annisa Anugraheni (AK27221064)
Aris Irfandi (AK27221065)

MATA KULIAHPSIKOLOGI

AKADEMI KEPERAWATAN AL-KAUTSAR

2023
lOMoARcPSD|23301682

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan. Atas rahmat dan
karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shawalat serta salam tercurah pada Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita
kelak.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
Psikologi Umum: Inteligensi disusun guna memenuhi tugas pada Ibu Desi Yustari Muchtar
M.Psi. pada bidang studi Psikologi dengan mata kuliah Psikologi Umum di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Inteligensi.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Desi Yustari Muchtar
M.Psi. Selaku dosen mata kuliah Psikologi Umum. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

1
lOMoARcPSD|23301682

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................................1
BAB 1.........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan...............................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
LANDASAN MATERI..............................................................................................................................5
A. Pengertian Inteligensi.......................................................................................................................5
B. Faktor yang Mempengaruhi Inteligensi..........................................................................................6
C. Teori Teori Inteligensi......................................................................................................................7
D. Pengukuran Inteligensi...................................................................................................................10
E. Fungsi & Pengaruh Inteligensi.......................................................................................................13
F. Inteligensi dalam Pandangan Al-Qur’an.......................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................................18
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................20

2
lOMoARcPSD|23301682

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Inteligensi merupakan kemampuan seseorang dalam memahami, menganalisis,


memecahkan masalah dan mengembangkan sesuatu menggunakan pemikirannya. Inteligensi
juga merupakan kemampuan seseorang dalam beradaptasi dengan lingkungan baru atau
perubahan dalam lingkungan, kapasitas pengetahuan dan kemampuan untuk memperolehnya,
dan kemampuan individu dalaberfikir abstrak. Berpikir abstrak ini diartikan sebagai kemampuan
untuk memahami simbol-simbol verbal, numerical dan matematika (Mehrens, 1973).

Tingkat kecerdasan tertentu pada seseorang berdasarkan karakteristik yang dapat kami
lihat dan ukur secara langsung, seperti hasil dari keputusan rasional, jawaban atas tes standar,
atau tujuan perilaku. Kualitas-kualitas ini semuanya adalah bagian dari apa yang kebanyakan
orang maksudkan dengan kecerdasan, tetapi para ahli teori menimbangnya secara berbeda. Setiap
individu memiliki tingkat inteligensi yang berbeda-beda. Anak yang tergolong luar biasa atau
memiliki kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi
yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial
terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/ kebutuhan dan potensinya secara maksimal. Juga anak-
anak yang berbakat dengan intelegensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus atau
luar biasa, karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional untuk
menanganinya (Mangunsong,2009:3)

Inteligensi merupakan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar, dan


berpikir abstrak. Setiap orang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda, hal ini disebabkan oleh
banyak faktor. Dalam mengukur inteligensi menggunakan tes inteligensi. Hasil tes inteligensi
menunjukan secara umum kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar atau berpikir
abstrak. Untuk melengkapi hasil tes inteligensi dalam melihat kemampuan khusus seseorang
biasanya menggunakan tes bakat.

3
lOMoARcPSD|23301682

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari inteligensi?


2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi?
3. Apa saja teori-teori pada inteligensi?
4. Bagaimana pengukuran inteligensi?
5. Apa saja fungsi dan pengaruh inteligensi terhadap perilaku dan mental baik secara
individu maupun lingkungan?
6. Bagaimana inteligensi dalam pangdangan Al-Qur’an?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu inteligensi
2. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi
3. Mengetahui apa saja teori-teori yang tedapat dalam inteligensi
4. Mengetahui pengukuran inteligansi
5. Mengetahui fungsi dan pengaruh inteligensi terhadap perilaku dan metal baik secara
individu maupun lingkungan
6. Mengetahui bagaimana inteligensi dalam perspektif islam

4
lOMoARcPSD|23301682

BAB II
LANDASAN MATERI
A. Pengertian Inteligensi
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin
yaitu “Intellectus dan Intelligentia”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh
Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951 yang mengemukakan adanya konsep lama
mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal
pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous” sedangkan
penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”

Intelegensi didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau


belajar dari pengalaman, dimana manusia hidup dan berinteraksi didalam lingkungannya yang
kompleks sehingga memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Selain itu intelegensi mencakup berbagai jenis kemampuan psikis seperti: abstrak, berpikir
mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa, dan sebagainya. Oleh karena manusia
hidup senantiasa menghadapi permasalahan dan setiap permasalahan harus dipecahkan agar
manusia memperoleh keseimbangan (homeostasis) dalam hidup.

Variasi dalam pendapat nampak bila pandangan ahli yang satu dibanding dengan pendapat ahli
yang lain. Pendapat-pendapat itu antara lain:

• Lewis M Terman: intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak.


• Thorndike: intelegensi adalah kemampuan individu untuk memberikan respon yang tepat
(baik) terhadap stimulasi yang diterimanya, misalnya orang mengatakan “meja”, bila
melihat sebuah benda berkaki empat dan
mempunyai permukaan datar. Maka makin banyak hubungan (koneksi) semacam itu
yang dimiliki seseorang, makin intelegenlah orang itu.
• David Wechlsler: inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mencapai suatu
tujuan, untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan secara
efektif.
• Breckenridge dan Vincent berpendapat bahwa intelegensi adalah kemampuan seseorang
untuk belajar, menyesuaikan diri dan memecahkan masalah baru

5
lOMoARcPSD|23301682

B. Faktor yang Mempengaruhi Inteligensi


Pada umunya setiap manusia memiliki inteligensi yang berbeda-beda antara satu orang dengan
yang lainnya. Perbedaan tersebut timbul karena adanya beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pembawaan:
Sebagian kalangan berpendapat bahwa faktor genetic dapat mempengaruhi taraf intelegensi
seseorang. Artinya, jika kedua orang tua memiliki intelegensi yang tinggi, besar
kemungkinan anaknya juga memiliki intelegensi yang tinggi pula. Akan tetapi hal ini tidak
terjadi demikian. Sebagian pakar lainnya berpendapat bahwa pengaruh orang tua yang
sedemikian besar terhadap perkembangan intelegensi adalah disebabkan oleh upaya yang
dilakukan oleh orang tua itu sendiri dalam memberdayakan kemampuan anak-anaknya.
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.
pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan
kita yakni dapat dan tidaknya memecahkan suatu soal atau masalah, pertama-tama
ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada pula yang bodoh,
meskipun sama-sama menerima latihan dan pelajaran yang sama, tetapi perbedaanperbedaan
itu masih tetap ada.
b. Kematangan
Setiap organ di dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan, setiap
organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai
kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masingmasing. Anak-anak tak dapat
memecahkan soal-soal tertentu karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya atau
belum mencapai kapasitas anak tersebut. Organ-organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih
belum matang untuk mencerna soal tersebut. Kematangan perkembangan anak memiliki
hubungan erat dengan usia
c. Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Pembentukan dibagi menjadi 2 macam, yaitu: pembentukan
dengan segaja contohnya yang dilakukan oleh instansi sekolah untuk membentuk anak
didiknya, dan pembentukan tidak sengaja, contohnya seperti pengaruh alam dan lingkungan
sekitar

6
lOMoARcPSD|23301682

d. Minat dan pembawaan yang khas


Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan
itu. Pada diri manusia terdapat dorongan-dorongan atau motif-motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Seperti Motif menggunakan dan menyelidiki
dunia luar (manipulateandexploringmotives). Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan
terhadap dunia luar tersebut, lama kelamaan akan timbul minat terhadap sesuatu yang
menarik baginya.
e. Kebebasan
kebebasan memiliki arti bahwa manusia itu dapat memilih metode. Seperti metode yang
tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia memiliki kebebasan-kebebasan
dalam memilih metode yang menurut nya cocok bagi dirinya, dan juga bebas dalam memilih
masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu
tidak selamanya menjadi sarat dalam perbuatan intelegensi
f. Lingkungan
Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi intelegnsi. Karena
lingkungan mampu menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti pada tiap individunya.
Intelegensi tentu tidak bisa terlepas dari peranan otak. Perkembangan otak sangat
dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi melalui makanan sehari-hari. Selain gizi,
rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang
peranan yang amat sangat penting. Selain faktor bakat yang mempengaruhi pengembangan
potensi pada anak untuk mencapai aktualisasi optimal, faktor lingkungan juga memiliki
peran yang penting untuk membimbing dan membentuk perkembangan anak. Faktor
lingkungan dalam banyak hal justru memberi andil besar untuk kecerdasan anak. Seperti
yang dikemukakan oleh Conny Semiawan dalam bukunya yang berjudul Belajar dan
Pembelajaran dalam taraf Pendidikan Usia Dini. Dalam buku tersebut tertulis bahwa:
“Seseorang secara genetis telah lahir dengan suatu organisme yang disebut intelegensi yang
bersumber dari otaknya, kalua struktur otak sudah ditentukan oleh biologis, berfungsinyanya
otak ssangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya.”

7
lOMoARcPSD|23301682

C. Teori Teori Inteligensi

Manakah yang lebih tepat jika kecerdasan individu dikatagorikan sebagai kemampuan inteligensi
umum atau sebagai kemampuan inteligensi khusus? Secara tradisional, sebagian besar psikolog
memandang bahwa kecerdasan sebagai kemampuan umum untuk memecahkan masalah. Howard
Gardner, seorang psikolog Harvard, menganalisis kinerja orang dalam domain yang berbeda dan,
menolak gagasan "g," dan dia menyimpulkan bahwa kecerdasan terdiri dari delapan dimensi
yang relatif independen (Gardner, 1983; Gardner&Moran, 2006). Dalam pembahasan kali ini
saya mengambil 2 macam teori inteligensi yang dikemukakan oleh Howard Gardner dan Robert
J. Sternberg.

1. Teori Inteligensi Gardner


• Kecerdasan Linguistik
Kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk
mengungkapkan makna. Contohnya menuangkan pemikiran ke dalam bahasa
atau tulisan secara kreatif.
• Kecerdasan Logis-Matematis
Kemampuan bernalar secara logis, khususnya dalam matematika dan ilmu
kuantitatif. Contohnya memecahkan masalah matematika dan menghasilkan bukti
geometris secara efisien.
• Kecerdasan Musikal
Kemampuan untuk peka terhadap nada, melodi, ritme, dan nada. Contohnya
memainkan alat musik atau bernyanyi.
• Kecerdasan Spasial
Kemampuan untuk memahami dunia visual secara akurat. Contohnya dapat
melihat perbedaan dari sebuah objek yang hampir mirip dan dapat
mengimajianasikan suatu objek tiga dimensi.
• Kecerdasan Kinestetik-Tubuh
Kemampuan untuk melatih tubuhnya agar menjadi mahir secara fisik. Contohnya
melakukan tarian atau rutinitas senam.
• Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain.

8
lOMoARcPSD|23301682

Contohnya memahami kebutuhan, keinginan, dan orang lain.


• Kecerdasan Intrapersonal
Memahami pikiran, suasana hati, dan kebutuhan sendiri. Contohnya dapat
memotivasi diri sendiri untuk selalu bangkit dari berbagai macam rintangan.
• Kecerdasan Naturalis
Kemampuan untuk mengamati pola di alam dan memahami sistem alam dan
buatan manusia. Contohnya mengklasifikasikan benda benda alam, seperti
binatang dan tanaman.

2. Teori Inteligensi Sternberg


• Kecerdasan analitis: Kemampuan menganalisis, menilai, mengevaluasi,
membandingkan, dan membedakan.
• Kecerdasan kreatif: Kemampuan untuk membuat, merancang, menemukan,
membuat, dan berimajinasi.
• Kecerdasan praktis: Kemampuan untuk menggunakan, menerapkan,
mengimplementasikan, dan mempraktikkan ide.

Menerapkan pemikiran analitik, kreatif, dan praktis di berbagai bidang:

1. Penelitian sosial
Kecerdasan analitis: Dalam hal apa revolusi Amerika dan Prancis serupa dan berbeda?
Kecerdasan kreatif: Akan seperti apa hidup kita hari ini jika revolusi Amerika tidak
berhasil?
Kecerdasan praktis: Pelajaran apa yang bisa diambil negara dari studi revolusi?
2. Seni
Kecerdasan analitis: Bandingkan dan kontraskan gaya artistik Van Gogh dan Picasso.
Kecerdasan kreatif: Seperti apa Patung Liberty jika dibuat oleh Picasso?
Kecerdasan praktis: Buat poster untuk pertunjukan seni siswa menggunakan gaya salah
satu seniman yang kami pelajari.
3. Ilmu
Kecerdasan analitis: Jika balon diisi 1 liter udara pada suhu kamar, kemudian
ditempatkan di freezer, apa yang akan terjadi dengan balon tersebut?

9
lOMoARcPSD|23301682

Kecerdasan kreatif: Bagaimana jadinya jika balon yang diisi udara di bulan?
Kecerdasan praktis: Lakukan sebuah praktikum menggunakan O2 dan CO2 pada balon.

D. Pengukuran Inteligensi

Pengukuran inteligensi merupakan prosedur pengukuran yang mengukur kecakapan


potensial seseorang yang bersifat umum. Kecakapan potensial ini merupakan kemampuan
individu untuk memahami, menganalisis, memecahkan masalah dan mengembangkan sesuatu
menggunakan pemikirannya. Pengukuran intilegensi menggunakan tes yang dikenal dengan tes
inteligensi. Dalam psikologi, tes inteligensi menggunakan alat-alat psikodiagnostik atau yang
dikenal dengan istilah Psikotest. Hasil dari pengukuran inteligensi biasanya dinyatakan dalam
satuan tertentu, yaitu IQ, (IntellegenceQuotioent). Untuk memahami bagaimana IQ diturunkan
dan apa artinya, tes kecerdasan harus memenuhi kriteria. Kriteria tes kecerdasan yang baik:
validitas, reliabilitas, dan standarisasi.

Dalam ranah pengujian, validitas mengacu pada sejauh mana pengujian mengukur apa
yang ingin diukur. Salah satu indikator validitas yang paling penting adalah sejauh mana ia
memprediksi kinerja individu ketika kinerja itu dinilai dengan ukuran atau kriteria lain dari
atribut tersebut. Reliabilitas merupakan sejauh mana tes menghasilkan ukuran kinerja yang
konsisten dan dapat direproduksi. Artinya, tes yang andal adalah tes yang menghasilkan skor
yang sama dari waktu ke waktu dan pengujian berulang. Tes kecerdasan yang baik tidak hanya
dapat diandalkan dan valid tetapi juga terstandarisasi. Standardisasi melibatkan pengembangan
prosedur seragam untuk mengelola dan menilai tes, serta menciptakan norma, atau standar
kinerja, untuk tes tersebut.

Awalnya tes inteligensi dikembangkan oleh Sir FrancisGalton. Galton melakukan tes
intelegensi di laboratorium buatannya yaitu laboratorium antropometri. Galton berhipotesis
bahwa kecerdasan bawaan dan turun temurun akan dikaitkan dengan system saraf yang kuat dan
efisien.

Dilihat dari segi pelaksanaanya tes inteligensi dibagi menjadi dua macam yaitu tes
individual dan tes kelompok. Tes individual adalah skala Stanford-Binet dan skala Wechsler.
Sedangkan tes kelompok merupakan tes yang diberikan kepada sejumlah orang dengan jawaban

10
lOMoARcPSD|23301682

tertulis secara serempak. Tes kelompok ini pertama kali digunakan di Amerika Serikat selama
perang dunia I yaitu, Army AlphaTest dan Army Beta Test. Army AlphaTest digunakan untuk
menyeleksi calon prajurit yang dapat membaca, menulis, dan dapat berbahasa inggris. Sedangkan
Army Beta Test merupakan tes yang digunakan untuk menyeleksi calon prajurit yang buta huruf
dan tidak dapat berbaha inggris.

Terdapat berbagai macam tes intelegensi yang dapat digunakan yaitu:

1. Skala Binet-Simon
Tes pertama yang merupakan tes intelegensi modern dikembangkan oleh ahli psikolog
Perancis Alfred Binet pada tahun 1881. Pada saat itu pemerintah Perancis meminta Binet
untuk membuat tes guna mengetahui mana anak anak yang terlambat intelektualnya mana
yang normal. Pada awalnya Alfred Binet melakukan pengukuran intelegensi
menggunakan metode kraniometri yaitu mengukur lingkaran tempurung kepala
anakanak.

Pada tahun 1905 Binet dan temannya, Theodore Simon mencetuskan skala intelegensi
yang dikenal dengan skala Binet-Simon yang terdiri dari 30 item pertanyaan objektif untuk
membedakan anak terbelakang dan yang normal. Pada tahun 1908 terjadi revisi yaitu perluasan
proses mental yang diukur, adanya pembatasan usia subjek, dan penambahan pertanyaan menjadi
59 item. Kemudia pada tahun 1911 terjadi revisi lagi, pada revisi ini terjadi pembuangan tes
membaca dan menulis yang diyakini terlalu banyak tergantung pada latihan khusus, dan
perhitungan usia mental lebih rinci. Tes Binet-Simon memperhitungkan dua hal dalam tes yaitu
umur kronologis (CA) dan umur mental (MA). Anak yang cerdas memiliki MA di atas CA,
sedangkan anak yang kurang cerdas memiliki MA di bawah CA.

IQ = MA/CA x 100

Revisi terakhir dikerjakan bersama temannya yaitu LewisTerman. Revisi ini dikenal
sebagai revisi Stanford, sehingga hasil revisinya bernama Stanford-Binet. Sumbangan utamanya
adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan)
antara mental agedan chronologicalage. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh
seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan
IntelligenceQuotient atau IQ. skala Stanford-Binet menjadi skala standar dalam psikologi klinis,

11
lOMoARcPSD|23301682

psikiatri dan konseling pendidikan. Revisi terakhir mengkelompokan intelegensi menjadi empat
tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes. Yaitu penalaran verbal, penalaran
kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek.

 Tes Verbal  dalam menyelesaikan atau mengerjakan tes tsb, testee harus menggunakan
kata-kata misalnya memberikan lawan kata, mengatakan kekurangan sesuatu pada
gambar

 Tes Penalaran  untuk melihat kemampuan menalar testee.

 Tes Visual Abstrak  untuk melihat sejauh mana respontestee melakukan sesuatu misal
menyusun rancangan balok, mengatur gambar, dan sebagainya.

 Tes Memori Jangka Pendek  untuk melihat kemampuan mengingat testee.

Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13
tahun. Menurut skala Stanford-Binet, IQ diklasifikasikan sebagai berikut:

a) 140-169: Sangat Superior


b) 120-139: Superior
c) 110-119: Bright Normal (HightAverage)
d) 90-110: Average (Rata-Rata)
e) 80-89: Low Average

f) 70-79: Borderline-Defective

2. Skala Wechsler
David Wechsler menyusun tes intelegensi didasarkan kelemahan tes intelegensi
StanfordBinet, yaitu, tes Stanford-Binet tidak dapat digunakan untuk mengukur tes intelegensi
orang dewasa. Wechslermenusun tiga tes intelegensi yaitu:

• The WechslerPreschoolandPrimaryScaleofIntelligence (WPPI), tes ini digunakan untuk


mengukur intelegnsi anak prasekolah atau pada umur 4-5 tahun. Pada pengukuran ini,
anak-anak diminta, misalnya, menunjuk pada gambar yang menggambarkan kata yang

12
lOMoARcPSD|23301682

diucapkan penguji, melengkapi desain blok, dan menjawab pertanyaan pengetahuan


dasar.
• The WechslerIntelligenceScaleforChildren (WISC-R), diterbitkan tahun 1974, tes ini
digunakan untuk mengukur intelegensi anak usia 6 sampai 16 tahun. Tes ini mencakup
kosa kata dan pemahaman tetapi juga tugas-tugas seperti menyusun blok agar sesuai
dengan pola tertentu.
• The WechslerAdultIntelligenceScale (WAIS), tes ini digunakan untuk orang dewasa
diatas umur 16 tahun. Tes ini mencakup item seperti kosakata, kapasitas memori kerja,
masalah matematika, dan kemampuan untuk menyelesaikan teka-teki jigsaw.

Skala Wechsler terbagi menjadi dua kelompok subtes yaitu, tes verbal dan tes
performance. Tes vebal terdiri dari enam macam tes yaitu tes informasi, tes pemahaman umum,
tes penalaran berhitung, tes analogi, tes lamanya mengingat angka, dan tes perbendaharaan kata
sebanyak 40 buah kata yang disusun menurut urutan kesulitan. Tes performance terdiri dari lima
macam tes yaitu, tes symbol angka yang meminta subjek untuk menjodohkan symbol dengan
angka, tes menyempurnakan gambar, tes potongan balok, tes menyusun gambar, dan tes
pemasangan objek.

Hasil tes inteligensi hanya menunjukan secara umum kemampuan seseorang dalam
menyesuaikan diri, belajar atau berpikir abstrak dan tidak dapat menunjukan bidang khusus atau
kemampuan khusus seseorang yang dikuasai. Untuk melengkapi hasil tes inteligensi dalam
melihat kemampuan khusus seseorang, biasanya digunakan tes bakat.

E. Fungsi & Pengaruh Inteligensi


1) Fungsi Inteligensi

Fungsi Intelegensi dapat di golongkan kedalam dua hal yang pertama bagi anak-anak dan yang
kedua bagi orang dewasa kegunaanyadiantarannya adalah sebagai berikut.

Bagi anak-anak:

“Tes kecerdasan diberikan untuk berbagai keperluan termasuk ketidakteraturan (keterbelakangan


mental, cacat lerning, gangguan kognitif lain, bakat), penempatan (berbakat dan program khusus
lainnya), dan sebagai tambahan kognitif untuk evaluasi klinis” (Beres Kaufan, &Perlman, 2000)

13
lOMoARcPSD|23301682

Bagi orang dewasa:

• Tes intelegensi jarang dipakai untuk tes penempatan pada konteks pendidikan.

• Digunakan untuk mendapatkan informasi terkait kondisi klinis seseorang (termasuk


kepikunan, trauma dan disabilitas mental), memahami potensi belajar (learninfpotential)
dan keterampilan (skillascqyisition).

2) Pengaruh Intelegensi:

Menurut teori Binet dalam Sumadi Suryabrata (2004:133), sifat hakikat inteligensi ada tiga
macam, yaitu:

1. Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan) tujuan


tertentu.Makin cerdas seseorang, akan makin cakaplah dia membuat tujuan sendiri, tidak
menunggu perintah saja. Semakin cerdas seseorang, maka dia akan makin tetap pada tujuan itu,
tidak mudah dibelokkan oleh orang lain dan suasana lain.

2. Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud mencapai tujuan. Jadi


makincerdas seseorang dia akan makin dapat menyesuaikan cara-cara menghadapi sesuatu
dengan semestinya dan makin dapat bersikap kritis.

3. Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri sendiri,


kemampuanuntuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya. Makin cerdas seseorang makin
dapat dia belajar dari kesalahannya, kesalahan yang telah dibuatnya tidak mudah di ulang lagi.

Seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi cenderung memililki perbedaan dalam
menanggapi sesuatu permalahan demi mencapai keinginan nya itu semua dikarenakan orang itu
bisa menentukan tujuannya tanpa harus mendapatkan bimbingan lebih dari orang lain dan dapat
menyesuaikan dirinya untuk mencapai sebuah hasil dan tujuan.Selain itu seseorang yang
memiliki inteligensi yang tinggi memiliki kemampuan oto-kritik yang tinggi, sehingga dia bisa
memperbaiki diri dari kesalahan yang ada,sebaliknya jika seseorang yang memiliki inteligensi
yang rendah ( pada tingkatan di bawah normal) tidak akan sama kemampuannya dalam
melakukan suatu kegiatan.

14
lOMoARcPSD|23301682

F. Inteligensi dalam Pandangan Al-Qur’an


Secara umum Alquran diturunkan oleh Allah SWT adalah untuk mencerdaskan ummat
manusia, sehingga manusia bisa hidup dalam hidayah-Nya, mendapat kelapangan, jaminan surga
yang penuh kenikmatan bagi orang yang beriman dan beramal saleh. Alquran diturunkan oleh
Allah sebagai pembeda antara yang haq dengan yang bathil. Untuk itu, Allah kemudian memberi
manusia potensi-potensi kecerdasan sebagai sarana untuk beriman danberamal saleh, seperti nafs,
akal, qalb dan ruh. Sementara menurut Gardner memberi istilah kecerdasan majemuk
(multipleinttelligence). Ketujuh macam intelegensi atau kecerdasan tersebut adalah linguistik,
logika matematika, pengamatan ruang, kinestetik, musik, interpersonal, danintra personal
(Gardner, 1993). Semua jenis kecerdasan yang disebut oleh Gardner pada hakekatnya adalah
varian dari ketiga kecerdasan utama yakni IQ, EQ, dan SQ

Kecerdasan manusia terbagi menjadi tiga IntelligenceQuotient (IQ) adalah kecerdasan


yang paling mendasar, EmotionalQuotient (EQ) kecerdasan ini melatih kita bagaimana kita
berhubungan social dengan manusia lain, dan SpritualQuotient (SQ) kecerdasan ini merupakan
tingkatan paling tinggi merupakan bentuk kecerdasan yang berhubunngan dengan tuhannya.

Dalam pandangan islam kecerdasan merupakan salah satu anugrah yang allah berikan
kepada setiap manusia yang terlahir di dunia. Kecerdasan ini mengistimewakan posisi penting
manusia sebagai mahluk Allah. Kecerdasan ini meniscaykanmausia untuk berperan aktif dengan
segala kebutuhan dan perosalan kehidupan, sebagaimana yang telah digambarkan oleh Al Quran
surat At-Tin ayat 4:

‫اح َس ِن ۡتق ۡ ِو ۡي ٍم‬


ۡ ‫لقد َخ ۡلقنا ااۡل ِ ۡن َسانَ ِفِ ۡۤى‬
ۡ
Artinya:

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa allah telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sempurna. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia ini yaitu kecerdasan dan hal ini lah
yang membedakan manusia dengan ciptaan allah lainnya. Sebenarnya jika kita ingin merujuk
pada bahasa pandangan Al-Qur’an tentang kecerdasan begitu banyak ayat-ayat allah yang
mengindikasikan tentang peran penting kecerdasan. Kemudian kita pula dapat menelusuri pada

15
lOMoARcPSD|23301682

ayat lainnya, ketika Al-Qur’an menggunakan redaksi yang begitu kritis dalam optimalisasi
kecrdasaan, yaitu akal, seperti contoh dalam Al-Quran Surat Muhammad ayat 24:

‫ب َأ ْقفالهَا‬ ٰ ‫أف َل يَتدَبرُونَ القرْ آنَ أ ْم ع‬


ٍ ‫َلى قلو‬
Artinya:

(Apakah kalian tidak memikirkan/merenungkan isi al-Qur’an, atau hati mereka terkunci”.
(Q.s. Muhammad, 24).

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Al-Quran memberikan motivasi yang kuat
bahwa manusia perlu meningkatkan peran akal sebagai ikon kecerdasan. Kecerdasaan akal ini
mampu memposiskan eksistensi manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Kecerdasaan akal
memikiki posisi penting dalam proses berpikir manusia. Artinya, kecerdasan akal merupakan
suatu tindakan positif berpikir manusia dalam aktifitas hidup dan kehidupannya.

Akan tetapi pada kenyatannya ada beberapa orang yang memiliki kecerdasan akal yang
cukup tinggi tetapi ia gagal dalam menghadapi berbagai persoalan yang mereka hadapi dalam
hidup, maka para psikolog kemudian berpikir tentang kemungkinan adanya satu kemampuan lain
selain dari kecerdaan akal yang dapat membantu manusia dalam menghadapi berbagai
persoalanyangmerekahadapi sehingga lahirlah apa yang kemudian lebih dikenal dengan
Kecerdasan Emosional (EQ). Meskipun demikian, disisi lain ada pendapat yang mengatakan
bahwa kecerdasan Emotional ini memiki relasi yang intens dengan kecerssan akal dalam
menyelesaikan masalah manusia.

Islam sebagai sebuah tuntunan mengajarkan kepada pemeluknya untuk memposisikan


akal dalam sifat yang dinamis dan rasional, artinya akal terbuka untuk menerima segala hal yang
datangya dari manapun, asalkan itu baik baginya dan memang secara logika itu dapat diterima
serta tetap berada pada jalur pemahaman ajaran islam.

Dalam Al-Qur’an disebutkan berbagai macam bentuk aktifitas yang berkaitan dengan
pemanfaatan potensi akal/kecerdasan, yaitu:

a) Nadhara melihat bentuk penelaahan (observasi) dan perenungan. Terdapat 30 ayat lebih
yang memuat kata ini. Salah satu contohnya yaitu

َ ِ‫ر ا ْلِ ْن َسانُ ِ ِم ّم ُخل‬yِ ُ‫فَلي ْنظ‬


‫ق‬

16
lOMoARcPSD|23301682

Artinya: Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan (QS Ath-Thariq
(86):5)

b) Tadabbara, bermakna merenungkan, menelaah kembali sesuatu yang telah lalu atau sesuatu
yang telah berubah dari keadaanya yang telah berubah dari keadaan yang awalnya untuk
kemudian di terapkan kebaikannya di masa sekarang yang akan datang

‫ب أ ْقفالهَا‬ ٰ ‫أف َل يتدَبرُونَ القرْ آنَ أ ْم ع‬


ٍ ‫َلى قلو‬
artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’anataukah hati mereka terkunci (QS
Muhammad (47):24)

c) Tafakkara, berfikir. Penyebetan ini terdapat dalam 16 ayat

ٰ
......... َ‫ت ل َعل ُك ْم تتف ّكرُوْ ۙن‬ َ ِ‫َك ٰذل‬
ِ ِٰ‫ك يبينُ ال ّّٰل ل ُك ُم ْالي‬
Artinya: Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir (QS
Al-Baqarah (2):219)

d) Faqiha, bermakna mengerti, dan memahami. Penyebutan ini terdapat dalam 16 ayat. Salah
satu contoh yaitu:

ٰ
ِ ِٰ‫ ْالي‬y‫ع ۗق ْد فصّلنا‬
َ‫ت لِقوْ ٍم ي ْفقهُوْ ن‬ ٍ ‫ي ا ْن َشا ُك ْم ّم ْن ن ْف‬
yٌ ‫س ّواِ ِح ٍَد ٍة ف ُمسْتق ّر ّو ُم ْستوْ َد‬ ْٓ ‫َوه َُو الِّ ِذ‬

Artinya: Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap
dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada
orang-orang yang mengetahui (QS Al-an’am (6):98) disinilah Islam sangat menganjurkan
optimasasi Akal sesuai dengan tunutuan ajarannya, yang akan memgerahkan manusia lebih
bijksanasebagimahluk Allah. Kcerdasan akal yang dwarnai oleh nilai-nilai ruhaniyahilahiyyah
mampu menghasilkan kecerdasan spitulitas sebagaimana yang dikenal dengan panggilam ulul
albab, yang tertera dalam al Quran surah al Imron ayat 191:

17
lOMoARcPSD|23301682

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin
yaitu “Intellectus dan Intelligentia”. Intelegensi didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan
diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman, dimana manusia hidup dan berinteraksi
didalam lingkungannya yang kompleks sehingga memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan. Pada umunya setiap manusia memiliki inteligensi yang berbeda-beda
antara satu orang dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut timbul karena adanya beberapa faktor
yaitu, faktor pembawaan, faktor kematangan, faktor pembentukan, minat dan pembawaan yang
khas, kebebasan, dan lingkungan.

Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol
pada tahun 1951 yang mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power)
yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Howard Gardner,
seorang psikolog Harvard menyimpulkan bahwa kecerdasan terdiri dari delapan dimensi yang
relatif independen yaitu, kecerdasan linguistic, logis-matematis, musical, spasial, kinestetiktubuh,
interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Sedangkan teori inteligensi Sternberg menerapkan
pemikiran analitik, kreatif, dan praktis di bidang penelitian, seni, dan ilmu.

Untuk mengetahui tinggi rendahnya kecerdasaan seseorang maka dibuat pengukuran


inteligensi yaitu tes inteligensi. Tes inteligensi modern pertama dikembangkan oleh psikolog
Perancis Alfred Binet pada tahun 1881 yang bernama skala Binet-Simon. Setelah melalui banyak
revisi tes ini berybah nama menjadi skala Stanford-Binet. Tes Stanford-Binet banyak digunakan
untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun. Karena tidak dapat mengukur

18
lOMoARcPSD|23301682

inteligensi orang dewasa, David Wechsler menyusun tiga tes inteligensi yaitu, The
WechslerPreschoolandPrimaryScaleofIntelligence (WPPI), The
WechslerIntelligenceScaleforChildren (WISC-R), dan The WechslerAdultIntelligenceScale
(WAIS). Hasil dari pengukuran inteligensi biasanya dinyatakan dalam satuan tertentu, yaitu IQ,
(IntellegenceQuotioent).

Inteligensi berfungsi untuk mengetahui kondisi klinis seseorang, potensi belajar, dan
keterampilan. Seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi memiliki kemampuan oto-kritik
yang tinggi, sehingga dia bisa memperbaiki diri dari kesalahan yang ada, sebaliknya jika
seseorang yang memiliki inteligensi yang rendah (pada tingkatan di bawah normal) tidak akan
sama kemampuannya dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pandangan islam kecerdasan
merupakan salah satu anugrah yang allah berikan kepada setiap manusia yang terlahir di dunia.
Kecerdasan ini mengistimewakan posisi penting manusia sebagai mahluk Allah. Kecerdasan ini
meniscaykanmausia untuk berperan aktif dengan segala kebutuhan dan perosalan kehidupan.

19
lOMoARcPSD|23301682

20
lOMoARcPSD|23301682

DAFTAR PUSTAKA
CaroleWade, C. T. (2016). Psychology.PearsonEducation.
Fatmawiyati, J. (2018, Oktober). TELAAH INTELEGENSI.Retrievedfrom researchgate.net:
https://www.researchgate.net/publication/328224033_TELAAH_INTELEGEN
Ina Magdalena dkk, Ebook Psikologi Pendidikan Sekolah Dasar, 2021, Halaman 48-50, CV Jejak
Anggota IKAPI, Vol 1

Laura King., 2013. The ScienceofPsychology: An Appreciative View. McCrow-Hill 3rd edition.

Egen, Paul &Kauchak, Don (2004), EducationalPsychology, 6th ed, New Jersey:
PearsonEducation, Ltd

Wade, Carole& Travis, 2016, Psychology, 12thed, PearsonEducation

Jurnal KemenagArti Penting Intelegensi Dalam Dunia Pendidikan, Rahmawati, Sumsel

Azwar, Sifuddin 2004. Pengantar Psikologi Intelegensi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Prof Hawari Dadang, 1997.Al Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa: Dana Bhakti
Prima Yasa, Yogyakarta

Dr. Utsman Najat, 2005 Psikologi dalam Al Qur'an, Pustaka Setia. Jawa Barat

21

Anda mungkin juga menyukai