Anda di halaman 1dari 18

KEPEMIMPINAN

DISUSUN
OLEH

KELOMPOK 4
KELAS A
SEMESTER 6
1. DEWI NURINDI ISA 841417012
2. NURAIN A. HUMALANGGI 841417014
3. WIDYAWATI S. MOMO 841417036
4. FATIYAH HALID 841417048
5. SRI JUNIARTI 841416

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. atas
terselesaikannya makalah ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarga, para
sahabat, dan para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman.
Alhamdulillah wa syukurillah berkat Rahmat dan Hidayah Allah SWT, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah pada matakuliah Kepemimpinan, yang membahas tentang
“Kecerdasan Intelektual dalam Kepemimpinan”
Ucapan terima kasih tak luput kami sampaikan pula kepada berbagai pihak yang
terkait dalam penyusunan makalah ini yang telah membina dan menuntun kami untuk
bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kelompok menyadari tiada gading yang tak retak, sehingga penulis berharap adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca budiman demi adanya
peningkatan dalam makalah kami selanjutnya.
Terlepas dari banyaknya kekurangan yang ada, kelompok berharap agar isi dari
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
“ Allahumma shalli’ala sayyidi muhammad”

Gorontalo, Maret 2020

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II : Pembahasan
2.1 Definisi Intelektual......................................................................................... 3
2.2 Definisi Kecerdasan Intelektual..................................................................... 3
2.3 Karakteristik Kecerdasan Intelektual............................................................. 3
2.4 Pendekatan Kecerdasan Intelektual................................................................ 5
2.5 Jenis-jenis Kecerdasan Intelektual................................................................. 7
2.6 Kecerdasan Intelektual Dalam Kepemimpinan.............................................. 9
BAB III : Penutup
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 14
3.2 Saran............................................................................................................... 14

Daftar Pustaka........................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Selama ini kecerdasan manusia selalu dinilai dari tingkat kecerdasan secara
intelektual (IQ). Melalui IQ, manusia dianggap cerdas dalam menghadapi segala
bentuk permasalahan yang terjadi. Persaingan yang dibentuk setiap jenjang
pendidikan selalu dikaitkan dengan kecerdasan intelektual ini. Nilai dan
kemampuan menjadi tolok ukur keberhasilan seseorang.
Namun, berbagai penelitian mengungkapkan peran IQ hanya sebatas syarat
keberhasilan hidup. Maka dari itu, lahirlah konsep pemikiran tentang kecerdasan
emosional (EQ) yang dianggap mampu mengantarkan seseorang menuju puncak
prestasi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang-orang berkemampuan IQ
tinggi, tetapi terpuruk menghadapi dunia persaingan. Sebaliknya, orang dengan
kemampuan intelektual biasa-biasa saja justru sukses menjadi pengusaha dan
pemimpin di berbagai bidang.
Kombinasi dari kedua kecerdasan ini memiliki andil dalam kesuksesan
seseorang. Ketika kecerdasan intelektual dipadukan dengan emosi, sesungguhnya
prestasi telah dapat ditorehkan. Namun, setelah mereka mendapatkan semuanya,
seringkali mereka dihinggapi perasaan kosong, tidak tahu apa tujuan sebenarnya
dari keberhasilan ini. Disinilah peran kecerdasan ketiga, yaitu kecerdasan spiritual
(SQ) dalam menjawab permasalahan ini. Prinsip hidup berdasarkan ketuhanan
menjadikan berbagai proses mengarah pada satu tujuan. Spiritual atau aspek rohani
dianggap sebagai penyeimbang aspek kecerdasan manusia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan intelektual?
2. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan intelektual?
3. Bagaimana karakteristik dari kecerdasan intelektual?
4. Bagaimana pendekatan dari kecerdasan intelektual?
5. Bagaimana kecerdasan intelektual dalam kepemimpinan?

1
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari intelektual
2. Untuk mengetahui definisi dari kecerdasan intelektual
3. Untuk mengetahui karakteristik dari kecerdasan intelektual
4. Untuk mengetahui pendekatan dari kecerdasan intelektual
5. Untuk mengetahui kecerdasan intelektual dalam kepemimpinan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI INTELEKTUAL


Dalam kamus psikologi (1987) intelegensi diartikan sebagai kemampuan
berurusan dengan abstraksi-abstraksi, mempelajari sesuatu, dan kemampuan
menangani situasi-situasi baru. Intelegensi sebagai keseluruhan kemampuan
individu untuk berpikir dan bertindak terarah serta mengelola dan menguasai
lingkungan secara efektif.
Binet dan Simon (dalam, Azwar,2006) mendefinisikan intelegensi atas tiga
komponen, yaitu:
1. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan
2. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah
dilakukan
3. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan autocriticum.
2.2 DEFINISI KECERDASAN INTELEKTUAL
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan berpikir dan bertindak secara tepat
dan belajar dari pengalaman untuk memberikan respons dengan baik sebagai
pemilih yang tepat, penghubung, pemecah masalah, negosiator, pelindung,
penyembuh serta pembangun sinergi dalam mengelola sumber daya sekolah secara
efektif dan efisien.
2.3 KARAKTERISTIK KECERDASAN INTELEKTUAL (KI)
Stoddard (1941) yang dikutip Azwar (2006) mengemukakan beberapa
karakteristik kecerdasan intelektual yaitu adanya kemampuan untuk memahami
masalah-masalah yang berkaitan:
1. Mengandung kesukaran
2. Kompleks, yaitu mengandung berbagai jenis tugas yang harus dapat diatasi
dengan baik dalam arti bahwa individu yang inteligen mampu menyerap
kemampuan baru dan memadukannya dengan kemampuan yang sudah dimiliki
untuk kemudian digunakan dalam menghadapi masalah

3
3. Abstrak, yaitu mengandung simbol-simbol yang memerlukan analisis dan
interpretasi
4. Ekonomis, yaitu dapat diselesaikan dengan menggunakan proses mental yang
efisien dari segi penggunaan waktu
5. Di arahkan pada sesuatu tujuan yaitu bukan dilakukan tanpa maksud melainkan
mengikuti suatu arah atau target yang jelas
6. Berasal dari sumbernya, yaitu pada pola pikir yang membangkitkan kreativitas
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan lain
Karakteristik intelegensi menurut pandangan ahli juga terbagi atas tiga aspek
pokok dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kemampuan memecahkan masalah yang mencakup :
a Mampu menunjukkan pengetahuan mengenal masalah yang dihadapi
b Mengambil keputusan tepat
c Menyelesaikan masalah secara optimal
d Menunjukkan pikiran jernih
2. Inteligensi verbal, yang mencakup :
a. Kosa-kata yang baik
b. Membaca dengan penuh pemahaman
c. Ingin tahu secara intelektual, dan
d. Menunjukkan keingintahuan
3. Inteligensi praktis yang meliputi :
a. Mengetahui situasi
b. Mengetahuni cara mencapai tujuan
c. Sadar terhadap dunia sekitar, dan
d. Menunjukkan minat terhadap dunia luar
Ciri-ciri inteligensi yang tinggi antara lain :
1. Adanya kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan problem mental
dengan cepat
2. Kemampuan mengingat
3. Kreativitas yang tinggi

4
4. Imajinasi yang berkembang
Sebaliknya, ciri-ciri yang rendah inteligensinya adalah
1. Tidak cepat mengerti
2. Kurang mampu menyelesaikan problem mental yang sederhana.
Istilah inteligensi kepemimpinan ditegaskan oleh webster (dalam murphy, 1998)
sebagai kemampuan untuk menunjukkan jalan, artinya tingkat dimana seorang
pemimpin mampu untuk menggunakan kemampuan akal, kemampuan untuk belajar
dari pengalaman, untuk memperoleh dan mempertahankan pengetahuan untuk
memberikan respons dengan baik terhadap situasi-situasi baru untuk membimbing
atau menunjukkan tindakan atau pemikiran yang efektif kepada orang lain.
2.4 PENDEKATAN DALAM KECERDASAN INTELEKTUAL
Freeman (1962) ada 2 pendekatan untuk menjelaskan hakikat intelegensi, yaitu :
1. Pendekatan operasional
Konsepsi berbagai definisi operasional tentang intelegensi dikemukakan oleh
beberapa ahli. Guilford (1971); Anastasia (1976); dan Freeman (1962) yang
dikutip Shiddiq mengklasifikasikan tiga aspek yaitu :
a. Intelegensi sebagai abilitas untuk menyesuaikan diri terhadap situasi baru
b. Intelegensi sebagai abilitas untuk belajar, dan
c. Intelegensi sebagai abilitas untuk berpikir abstrak, artinya kemampuan untuk
menggunakan ide-ide konsep-konsep dan simbol-simbol verbal, numeral, IPA
maupun kemampuan untuk menggunakan formula-formula
2. Pendekatan factorial
Teknik analisis faktor semula dirintis oleh Spearmen, yang kemudian cepat
berkembang dalam lapangan psikologi. Spearmen (1927) menyatakan bahwa
setiap tingkah laku manusia termasuk intelegensi dimungkinkan oleh adanya dua
faktor, yaitu :
a. General ability (faktor umum) yang biasa dilambangkan dengan huruf “G”
yang mendasari segala tingkah laku manusia dan tergantung pada keturunan

5
b. Special ability (faktor khusus) yang biasa dilambangkan dnegan huruf “S”.
hanya berfungsi pada tingkah laku tertentu atau khusus saja dan di pengaruhi
oleh pengalaman yaitu lingkungan dan pendidikan.
Binet (dalam Azwar, 1996) mengatakan intelegensi bersifat monogenetic, yaitu
berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum. Intelegensi merupakan
sistem tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses
kematangan seseorang. Lebih lanjur Binet menggambarkan intelegensi sebagai
sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan
menilai tingkat perkembangan individu berdasar criteria tertentu. Jadi untuk melihat
seseorang inteligen atau tidak, dapat diamati dari cara dan kemampuannya untuk
melakukan sesuatu tindakan dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya
itu apabila perlu.
Thurstone (dalam Azwar, 1996) dalam teorinya mengatakan bahwa kemampuan
mental dapat dikelompokkan ke dalam 6 faktor dan bahwa intelegensi dapat diukur
dengan melihat sampel perilaku seseorang dalam keenam bidang dimaksud. Lebih
lanjut dikatakan suatu perilaku intelegen adalah hasil dari bekerjanya kemampuan
mental tertentu yang menjadi dasar performasi dalam tugas tertentu pula. Keenam
faktor kemampuan tersebut adalah :
1. Verbal, yakni pemahaman hubungan kosa-kata dan penguasaan komunikasi lisan
2. Number, yakni kecermatan dan kecepatan dalam penggunaan fungsi-fungsi
hitung dasar
3. Spatial, yakni kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk
visual
4. Word fluency, yaitu kemampuan untuk mencermati dengan cepat kata-kata
tertentu
5. Memory, yakni kemampuan mengingat gambar-gambar, pesan-pesan, angka-
angka, kata-kata dan bentuk-bentuk pola
6. Reasoning, yaitu kemampuan untuk mengambil simpulan atau memecahkan
masalah

6
2.5 JENIS-JENIS KECERDASAN INTELEKTUAL
Gardner merumuskan konsep intelegensi yang dikenal dengan multiple
intelligence dalam 10 jenis kecerdasan yaitu :
1. Intelegensi linguistic
a. Cakap berbicara
b. Terampil menyimak dan bermain bahasa
c. Cepat menangkap informasi lewat kata-kata
d. Mudah menghafal kata-kata
e. Memilih banyak kosa-kata
f. Cepat membaca dan menulis
g. Proses berpikir kritis/kreatif
2. Intelegensi matematik-logis
a. Mudah menggunakan bilangan
b. Rasa ingin tahu yang besar
c. Berargumentasi logis
d. Menduga-duga sesuatu (berhipotesis)
e. Berpikir sistematik-analitik
f. Mudah memahami sebab akibat
g. Mampu memecahkan masalah secara logis
3. Intelegensi spasial
a. Kemampuan analisis
b. Imajinatif
c. Peka terhadap warna, garis, bidang, ruang, dan bangunan
d. Senang menggambar/melukis
e. Kreatif menciptakan sesuatu lebih bermakna
f. Menerima pikiran orang lain
g. Mengakui kesalahan
h. Mampu membaca gerakan tubuh
4. Intelegensi musical
a. Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat

7
b. Dapat mengikuti irama
c. Mendengar music dengan tingkat ketajaman lebih
5. Intelegensi kinestik
a. Mdnikmati kegiatan fisik (olahraga)
b. Cekatan dan tidak bisa tinggal diam
c. Berminta dengan segala sesuatu
6. Intelegensi interpersonal
a. Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka
b. Menjalin kontak mata dengan baik
c. Menunjukan empati pada orang lain
d. Mendorong orang lain menyampaikan kisahnya
7. Intelegensi intrapersonal
a. Membedakan berbagai macam emosi
b. Mudah mengakses perasaan sendiri
c. Menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing
hidupnya
d. Mawas diri dan suka meditasi
e. Lebih suka kerja sendiri
8. Intelegensi naturalis
a. Mencintai lingkungan
b. Mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang
c. Senang kegiatan diluar alam
9. Intelegensi mengingat (memori)
a. Tajam ingatan
b. Sistematis
10. Intelegensi reasoning (pemecah masalah)
a. Mampu menyimpulkan
b. Mampu memecahkan masalah
Melalui tes IQ (Intelligence quotient), tingkat kecerdasan seseorang dapat
dibandingkan dengan orang lain. Kuisen intelegensi dapat diperoleh melalui

8
pembagian usia mental (mental age) dengan usia kronologis (chronological age).
Lalu diperkalikan dengan angka 100. Hasil perhitungannya dapat ditafsirkan
menurut tabel berikut :
NO. Intelligence Quotient (IQ) Tafsiran
1 0-20 Idiot
2 20-50 Imbesil
3 50-70 Moron
4 70-90 Normal yang tumpul
5 90-110 Normal, rata-rata
6 110-120 Superior
7 120-140 Sangat superior
8 140- _ Berbakat
Lebih khusus, Webster (1990) yang dikutip Sidiq mengartikan kecerdasan
intelektual pemimpin sebagai tingkat seseorang pemimpin mampu menggunakan
akal untuk belajar dari pengalaman, untuk memperoleh dan mempertahankan
pengetahuan dan untuk memberikan respons dengan baik terhadap situasi-situasi
baru untuk membimbing atau menunjukan tindakan atau pemikiran yang efektif
kepada orang lain
2.6 KECERDASAN INTELEKTUAL DALAM KEPEMIMPINAN
Berdasarkan penelitian Murphy (1998) terhadap 18.000 pemimpin kontemporer
di 562 organisasi muncul 1.029 pemimpin otentik yang dikagumi oleh atasan, rekan
sejawat, para bawahan sebagai seorang pemimpin kerja yang efektif. Mereka
memenuhi prinsip-prinsip kepemimpinan untuk melakukan semua hal, dengan
tujuh pernyataan sebagai berikut :
1. Jadilah seorang peraih prestasi
2. Jadilah seorang yang pragmatis
3. Praktikan kerendahan hati yang strategis
4. Jadilah orang yang berfokus pada konsumen
5. Jadilah orang yang mempunyai komitmen
6. Belajarlah untuk menjadi orang yang optimis
7. Jadilah orang yang mau dan menerima tanggung jawab

9
Untuk mencapai prinsip kepemimpinan tersebut diperlukan delapan peran
kepemimpinan yang cerdas untuk mengetahui cara mencapai prinsip tersebut, yaitu:
1. Memilih personil dan anggota pimpinan yang tepat.
2. Menghubungkan mereka dengan penyebab yang tepat
3. Mengatasi masalah-masalah yang muncul
4. Mengevaluasi kemajuan untuk mencapai tujuan,
5. Melakukan negosiasi resolusi terhadap konflik,
6. Menyembuhkan luka yang ditimbulkan oleh perubahan
7. Melindungi kultur mereka dari bahaya krisis, dan
8. Mensinergikan semua potensi sehingga memungkinkan mereka mencapai
kemajuan bersama-sama (Murphy,1998).
Aspek-aspek tersebut dapat digambarkan secara ringkas indikator kecerdasan
intelektual di kemukakan sebagai berikut :
1. Pemilih
Bertujuan untuk memilih konsmen secara selektif dan akurat. Artinya, bahwa
tujuan utama dari proses seleksi adalah menempatkan orang yang tepat di tempat
yang tepat untuk melakukan pekerjaan yang tepat. Ini juga dapat dianalogikan
bahwa hidup dan pekerjaan merupakan pilihan, dan membuat pilihan yang tepat
bergantung pada pembetukan nilai-nilai dan mengembangkan prinsip yang
didasarkan pada nilai-nilai itu, yaitu prinsip-prinsip yang tepat, para pemimpin
kerja mengalihkan perhatian mereka untuk mendorong hubungan-hubungan
yang memungkinkan pada individu untuk bekerja sebagai sebuah tim. Tuhan
Yang Maha Esa telah menegaskan “di antara yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih personil pimpinan atau anggota adalah yang sehat dan kuat fisiknya
serta memilih integritas”. (Q.S. 28:26).
2. Penghubung
Bertujuan untuk membangun dan meningkatkan hubungan-hubungan melalui
metode komunikasi yang fleksibel. Pemimpin harus meluangkan waktu untuk
menilai pemimpin harus melangkan waktu untuk menilai tingkat komitmen dan
gaya hubungan dengan tujuan yang jelas dalam menentukan dan menghilangkan

10
perbedaan-perbedaan yang ada sekarang dengan yang diinginkan. Dengan tujuan
ini diharapkan dapat mempertimbangkan cara komunikasi mereka, memilih
bahasa yang dipahami oleh audiens terget mereka. Untuk meningkatkan
hubungan harus berpegang pada strategi dan taktik, artinya dengan strategi
tertentu untuk membangun komitemen, harus memilih taktik yang bisa
menggerakkan orang untuk naik ke tangga koneksi yang lebih tinggi. Hal
tersebut dimaksudkan para pemimpin kerja semuanya merupakan penghubung
fleksibel yang cakap. Tuhan Yang maha Esa telah menegaskan seorang
pemimpin harus menunjukkan sikap yang ramah dan persuasif, jika tidak maka
akan kontra produktif (Q.S. 3:159)
3. Pemecah Masalah
Manfaat pemecahan masalah adalah untuk memperoleh hasil-hasil yang akan
dicapai secara efektif. Adapun orang-orang yang memiliki kecerdasan
intelektual (KI) tinggi mempunyai keinginan untuk mengendalikan kehidupan
mereka dan mencoba membuat orang lain tidak mengendalikan diri mereka.
Mereka menjadi model pean tanggung jawab individu di tempat kerja. Para
pemecah masalah yang terbaik adalah menggunakan proses analisis yang
sederhana untuk menjaga pekerjaan tetap terfokus secara bertanggung jawab.
Para pemimpin harus mencari data yang akan membantu mengindentifikasi
peluang-peluang perubahan, dan melihat masalah-masalah sebenarnya yang ada
dibalik permukaan prosedur dan protokol serta solusi-solusi yang bisa
dijalankan. Artinya adalah, para pemimpin kerja menggunakan peran pemecahan
masalah adalah untuk memperkuat komitmen dan optimisme mereka da untuk
mempersiapkan para kolega/teman mereka memanfaatkan peluang untuk
memperoleh sinergitas pencapaian.
4. Evaluator
Peranannya adalah bertujuan untuk mengingkatkan kinerja individu. Evaluasi
yang efektif dimulai sebagai tindakan strategis dimana para individu yang
kompeten mempunyai komitmen terhadap diri mereka sendiri untuk
meningkatkan diri secara kontinyu. Saat pemimpin melakukan peran sebagai

11
evaluator, mereka menciptakan megnet positif, yakni satu keyakinan untuk
kesempurnaan karyawan dan organisasi. Oleh karena itu, dengan terciptanya
magnet ini akan mendorong kekuatan yang sangat besar untuk meraih prestasi.
5. Negosiator
Perannya vertujuan untuk melayani konsumen dengan mencapai konsensus
mengenai hal-hal yang harus dilakukan. Untuk memenuhi peran ini, para
pemimpin melakukan dua fungsi khusus, yaitu: (1) melakukan diagnosis
kebutuhan konsumen untuk memahami isu dan berbagai masalah yang harus
diatasi untuk mencapai konsensus, dan (2) mampu mendorong negosiasi ke
konsensus melalui strategi komunikasi yang disiapkan dengan cermat. Peran
negosiator sangat penting bagi efektivitas setiap pemimpin, dan fleksibilitas
negosiasi sebagai alat sehari-hari untuk memperkaya kapasitas.
6. Penyembuh
Untuk memperbaiki struktur kehidupan suatu organisasi. Para pemimpin
kerja harus menyadari sepenuhnya tanggung jawab mereka untuk
menyembuhkan dan mengkatagorisasikan berbagai masalah yang bisa ditangani
dalam pekerjaan sehar-hari dan msalah-masalah yang memerlukan bantuan.
Untuk mememnuhi peran sebagai penyembuh, maka dua alat yang dapat
digunakan, yaitu: (1) alat analisis kebutuhan penyembuhan, dan (2) petunjuk
penyembuhan.
Salah satu alat penyembuhan yang paling sederhana dan kuat adalah
keberanian mengakui kesalahan yang telah dilakukannya dan mengetahui
potensi yang ada untuk pembaharuan dan penyembuhan yang dimiliki oleh
pimpinan. Ini memerlukan kemampuan untuk memiliki pemikiran terfokus di
tengah-tengah luka emosional dan fisik yang hebat.
7. Pelindung
Bertujuan untuk melakukan diagnosis dan memberikan respons terhadap
berbagai ancaman terhadap kesejahteraan organisasi. Pelindung memberikan
respons terhadap berbagai krisis yang merupakan ancaman dan berpotensi
menghancurkan karyawan serta organisasi. Peran pemimpin dimaksudkan selalu

12
bisa menghadapi situasi-situasi yang paling sulit dan bahkan mengubah situasi
sulit menjadi peluang. Allah SWT menegaskan: “kesulitan bukan sesuatu yang
harus dihindari tetapi sesuaitu yang harus dihadapi, karena dibalik kesulitan pasti
ada kemudahan yang akan menjadi jalan keluar (Q.S. 84:5-6)”.
8. Synergizer
Synergizer bertujuan menciptakan totalitas sistem yang lebih besar dibanding
komponen-komponennya. Seorang Synergizer memberikan struktur yang lebih
luas pada individu dan tim secara bersama-sama mencapai tujuan yang lebih
besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Melaui peran ini, para pemimpin
dengan kuat menggunakan prinsip-prinsip determinasi diri beserta unsur-
unsurnya, tanggung jawab pribadi, ke dalam organisasi yang dipimpinnya. Para
Synergizer berusaha menggali ke dalam realitas operasional organisasinya,
membantu karyawan mencapai tujuan pekerjaannya, dan membantu melakukan
yang terbaik untuk meraih prestasi yang lebih tinggi. Semua ini akhirnya akan
bermakna pada visi, strategi, dan taktik yang benar untuk memanfaatkan
perubahan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam kamus psikologi (1987) intelegensi diartikan sebagai kemampuan
berurusan dengan abstraksi-abstraksi, mempelajari sesuatu, dan kemampuan
menangani situasi-situasi baru. Intelegensi sebagai keseluruhan kemampuan
individu untuk berpikir dan bertindak terarah serta mengelola dan menguasai
lingkungan secara efektif.
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan berpikir dan bertindak secara tepat
dan belajar dari pengalaman untuk memberikan respons dengan baik sebagai
pemilih yang tepat, penghubung, pemecah masalah, negosiator, pelindung,
penyembuh serta pembangun sinergi dalam mengelola sumber daya sekolah secara
efektif dan efisien.
Dari pembahasan yang telah di paparkan di atas, sudahlah jelas bahwasanya
seorang harus memiliki kecerdasan intelektual, tidak hanya itu kita harus memiliki
kecerdasan emosional dan spiritual, karena keduanya mempunyai pengaruh yang
lebih besar ketimbang kecerdasan intelektual.
3.2 SARAN
Didalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan kelompok. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
yang bersifat membangun dari setiap pihak yang terkait. Sehingga, kami dapat
menjadikannya sebagai motivasi guna perbaikan dalam proses belajar kami
selanjutnya. Kelompok juga berharap agar setiap isi dari makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Masaong, Abd. Kadim. 2019. Supervisi pembelajaran dan pengembangan kapasitas


guru, memperkuat otonomi pengawasan dan kepala sekolah untuk penguatan
transformasi etos. Cetakan ke-3, Alfabeta : Bandung
Masaong, Abd. Kadim & Tilome Arfan A. 2014. kpemimpinan pendidikan berbasis
multiple intelligence (Sinergi kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual
untuk meraih kesuksesan yang gemilang). Cetakan ke-3, Alfabeta : Bandung
Sarita, Dian. 2017. Kecerdasan (Intellegence) Bab I: Pendahuluan Latar Belakang
Manusia Beraktivitas. Online : https://www.academia.edu/7871017/KECERDAS
AN_INTELLEGENCE_BAB_I_PENDAHULUAN_LATAR_BELAKANG_Man
usia_beraktivitas

15

Anda mungkin juga menyukai