Anda di halaman 1dari 13

Makalah

“Perbedaan Kemampuan Individu”


Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengajar : SUHARNIS. S.Ag.M.Ag

Disusun Oleh:
1. Mohammad Jafar (201010083)
2. Sri Rawinda (201010086)

JURISAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN(FTIK) INSTITUT
AGAMA ISLAM PALU (IAIN PALU)
TAHUN AJARAN
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak
lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Perbedaan
Kemampuan Individu”. Pada makalah ini membahas secara detail tentang intelegensi
Selama proses penyusunan makalah, kami mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak. Kami sangat berterima kasih terutama kepada dosen matakuliah Psikologi
Pendidika,, Bapak SUHARNIS. S.Ag.M.Ag. Dan tak lupa pula teman-teman kelas PAI 3 yang
berkontribusi dalam kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Akan tetapi dari
pembuatan makalah ini pasti ada kekurangan atau ketidakpasan tentang masalah yang kami bahas
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami harap agar semua pihak dapat

Wassalammualaikum Wr.Wb.

Palu, Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Pengertian Intelegensi ......................................................................................... 3
B. Ciri – Ciri Perbuatan Intelegensi ......................................................................... 4
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi ................................................. 4
D. Pengukuran Intelegensi ....................................................................................... 6
E. Teori Multiple Intelegences atau Intelegensi Majemuk ...................................... 6
F. Hubungan Intelgensi Dengan Kehidupan Seseorang .......................................... 8
BAB III. PENUTUP .......................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di zaman modern saat ini, masyarakat umum mengenal inteligensi sebagai istilah
yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan untuk memecahkan
problem yang dihadapi. Gambaran tentang anak yang berintelegensi tinggi adalah
gambaran mengenai siswa yang pintar, siswa yang selalu naik kelas dengan nilai baik, atau
siswa yang jempolan di kelasnya. Bahkan Gambaran ini meluas pada citra fisik, yaitu citra
anak yang wajahnya bersih, berpakaian rapi, matanya bersinar, atau berkacamata.
Sebaliknya, gambaran anak yang berinteligensi rendah membawa citra seseorang yang
lamban berfikir, sulit mengerti, prestasi belajarnya rendah, dan mulut lebih banyak
menganga disertai tatapan mata bingung.
Pandangan awam sebagaimana digambarkan di atas, walaupun tidak memberikan
arti yang jelas tentang inteligensi namun pada umumnya tidak berbeda jauh dari makna
inteligensi sebagaimana yang dimaksudkan oleh para ahli. Adapun definisinya, makna
inteligensi memang mendeskripsikan kepintaran dan kebodohan.
Pada umumnya, para ahli menerima pengertian akan inteligensi sebagaimana
istilah tersebut digunakan oleh orang awam. Kekaburan lingkup konsep mengenai
inteligensi menyebabkan sebagian ahli bahkan tidak merasa perlu untuk berusaha
memberikan batasan yang pasti. Bagi mereka ini banyak diantara definisi yang telah
dirumuskan ternyata terlalu luas untuk dapat disalahkan dan terlalu kabur untuk dapat
dimanfaatkan

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan intelegensi ?
2. Apa ciri-ciri intelegensi ?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi ?
4. Bagaimana pengukuran dalam intelegensi ?
5. Bagaimana teori multiple intelegence atau intelegensi majemuk ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian intelegensi
2. Untuk mengetahui ciri-ciri intelegensi
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
4. Untuk mengetahui pengukuran dalam intelegensi.
5. Untuk mengetahui teori multiple intelegence atau intelejen majemuk

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris Intelligence. Intelligence sendiri adalah
terjemahan dari bahasa Latin intellectus dan intelligentiae. Teori tentang intelegensi
pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol tahun 1951 Spearman dan
Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat
melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Intelegensi atau Intelegensi
diartikan dalam berbagai dimensi oleh para ahli. Donald Stener, seorang Psikolog
menyebut intelegensi sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan pegetahuan yang
sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah. Tingkat intelegensi dapat diukur dengan
kecepatan memecahkan masalah-masalah tersebut. Intelegensi secara umum dapat juga
diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk
tugas atau keterampilan tertentu. Sedangkan menurut Claparde dan Stern intelegensi
adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi
baru.
Para ahli psikologi memiliki pendapat yang berbeda tentang definisi psikologi,
berikut adalah pengertian intelegensi yang diuraikan oleh beberapa tokoh :
1. Andrew Crider Tahun (1983), mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik,
mudah untuk diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan.
2. Alfred Binet, tokoh utama perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi
terdiri atas tiga komponen, yaitu :
a. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan;
b. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah
dilaksanakan;
c. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto criticism;
3. David Wechsler (1958), pencipta skala-skala intelegensi Wechsler yang popular
mendefinisikan intelegensi sebagai totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak
dengan tujuan tertentu, berfikir secara nasional, serta menghadapi lingkungannya
dengan efektif.

3
4. Walters dan Gardnes (1986), mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian
kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau
produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.
5. Flynn (1987), mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara
abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.[2]
Meskipun terdapat berbagai pendapat para ahli dalam mendefinisikan intelegensi,
namun intelegensi dapat disimpulkan bahwa :
1. Intelegensi merupakan kemampuan umum mental individu yang tampak dalam caranya
bertindak / berbuat atau dalam memecahkan masalah atau dalam melaksanakan suatu
tugas.
2. Intelegensi merupakan suatu kemampuan umum individu yang menunjukkan kualitas
kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya dalam bertindak / berbuat atau memecahkan
masalah atau tugas yang dihadapi.

B. Ciri-ciri Perbuatan Intelegensi


Suatu perbuatan dapat dianggap intelegen bila memenuhi beberapa ciri, antara lain:
1. Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang
bersangkutan.
2. Perbuatan intelegen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis.
3. Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang
bersangkutan.
4. Keterangan pemecahan masalahnya harus dapat diterima oleh masyarakat.
5. Perbuatan intelegen bercirikan kecepatan, cepat tanggap dan tangkas.
6. Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu
jalannya pemecahan masalah yang dihadapi.
Contoh perbuatan yang menyangkut intelejensi: jika seseorang mengamati taman
bunga, ini adalah persepsi. Tetapi kalau ia mengamati bunga-bunga yang sejenis atau mulai
menghitung, menganalisa, membandingkan dari berbagai macam bunga yang ada dalam
taman tersebut, maka perbuatannya sudah merupakan perbuatan yang berintelegensi.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi


Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi
yang berbeda. Hal ini seperti yang disebutkan diatas ada pandangan yang menekankan pada
bawaan (pandangan kualitatif) dan ada yang menekankan pada proses belajar (pandangan

4
kuantitatif) sehingga dengan adanya perbedaan pandangan tersebut dapat diketahui bahwa
intelegensi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebgai berikut :
1. Pengaruh Faktor Bawaan, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu
yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka
berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara (
+ 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – + 0,20 ).
2. Pengaruh Faktor Lingkungan, perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan
intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh
lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif
emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti
pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa
peka).
3. Stabilitas Intelegensi Dan IQ, intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu
konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes
intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi).
Stabilitas inyelegensi tergantung perkembangan organik otak.
4. Pengaruh Faktor Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika
ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
5. Pengaruh Faktor Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.
6. Minat Dan Pembawaan yang Khas, minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan
dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-
dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
7. Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang
tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih
metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan
intelegensi atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah
satu faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta
menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.

5
D. Pengukuran Intelegensi
Tingkat intelegensi seseorang tidak dapat diketahui hanya berdasarkan perkiraan
melalui pengamatan, melainkan harus diukur dengan menggunakan alat khusus yang
dinamakan tes intelegensi atau Intelligence Quotient (IQ). Walgito (1997) (dalam Khadijah,
2009 : 92) mengemukakan bahwa orang yang dapat dipandang sebagai orang yang pertama
menciptakan tes intelegensi adalah Binet.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu
terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa
inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga
terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory
of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS
(Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence
Scale for Children) untuk anak-anak.
Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang
lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.
Dari hasil pengukuran tes intelegensi, akan diperoleh tingkatan intelegensi,
diantaranya tingkat jenius, normal, rendah, dan terbelakang.
a. Jenius, kemampuan yang luar biasa, dalam ukuran / tingkatan diatas 140
b. Normal, mempunyai tingkatan ukuran yang rata-rat 100-110, atau yang disebut
Intelegensi yang rata-rata
c. Rendah, kemampuan dibawah rata-rata, tingkat ukurannya antara 70-90
d. Keterbelakangan
Anak yang mempunyai kemampuan sangat rendah dan sangat sulit untuk melakukan
tugas atas dirinya. Diantara keterbelakangan ini disebut dengan:
1) Idiot (IQ 0-29), keterbelakangan yang sangat rendah sekali kemampuannya seperti anak
bayi.
2) Imbecile (IQ 30-40), lebih meningkat dari idiot, biasanya anak yang umur 7 tahun
kemampuan Intelegensinya sama dengan anak yang berumur 3 tahun.
3) Debil (IQ 41-90), yaitu orang yang sedikit kekurangan /kelemahan mentalnya.

E. Teori Multiple Intelligences (Intelegensi Majemuk)


Teori Multiple Intelligences (MI) dikembangkan oleh Howard Gardner, ahli
psikologi perkembangan dan guru besar pendidikan pada Graduate School of Education,
Harvard University, Amerika Serikat. Teorinya tentang MI dipublikasikan pada tahun 1993.

6
Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan
menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacammacam dan dalam situasi yang
nyata.5 Gardner menemukan—setidaknya-- sembilan inteligensi yang dimiliki peserta
didik, yaitu :
1. Intelegensi linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik
untuk memengaruhi maupun memanipulasi. Dalam kehidupan sehari-hari Intelegensi
linguistik bermanfaat untuk: berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis.
2. Intelegensi logis- matematis yaitu melibatkan ketrampilan mengolah angka atau
kemahiran mengunakan logika atau akal sehat. Dalam kehidupan sehari-hari bermanfaat
untuk : menganalisa laporan keuangan, memahami perhitungan utang nasional, atau
mencerna laporan sebuah penelitian.
3. Intelegensi visual dan spasial yaitu melibatkan kemampuan seseorang untuk
memisualisaikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya dalam
bentuk dua atau tiga dimensi. Intelegensi ini sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek
kehidupan sehari-hari, misalnya: saat menghias rumah atau merancang taman,
menggambar atau melukis, menikmati karya seni.
4. Intelegensi musik yaitu melibatkan kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi
musik, memunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati musik. Manfaat dari
Intelegensi ini dapat dirasakan dalam banyak hal dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya: saat menyanyi, memainkan alat musik, menikmati musik di TV/ Radio.
5. Intelegensi interpersonal yaitu melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja
dengan orang lain. Intelegensi ini melibatkan banyak hal misalnya: kemampuan
berempati, kemampuan memanipulasi, kemampuan “membaca orang”, kemampuan
berteman
6. Intelegensi intrapersonal adalah Intelegensi memahami diri sendiri, Intelegensi untuk
mengetahui “siapa diri saya sebenarnya”, untuk mengetahui “apa kekuatan dan
kelemahan saya”. Ini juga merupakan Intelegensi untuk bisa merenungkan tujuan hidup
sendiri dan untuk memercayai diri sendiri.
7. Intelegensi kinestetik adalah Intelegensi seluruh tubuh dan juga Intelegensi tangan.
Dalam dunia sehari-hari Intelegensi ini sangat dibutuhkan, misalnya: membuka tutup
botol, memasang lampu di rumah, memerbaiki mobil, olah raga, dan berdansa.

7
8. Intelegensi naturalis yaitu melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di
sekitar kita. Dalam kehidupan sehari-hari Intelegensi itu sangat dibutuhkan untuk
berkebun, berkemah, atau melakukan proyek ekologi.
9. Intelegensi Eksistensial adalah kemampuan dan kepekaan seseorang untuk menjawab
persoalan-persoalan terdalam mengenai keberadaan manusia, misal sering muncul
pertanyaan dalam diri sendiri mengapa aku ada, apa makna dari hidupku ini, bagaimana
seseoramg bisa mencapai tujuan hidup yang sejati, mengapa seseorang harus mati, bila
sudah mati ke mana.

F. Hubungan Intelegensi dengan Kehidupan Seseorang


Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa intelegensi ialah kemampuan umum
mental individu yang nampak dalam caranya bertindak atau berbuat dalam memecahkan
masalah atau dalam melaksanakan tugas yang taraf kualitas kemampuannya diukur dengan
kecepatan, ketepatan dan keberhasilan dalam pelaksanaannya. Dalam kenyataan sebenarnya
sulit untuk menentukan korelasi antara intelegensi seseorang dengan kehidupannya.
Memang kecerdasan atau intelegensi seseorang memainkan peran yang penting dalam
kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks. Intelegensi bukan satu-
satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang, banyak lagi faktor
yang lain.
Faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan tidak dapat kita abaikan. Orang yang
sakit-sakitan saja meskipun intelegensinya tinggi dapat gagal dalam berusaha
mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas tapi tak
ada kesempatan mengembangkan dirinya dapat gagal pula. Juga watak (pribadi) seseorang
sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak orang-orang yang sebenarnya memiliki
intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini
disebabkan karena misalnya kekuranganmampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam
masyarakat, atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi sehingga tidak atau kurang adanya
untuk mencapainya.
Sebaliknya ada pula yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja, tetapi
dapat maju dan mendapat kehidupan lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan
tidak banyak faktor-faktor yang mengganggu atau merintanginya. Akan tetapi intelegensi
yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan bekembang, meskipun
orng gigih dan tekun dalam usahanya.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Intelegensi merupakan kemampuan umum mental individu yang tampak dalam
caranya bertindak / berbuat atau dalam memecahkan masalah atau dalam melaksanakan
suatu tugas. Kesimpulan lainnya, intelegensi juga merupakan suatu kemampuan umum
individu yang menunjukkan kualitas kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya dalam
bertindak / berbuat atau memecahkan masalah atau tugas yang dihadapi.
Suatu perbuatan dapat dianggap intelegen bila memenuhi beberapa ciri, antara
lain: (1) Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi
yang bersangkutan; (2) Perbuatan intelegen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis; (3)
Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan;
(4) Keterangan pemecahan masalahnya harus dapat diterima oleh masyarakat; (5)
Perbuatan intelegen bercirikan kecepatan, cepat tanggap dan tangkas; (6) Membutuhkan
pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan
masalah yang dihadapi.
Intelegensi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebgai berikut : (1) pengaruh faktor
bawaa; (2) pengaruh faktor lingkungan (3) stabilitas intelegensi dan IQ; (4) pengaruh faktor
kematangan; (5) pengaruh faktor pembentukan; (6) minat dan pembawaan yang khas; (7)
kebebasan.
Multiple Intelegences atau Intelegensi Majemuk adalah kemampuan untuk
memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang
bermacammacam dan dalam situasi yang nyata.
Dalam kenyataan sebenarnya sulit untuk menentukan korelasi antara intelegensi
seseorang dengan kehidupannya. Memang kecerdasan atau intelegensi seseorang
memainkan peran yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat
kompleks. Intelegensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya
kehidupan seseorang, banyak lagi faktor yang lain.

9
DAFTAR PUSTAKA

- http://jefriirawansusianto.blogspot.com/2014/04/kemampuan-dan-intelegensi.html
- https://www.slideshare.net/maiasy7/intelegensi-kemampuan-berpikir-dan-emosi
- https://www.academia.edu/28859344/MAKALAH_INTELEGENSI
- http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2216/4/bab%20II.pdf
-

10

Anda mungkin juga menyukai