TEORI INTELIGENSI/KECERDASAN
MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI
UMUM
DOSEN PENGAMPUN : PRENGKI ADE CHANDRA, M.Pd.I
DISUSUN OLEH :
HAMIDAH : PU.04.223.0540
ASRI YANI : PU.04.223.05
WIDIYA HADJIYATI : PU.04.223.0554
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG……………………………………………………………………………………………………………………………
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENGERTIAN INTELIGENSI/KECERDASAN
TEORI INTELIGENSI/KECERDASAN………………………………………………………………………………………………..
CIRI-CIRI INTELIGENSI/KECERDASAN…………………………………………………………………………………………….
MANFAAT INTELIGENSI/KECERDASAN
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………………
KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………………………….
SARAN…………………………………………………………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dizaman modern saat ini, masyarakat umum mengenal inteligensi sebagai istilah
yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan untuk memecahkan
problem yang dihadapi. Gambaran tentang anak yang berinteligensi tinggi adalah gambaran
mengenai siswa yang pintar, siswa yang selalu naik kelas dengan nilai yang baik, atau siswa
yang jempolan di kelasnya. Bahkan gambaran ini meluas pada citra fisik, yaitu citra anak
yang wajahnya bersih, berpakaian rapi, matanya bersinar, atau berkacamata. Sebaiknya,
gambaran anak yang berinteligensi rendah membawa citra seseorang yang lambat berfikir,
sulit mengerti, prestasi belajarnya rendah, dan mulut lebih banyak menganga disertai
tatapan mata bingung.
Pandangan awam sebagaimana digambarkan diatas, walaupun tidak memberikan
arti yang jelas tentang inteligensi namun pada umumnya tidak berbeda jauh dari makna
inteligensi sebagaimana dimaksudnya oleh para ahli. Adapun definisinya, makna inteligensi
memang mendeskripsikan kepintaran dan kebodohan.
Pada umumnya, para ahli menerima pengertian akan inteligensi sebagaimana istilah
tersebut digunakan oleh orang awam. Kekaburan lingkup konsep mengenai inteligensi
menyebabkan Sebagian ahli bahkan tidak merasa perlu untuk berusaha memberikan
Batasan yang pasti. Bagi mereka ini banyak diantara definisi yang telah dirumuskan
ternyata terlalu luas untuk dapat disalahkan dan terlalu kabur untuk dapat dimanfaatkan.
B. RUMUS MASALAH
a. Apa definisi dari kecerdasan (inteligensi)
b. Apa teori-teori tentang kecerdasan (inteligensi)
c. Apa definisi kecerdasan majemuk
d. Apa ciri-ciri dari setiap jenis kecerdasan majemuk
e. Bagaimana strategi pembelajaran menggunakan kecerdasan majemuk
f. Apa saja manfaat dari multiples intelligences dalam pendidikan
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui definisi dari kecerdasan
b. Untuk mengetahui teori kecerdasan
c. Untuk mengetahui definisi kecerdasan majemuk
d. Untuk mengetahui ciri-ciri dari setiap jenis kecerdasan majemuk
e. Untuk mengetahui strategi pembelajaran menggunakan kecerdasan majemuk
f. Untuk mengetahui manfaat dari multiples intelligences dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INTELIGENSI
a. Alfred Binet (1857-1911)
Inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan
pikiran atau tindakkan, kemampuan untuk mengubah arah Tindakan bila
Tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri
(autocriticism).
b. Lewis Madison terman (1916)
Mendefenisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara
abstrak.
c. H.H. Goddard (1946)
Mendefenisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan untuk mengantisifasi
masalah-masalah yang akan datang.
d. V.A.C. Henmon
Mangatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk
memproleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diproleh.
e. Baldwin (1901)
Mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami.
f. Edward Lee Thorndike (1913)
Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon yang
baik dari pandangan kebenaran atau fakta.
g. Walters dan Gardber (1986)
Mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian
kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah,
atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.
B. TEORI-TEORI INTELIGENSI
Menurut sudut pandang mengenai faktor-faktor yang menjadi elemen
inteligensi, maka teori-teori inteligensi dapat digolongkan dalam paling tidak tiga
golongan. Penggolongan pertama adalah teori-teori yang berorientasi pada faktor
tunggal, yang kedua adalah teori-teori yang berorientasi pada dua faktor, dan yang
ketiga adalah teori yang berorientasi pada faktor ganda. Walaupun demikian, uraian
ringkasan mengenai teori- teori inteligensi berikut tidak akan mengutamakan
pengelompokan tersebut. Kita akan menyajikan setiap teori dibawah nama tokohnya
masing-masing.
1. Alfred Binet
Menurut binet, inteligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus
berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang.
2. Edward Lee Thorndike
Menyatakan bahwa inteligasi terdiri atas beragai kemampuan spesifik yang
ditampakkan dalam wujud prilaku inteligensi. Oleh karena itu, teorinya
dikategorikan kedalam teori inteligensi faktor ganda.
3. Charles E. Spearman
Pandangan spearman (1927) mengenai inteligensi ditunjukkan dalam teorinya
mengenai kemampuan mental yang popular dengan nama teori dua faktor.
4. Louis Leon Thurstone & Thelma Gwinn Thurstone
Mereka memiliki pandangan mengenai inteligensi yang berbeda dari teori
thorndike, sekalipun teori mereka dapat juga digolongkan dalam teori faktor
ganda.
5. Cyril Burt
Ia mengatakan bahwa kemampuan mental terbagi atas beberapa faktor yang
berbeda pada tingkatan-tingkatan yang berbeda. Faktor tersebut adalah faktor
umum, faktor-faktor kelompok besar, faktor-faktor kelompok kecil, dan faktor-
faktor spesifik.
Selain itu masih banyak lagi teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli seperti,
Philip Ewart Vernon, Joy Paul Gull Ford, Halstead, Donald Olding Hebb, Raymond
Bernard Cattel, Jean Piaget, Howard Gardner.
Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat
dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang
bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat
penting.
4. Faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembanga. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan
telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak
diherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-
soal matematika dikelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih
terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum
matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat
dengan faktor umur.
Kalima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan
yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya
berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.
B. SARAN
Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini,
maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari para
pembaca demi kesempuraan makalah ini, atas masukan kritikkan dan sarannya,
penulis ucapkan terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti dan wahyuni. 2003.multiple intelligences & application.salatiga;
Gernard, howard.2011.frames of mind:the theory of multiples intelligences.new York;basic
book
Sandjaja,stefanus.2006.teori multiple intelligences dan aplikasinya di Pendidikan anak usia
dini. Semarang