Anda di halaman 1dari 23

INTELLIGENCE DAN MULTIPLE INTELLIGENCE

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:


Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Arizka Harisa, S.Psi, M.Si

Disusun Oleh:

Disusun oleh:

Alif Budiawan 211310158


Dayuh Heryanto 211310161
Emilia Sri Wulandari 211310167

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN JAKARTA
1444 H/2022 M
KATA PENGANTAR

‫ــــــــنِالّ َر ِحيــــــــ ِم‬


ِِ ‫ْــــــــمِالّلَــــــــ ِِهِالّ َرحْ َم‬
ِِ ‫ِبس‬
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat,
taufik dan inayah-Nyalah, makalah ini dapat terwujud. Sholawat serta salam
semoga tetap terlimpah pada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga sahabatnya
dan kepada seluruh umat Islam selaku pengikutnya, semoga kita semua
mendapatkan syafa’atnya di yaumil qiamat nanti.
Makalah ini diajukan kepada Ibu Arizka Harisa, S.Psi, M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan sebagai tugas kelompok. Makalah ini
berjudul ”Inteligensi dan Multiple Intelligence” yang di dalamnya memuat materi
Definisi Inteligensi, Pengukuran Inteligensi, Definisi Multiple Intelligences,
Macam-macam Multiple Intelligences, Talim Muta’alim pasal 3, in syaa Allah
dapat bermanfaat untuk pembaca maupun penulis. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dan ikut membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaaat bagi kita semua. Aamiin.

Jakarta, 09 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...............................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Definisi Inteligensi .................................................................................. 3
B. Pengukuran Inteligensi .......................................................................... 4
C. Definisi Multiple Intelligences ............................................................... 6
D. Macam-macam Multiple Intelligences ................................................. 7
E. Talim Muta’alim pasal 3 ...................................................................... 13
BAB III ..............................................................................................................19
PENUTUP .........................................................................................................19
A. Kesimpulan ........................................................................................... 19
B. Saran ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya
adalah kecerdasan. Manusia memiliki kecerdasan yang jauh lebih tinggi
dibandingkan makhluk hidup lainnya. Dengan kecerdasannya ini, manusia bisa
menguasai dunia dan melangsungkan peradaban. Kecerdasan manusia bisa
berkembang sejalan dengan interaksi manusia dengan alamnya. Dengan kata
lain, manusia mempunyai kemampuan untuk belajar dan meningkatkan potensi
kecerdasannya.1
Kecerdasan yang dimiliki manusia tidak terdapat pada satu sisi saja, tetapi
banyak kecerdasan yang akan ditingkatkan untuk kelangsungan hidupnya.
Kecerdasan itu harus diseimbangkan sehingga dalam mencapai tujuan hidup
dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Kecerdasan dalam menyusun kata-kata
yang baik secara lisan dan tulisan merupakan kecerdasan dalam bahasa.
Seseorang mampu berkarya seperti menulis, berpuisi, dan membaca dengan
baik merupakan salah satu kecerdasan bahasa yang dimilikinya. Demikian juga
dalam menghadapi sesuatu yang melibatkan untuk berpikir secara mendalam.
Seseorang yang memiliki kecerdasan matematik/logika, ia akan mampu
memecahkan masalah dengan baik karena kemampuan analisanya yang tinggi.
Kemampuan berpikir dan kemampuan bahasa merupakan kecerdasan yang
diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan yang memproses manusia menjadi
lebih baik untuk meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya. Oleh sebab itu,
dalam hal ini akan dibahas Multiple Intelligence melalui pendidikan untuk
membantu meningkatkan kecerdasan yang dimiliki peserta didiknya.2

1
Anita Lie, 101 Cara Menumbuhkan Kecerdasan Anak, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2004), Cet ke-2, h. 4.
2
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 112

1
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, untuk memudahkan penjelasan
kami akan memberikan pembahasan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari definisi inteligensi ?
2. Bagaimana pengukuran inteligensi ?
3. Apa definisi multiple intelligences ?
4. Apa saja macam-macam multiple intelligences ?
5. Bagaimana isi dari talim muta’alim pasal 3 ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi inteligensi.
2. Untuk mengetahui pengukuran inteligensi.
3. Untuk mengetahui definisi multiple intelligences.
4. Untuk mengetahui macam-macam multiple intelligences.
5. Untuk mengetahui isi dari talim muta’alim pasal 3.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Inteligensi
Gardner tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan skor semata
dan bukan sesuatu yang dapat dilihat atau dihitung, melainkan dengan ukuran
kemampuan yang diuraikan sebagai berikut: (1) kemampuan untuk
menyelesaikan masalah, (2) kemampuan untuk menghasilkan persoalan-
persoalan baru untuk dipecahkan, (3) kemampuan untuk menciptakan sesuatu
atau memberikan penghargaan untuk budaya seseorang.3
Menurut Edward Lee Thorndike, seorang ahli psikologi pendidikan,
mengklasifikasi inteligensi ke dalam tiga bentuk kemampuan, yakni: 1.
kemampuan abstraksi yakni kemampuan untuk “beraktivitas” dengan
menggunakan gagasan dan simbol-simbol secara efektif; 2. kemampuan
mekanik, yakni kemampuan untuk “beraktivitas” dengan menggunakan alat-
alat mekanis dan kemampuan untuk kegiatan yang memerlukan aktivitas indra-
gerak; 3. kemampuan sosial, yakni kemampuan menghadapi dan menyesuaikan
diri terhadap situasi baru dengan cara-cara yang cepat dan efektif.
Menurut Thorndike, ketiga kemampuan tersebut, dapat saling berkorelasi,
namun mungkin pula tidak. Dengan demikian ada seseorang yang memiliki
daya abstraksi bagus, tetapi lemah dalam bersosialisasi, tetapi ada pula orang
yang bagus dalam melakukan abstraksi, mekanik, dan sosial sekaligus.
Inteligensi menurut Piaget lain lagi. Pandangan ahli perkembangan ini
melihat inteligensi secara kualitatif, berdasarkan aspek isi, struktur, dan
fungsinya. Untuk menjelaskan ketiga aspek tersebut, Piaget mengaitkan
inteligensi dengan periodisasi perkembangan biologis, meliputi sensorimotorik,
praoperasional, konkret operasional, dan abstrak operasional. Pembagian ini
dimaksudkan juga sebagai periode perkembangan kognitif. Di dalam
perkembangan tersebut terkandung konsep kecerdasan atau inteligensi anak.4

3
Baharudin Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007 ), h. 152.
4
Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk, (Jakarta: Universitas

3
B. Pengukuran Inteligensi
Pengukuran inteligensi adalah prosedur pengukuran yang meminta peserta
untuk menunjukkan penampilan maksimum, sehingga pengukuran inteligensi
dilakukan menggunakan tes yang dikenal dengan tes inteligensi. Berikut ini
beberapa pengukuran intellegensi yang banyak digunakan oleh para ahli
psikologi di seluruh dunia:
1. Stanford - Binet Intelligence Scale (Tes Binet)
Materi yang terdapat dalam skala Stanford–Binet berupa sebuah
kotak berisi bermacam-macam benda mainan tertentu yang akan disajikan
pada anak-anak, dua buah buku kecil yang memuat cetakan kartu-kartu,
sebuah buku catatan untuk mencatat jawaban dan skornya, dan sebuah
petunjuk pelaksanaan pemberian tes. Tes-tes dalam skala ini
dikelompokkan menurut berbagai level usia, mulai dari usia 2 tahun
sampai dengan usia dewasa. Dalam masing-masing tes untuk setiap level
usia berisi soal-soal dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda.
Skala Stanford–Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya
diberikan secara lisan oleh pemberi tes. Skala ini tidak cocok untuk
dikenakan pada orang dewasa, sekalipun terdapat level usia dewasa dalam
tesnya, karena level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan
hanya sebagai batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-
anak.

Terbuka, 2008), h. 4.

4
2. The Wechsler Intelligence Scale for Children – Revised ( Tes WISC –
R)
WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan hanya
sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian subtes. Kedua belas
subtes tersebut dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu skala verbal
dan skala performansi.5
Skala Verbal Skala Performansi Skala Verbal Skala Performansi
Information (informasi) Information (informasi)
Comprehension (pemahaman) Comprehension (pemahaman)
Arithmetic (hitungan) Arithmetic (hitungan)
Similarities (kesamaan) Similarities (kesamaan)
Vocabulary (kosakata) Vocabulary (kosakata)
Digit Span (rentang angka) Digit Span (rentang angka)
Keunikan dari WISC-R adalah urutan penyajian subtesnya. Tidak seperti
WAIS ataupun versi WISC terdahulu yang urutannya selalu penyajian
semua subtes verbal kemudian diikuti semua subtes performansi,
penyajian subtes dalam WISC-R dilakukan berganti-ganti antara satu
subtes verbal dan satu subtes performansi.
3. Wechsler Adult Intelligence Scale (Tes WAIS)
WAIS merupakan alat pemeriksaan intelegensi yang bersifat individu. WAIS
merupakan alat tes yang paling populer karena paling banyak digunakan di dunia
saat ini. Semula bernama Wechsler Bellevue Intellegence Scale (WBIS). 6 Tes
intellegensi ini (WAIS) memiliki enam subtes yang terkombinasikan dalam
bentuk skala pengukuran ketrampilan verbal dan lima subtes membentuk suatu
skala pengukuran ketrampilan tindakan.7

5
Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996),
h. 111.
6
Dewa Ketut Sukardi, dkk., Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), h. 24-25.
7
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi, (Bandung: Refika, 2012), h. 97.

5
C. Definisi Multiple Intelligences
Seorang ahli pendidikan lain dari Harvard University bernama Howard
Gardner berpendapat bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Paradigma
ini menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas. Gardner juga menentang
anggapan “cerdas” dari sisi IQ (Intelectual Quotion), yang menurutnya hanya
mengacu pada tiga jenis kecerdasan, yakni logic-matematics, linguistik, dan
spasial. Untuk selanjutnya, Howard Gardner, kemudian memunculkan istilah
multiple intelligences. Istilah ini kemudian dikembangkan menjadi teori
melalui penelitian yang rumit, melibatkan antropologi, psikologi kognitif,
psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi, fisiologi hewan, dan
neuroanatomi.8
Bagi para pendidik dan implikasinya bagi pendidikan, teori multiple
intelligences melihat anak sebagai individu yang unik. Pendidik akan melihat
bahwa ada berbagai variasi dalam belajar, di mana setiap variasi menimbulkan
konsekuensi dalam cara pandang dan evaluasinya. Kecerdasan, menurut
paradigma multiple intelligences, kemampuan yang mempunyai tiga komponen
utama, yakni:
1. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
kehidupan nyata seharihari;
2. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru yang
dihadapi untuk diselesaikan;

8
Gardner, H., & Hatch, T., Multiple Intelligences Go To School: Educational Implications
of the Theory of Multiple Intelligences, (t.tp : Educational Researcher, 1989), h. 4-9

6
3. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang
akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.9
Semua kemampuan tersebut dimiliki oleh semua manusia, meskipun manusia
memiliki cara yang berbeda untuk menunjukkannya.10 Kecerdasan anak juga
didasarkan pada pandangan pokok teori multiple intelligences yakni
Armstrongs, sebagai berikut :
1. Setiap anak memiliki kapasitas untuk memiliki sembilan kecerdasan.
Kecerdasan-kecerdasan tersebut ada yang dapat sangat berkembang,
cukup berkembang, dan kurang berkembang.
2. Semua anak, pada umumnya, dapat mengembangkan setiap kecerdasan
hingga tingkat penguasaan yang memadai apabila ia memperoleh cukup
dukungan, pengayaan, dan pengajaran.
3. Kecerdasan bekerja bersamaan dalam kegiatan sehari-hari. Anak yang
menyanyi membutuhkan kecerdasan musikal dan kinestetik.
4. Anak memiliki berbagai cara untuk menunjukkan kecerdasannya dalam
setiap kategori. Anak mungkin tidak begitu pandai meloncat tetapi
mampu meronce dengan baik (kecerdasan kinestetik), atau tidak suka
bercerita, tetapi cepat memahami apabila diajak berbicara (kecerdasan
linguistik).11
D. Macam-macam Multiple Intelligences
1. Kecerdasan Verbal Linguistic
Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kepekaan seseorang pada bunyi,
struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa. Anak yang memiliki kecerdasan
ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal berkomunikasi lisan dan
tulisan mengarang cerita, diskusi dan mengikuti debat suatu masalah,
belajar bahasa asing, bermain “game” bahasa, membaca dengan
pemahaman tinggi, mudah mengingat ucapan orang lain, tidak mudah salah

9
Sintha Ratnawati, Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
2001), Cet. 2, h. 137
10
Anita Lie, 101 Cara Menumbuhkan Kecerdasan Anak, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2004), h. 29.
11
Paul Suparno, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah: Cara menerapkan
Teori Multiple Intellegences Howard Gardner, (Yogyakarta: KANIKUS, 2004), h. 35.

7
tulis atau salah eja, pandai membuat lelucon, pandai membuat puisi, tepat
dalam tata bahasa, kaya kosa kata, dan menulis secara jelas.
Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi, umumnya ditandai
dengan kesenangan pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan
bahasa, seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun
kata-kata mutiara, dan sebagainya.
Cara belajar terbaik bagi anak-anak yang cerdas dalam verbal-linguistik
adalah dengan mengucapkan, mendengarkan, dan melihat tulisan. Oleh
karena itu, ajak anak-anak ke toko buku, beri kesempatan berbicara,
sediakan banyak buku-buku, rekaman, serta menciptakan peluang mereka
untuk menulis, menyediakan peralatan membuat tulisan, tape recorder,
mesin ketik, keyboard, untuk belajar mengidentifikasi huruf dalam kata-
kata.
2. Kecerdasan Logical Mathematical
Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan pada pola-pola logis dan
memiliki kemampuan mencerna pola-pola tersebut, termasuk juga numerik
serta mampu mengolah alur pemikiran yang panjang. Seseorang yang
memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal:
menghitung dan menganalisis hitungan, menemukan fungsi-fungsi dan
hubungan, memperkirakan, memprediksi, bereksperimen, mencari jalan
keluar yang logis, menemukan adanya pola, induksi dan deduksi,
mengorganisasikan/membuat garis besar, membuat langkah-langkah,
bermain permainan yang perlu strategi, berpikir abstrak dan menggunakan
simbol abstrak, dan menggunakan algoritma.
Peserta didik dengan tipe ini cenderung menyenangi kegiatan
menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.
Cara belajar terbaik anak-anak yang cerdas logis-matematis adalah
melalui angka, berpikir, bertanya, mencoba, menduga, menghitung,
menimbang, mengurutkan, mengklasifikasi, dan mengonstruksi. Oleh
karena itu, sediakan alat-alat bermain konstruktif, puaskan rasa ingin tahu
anak, dan beri kesempatan anak untuk bertanya, menduga, dan mengujinya.

8
3. Kecerdasan Visual Spasial
Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan mempersepsi dunia
visualspasial secara akurat dan mentransformasi persepsi awal. Seseorang
yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai arsitektur, bangunan,
dekorasi, apresiasi seni, desain, atau denah. Mereka juga menyukai dan
efektif dalam membuat dan membaca chart, peta, koordinasi warna,
membuat bentuk, patung dan desain tiga dimensi lainnya, menciptakan dan
menginterpretasi grafik, desain interior, serta dapat membayangkan secara
detil benda-benda, pandai dalam navigasi, dan menentukan arah. Mereka
suka melukis, membuat sketsa, bermain game ruang, berpikir dalam image
atau bentuk, serta memindahkan bentuk dalam angan-angan.
Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya untuk menciptakan
imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan
bentuk-bentuk tiga dimensi, seperti dijumpai pada orang dewasa yang
menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.
Anak yang cerdas dalam visual-spasial terkesan kreatif, memiliki
kemampuan membayangkan sesuatu, melahirkan ide secara visual dan
spasial dalam bentuk gambar atau bentuk yang terlihat mata (Armstrong,
1996). Mereka memiliki kemampuan mengenali identitas objek ketika
objek tersebut ada dari sudut pandang yang berbeda. Mereka juga mampu
memperkirakan jarak dan keberadaan dirinya dengan sebuah objek
(IndraSupit, dkk., 2003). Cara belajar terbaik untuk anak yang cerdas visual-
spasial adalah melalui warna, coretan, arah, bentuk, dan ruang.
4. Kecerdasan Musical
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan menciptakan dan
mengapresiasi irama pola titi nada, dan warna nada; juga kemampuan
mengapresiasi bentuk-bentuk ekspresi musikal. Seseorang yang optimal
dalam kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal
menyusun/mengarang melodi dan lirik, bernyanyi kecil, menyanyi dan
bersiul. Mereka juga mudah mengenal ritme, mudah belajar/mengingat
irama dan lirik, menyukai mendengarkan dan mengapresiasi musik,

9
memainkan instrumen musik, mengenali bunyi instrumen, mampu
membaca musik, mengetukkan tangan dan kaki, serta memahami struktur
musik.
Peserta didik jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan
irama baik yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio,
pertunjukkan orchestra atau alatalat music yang dimainkannya sendiri.
Hampir semua anak memiliki kecerdasan ini, dan cara belajar yang
terbaik untuk mereka adalah dengan nada, irama, dan melodi. Oleh karena
itu, guru perlu memfasilitasi anak agar dapat berekspresi secara musikal
melalui salam berirama, deklamasi, menyanyi bersama, tepuk bernada, dan,
bila mungkin, orkestra kaleng bekas, dan latihan membedakan bunyi dan
suara di sekitarnya.
5. Kecerdasan Bodily Kinesthetic
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan mengontrol gerak tubuh
dan kemahiran mengelola objek. Seseorang yang optimal dalam kecerdasan
ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal mengekspresikan dalam
mimik atau gaya, atletik, menari dan menata tari; kuat dan terampil dalam
motorik halus, koordinasi tangan dan mata, motorik kasar dan daya tahan.
Mereka juga mudah belajar dengan melakukan, mudah memanipulasikan
bendabenda (dengan tangannya), membuat gerak-gerik yang anggun, dan
pandai menggunakan bahasa tubuh.
Peserta didik jenis ini unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti
bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang, dan sebagainya.
Anak yang memiliki kecerdasan gerak-kinestetik membutuhkan
kesempatan untuk bergerak, dan menguasai gerakan. Mereka perlu diberi
tugas-tugas motorik halus, seperti menggunting, melipat, menjahit,
menempel, merajut, menyambung, mengecat, dan menulis, serta motorik
kasar, seperti berlari, melompat, berguling, meniti titian, berjalan satu kaki,
senam irama, merayap, dan lari jarak pendek. Adanya rangsangan stimulus
terhadap kecerdasan gerak-kinestetik membantu perkembangan dan
pertumbuhan anak. Sesuai dengan sifat anak, yakni suka bergerak, proses

10
belajar hendaklah memperhatikan kecenderungan ini. Anak-anak dengan
kecenderungan kecerdasan ini belajar dengan menyentuh, memanipulasi,
dan bergerak. Mereka memerlukan kegiatan belajar yang bersifat kinestetik
dan dinamis. Mereka membutuhkan akses ke lapangan bermain, lapangan
rintangan, kolam renang, dan ruang olahraga.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan mencerna dan merespons
secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain.
Seseorang yang optimal dalam kecerdasan ini cenderung menyukai dan
efektif dalam hal mengasuh dan mendidik orang lain, berkomunikasi,
berinteraksi, berempati dan bersimpati, memimpin dan mengorganisasikan
kelompok, berteman, menyelesaikan dan menjadi mediator konflik,
menghormati pendapat dan hak orang lain, melihat sesuatu dari berbagai
sudut pandang, sensitif atau peka pada minat dan motif orang lain, dan
handal bekerja sama dalam tim.
Cara belajar terbaik bagi anak yang cerdas interpersonal adalah melalui
interaksi dengan orang lain. Anak dengan kecerdasan ini akan tampak
sebagai individu yang manis, baik hati, dan suka perdamaian, oleh karena
itu, mereka disukai banyak orang. Untuk mengembangkan kecerdasan ini,
pendidik perlu memberikan tugas-tugas menarik yang harus diselesaikan
anak secara berpasangan dan berkelompok. Kegiatan bermain bersama di
bawah pengawasan pendidik sangat disarankan.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan memahami perasaan
sendiri dan kemampuan membedakan emosi, serta pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan diri. Seseorang yang optimal dalam kecerdasan ini
cenderung menyukai dan efektif dalam hal berfantasi, “bermimpi”,
menjelaskan tata nilai dan kepercayaan, mengontrol perasaan,
mengembangkan keyakinan dan opini yang berbeda, menyukai waktu untuk
menyendiri, berpikir, dan merenung. Mereka selalu melakukan introspeksi,
mengetahui dan mengelola minat dan perasaan, mengetahui kekuatan dan

11
kelemahan diri, pandai memotivasi diri, mematok tujuan diri yang realistis,
dan memahami.
Anak-anak yang cerdas secara intrapersonal belajar sesuatu melalui diri
mereka sendiri. Mereka mencermati apa yang mereka alami dan rasakan.
Awal masa anak-anak merupakan saat yang menentukan bagi
perkembangan intrapersonal. Anak-anak yang memperoleh kasih sayang,
pengakuan, dorongan, dan tokoh panutan cenderung mampu
mengembangkan konsep diri yang positif dan mampu membentuk citra diri
sejati (Armstrong, 1993). Kecerdasan intrapersonal dirangsang melalui
tugas, kepercayaan, dan pengakuan. Anak perlu diberi tugas yang harus
dikerjakan sendiri, dipercaya untuk berkreasi dan mencari solusi, dan
didorong untuk mandiri. Dorongan tumbuhnya kecerdasan intrapersonal
harus disertai dengan sikap positif para guru dalam menilai setiap perbedaan
individu. Pujian yang tulus, sikap tidak mencela, dukungan yang positif,
menghargai pilihan anak, serta kemauan mendengarkan cerita dan ide-ide
anak merupakan stimulasi yang sesuai untuk kecerdasan intrapersonal ini.
Peserta didik semacam ini senang melakukan introspeksi diri,
mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya. Kemudian mencoba untuk
memperbaiki diri.
8. Kecerdasan Naturalistic
Kecerdasan ini ditandai dengan keahlian membedakan anggota-anggota
suatu spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan
antara beberapa spesies, baik secara formal maupun informal. Seseorang
yang optimal kecerdasan naturalisnya cenderung menyukai dan efektif
dalam menganalisis persamaan dan perbedaan, menyukai tumbuhan dan
hewan, mengklasifikasi flora dan fauna, mengoleksi flora dan fauna,
menemukan pola dalam alam, mengidentifikasi pola dalam alam, melihat
sesuatu dalam alam secara detil, meramal cuaca, menjaga lingkungan,
mengenali berbagai spesies, dan memahami ketergantungan pada
lingkungan.
Anak-anak dengan kecerdasan naturalis tinggi cenderung tidak takut

12
memegang-megang serangga dan berada di dekat binatang (Indra-Supit,
2003). Sebagian besar anak berusaha memenuhi rasa ingin tahunya dengan
cara bereksplorasi di alam terbuka, mereka mencari cacing di sampah,
membongkar sarang semut, menelusuri sungai. Pendidik sering menilai
kegiatan mereka sebagai kenakalan dan menjijikkan. Larangan dan
hukuman pun sering diberikan pada anak-anak yang menonjol dalam
kecerdasan naturalis.
Peserta didik semacam ini cenderung suka mengobservasi lingkungan
alam, seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka
macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.12
E. Talim Muta’alim pasal 3
1. Syarat-syarat Ilmu Yang Dipilih.

‫وينبغى لطالب العلم أن يختار من كل علم أحسنه وما يحتاج إليه فى أمر دينه‬
.‫ ثم ما يحتاج إليه فى المآل‬،‫فى الحال‬
Bagi pelajar, dalam masalah ilmu hendaklah memilih mana yang terbagus dan
dibutuhkan dalam kehidupan agmanya pada waktu itu, lalu yang untuk waktu
yang akan datang.

‫ فإن إيمان المقلد ـ‬،‫ويقدم علم التوحيد والمعرفة ويعرف للا تعالى بالدليل‬
‫وإن كان صحيحا عندنا ـ لكن يكون آثما بترك اإلستدالل‬
Hendaknya lebih dahulu mempelajari ilmu tauhid, mengenali Allah lengkap
dengan dalilnya. Karena orang yang imannya hanya taklid sekalipun menurut
pendapat kita sudah syah, adalah tetap berdosa karena ia tidak mau beristidlal
dalam masalah ini.

‫ وإياك‬،‫ عليكم بالعتيق وإياكم بالمحدثات‬:‫ قالوا‬،‫ويختار العتيق دون المحدثات‬


‫ فإنه يبعد‬،‫أن تشتغل بهذا الجدال الذى ظهر بعد انقراض األكابر من العلماء‬
‫ وهو من أشراط الساعة‬،‫عن الفقه ويضيع العمر ويورث الوحشة والعداوة‬
‫كذا ورد فى الحديث‬،‫وارتفاع العلم والفقه‬
Hendaknya pula memiluh ilmi-ilmu yang kuna, bukan yang baru lahir. Banyak
ulama berkata : “Tekunilah ilmu kuna, bukan yang baru saja ada.” Awas,

12
Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), h. 20.

13
jangan sampai terkena pengaruh perbantahan yang tumbuh subur setelah
habisnya ualama besar, sebab menjurus untuk menjauhkan pelajar dari
mengenali fiqh, hanya menghabiskan usia dengan tanpa guna, menumbuhkan
sikap anti-pati/buas dan gemar bermusuhan. Dan itulah termasuk tanda-tanda
kiamat akan tiba serta lenyapnya fiqih dan pengetahuan-pengetahuan lain,
demikianlah menurut hadits.
2. Syarat-syarat Guru Yang dipilih

‫ كما اختار أبو‬،‫ فينبغى أن يختاراألعلم واألورع واألسن‬:‫أما اختيار األستاذ‬


،‫ بعد التأمل والتفكير‬،‫ حماد بن سليمان‬،‫ رحم للا عليه‬،‫حنيفة‬
Dalam memilih guru, hendaklah mengambil yang lebih alim, waro’ dan juga
lebih tua usianya. Sebagaimana Abu Hanifah setelah lebih dahulu memikir dan
mempertimbangkan lebih lanjut, maka menentukan pilihannya kepada tuan
Hammad Bin Abu Sulaiman.

‫ ثبت عند حماد بن‬:‫ وقال‬.‫ وجدته شيخا وقورا حليما صبورا فى األمور‬:‫ قال‬،
‫سليمان فنبت‬
Dalam hal ini dia berkata : “beliau saya kenal sebagai orang tua yang budi
luhur, berdada lebar serta penyabar. Katanya lagi: saya mengabdi di pangkuan
tuan Hammad Bin Abu Sulaiman, dan ternyata sayapun makin berkembang.”
3. Bermusyawarah

‫ إن‬:‫ سمعت حكيما من حكماء سمرقند قال‬:‫وقال أبو حنيفة رحمة للا عليه‬
‫ وكان قد عزم على الذهاب إلى‬،‫واحدا من طلبة العلم شاورنى فى طلب العلم‬
‫بخارى لطلب العلم‬
Abu Hanifah berkata : Saya mendengar salah seorang ahli hikmah Samarkand
berkata: Ada salah seorang pelajar yang mengajakku bermusyawarah
mengenai masalah-masalah mencari ilmu, sedang ia sendiri telah bermaksud
ke Bochara untuk belajar disana.

‫ فإن للا تعالى أمر رسوله عليه الصالة‬،‫وهكذا ينبغى أن يشاور فى كل أمر‬
‫ ومع ذلك أمر‬،‫والسالم بالمشاورة فى األمور ولم يكن أحد أفطن منه‬
‫ قال‬.‫ وكان يشاور أصحابه فى جميع األمور حتى حوائج البيت‬،‫بالمشاورة‬

14
‫ ما هلك امرؤ عن مشورة‬:‫على كرم للا وجهه‬
Demikianlah, maka seharusnya pelajar suka bermusyawarah dalam segala hal
yang dihadapi. demikian, karena Allah Swt memerintahkan Rasulullah Saw.
Agar memusyawarahkan segala halnya. Toh tiada orang lain yang lebih pintar
dari beliau, dan masih diperintahkan musyawarah, hingga urusan-urusan
rumah tangga beliau sendiri.

‫ من له رأي صائب‬:‫ وال شيئ فالرجل‬،‫ [الناس] رجل [تام] ونصف رجل‬:‫قيل‬

‫ أو يشاور‬،‫ من له رأي صائب لكن ال يشاور‬:‫ ونصف رجل‬،‫ويشاور العقالء‬

‫ وقال جعفر الصادق‬.‫ من ال رأي له وال يشاور‬:‫ وال شيئ‬،‫ولكن ال رأي له‬

‫ شاور فى أمرك الذين يخشون للا تعالى‬:‫لسفيان الثورى‬


Ali ra berkata : “Tiada seorangpun yang rusak karena musyawarah”, Ada
dikatakan : “Satu orang utuh, setengah orang dan orang tak berarti. Orang utuh
yaitu yang mempunyai pendapat benar juga mau bermusyawarah; sedang
setengah orang yaitu yang mempunyai pendapat benar tetapi tidak mau
bermusyawarah, atau turut bermusyawarah tetapi tidak mempunyai pendapat;
dan orang yang tidak berarti adalah yang tidak mempunyai pendapat lagi pula
tidak mau ikut musyawarah.” Kepada Sufyan Ats-Tsuriy, Ja’far Ash-Shodik
ra berkata: “Musyawarahkan urusanmu dengan orang-orang yang bertaqwa
kepada Allah.”

.‫ فكانت المشاورة فيه أهم وأوجب‬،‫فطلب العلم من أعلى األمور وأصعبها‬


Menuntut ilmu adalah perkara paling mulya, tetapi juga paling sulit. Karena
itulah, musyawarah disi lebih penting dan diharuskan pelaksanaannya.

‫ إذا ذهبت إلى بخارى فال تعجل فى اإلختالف إلى‬:‫قال الحكيم رحمة للا عليه‬

‫ فإنك إن ذهبت إلى عالم‬،‫األئمة وامكث شهرين حتى تتأمل وتختار أستاذا‬
‫ فال يبارك‬،‫وبدأت بالسبق عنده فربما ال يعجبك درسه فتتركه فتذهب إلى آخر‬

15
‫ وشاور حتى ال تحتاج‬،‫ فتأمل فى شهرين فى اختيار األستاذ‬.‫لك فى التعلم‬

‫إلى تركه واالعراض عنه فتثبت عنده حتى يكون تعلمك مباركا وتنتفع بعلمك‬
.‫كثيرا‬
Al-Hakim berucap : “Jikalau engkau pergi ke Bochara, janganlah engkau ikut-
ikut perselisihan para imam. Tenanglah lebih dulu selama dua bulan, guna
mempertimbangkan dan memilih guru. Karena bisa juga engkau pergi kepada
orang alim dan mulai belajar kepadanya, tiba-tiba pelajarannya tidak menarik
dan tidak cocok untukmu, akhirnya belajarmupun tidak dapat berkah. Karena
itu, pertimbangkanlah dahulu selama dua bulan untuk memilih gurumu itu, dan
bermusyawarahlah agar tepat, serta tidak lagi ingin berpindah ataupun
berpaling dari guru tersebut. Dengan begitu, engkau mendapat kemantapan
belajar di situ, mendapat berkah dan banyak kemampaatan ilmu yang kamu
peroleh.”
4. Sabar dan Tabah Dalam Belajar

:‫ كما قيل‬،‫واعلم أن الصبر والثبات أصل كبير فى جميع األمور ولكنه عزيز‬
‫لكل إلى شأو العال حركات ولكن عزيز فى الرجال ثبات‬
Ketahuilah! Sabar dan tabah itu pangkal keutamaan dalam segala hal, tetapi
jarang yang bisa melakukan. Sebagaimana syaiir dikatakan:
Segala sesuatau, maunya tinggi yang di tuju
Tapi jarang, hati tabah di emban orang

‫ فينبغى أن يثبت ويصير على أستاذ وعلى كتاب‬.‫ الشجاعة صبر ساعة‬:]‫[قيل‬
،‫ وعلى فن حتى ال يشتغل بفن آخر قبل أن يتقن األول‬،‫حتى ال يتركه أبتر‬
‫ فإن ذلك كله يفرق‬،‫وعلى بلد حتى ال ينتقل إلى بلد آخر من غير ضرورة‬
333.‫األمور ويشغل القلوب ويضيع األوقات ويؤذى المعلم‬
Ada dikatakan : “Keberanian ialah sabar sejenak. ”Maka sebaiknya pelajar
mempunyai hati tabah dan sabar dalam belajar kepada sang guru, dalam
mempelajari suatu kitab jangan sampai ditinggalkan sebelum sempurna
dipelajari, dalam satu bidang ilmu jangan sampai berpindah bidang lain

16
sebelum memahaminya benar-benar, dan juga dalam tempat belajar jangan
sampai berpindah kelain daerah kecuali karena terpaksa. Kalau hal ini di
langgar, dapat membuat urusan jadi kacau balau, hati tidak tenang, waktupun
terbuang dan melukai hati sang guru.6

‫ إن الهوى لهو الهوان‬:‫ قال الشاعر‬.‫وينبغى أن يصبر عما تريده نفسه وهواه‬
‫بعينه وصريع كل هوى صريع هوان‬
Sebaiknya pula, pelajar selalu memegangi kesabaran hatinya dalam
mengekang kehendak hawa nafsunya. Seorang penyair berkata :
Hawa nafsu, dialah hina Tiap jajahan nafsu, berarti kalahan si hina

.‫ على قناطير المحن‬،‫ خزائن المنن‬:‫ قيل‬.‫ويصير على المحن والبليات‬


:‫ وقيل إنه لعلى بن أبى طالب كرم للا وجهه شعرا‬،‫ولقد أنشدت‬
‫أال لـن تنــال الــعـلم إال بســتة سأنبيك عن مجموعها ببيان‬
‫ذكاء وحرص واصطباروبلغة وإرشاد أستاذ وطـول زمان‬
Juga berhati sabar dalam menghadapi cobaan dan bencana. Ada dikatakan :
“Gudang simpanan cita, terletak pada banyaknya bencana. .”Di syairkan untuk
saya ada yang berpendapat bahwa syair ini dari gubahan Ali bin Abu Tholib
sebagai berikut:
Tak bisa kau raih ilmu, tanpa memakai 6 senjata
Kututurkan ini padamu, kan jelaslah semuanya.
Cerdas, sabar dan loba, jangan lupa mengisi saku
Sang guru mau membina, kau sanggup sepanjang waktu
Memilih Teman

‫ فينبغى أن يختار المجد والوراع وصاحب الطبع‬،‫وأما اختيار الشريك‬


.‫ ويفر من الكسالن والمعطل والمكثاروالمفسد والفتان‬،‫المستقيم المتفهم‬
Tentang memilih teman, hendaklah memilih yang tekun, waro, bertabiat jujur
serta mudah memahami masalah. Menyingkiri orang pemalas, penganggur,
banyak bicara, suka mengacau dan gemar memfitnah.

:‫قال الشاع‬
‫عن المرء ال تسل وأبصر قرينه فـإن الـقرين بالمـقارن يقــتـدى‬
‫فـإن كـان ذا شر فــجـنبه سرعـة وإن كان ذا خير فقارنه تهـتدى‬

17
Syiir dikatakan: Jangan bertanya siapakah dia? Cukup kau tahu oh itu
temannya.karena siapapun dia, mesti berwataq seperti temannya. Bila
kawanya durhaka, singkirilah dia serta merta.bila bagus budinya, rangkullah
dia, berbahagia!

:‫وأنشدت شعرا آخر‬


‫ال تصحـب الكسالن فى حـالته كـم صـالــح بفـسـاد آخــر يفسـد‬
‫عدوى البليد إلى الجليد سريعة كالجمر يوضع فى الرماد فيخمد‬
Disyi’irkan buatku : Jangan kau temani sipemalas, hindari segala halnya,
banyak orang shaleh menjadi kandas, sebab rerusuh sandarannya .Menjalar
tolol kepada cendikia, amat cepat terlalu laksana api bara, ia padam di atas abu

‫ إال أن‬،‫ كل مولود يولد على فطرة اإلسالم‬:‫قال النبى صلى للا عليه وسلم‬
‫ الحديث‬.‫أبواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه‬
Nabi saw bersabda : Semua bayi itu dilahirkan dalam keadaan kesucian islam,
hanya kedua orang tuanyalah yang membuatnya jadi yahudi, nasrani, atau
majusi.

:‫ويقال فى الحكمة بالفارسية‬


‫باربد بدتـر بود ازمـاربد بحـق ذات بـاك للا الصـمـد‬
‫باربد ازدترا سوى حجيم بار نـيكــوكــير نابـى نعــيم‬
Ada dikatakan kata hikmah dalam bahasa persi : Teman yang durhaka, lebih
berbisa daripada ular yang bahaya .Demi Allah Yang Maha Tinggi, Nan Maha
Suci .Teman buruk, membawamu ke neraka jahim .Teman bagus,
mengajakmu ke sorga na’im

:‫وقيل‬
‫إن كنت تبغى العلم وأهله أو شـاهدا يخـبـر عن غائب‬
‫فاعتبر األرض بأسـمائها واعتبر الصاحب بالصاحب‬
Ada Disyi’irkan: Bilakau ingin mendapat ilmu dari ahlinya .Atau ingin tahu
yang gaib dan memberitakannya .maka dari nama bumi, ambillah pelajaran
tentang isinya dan dari oarang yang di temani, ibaratkanlah tentang dia

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan suatu
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya dan mampu menciptakan
sesuatu yang bernilai budaya serta bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Setiap
anak memiliki kecerdasan yang bermacam-macam. Hakikat sesungguhnya
seorang pendidik adalah mengembangkan kecerdasan yang ada pada anak
bukan terpusat hanya pada kecerdasan bahasa dan logika matematika saja
apalagi menjadikan kecerdasan itu sebagai ukuran kesuksesan dalam hidup.
Karena kecerdasan anak tidak hanya diukur dari berapa nilai mereka di kelas
tetapi diukur dalam kemampuan mereka mengatasi masalah dan menghasilkan
sebuah karya yang bermanfaat bagi orang sekitar. Fokuslah terhadap kelebihan
anak bukan pada kekurangannya.

B. Saran
Demikian yang dapat dipaparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin., Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,


1996).
Budiningsih, Asri., Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005).
H. Gardner dan Hatch, T., Multiple Intelligences Go To School: Educational
Implications of the Theory of Multiple Intelligences, (t.tp : Educational
Researcher, 1989).
Lie, Anita., 101 Cara Menumbuhkan Kecerdasan Anak, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2004), Cet ke-2.
Musfiroh, Tadkiroatun., Pengembangan Kecerdasan Majemuk, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008).
Ratnawati, Sintha, Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif, (Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2001), Cet. 2.
Sukardi, Dewa Ketut, dkk., Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008).
Suparno, Paul, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah: Cara
menerapkan Teori Multiple Intellegences Howard Gardner, (Yogyakarta:
KANIKUS, 2004).
Wahyuni, Baharudin Nur., Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007 ).
Wiramihardja, Sutardjo A., Pengantar Psikologi, (Bandung: Refika, 2012).

20

Anda mungkin juga menyukai