PENYUSUN :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tentang Intelegensi dan Kreatifitas. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah psikologi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. Pengertian Intelegensi............................................................................................6
B. Konsep Kreativitas...............................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................21
PENUTUP.......................................................................................................................21
A. Simpulan..................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang unik. Artinya, tidak ada satu individu pun
yang persis sama denga individu yang lain. Salah satu perbedaan yang sering
kita jumpai adalah kecepatan dan kemampuan individu dalam memecahkan
suatu masalah atau persoalan yang di hadapi. Untuk memecahkan masalah
atau persoalan yang sama, ada individu yang mampu dengan cepat
memecahkannya, namun ada juga individu yang lambat bahkan tidak mampu
memecahkannya.
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, yang menjadi tujuan dalam
pembuatan makalah ini, yaitu :
iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Intelegensi
Dalam menyelesaikan suatu maslah ada yang cepat, ada juga yang lambat,
keadaan demikian ditentukan juga oleh faktor inteligensi dari indviu
bersangkutan. Inteligensi berasal dari bahasa Inggris “intelligence” yang artinya
menghubungkan ata menangkut satu sama lain. Secara umum, inteligensi sering
kali disebut kecerdasan, oleh karena itu seseorang yang mrmiliki inteligensi tinggi
disebut cerdas atau jenius.Sampai saat ini, para ahli belum ada kesamaan pendapat
tentang pengertian inteligensi, mengingat intelignsi merupakan suatu konsep yang
kompleks, sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah kemampuan atau
kapasitas pikiran (Wechsler, 1975).Soslo (1988) mendefinisikan inteligensi
sebagai kemampuan dalam memperoleh dan menggali pengetahuan,
menggunakan pengetahuan untuk memahami berbagai konsep konkret dan absrak,
dan menghubungkan di antara objek dengan gagasan, menggunakan pengetahuan
dengan cara-cara yang lebih efektif. Stern ( dala Walgito, 2008) mengemukakan
inteligensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru menggunakan
organ berpikir seseuai tujuannya. Dari pengertian ini, tampak bahwa Stern
menekankan tentang inteligensi pada soal penysuaian diri terhadap keadaan yang
ada.
Orang yang inteligensi lebih cepat dapat menyesuaikan diri daripada orang
yang kurang inteligensi.Thorndiken (dalam Skinner, 1959) menyatakan seseorang
dianggap inteligensi jika responnya merupakan respons yang baik atau sesuai
dengan stimulus yang diterimanya.Agar dapat memberikan respons yang tepat,
individu harus memiliki lebih banyak hubungan stimulus-respons.Keadaan
demikian dapat diperoleh dari pengalaman yang diperolehnya. Terman
membedakan adanya ability yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret dan
ability yang berkaitan dengan hal-hal yang abstrak (Harriman, 1958)
Tergambar tentang beragamnya pengertian atau definisi inteligensi tersebut,
Morgon, King, dan Robinson (1984) menyatakan bahwa ada dua pendekatan
pokok dalammemberikandefinisi tentang inteligensi, yaitu :
P2=G+S2
P3=G+S3
iii
masih terdapat faktor yang lain lagi common ability atau common factor atau
disebut juga group factor (Walgito, 2010). Common factor merupakan faktor
kelompok dalam kemampuan tertentu misalnya common factor dalam hal
bahasa dan matematika. Berdasarkan pandangannya, maka dalam inteligensi
ada tiga macam faktor, yaitu faktor, yaitu faktor G, faktor S, dan faktor C, dan
faktor-faktor ini akan nampak dalam performance individu. Jadi,
performance individu dapat digambarkan sebagai berikut :
P1 = G+S1+Cx
P2=G+S2+Cx
P3=G+S3+Cy
a. S (spatial relation)
b. Kemampuan untuk melihat atau mempersepsi gambar dengan dua
atau tiga dimensi yang berkenaan dengan jarak.
c. P (perceptual speed)
d. Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketepatan
dalam memberikan judging mengenai persamaan dan perbedaan
atau dalam respons terhadap sesuatu yang dilihatnya secara detail.
e. V (verbal comprehension)
f. Kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman kosakata, analogi
verbal, dan sejenisnya.
g. W ( word fluency)
h. Kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan berkaitan dengan
kata-kata, anagram, dan sejenisnya.
i. N (number facility)
j. Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketetapan
dalam berhitung.
k. M (associative memory)
l. Kemampuan yang berkenaan dengan ingatan, khususnya yang
berpasangan.
m. I (induction)
n. Kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk
memperoleh prinsip atau hukum (Walgito, 2010)
iii
Plomin dan Spinath (2004) mengemukakan bahwa dalam perspektif
berkembang, pengaruh terbesar lingkungan terhadap inteligensi terjadi ketika
masa anak-anak, kemudian mengalami penurunan setelah bertambah dewasa,
sebaliknya makin bertambah dewasa usia anak, maka faktor genetik makin
besar pengaruhnya terhadap inteligensi. Menurut Irwanto dkk.(1991), dari
faktor bawaan hasil penelitian menunjukan bahwa individu-individu yang
berasal dari suatu keluarga atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka
berkolerasi tinggi (0,50), bahkan di antara kembar berkolerasi sangat tinggi
(0.90), sebaliknya di antara individu yang tidak bersanak saudara korelasinya
rendah sekali (0.20).
a. Retardasi Mental
Merupakan istilah yang ering kita engar dalam kehidupan sehari –
hari. Maramis (1999) mengungkapkan bahwa retardasi mental ialah
keadaan inteligensi yang kurang (abnormal) sejak masa perkembangan
(sejak lahir atau sejak masa kanak – kanak) atau keadaan kekurangan
inteligensi sehingga daya guna sosial dan pekerjaan seseorang menjadi
terganggu. Retardasi mental dapat terjadi karena adanya retardasi mental
primer dan sekunder.
Retardasi mental primer merupakan faktor keturunan atau retardasi
mental genetik. Umumnya kejadian retardai ini tidak diketahui atau biasa
iii
disebut retardasi mental simplek. Sementara itu, retardasi mental
sekunder merupakan faktor dari luar yang diketahui dan memengaruhi
otak (pada periode prenatal, perinatal, an postnatal). Misalnya,
infeksi/intoksikasi, rudapaksa (trauma), gangguan metabolisme/gizi,
penyakit otak, kelainan kromosom, prematuritas, dan gangguan jiwa
berat.
Selanjutnya, retardasi mental memiliki beberapa tingkatan. Menurut
kesepakatan American Association of Mental Retardation dalam
Sarwono (2000), tingkat retardasi mental meliputi :
1) Retardasi mental lambat belajar (slow learner). IQ = 85 – 90.
2) Retardasi mental taraf perbatasan (borderline). IQ = 70 – 84.
3) Retardasi mental ringan (mild). IQ = 55 – 69
4) Retardasi mental sedang (moderate). IQ = 36 – 54
5) Retardasi mental berat (severe) IQ = 20 – 35
6) Retardasi mental sangat berat (profound) IQ = 0 – 19
B. Konsep Kreativitas
1. Definisi Kreativitas
iii
Munandar (1999) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data,
informasi, atau unsur-unsur yang ada. Secara operasional kreativitas
dapat dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir,
serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya,
memperinci) suatu gagasan”.
2. Ciri Kreativitas
Ciri kreativitas individu dapat ditinjau dari dua aspek , yaitu aspek
afektif dan aspek kognitif. Gufron & Risnawati (2010) merumuskan
pendapat Munandar (1995) terkait ciri0ciri afektif dan kognitif kreativitas,
yaitu :
iii
4) Elaborasi. Individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dan memperkaya gagasan.
a. Tahap persiapan. Tahap ini merupakan tahap awal untuk mencari dan
mengumpulkan informasi yang diperlukan guna memecahkan suatu
masalah.
b. Tahap inkubasi. Merupakan tahap diterimanya proses pemecahan
masalah pada alam prasadat.
c. Tahap iluminasi (pencerahan). Tahap timbulnya inspirasi atau gagasan
untuk memecahkan suatu masalah.
d. Tahap verifikasi. Tahap untuk menguji ide atau kreasi dengan suatu
kenyataan.
Gufron & Risnawati (2010) merumuskan pendapat McKinon, et al.
(1974) tentang ciri-ciri pribadi yang memiliki kreativitas, yaitu :
a. Cerdas. Individu yang kreatif umumnya memiliki kecerdasan yang
tinggi.
b. Mandiri. Yaitu mampu berpikir dan bertindak mandiri.
c. Terbuka. Yaitu terbuka terhadap dunia luar dan mudah menerima
masukan baik dari dalam maupun luar dirinya.
d. Intuitif. Tidak hanya terpaku pada sesuatu yang tampak, tetapi juga
selalu berusaha untuk menangkap isi yang terkandung dan
kemungkinan apa yang terjadi.
e. Menjunjung tinggi teori dan estetika. Dengan ingin mengetahui
kebenaran dibalik apa yang tampak serta menjunjung tinggi nilai
estetika untuk menyelesaikan masalah sehingga penyelesaiannya
menjadi luwes dan indah.
f. Berani dan teguh hati. Memiliki sikap yang menonjol, yaitu
keberanian melawan anggapan umum dengan mengkhayalkan hal
yang mustahil, berani menantang dengan pandangan masyarakat,
memiliki keteguhan hati dalam berprinsip serta berani menjadi dirinya
sendiri.
iii
diri, energik, dan berani mengambil risiko berpengaruh besar terhadap
tumbuhnya kreativitas.
c. Lingkungan. Lingkungan yang dapat mendukung dan memberikan
rasa aman, berupa lingkungan yang memberikan kebebasan sesuai
norma dan etika yang berlaku di masyarakat, saling menghargai satu
dengan yang lain, dapat memberikan rangsangan tumbuhnya
kreativitas.
5. Halangan Kreativitas
Saat ini, perkembangan ilmu teknologi dan informasi terlihat begitu pesat
sehingga memiliki implikasi yang sangat besar terhadap kehidupan individu.
Masalah yang dihadapi individu semakin kompleks dan menuntut pemecahan
masalah serta pengambilan keputusan yang tepat. Demikian pula,
perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan pada umumnya dan
keperawatan pada khusunya, juga sangat berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan kesehatan dan keperawatan. Disamping itu, hubungan perawat
dengan pasien, keluarga dan masyarakat; perawat dengan dokter, perawat
dengan tenaga kesehatan lainnya tidak jarang menimbulkan permasalahan bagi
seorang perawat.
Sehubungan dengan itu, seorang perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sering berhadapan dengan berbagai masalah yang harus
dipecahkan sehingga diperlukan pengambilan keputusan yang tepat guna
iii
memberikan pelayanan yang memberi kepuasan kepada pasien, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Oleh sebab itu, dengan memahami teori inteligensi
dan kreativitas, seorang perawat dapat melakukan introspeksi diri mengenai
tingkat inteligensi dan kreativitas yang dimiliki dirinya. Perawat yang tingkat
inteligensi dan kreativitasnya tinggi, akan dengan mudah memecahkan masalah
dan mengambil keputusan yang tepat. Sebaliknya, perawat yang taraf
inteligensi dan kreativitasnya dibawah rata – rata, akan mengalami hambatan
dalam menghadapi masalah. Atas dasar itu, kerja sama tim dan sikap bahu –
membahu sangat diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien karena dapat saling menutup kekurangan dan kelebihan masing –
masing sehingga pada akhirnya akan memberikan kepuasan kepada pasien,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Selain itu, perawat sering menghadapi hambatan dalam berkomunikasi,
memberi nasehat, memberikan pendidikan kesehatan, dan memberikan
perintah pada pasien. Pasien adalah manusia yang memiliki keunikan sehingga
inteligensi dan kreativitas yang dimilikinya juga berbeda – beda. Karena itu,
hendaknya perawat memahami tingkat intelegensi dan kreativitas pasien yang
di rawatnya agar asuhan keperawatan yang mereka berikan tepat sasaran, dan
akhirnya dapat memberikan kepuasan pada pasien.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
iii
DAFTAR PUSTAKA