Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN KECERDASAN DAN

KREATIVITAS ANAK

Disusun oleh:

Nur Anisa A25121062

Nurul Hajrawati A. A25121081

Miftahul Jannah A25121047

Tria Tessalonica P. A25121091

Yuliani A25121019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan tugas
makalah “Perkembangan Kecerdasan Dan kreativitas Anak” dengan dosen
pengampu mata kuliah Dr. Kasmudin Mustapa S.Pd M.Pd tepat pada waktunya.

Tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.

Akhirnya penyusunan sangat mengharapakan semoga dari makalah


sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat
meginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan
pada makalah-makalah selanjutnya.

Palu, 1 Maret 2022

Penyusun

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

I. BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
II. BAB II. KAJIAN MAKALAH
2.1 Pengertian intelek dan intelegensi ................................................................
2.2 Perkembangan Kreativitas..............................................................................
2.3 Faktor – faktor yang meningkatkan kreativitas.............................................
2.4 Ekspresi kreativitas di masa kanak-kanak.....................................................
2.5 Bahaya yang ada dalam kreativitas................................................................
III. BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................
3.2 Saran-saran.....................................................................................................
IV. DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecerdasan dan kreativitas merupakan suatu karunia yang dimiliki individu


untuk mengembangkan dan mempertahankan hidupnya, serta bagaimana ia
berusaha menghambakan dirinya kepada Pencipta-Nya.

Ketika baru lahir seorang anak sudah mempunyai kecerdasan, hanya sangat
bergantung pada orang lain untuk memenuhi perkembangan hidupnya. Dalam
perkembangannya, kecerdasan dan kreativitas anak makin meningkat diberbagai
kemampuan untuk mengurangi ketergantungan dirinya pada orang lain dan
berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

Kecerdasan (intelegensi) dan kreativitas individu berkembang sejalan dengan


interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya begitu juga
dengan alamnya. Maka dengan itu, individu mempunyai kemampuan untuk
belajar dan meningkatkan potensi kecerdasan dan kreativitas dasar yang dimiliki.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mengkaji dan mengulas tentang Perkembangan Kecerdasan (intelek)
dan Kreativitas, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan,
sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan intelek dan intelegensi ?


2. Bagaimana Perkembangan Kreativitas?
3. Apa saja faktor – faktor yang meningkatkan kreativitas?
4. Bagaimana ekspresi kreativitas di masa kanak-kanak?
5. Apa saja bahaya yang ada dalam kreativitas?
BAB II

KAJIAN MAKALAH

2.1 Perkembangan Kecerdasan (Intelek)

A. Pengertian Intelek dan Intelegensi

Intelegensi biasanya dikaitkan dengan kecerdasan manusia. Kebanyakan


orang berpendapat bahwa kemampuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat
intelegensinya. Disini ada beberapa pakar yang menyatakan pendapatnya
mengenai pengertian dari intelek, diantaranya yaitu English & English dalam
bukunya “A Comprehensive Dictionary of Psychological and Psychoanalitical
Terma” , istilah intelek berarti :

1. Kekuatan mental di mana manusia dapat berpikir

2. Suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktivitas yang
berkenaan dengan berpikir

3. Kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir

Selain itu, menurut Webster New World Dictionary of the American Languag,
istilah intellect berarti :

1. Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti, kecakapan untuk


mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dsb. Dengan demikian
kecakapan berbeda dari kemauan dan perasaan.

2. Kecakapan mental yang besar, sangat intelligence.

3. Pikiran atau intelegensi.

4. Tidak hanya pakar dari luar negeri saja yang mampu menjelaskan tentang
intelek, tapi pakar dari Indonesia juga dapat mengartikan intelek, yaitu Singgih
Gunarsa dalam bukunya psikologi remaja (1991), ada beberapa rumusan
intelegensi, yaitu : Intelegensi merupakan suatu kumpulan kemampuan
seseorang yang memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan
mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan dan
masalah-masalah yang timbul.

5. Intelegensi adalah suatu bentuk tingkah laku tertentu yang tampil dalam
kelancaran tingkah laku.

6. Intelegensi meliputi pengalaman-pengalaman dan kemampuan bertambahnya


pengertian dan tingkah laku dengan pola-pola baru dan mempergunakannya
secara efektif

7. William stren mengemukakan bahwa intelegensi merupakan suatu kemampuan


untuk menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan penggunaan fungsi
berpikir

8. Binet bahwa intelegensi merupakan kemampuan yang diperoleh melalui


keturunan, kemampuan yang diwarisi dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu
banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam batas-batas tertentu lingkungan
turut berperan dalam pembentukan kemampuan intelegensi.

Menurut Wechler (1958) merumuskan intelegensi sebagai keseluruhan


kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta
kemampuan untuk mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
Berhubungan dengan masalah kemampuan, para ahli psikologi telah
mengembangkan berbagai alat ukur untuk menyatakan tingkat kemampuan
berpikir seseorang. Salah satu test intelegensi yang terkenal adalah test Binet
Simon yang dikembangkan oleh Alferd Binet (1857-1911) yang kemudian
dikembangkan oleh Theodore Simon. Pengukuran intelegensi yang lain diajukan
oleh William Stern (1871-1938), yaitu :

Intelligence Quotient dengan rumus , ( MA adalah umur kecerdasan, CA


adalah umur kalender).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian intelek adalah kecakapan


mental yang menggambarkan kemampuan berpikir. Sedangkan makna intelegensi
dapat diartikan sebagai kemampuan sesorang dalam berpikir dan bertindak.
2.2 Perkembangan Kreativitas
A. Pengertian Kreativitas
a. Arti kreativitas yang populer

Kreativitas merupakan salah satu istilah yang sering digunakan. Terdapat


banyak arti kreativitas yang populer yaitu:

1) Kreativitas yang menekankan pembuatan sesuatu yang baru danberbeda.


2) Kreativitas dipandang sebagai kreasi sesuatu yang baru dan asli secara
kebetulan.
3) Apa saja yang diciptakan selalu baru dan berbeda dari yang telah adadan
karenanya unik dan bersifat pribadi.
4) Kreativitas dipandang sebagai proses mental yang unik, suatu proses yang
semata-mata dilakukaan untuk mengahasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan
orisinil.
5) Kreativitas seringkali dianggap sinonim dengan kecerdasan tinggi.
6) Kreativitas adalah sepercik kegeniusan yang diwariskan pada seseorang dan
tidak ada kaitanya dengan belajar atu lingkungan menyatakan, bahwa orang
kreatif merupakan sarana konsep.
7) Kreativitas umumnya dianggap sinonim dengan imaginasi dan fantasi dan
karenanya merupakan bentuk permainan mental.
8) Bahwa semua orang umumnya terbagi dalam dua kelompok besar penurut dan
pencipta.

Dari arti kreativitas secara populer dapat disimpulkan bahwa kreativitas


suatu permainan mental seseorang untuk menghasilkan kreasi yang baru, yang
berbeda, orisinil, unik. Kreativitas juga diartikan sebagai sinonim dengan
kecerdasan.

Apabila karakteristik sindrom kepribadian yang kreatif digabungkan


dengan tingkat kecerdasan yang tinggi, hal itu cenderung menimbulkan prestasi
yang berhasil dan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik. Bila digabungkan
dengan kecerdasan yang rendah dan ini tidak umum besar kemungkinan kesulitan
akan timbul bagi individu dan kelompok sosialnya. Anak yang sesuai dengan
gambaran terakhir sering menjadi pemberontak, penentang, dan pembangkang
yang merepotkan.

B. Nilai Kreativitas

Menjadi kreatif juga penting artinya bagian anak kecil karena


menambah bumbu dalam permainanya (pusat kegiatan hidup mereka). Jika
kreativitas dapat membuat pramainan mereka menyenangkan, mereka akan
merasa bahagia dan puas. Ini sebaliknya akan menumbuhkan penyesuaian pribadi
dan sosial yang baik.

Salah satu nilai kreativitas penting yang sering dilupakan adalah


sumbanganya pada kepemimpinan. Pada tingkatan usia, pemimpin harus
menyumbangkan sesuatu kepada kelompok yang penting artinya bagi anggota
kelompok.

Terlalu kreatif mungkin membuat seseorang menjadi “pemimpi yang tidak


praktis” yaitu mereka yang mencipta secara mental tetapi tampaknya tidak pernah
mampu mewujudkan mimpinya ke dalam bentuk praktis yang akan
menguntungkan dirinya dan kelompok sosial. Akibatnya mereka tidak pernah
mencapai sesuatu yang sebetulnya mereka mampu lakukan. Ini akan
menimbulkan perasaan gagal yang membahayakan penyesuaian pribadi dan
sosial.

C. Perkembangan Kreativitas

Studi-studi mengenai kreativitas menunjukkan bahwa perkembangannya


mengikuti pola yang dapat diramalkan. Ini tampak pada awal kehidupan dan
pertama-tama terlihat dalam permainan anak, lalu secara bertahap menyebar
keberbagai bidang kehidupan lainnya seperti pekerjaan sekolah, kegiatan rekreasi,
dan pekerjaan.

Arasteh melaporkan, bahwa perkembangan kreativitas mungkin terhambat


pada beberapa “periode kritis” selama masa kanak-kanak dan remaja. Beberapa
anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang menyebabkan kebekuan kreativitas
mereka pada periode ini, sedangkan anak lain dengan usia sama tidak
mengalaminya. Misalnya, anak masuk taman kanak-kanak mungkin menunjukan
kreativitas yang lebih besar pada usia itu daripada anak yang belum masuk
sekolah. Ini sebagian karena lingkungan taman kanak-kanak memperkenalkan
kreativitas dan tidak begitu terstruktur dan evaluatif ketimbang lingkungan rumah
atau tetangga.

a) Periode kritis dalam perkembangan kreativitas

 5 SAMPAI 6 TAHUN

Sebelum anak siap memasuki sekolah, mereka belajar bahwa mereka harus
menerima perintah dan menyesuaikan diri dengan peraturan dan perintah orang
dewasa di rumah dan kelak di sekolah. Semakin keras kekuasaan orang
dewasa, semakin beku kreativitas anak tersebut.

 8 SAMPAI 10 TAHUN

Keinginan untuk diterima sebagai anggota gang mencapai puncaknya pada usia
ini. kebanyakan anak merasa bahwa untuk dapat diterima, mereka harus dapat
menyesuaikan diri dengan pola gang yang telah ditentukan dan setiap
penyimpangan membahayakan proses penerimaan.

 13 SAMPAI 15 TAHUN

Upaya untuk memperoleh persetujuan teman sebaya, terutama dari anggota


jenis kelamin yang berlawanan, mengandalikan pola perilaku anak remaja.
Seprti halnya anak yang berada pada usia gang, remaja menyesuaikan dirinya
dengan harapan untuk mendapatkan persetujuan dan penerimaan.

 17 SAMPAI 19 TAHUN

Pada usia ini upaya untuk memperoleh persetujuan dan penerimaan, dan juga
latihan untuk pekerjaan yang dipilih, mungkin akan mengekang kreativitas.
Apabila pekerjaan menuntut konformitas dengan pola standar serta keharusan
mengikuti perintah dan peraturan tertentu, sebagaimana halnya dengan
kebanyakan pekerjaan rutin, hal itu akan membekukan kreativitas.

2.3 Faktor-Faktor yang Meningkatkan Kreativitas

Penelitian tentang studi kreativitas telah menunjukkan dua faktor yang


penting. Pertama, sikap sosial yang ada dan tidak menguntungkan kreativitas
harus ditanggulangi. Alasannya karena sikap seperti itu mempengaruhi teman
sebaya, orang tua, dan guru serta perlakuan mereka terhadap anak yang berpotensi
kreatif. Apabila harus dibentuk kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan
kreativitas, faktor negative ini harus dihilangkan. Hal ini banyak diusahakan orang
tua dengan menekankan kenormalan anaknya yang kreatif dan dengan
mendorongnya untuk berbuat seperti teman sebayanya dan menaruh perhatian
terhadap apa saja yang menjadi perhatian teman sebaya.

Kedua, kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan kreativitas harus


diadakan pada awal kehidupannya ketika kreativitas mulai berkembang dan harus
dilanjutkan terus sampai berkembang dengan baik.

Sejumlah hal dapat dilakukan untuk meningkatkan kreativitas antara lain:

1. Waktu

2. Kesempatan menyendiri

3. Dorongan

4. Sarana

5. Lingkungan yang merangsang

6. Hubungan orang tua-anak yang tidak posesif

7. Cara mendidik anak

8. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan


2.4 Ekspresi Kreativitas di Masa Kanak-kanak
A. Animisme

Animisme adalah kecenderungan untuk menganggap benda mati sebagai


hidup. Anak kecil mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang terlalu minim
untuk mampu membedakan antara hal-hal yang mempunyai sifat hidup dan yang
tidak.

Kecenderungan anak untuk memandang segala sesuatu sebagai mahkluk


hidup seperti dirinya seringkali diperkuat orang tua. Mereka membacakan cerita
atau mendorong mereka untuk melihat buku komik, siaran televise, atau film
dengan pohon, mainan, hewan segala macam benda yang menyerupai manusia.

B. Bermain Drama

Permainan ini kehilangan daya tariknya kurang lebih pada saat anak
masuk sekolah. Bila kemampuan penalaran dan pengalaman menjadikan anak
mampu membedakan antara kenyataan dan khayalan, mereka kehilangan minat
pada permainan pura-pura dan mengalihkan dorongan kreatifnya ke kegiatan
lainnya, biasanya permainan yang konstruktif.

Dalam permainan ini, anak meniru perilaku orang tertentu dan situasi
kehidupan atau media masan yang digunakannya sebagai tema permainan drama
dengan ketepatan yang mengagumkan.

2.5 Bahaya Terhadap Kreativitas

Kreativitas sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial yang baik
sehingga segala sesuatu yang menghalangi perkembangannya merupakan bahaya.
Apabila kondisi lingkungan mempercepat perkembangan kekuatan mental atau
cara berpikir yang konvergen ia akan menghambat perkembangan keluwesan
mental atau cara berpikir yang divergen.

Yang sama bahayanya adalah segala sesuatu yang menyebabkan terlalu


banyak waktu tersita untuk bentuk kreativitas tertentu, yang jika dilakukan
kadang-kadang dapat membuahkan hasil yang menguntungkan, tetapi merugikan
jika dikerjakan berlebihan.

A. Kegagalan merangsang kreativitas

Kreativitas tampak sejak awal dan pertama-tama terlihat dari cara bayi
bermain dengan mainannya. Pada waktu itu setiap hal yang menghambat
perkembangan kreativitas akan membekukan kreativitas itu. Salah satu hambatan
yang paling umum adalah kurangnya rangsangan.

a. Ketidakmampuan mendeteksi kreativitas pada waktu yang tepat

Sampai saat anak kecil mempunyai pengetahuan dan kecakapan untuk


berpikir dan melakukan kegiatan kreatif, tidak ada cara pasti bagi orang dalam
lingkungannya untuk mengetahui apa saja potensi kreativitasnya. Dan sampai
terdapat tes untuk mendeteksi potensi kreativitas, mereka tidak akan dapat
menemukan potensi tersebut.

Dalam kondisi demikian tidak mengherankan apabila rangsangan terhadap


perkembangan kreativitas diabaikan. Cara satu-satunya untuk menanggulangi
bahaya ini adalah dengan menggandaikan bahwa setiap anak mempunyai potensi
untuk kreatif, walaupun dengan tingkatan yang berbeda-beda dan member mereka
rangsangan yang diperlukan pada usia dini.

b. Sikap sosial yang tidak menguntungkan bagi kreativitas

Faktor social sering menghalangi perkembangan kreativitas. Faktor


penghambat ini terwujud dalam dua bentuk umum : pertama, sikap yang tidak
positif terhadap anak yang kreatif, dan kedua, kurangnya penghargaan social
terhadap kreativitas.

Sikap sosial yang menghambat dan kurangnya penghargaan tidak saja


mengurangi kreativitas, tetapi bahkan lebih buruk lagi, sering kali menunjang
perilaku menyimpang dengan mengembangkan konsep diri yang tidak positif
pada anak.
c. Kondisi rumah yang tidak menguntungkan

Di rumah terdapat banyak kondisi yang mempengaruhi perkembangan


kreativitas. Karena rumah merupakan lingkungan pertama anak, setiap kondisi
yang mengganggu perkembangan kreativitas pada saat siap berkembang sangat
membahayakan. Beberapa kondisi rumah yang tidak menguntungkan kreativitas,
yaitu: Membatasi eksplorasi, Keterpaduan waktu, Dorongan kebersamaan
keluarga, Membatasi khayalan, Peralatan bermain yang sangat terstruktur, Orang
tua yang konservatif, Orang tua yang terlalu melindungi dan Disiplin yang
otoriter.

d. Kondisi Sekolah yang Tidak Menguntungkan

Apabila kondisi sekolah tidak menguntungkan maka dapat menghambat


rangsangan kreativitas yang disediakan dalam lingkungan rumah yang baik.
Diantara banyak kondisi sekolah yang mengganggu perkembangan kreativitas
ialah kelas dengan jumlah murid yang sangat besar yang menuntut adanya disiplin
kaku; tekanan kuat pada proses menghafal; larangan terhadap apa saja yang tidak
sesuai dengan yang orisinal; acara kegiatan kelas yang terjadwal ketat; displin
keras dan otoriter; dan keyakinan pada guru bahwa anak yang kreatif lebih sulit
ditangani dan pekerjaan mereka sukar dinilai dibandingkan anak biasa.

e. Melamun berlebihan

Melamun merupakan salah satu bentuk kreativitas yang potensial paling


berbahaya karena melamun mudah sekali menjadi cara untuk menghindar dari
kenyataan. melamun yang berlebihan sangat berbahaya untuk penyesuaian pribadi
dan sosial yang baik, dua kriteria dapat digunakan untuk menentukan apakah hal
itu berlebihan atau tidak. Pertama, kesukaan anak pada jenis kegiatan bermain ini
dan kedua jenis lamunan yang mendominasi.
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Intelek adalah kecakapan mental yang menggambarkan kemampuan berpikir.

Banyak definisi tentang intelegensi, namun makna intelegensi dapat diartikan


sebagai kemampuan sesorang dalam berpikir dan bertindak. Kemampuan
berpikir diukur dengan test intelegensi. Test itelegensi yang terkenal adalah test
binet-simon. Hasil test intelegensi dinyatakan dalam bentuk nilai iq, dan hal itu
banyak gunanya, karena tingkat intelegensi berpengaruh terhadap banyak
aspek.

 Perkembangan intelegensi dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:

1. Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga dia


mampu berpikir reflektif.
2. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga
seseorang dapat berpikir
3. Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam
menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah
secara keseluruhan, dan menunujang keberanian anak memecahkan masalah
dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.

 Kreativitas tidak selalu berjalan seiring dengan kecerdasan. Namun, kreativitas

mempunyai hubungan positif terhadap terhadap kecerdasan.

 Nilai-nilai kreativitas meliputi: kepemimpinan, kesenangan dan kepuasan

pribadi, prestasi, serta menambah bumbu dalam permainan anak.

 Terdapat banyak cara untuk mengekspresikan kreativitas selama masa kanak-

kanak antara lain: permaianan animisme, permainan drama, permaianan


konstruktif, teman imaginer, melamun, dusta putih, lelucon, bercerita, aspirasi
untuk berprestasi, dan konsep diri yang ideal.
 Bahaya yang mengancam kreativitas mencangkup kegagalan untuk

merangsang kreativitas, ketidakmampuan mendeteksi kreativitas pada waktu


yang tepat, sikap sosial yang tidak menguntungkan bagi kreativitas, kondisi
rumah yang tidak menguntungkan, kondisi sekolah yang tidak menguntungkan
dan melamun berlebihan.

3.2 Saran

Salah satu komponen yang penting dalam pengembangan kreativitas


peserta didik adalah peranan guru. Untuk itu, penulis ingin memberikan sedikit
saran untuk para guru di sekolah-sekolah. Para guru hendaknya mengembangkan
intelegensi dan kreativitas siswa secara bersama-sama, tetapi kenyataannya guru
hanya mengembangkan intelegensinya saja. Padahal, unsur kreativitas akan lebih
dominan dibandingkan intelegensi untuk kesuksesan peserta didik di masa depan.
Semoga kualitas pendidikan bangsa Indonesia meningkat dari waktu ke waktu.
Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlok, elzabeth B. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi Keenam. Jakarta:

Erlangga

Prof. Dr. R. Semiawan, Conny.1999. Perkembangan Dan Belajar Peserta

Didik. Jakarta

S.C Utami Munandar. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas anak

sekolah. Jakarta : Gramedia

Anda mungkin juga menyukai