Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP DASAR PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK

Mata Kuliah : Perkembangan Kognitif Anak


Dosen Pengampu: Hadisa Putri, M.Pd

Oleh:
SITI NORLIA
NIM: 103.2022.019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN SYAFIUDDIN SAMBAS
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. Karena Berkat nikmat dan Rahmat-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dan tidak lupa sholawat dan salam
kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membebaskan kita dari zaman
kebodohan.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi yang
membutuhkan baik dunia pendidikan ataupun para akademis yang ingin
meningkatkan pengetahuannya. Apabila ada kesalahan dalam makalah ini
penyusun minta maaf. Karena kealpaan dan kekhilafan itu adalah sifat manusia
yang nyata di dunia. Apabila ada kritik dan saran membangun dalam penulisan
maupun dalam pembahasan makalah ini demi kemajuan pendidikan, sangat
diharapkan.
Akhir kata dari penyusun mengucapkan terima kasih.

Paloh, 10 Oktober 2023


Penyusun

Siti Norlia

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................1

C. Tujuan..............................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2

A. Definisi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini..........................................2

B. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini..................................4

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Kognitif Anak...............6

BAB III PENUTUP.................................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah maupun dalam
lingkungan keluarga. Sehingga kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta
didik dalam pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek
yang sangat penting dalam perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa
peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses
pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan
peserta didik dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga
kependidikan yang bertanggung jawab dalam pengembangan kognitif peserta
didik perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan
kognitif pada anak didiknya.
Melalui makalah ini kami mencoba untuk mengangkat masalah
perkembangan kognitif peserta didik agar guru dan orang tua dapat memberikan
layanan pendidikan atau melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan kognitif masing-masing anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi perkembangan kognitif anak usia dini?
2. Apa saja tahap-tahap perkembangan kognitif anak usia dini
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat perkembangan kognitif anak
usia dini?
C. Tujuan
Sebagai suatu pembahasan yang sangat penting, makalah ini bertujuan
agar guru dan orang tua dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan
proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing
anak. Selain itu, makalah ini juga dapat memperdalam pengetahuan kita dalam
perkembangan kognitif pada peserta didik.

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Kognisi kognitif berasal dari kata cognition yang memiliki padanan kata
knowing (mengetahui). Berdasarkan akar teoritis yang dibangun oleh Piaget,
beberapa penulis mendefinisikan kognisi dengan redaksi yang berbeda-beda,
namun pada dasarnya sama, yaitu aktivitas mental dalam mengenal dan
mengetahui tentang dunia. Neisser dalam Morgan, et al. (Melly Latifah, 2008),
mendefinisikan kognisi sebagai proses berpikir dimana informasi dari pancaindera
ditransformasi, direduksi, dielaborasi, diperbaiki, dan digunakan. Istilah kognitif
menurut Chaplin (Muhibbin Syah, 2007: 66) adalah salah satu wilayah atau
domain/ranah psikologis manusia yang meliputi perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kognitif juga memiliki
hubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian
dengan ranah rasa. Menurut Santrock (Melly Latifah, 2008), kognisi mengacu
kepada aktivitas mental tentang bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran,
disimpan dan ditransformasi, serta dipanggil kembali dan digunakan dalam
aktivitas kompleks seperti berpikir.1
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa kognisi merupakan
salah satu aspek perkembangan individu yang meliputi kemampuan dan aktivitas
mental yang terkait dalam proses penerimaan-pemrosesan-dan penggunaan
informasi dalam bentuk berpikir, pemecahan masalah, dan adaptasi. Pembahasan
mengenai perkembangan kognitif individu meliputi kajian tentang perkembangan
individu dalam berfikir atau proses kognisi atau proses mengetahui. Jean Piaget
(1896-1980) adalah salah satu tokoh yang memberikan pengaruh kuat dalam
pembahasan mengenai perkembangan kognitif. Miller (Mery Latifah, 2008)
berpendapat bahwa teori Piaget merupakan teori pentahapan yang paling
berpengaruh dalam psikologi perkembangan, di mana dalam setiap tahapannya

1
Ujang Khiyarusoleh, “Konsep Dasar Perkembangan Kognitif Pada Anak Menurut Jean Piaget”.
Jurnal Dialektika Jurusan PGSD. Vol. 5 No. 1, Maret 2016, Hal. 4-5

2
Piaget menggambarkan bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan tentang
dunianya (genetic epistemology).
Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan
kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana,
pada buku karangan (Desmita, 2009) dijelaskan kemampuan kognitif dapat
dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan
berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta didik
menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu
melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan
lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari
dan memikirkan lingkungannya, sesuai buku karangan (Desmita, 2009).2
Dalam Dictionary of Psychology karya Drever, dijelaskan bahwa “kognisi
adalah istilah umum yang mencakup segenap mode pemahaman, yaitu persepsi,
imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran” (Kuper & Kuper, 2000).
Pengertian ini pun hampir senada dengan pengertian pada Dictionary of
Psychology karya Chaplin (2002), dijelaskan bahwa “kognisi adalah konsep
umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk didalamnya
mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan,
memperkirakan, menduga, dan menilai. Secara tradisional, kognisi ini
dipertentangkan dengan konasi (kemauan) dan dengan afeksi (perasaan).”
Sejumlah ahli psikologi juga menggunakan istilah thinking atau fikiran ini
untuk menunjukkan pengertian yang sama dengan cognition, yang mencakup
berbagai aktifitas mental, seperti: penalaran, pemecahan masalah, pembentukan
konsep-konsep, dan lain-lain. Sehingga dalam hal ini, Myers (1996) menjelaskan
bahwa, “thinking, or cognition, is the mental activity associated with processing,
understanding, and communicating information…these mental activities,

2
Vanio Jank-Jank, “Perkembangan Kognitif”, diakses dari
http://vaniojankjank.blogspot.com/2015/01/perkembangan-kognitif.html, pada tanggal 10 Oktober
2023, Pukul 20.00 Pm.

3
including the logical and sometimes illogical ways in which we create concepts,
solve problems, make decisions, and from judgments.” Atkinson, dkk, (1991)
mengartikan berfikir sebagai “kemampuan membayangkan dan menggambarkan
benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran ini.
Pemecahan masalah yang berdasarkan pikiran dibedakan dengan pemecahan
masalah melalui manipulasi yang nyata.”
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan
interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget
meyakini bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan
penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi
sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu
memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih
logis (Nur, 1998), dalam posting (Anwar Holil, 2008).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami
bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi
untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan,
atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009).
B. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi
sampai dia dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai
dari bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat
tingkat perkembangan kognitif, yaitu tahap sensori-motorik (dari lahir sampai 2
tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional
(usia 7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas),
dalam buku karangan Desmita(2009:101) dan (Anwar Holil,2008).
1. Tahap Sensori-Motorik (usia 0 sampai 2 tahun)
Desmita (2009:101) Dikatakan bahwa bayi bergerak dari tindakan
reflex instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi

4
membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian
pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik. Dalam postingnya,
(Arya, 2010) ”Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kognitif
selama stadium sensori motorik ini, inteligensi anak baru nampak dalam
bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi simulasi sensorik. Dalam stadium ini
yang penting adalah tindakan konkrit dan bukan tindakan imaginer atau
hanya dibayangan saja.” Pada proses ini Piaget menamakan proses desentrasi,
artinya anak dapat memandang dirinya sendiri dan lingkungan sebagai dua
entitas yang berbeda.
2. Tahap Pra-Operasional (usia 2 sampai 7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata
dari berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya
peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi
dan tindakan fisik (Desmita, 2009). Begitu juga dari sumber posting
(Joesafira,2010) pada tahapan pra-operasional menurut piaget ada beberapa
ciri antara lain :
a) Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum mampu
(secara perseptual, emosional-motivational, dan konsepsual) untuk
mengambil perspektif orang lain.
b) Cara berpikir pra-operasional sangat memusat (centralized). Bila anak
dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional, maka ia akan
memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan
dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga mengabaikan hubungannya
antara dimensi-dimensi ini.
c) Berpikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik (irreversable). Anak
belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan memikirkan
tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya.
d) Berpikir pra-operasional adalah terarah statis.
e) Berpikir pra-operasional adalah transductive (pemikiran yang meloncat-
loncat). Tidak dapat melakukan pekerjaan secara berurutan.

5
f) Berpikir pra-operasional adalah imaginatif, yaitu menempatkan suatu
objek tidak berdasarkan realitas tetapi hanya yang ada dalam pikirannya
saja.
3. Tahap Konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa
yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang
berbeda (Desmita, 2009). Tetapi dalam tahapan konkret-operasional masih
mempunyai kekurangan yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas logis
tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak
dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang
konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.
4. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih
idealistik. Dalam blog (Joesafira, 2010) tahap operasional formal mencakup dua
hal, yaitu :
a) Sifat deduktif-hipotesis
Ketika anak mendapatkan masalah, maka mereka akan membentuk
strategi-strategi penyelesaian berdasarkan hepotesis permasalahan
tersebut. Maka dari itulah berpikir operasional formal juga disebut berpikir
proporsional.
b) Berpikir operasional formal juga berfikir kombinatoris.
Berpikir operasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai
tingkah laku problem solving yang betul-betul ilmiah. Dengan
menggunakan hasil pengukuran tes inteligensi yang mencakup General
Information and Verbal Analogies, Jones dan Conrad ( Loree dalam Abin
Syamsuddin M, 2001 ) menunjukkan bahwa laju perkembangan inteligensi
berlangsung sangat pesat sampai masa remaja, setelah itu kepesatannya
berangsur menurun.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Kognitif Anak
Perkembangan kognitif merupakan salah satu topik yang sering dibicarakan
dan diperdebatkan banyak orang. Berbagai cara dilakukan supaya perkembangan

6
kognitif seorang anak menjadi optimal. Perkembangan kognitif meliputi
perkembangan dalam hal pemikiran, intelegensi, dan bahasa.
Sesuatu keberhasilan aspek perkembangan anak tidak terlepas dari adanya
faktor pendukung dan penghambat.
1. Faktor Pendukung
a) Faktor Hereditas atau Keturunan
Dalam hal ini faktor keturunan sebagai pendukung perkembangan kognitif
bisa dipengaruhi dari latar belakang keluarga orang tua atau nenek
moyangnya yang terlahir dengan fisik normal. Menurut ahli psikologi
Lehrin, Lindzey dan Spuhier menyatakan bahwa taraf intelegensi 75-80%
yang dimiliki anak merupakan warisan atau faktor keturunan.
b) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan peran penting dalam perkembangan anak yang
dapat dipengaruhi dari pola asuh orang tua dan pengalaman dari
lingkungan sekitar baik keluarga, tempat tinggal dan dunia pendidikan.
Menurut John Locke perkembangan manusia sangat ditentukan oleh
lingkungan, sedangkan taraf intelegensi anak sangat ditentukan oleh
pengalaman dan pengetahuan dari lingkungan sekitar.
c) Faktor Pembentukan
Faktor pembentukan dapat terjadi secara sengaja misalnya karena
pembiasaan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler menggambar sehingga
anak jadi memiliki kemampuan seni, sedangkan pembentukan tida sengaja
terjadi karena anak tersebut memang sudah memiliki kemampuan sejak
lahir yang diwarisi oleh keluarga.
d) Faktor Minat dan Bakat
Faktor minat dan bakat sebagai pendukung perkembangan kognitif karena
anak yang memang sudah memiliki bakat atau sudah terlihat dengan
perasaan menyukai kegiatan maka akan lebih mudah untuk
mengembangkan kemampuan supaya dapat terwujud.
e) Faktor Kematangan
Faktor kematangan bisa terjadi karena fisik dan psikis anak yang bekerja
secara seimbang dan dapat terjadi karena stimulus yang diberikan orang

7
tua cukup buat anak sehingga kematangan berpikir anak mampu berjalan
sesuai dengan fungsi masingmasing.
f) Faktor Kebebasan
Faktor pendukung terakhir karena anak yang merasa bebas dalam
melakukan kegiatan, dari kebebasan yang diberikan anak dengan
pengawasan orang dewasa mampu memberikan pengalaman dan
pengetahuan untuk mengembangkan pola pikir secara divergen. Sehingga
ketika anak mengalami masalah mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dengan cepat.
2. Faktor Penghambat
a) Orang tua yang bersikap otoriter
Otoriter merupakan tindakan memaksa, jika orang tua yang bersikap
menekan terhadap anak maka bisa jadi gangguan perasaan anak terganggu
sehingga akan menyebabkan rasa percaya diri anak tida bagus.
b) Pola asuh orang tua yang tidak bagus
Orang tua pasti mendidik anak sudah bagus akan tetapi ada orang tua yang
mendidik anak dengan kekerasan seperti pukulan, menggunakan kata-kata
yang jelek, setiap hari anak mendapatkan marahan hal ini dapat
mengganggu aspek perkembangan psikis anak.
c) Cacat fisik atau syndrome
Cacat fisik yang dialami anak dapat mengganggu aspek perkembangan
anak. Anak yang terlahir tidak normal dapat menyebabkan kesulitan dalam
mengembangkan kemampuan perkembangan fisik motorik bahkan dapat
berdampak pada gangguan psikis anak.
d) Kasih sayang anak yang kurang
Anak yang mengalamai kurang perhatian dan kasih sayang dari keluarga
terutama ayah ibu dapat menyebabkan taraf perkembangan anak tidak
sesuai harapan, misalnya waktu anak yang terbagi karena orang tua yang
sibuk bekerja, orang tua yang perhitungan soal materi dan lain sebagainya.
e) Lingkungan tempat tinggal yang tidak nyaman
Lingkungan tempat tinggal merupakan pengaruh penting dalam
perkembangan anak karena lingkungan anak akan mendapatkan

8
pengalaman dan pengetahuan dengan luas, apabila lingkungan tempat
tinggal anak tidak damai, nyaman dan harmonis, keluarga broken home
sehingga menggangu mental anak, anak selalu mendapatkan marahan,
pukulan dan tertekan dengan peraturan orang tua. Hal itu bisa
menghambat perkembangan anak, karena lingkungan tempat tinggal yang
tidak sesuai dengan usia anak untuk menmperoleh pengalam dan
pengetahuan secara divergen.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan
yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada
anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam
proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses
perkembangan kognitif tersebut. Perkembangan kognitif dapat dikaji dengan
menggunakan dua cara yaitu dengan pendekatan tentang tahapan-tahapan
perkembangan kognitif yang dijelaskan oleh Piaget dan dengan caran system
pemprosesan informasi. Pada teori pemprosesan informasi lebih menekankan
bagaimana proses-proses terjadinya perkembangan kognitif, tetapi pada teori
Piaget membagi proses tersebut ke dalam berbagai tahapan.
Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat
dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan
peserta didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan
yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing, sehingga
pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan
kognitif masing-masing anak didik.
Tidak kalah penting, pengajar juga harus mengetahui tentang factor-faktor
yang mempengaruhi peserta didik. Yang sangat sentral dalam faktor-faktor yang

9
mempengaruhi perkembangan kognitif adalah gaya pengasuhan dan lingkungan.
Biasanya gaya pengasuhan lebih diterapkan pada anak-anak. Pada pengasuhan ini
merupakan cikal-bakal perkembangan kognitif tersebut, karena ketika anak diasuh
secara tidak sesuai dengan semestinya, ini akan berakibat pada perkembangan
kognitif anak, bahkan pada perkembangan mental anak tersebut. Lingkungan pun
sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif, semakin buruk lingkungan
maupun pergaulan seseorang maka kemungkinan pengaruh lingkungan pada
perkembangan kognitif anak semakin besar.

Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak,


setidaknya kita sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus
memahami tentang perkembangan kognitif agar cara pengajaran kita sesuai
dengan kemampuan kognitif masing-masing anak.

10
DAFTAR PUSTAKA
Khiyarusoleh, U. 2016. Konsep Dasar Perkembangan Kognitif Pada Anak Menurut
Jean Piaget. Jurnal Dialektika Jurusan Pgsd, 5(1) : 4-5
Hastuti. A. Puji, F. Khusniawati, dan S.T. Utomo. 2021. Pengembangan Kognitif
Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Media Pansitung Di Ra Kentengsari
Kabupaten Magelang. Citra Ilmu. Vol.17 : 30-31
http://vaniojankjank.blogspot.com/2015/01/perkembangan-kognitif.html. Diakses pada
10 Oktober 2023 Pukul 20.00 Pm.

11

Anda mungkin juga menyukai