DI SEKOLAH DASAR
disusun oleh:
Visi Nurhayati 2120110009
Anastasia Titin Rosnawati 2120110028
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
3. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II ISI.................................................................................................................. 3
1. Orientasi Perkembangan Peserta Didik ......................................................... 3
2. Proses Perkembangan Kognitif ..................................................................... 4
3. Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik ..................................... 7
4. Prinsip Pembelajaran Kognitif....................................................................... 10
5. Penerapan Perkembagan Kognitif ................................................................ 11
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................ 14
1. Simpulan ....................................................................................................... 14
2. Saran ............................................................................................................. 14
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir.
Bekal dan modal dasar perkembangan manusia, yakni kapasitas motor dan sensori seperti
yang telah penyusun uraikan di muka, ternyata sampai batas tertentu, juga dipengaruhi
oleh aktivitas ranah kognitif. Pada bagian ini, campur tangan sel-sel otak terhadap
perkembangan bayi baru dimulai setelah ia berusia lima bulan saat kemampuan
sensorinya (seperti melihat dan mendengar) benar-benar mulai tampak.
Pengetahuan tentang perkembangan manusia sangat penting diketahui dan
dipahami sebagai pedoman dalam memahami kebutuhan dan karakter seseorang, tak
terkecuali anak usia dasar. Anak usia dasar adalah anak yang berada dalam bentang usia
7-12 tahun ke atas atau dalam sistem pendidikan dapat disebut anak yang berada pada
usia sekolah dasar. Memahami perkembangan anak usia dasar menjadi suatu keharusan
bagi orang tua, guru dan orang yang lebih dewasa. seperti yang dikemukakan Hurlock
(dalam Bujuri, Dian Andesta;2018) bahwa “orang yang paling penting bagi anak adalah
orang tua, guru, dan teman sebaya (peer group). Melalui merekalah anak mengenal
sesuatu positif dan negatif”. Baik atau buruknya perkembangan anak sangat bergantung
terhadap pemenuhan kebutuhan yang ia peroleh dari orang lain, baik dari orang tua,
anggota keluarga, guru dan individu lainnya.
Mengingat anak usia dasar belum memiliki kematangan dalam berfikir, anak
memiliki keterbatasan dalam memilah dan memilih sesuatu yang positif atau negatif dan
mana yang berdampak baik atau buruk. Dunia pendidikan harus bisa menyajikan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitif siswa guna
menunjang perkembangan proses dan keterampilan kognitif siswa.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1
3. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah
1) Guru dapat memahami perkembangan kognitif peserta didik
2) Guru dapat memahami contoh perkembangan kognitif peserta didik
b. Manfaat
Manfaat dalam penyusunan makalah ini adalah
1) Manfaat teoritis adalah menambah khasanah keilmuan tentang
perkembangan kognitif peserta didik
2) Manfaat praktis adalah guru dapat menerapkan pembelajaran sesuai
dengan perkembangan kognitif peserta didik secara maksimal
2
BAB II
ISI
Istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah atau ranah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan
keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa, menurut Chaplin
(dalam Jahja, Yudrik;2015;56).
3
dipelajari di sekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di
masyarakat.
Teori dan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget dan proses
perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan informasi. Piaget (dalam
Purnomo, Halim;2020;100) meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari
bayi sampai dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi
yang baru di lahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat
perkembangan kognitif, yaitu tahap sensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap pra-
operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun),
dan tahap operasional formal/usia 11 tahun ke atas. Berikut penjelasannya:
4
1) Tahap sensorimotor (0 - 2 tahun)
Tahap sensorimotor ada pada usia antara 0-2 tahun, mulai pada masa bayi ketika
ia menggunakan pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal lingkungannya.
Pada masa ini biasanya bayi keberadaannya masih terikat kepada orang lain bahkan
tidak berdaya, akan tetapi alat-alat inderanya sudah dapat berfungsi.
Tindakannya berawal dari respon refleks, kemudian berkembang membentuk
representasi mental. Anak dapat menirukan tindakan masa lalu orang lain, dan
merancang kesadaran baru untuk memecahkan masalah dengan menggabungkan secara
mental skema dan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Periode singkat antara 18
bulan atau 2 tahun, anak telah mengubah dirinya dari suatu organisme yang bergantung
hampir sepenuhnya kepada refleks dan perlengkapan heriditer lainnya menjadi pribadi
yang cakap dalam berfikir simbolik.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama stadium sensorimotor,
intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulus
sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan-tindakan konkrit dan bukan
tindakan-tindakan yang imaginer atau hanya dibayangkan saja, tetapi secara perlahan-
lahan melalui pengulangan dan pengalaman konsep obyek permanen lama-lama
terbentuk. Anak mampu menemukan kembali obyek yang disembunyikan.
5
hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat
dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis.
Anak tidak harus berada dalam kondisi kontak sensorimotorik dengan objek,
orang, atau peristiwa untuk memikirkan hal tersebut. Anak dapat
membayangkan objek atau orang tersebut memiliki sifat yang berbeda dengan
yang sebenarnya. Contoh: Citra bertanya kepada ibunya tentang gajah yang
mereka lihat dalam perjalanan mereka ke sirkus beberapa bulan yang lalu.
b) Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak
benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab
itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang
lain. Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap
ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif
orang lain. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun.
Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk
memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa
orang lain berpikir, menerima dan merasa sebagaimana yang mereka lakukan.
c) Berpikir Intuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu,
seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui
dengan pasti alasan untuk melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif
tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif
karena pada saat ini anak kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu.
6
4) Tahap operasional formal (usia 11 tahun-dewasa)
Anak usia 11 tahun keatas dalam tahap operasi formal: tidak perlu berpikir
dengan pertolongan benda- benda atau peristiwa-peristiwa kongkret, ia mempunyai
kemampuan berpikir abstrak. Jika menghadapi masalah eksperimen, mulai bekerja
bereksperimen dengan barang-barang, dan menyadari kompleksnya faktor-faktor yang
ada, hipotesis dan diuji secara sistematik, setiap faktor dipisahkan dengan menguji
dengan konsep yang dimiliki. Perkembangan kognitif anak usia SMP adalah pada tahap
operasional formal artinya tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau
peristiwa-peristiwa kongkret dapat dikatakan mempunyai kemampuan berpikir abstrak.
Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari penalaran klasifikasi, penalaran
konservasi, penalaran teoritis, penalaran kombinasi, penalaran proporsional, penalaran
fungsional, mengontrol variabel, penalaran analogi, penalaran proposisional, penalaran
korelasional, penalaran kemungkinan. Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang
lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.
7
yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan
sehingga tidak terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah
anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok
individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan
bagi anak usia 4- 6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
8
Anak dapat berhitung dan bekerja dengan angka. Contoh: Rosa membagi
permen kepada teman-temannya dan menghitung permen yang dia punya
untuk memastikan setiap orang mendapatkan permen yang sama.
5) Empati
Anak menjadi lebih mampu untuk membayangkan apa yang dirasakan oleh
orang lain. Contoh: Budi mencoba untuk menenangkan temannya yang
sedang kecewa dan menangis.
6) Teori Pikiran
Anak menjadi lebih dasar akan aktivitas mental dan fungsi pikirannya.
Contoh: Putri ingin menyimpan beberapa potong coklat untuk dirinya
sendiri, karena itu ia menyimpan coklat dari adiknya ke dalam kotak pensil.
Dia mengetahui bahwa coklatnya akan aman didalam kotak tersebut karena
sang adik tidak akan mencarinya ke tempat yang biasanya tidak terdapat
coklat.
2) Usia Sekolah Dasar
Anak sekolah dasar pada umumnya berada pada rentang umur 6 atau 7 –
11 atau 12 tahun. Pada tahap Operasional Konkret (7-12 tahun), anak sudah cukup
matang untuk menggunakan pemikiran logika atau operasi, tetapi hanya untuk objek
fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak telah hilang kecenderungan terhadap
animism dan articialisme. Egosentrisnya berkurang dan kemampuannya dalam
tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik. Namun, tanpa objek fisik di hadapan
mereka, anak-anak pada tahap operasional kongkrit masih mengalami kesulitan
besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
Menurut Hergenhahn dan Olson,2015 (dalam Juwantara, Ridho
Agung;2019) pada tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk
mempertahankan (konservasi), kemampuan mengelompokkan secara memadai,
melakukan pengurutan (mengurutkan dari yang terkecil sampai paling besar dan
sebaliknya), dan menangani konsep angka. Tetapi, selama tahap ini proses pemikiran
diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh anak. Anak dapat melakukan operasi
problem yang agak kompleks selama problem itu konkret dan tidak abstrak.
Anak dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-
tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif
(seperti membaca, menulis, dan menghitung atau CALISTUNG). Dilihat dari aspek
perkembangan kognitif, menurut Piaget (dalam Yusuf, Syamsu dan Sugandhi, Nani
9
M;2018;61) masa ini berada pada tahap operasi konkret, yang ditandai dengan
kemampuan:
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar
diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya
nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti
membaca, menulis, dan berhitung (CALISTUNG). Di samping itu, kepada anak juga
sudah dapat diberikan dasar-dasar pengetahuan yang terkait dengan kehidupan
manusia, hewan, lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, dan agama.
Untuk mengembangkan daya nalarnya, daya cipta, atau kreativitas anak,
maka kepada anak perlu diberi peluang-peluang untuk bertanya, berpendapat, atau
menilai (memberikan kritik) tentang berbagai hal yang terkait dengan pelajaran, atau
peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Upaya lain yang dapat dilakukan sekolah,
dalam hal ini para guru dalam mengembangkan kreativitas anak, adalah dengan
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan, seperti perlombaan mengarang, menggambar,
menyanyi, cabaret/drama, berpidato (Bahasa Ibu dan Indonesia), dan cerdas cermat
(terkait dengan pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa dan Agama).
10
2) Belajar Lewat Interaksi Sosial. Dalam belajar, perlu diciptakan suasana yang
memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar. Menurut Piaget, belajar
bersama teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa akan membantu
perkembangan kognitif mereka. Sebab, tanpa kebersamaan, kognitif akan berkembang
dengan sifat egosentris. Dan dengan kebersamaan, khazanah kognitif anak akan
semakin beragam.
3) Belajar Lewat Pengalaman Sendiri. Dengan memanfaatkan pengalaman nyata,
perkembangan kognitif seseorang akan lebih baik daripada hanya menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat penting untuk berkomunikasi. Namun,
jika tidak diikuti oleh penerapan dan pengalaman maka perkembangan kognitif
seseorang akan cenderung mengarah ke verbalisme (banyak menghafal).
11
g) Mintalah anak-anak memberikan alasan dari jawaban mereka ketika mereka
mengambil kesimpulan.
12
d) Pilih problem tertentu yang sudah dikenal baik oleh kelas dan ajukan pertanyaan
yang berkaitan dengannya.
e) Minta murid mendiskusikan kesimpulan mereka yan terdahulu.
f) Buat semacam proyek dan investigasi untuk dilaksanakan oleh murid.
g) Dorong murid untuk menyusun penjelasan hirarki untuk ditulis.
h) Akui bahwa anak lebih mungkin menggunakan pemikiran operasional formal
dalam area di mana mereka memiliki banyak keahlian dan pengalaman.
13
BAB III
KESIMPULAN
1. Simpulan
Anak sekolah dasar berada pada rentang usia mulai dari umur 7-12 tahun. Pada
tahap ini anak sudah bisa berpikir secara konkret. Anak dapat mereaksi rangsangan
intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual
atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung atau
CALISTUNG).
Untuk mengembangkan daya nalarnya, daya cipta, atau kreativitas anak, maka
kepada anak perlu diberi peluang-peluang untuk bertanya, berpendapat, atau menilai
(memberikan kritik) tentang berbagai hal yang terkait dengan pelajaran, atau peristiwa
yang terjadi di lingkungannya. Anak-anak memiliki tahapan pemahaman yang berbeda
pada usia yang berbeda pula. Pengetahuan akan terbentuk secara berangsur sejalan
dengan pengalaman yang berkesinambungan dan bertambah luasnya pemahaman tentang
informasi-informasi yang ditemui.
2. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Bujuri, Dian Andesta. 2018. Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar
dan Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jurnal Literasi. 9. 1
15