PERKEMBANGAN KOGNITIF
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
1. Gustiza Enggarni Q (A1D021002)
2. Mufit Agilman (A1D021025)
3. Meila Eria Enjelita (A1D021052)
PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah Perkembangan Perserta Didik yaitu
membuat makalah yang berjudul “Perkembangan Kognitif” dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya bapak
Dr. Hadiwinarto, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Perkembangan
Perserta Didik yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulismohon maaf yang setulus-tulusnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga,
maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik
dalam pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek
yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif
sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan
pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang
tua belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik
perkembangan kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan
kognitif anak.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik,
diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-
tahap karakteristik perkembangan kognitif peserta didik.
Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik, dapat kita ambil masalah-masalah
yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah perkembangan kognitif peserta didik, tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1
1. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif peserta didik.
2. Mengetahui proses perkembangan kognitif peserta didik.
3. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya.
4. Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan
solusinya.
1.4. Manfaat
1. Bagi penulis makalah ini memberikan manfaat yang sangat besar, karena dengan adanya
penyusunan makalah mengenai perkembangan kognitif peserta didik, dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan kognitif.
2. Bagi pembaca khususnya para peserta didik, makalah ini dapat memberikan wawasan
mengenai perkembangan kognitif dan tahaprt. Dengan adanya makalah ini peserta didik
dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif yang dimilikinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya, sesuai buku karangan (Desmita, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa
kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk
3
menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan
dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan,
memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang
berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009).
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia
dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru
di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan
kognitif, yaitu tahap sensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap pra-operasional
(usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun), dan tahap
operasional formal (usia 11 tahun ke atas), dalam buku karangan Desmita(2009:101) dan
(Anwar Holil,2008).
4
b. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari
berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik
(Desmita, 2009).
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang
konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda
(Desmita, 2009). Tetapi dalam tahapan konkret-operasional masih mempunyai
kekurangan yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya
dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu
masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu
untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.
5
suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga
tidak terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah anak yang
sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang
sedang berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6
tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
1. Berpikir Simbolik
6
melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Anak tidak harus berada dalam kondisi
kontak sensorimotorik dengan objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkan
hal tersebut. Anak dapat membanyangkan objek atau orang tersebut memiliki
sifat yang berbeda dengan yang sebenarnya.
Contoh: Citra bertanya kepada ibunya tentang gajah yang mereka lihat dalam
perjalanan mereka ke sirkus beberapa bulan yang lalu.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau
tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh
sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang
lain. Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini
sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang
lain. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir
secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif
atau cara berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir,
menerima dan merasa sebagaimana yang mereka lakukan.
Contoh: Clara menyadari bahwa dia harus mebalik buku agar ayahnya dapat
melihat gambar yang dia minta untuk diterangkan. Dia malah memegang buku di
depan wajahnya sehingga hanya dia sendiri yang dapat malihat buku tersebut.
3. Berpikir lntuitif
7
kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang
apa yang ada dibalik suatu kejadian.
a. Memahami identitas
Contoh: Anas melihat bola menggelinding dari balik tembok, lalu dia
melihat belakang tembok untuk mencari siapa yang menendang bola
tersebut.
c. Mampu mengklasifikasi
d. Memahami angka
e. Empati
Anak menjadi lebih mampu untuk membayangkan apa yang dirasakan oleh
orang lain.
8
f. Teori pikiran
Anak menjadi lebih dasar akan aktivitas mental dan fungsi pikirannya.
Diskripsi: Anak fokus kepada satu aspek dari situasi dan mengabaikan yang lain.
Contoh: Timon menggoda adik perempuannya bahwa ia memiliki juice yang lebih
kerena juice-nya dituangkan ke dalam gelas yang panjang dan ramping sedangkan
milik adiknya dituangkan dalam gelas yang pendek dan melebar.
Irreversibility
Diskripsi: Anak gagal memahami bahwa beberapa operasi atau tindakan dapat
dibalik, dikembalikan ke situasi semula.
Contoh: Timon tidak menyadari bahwa juice dalam tiap gelas dapat dikembalikan
ke dalam kotak juice yang merupakan tempat semula juice tersebut, dan
berlawanan dengan klaim miliknya lebih banyak dibandingkan milik sang adik.
Penalaran transduktif
9
Contoh: Sarah memarahi adiknya, kemudian adiknya jatuh sakit, sarah
menyimpulkan bahwa yang menyebabkan adiknya sakit adalah dia.
Animisme
Contoh: Amanda mengatakan bahwa musim semi mencoba untuk datang dan
musim gugur berkata, “saya tidak mau pergi! Saya tidak mau pergi!”.
Contoh: Budi merasa bingung dengan spon yang dibuat berbentuk batu. Dia
menyatakan bahwa benda tersebut berbentuk seperti batu dan benar-benar batu.
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik
(0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai hasrat anak
mengucapkan kata kata yang pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi
orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang
kornpleks, baik yang bcrupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa pcrbedaan yang
jelas. Misalnya kata duduk, bag: anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat
duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan
memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kiia tahu dalam konteks
apa kata tersrbut diucapkan, sambil mcngamati mimik (ruut muka) gerak serta bahasa
tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah kata benda,
setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
10
2. Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini anak
sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut
kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat
dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat
dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang
digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah
mcngadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan
tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan
kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
Periode terakhir dari masa balita yang bcrlangsung antara usia dua setengah
sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang
pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan
akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya,
terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu
mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu
mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih
lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab,
memerintah, memberitahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu
pembicaraan “gaya” dewasa.
11
3. Retrieval: proses di mana informasi diakses atau dipanggil kembali dari penyimpanan
ingatan.
Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik dari mengingat, akan tetapi
kedua kemampuan tersebut meningkat pada masa anak-anak awal. Membentuk memori
anak. Memori tentang pengalaman pada masa anak-anak awal jarang sekali yang terjadi
secara disengaja: anak kecil biasanya mengingat peristiwa yang membuat kesan yang
sangat kuat, dan dan sebagian besar dari memori sadar awal, ini tampaknya bersifat
jangka pendek. Cara seorang anak membentuk memori permanen ada tiga tipe yaitu:
1. Memori generic: memori yang menghasilkan script bagi rutinitas yang akrab untuk
memandu perilaku. Script adalah catatan umum yang akrab dan berulang,
dipergunakan untuk memandu perilaku. Misalnya: seorang anak bisa saja memiliki
script untuk menaiki bus ke sekolah atau makan siang di rumah nenek.
2. Memori episodis: memori jangka panjang tentang peristiwa yang kerap terjadi dan
akrab, dihubungkan dengan tempat dan waktu.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut
pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas
mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa
ini berlangsung pada masa kanak-kanak akhir. Dalam upaya memahami alam
sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari
pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa
yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal,
pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada
12
periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris,
maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih
konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak
benar-benar berada pada stadium belajar.
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut
dengan operasi – operasi, yaitu :
c) Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-
benda yang ada.
KEMAJUAN KOGNITIF
Pemikiran spasial
Contoh : Dani dapat menggunakan peta atau model untuk membantunya mencari objek
tersembunyi dan dapat memberikan arah untuk menemukan benda tersebut kepada
orang lain. Dia dapat menemukan jalan ke sekolah dan pulang ke rumah, dapat
memperkirakan jarak, dapat menilai berapa waktu yang dibutuhkan untuk pergi dari
satu tempat ke tempat yang lain.
13
Sebab akibat
Contoh : Doni mengetahui atribut fisik objek mana yang akan memengaruhi hasil
(misalnya, jumlah objek berpengaruh sedangkan jumlah warna tidak).
Tetapi dia belum mengetahui faktor spesial mana seperti posisi dan
penempatan objek, yang membuat perbedaan.
Klasifikasi
Contoh : Elena dapat memilah objek ke dalam beberapa kategori, seperti bentuk,
warna, atau keduanya. Dia mengetahui bahwa subkelas (mawar) memiliki
anggota yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelas yang menjadi
induknya (bunga).
Contoh : Nina dapat mengatur kumpulan tongkat sesuai urutan, dari yang paling
pendek ke yang paling panjang, dan dapat memasukkan tongkat
berukuran menengah ke tempat yang tepat. Dia mengetahui apabila satu
tongkat lebih panjang dibandingkan tongkat kedua, dan tongkat kedua
lebih panjang dari tongkat ketiga, maka tongkat pertama lebih panjang
dari tongkat ketiga.
Penalaran induktif merupakan tipe penalaran logis yang bergerak dari yang
observasi khusus terhadap anggota kelas hingga mencapai kesimpulan tentang kelas
tersebut. Dan penalaran deduktif merupakan tipe penalaran logis yang bergeneral
14
dari premis umum tentang sebuah kelas kepada sebuah kesimpulan tentang anggota
tertentu atau beberapa anggota dari kelas tersebut.
Konservasi
Contoh : Pada usia 7 tahun, Andre mengetahui apabila bola tanah liat digulung
menjadi bentuk sosis, maka ia memiliki jumlah tanah liat yang sama
(konservasi substansi). Pada usia 9 tahun, dia mengetahui bahwa berat
bola dan sosis sama. Baru pada usia awal remaja, dia mengetahui
bahwa keduanya meluberkan jumlah cairan yang sama jika keduanya
diletakkan dalam segelas air.
a. Perkembangan Memori
15
2. Memori kerja (working memory) adalah sebuah “gudang” jangka pendek bagi informasi
yang sedang dikerjakan oleh seseorang pada saat ini; dan informasi tersebut adalah
informasi yang berusaha untuk dipahami, diingat, atau dipikirkan.
3. Memori jangka panjang (long-term memory) adalah sebuah “gudang” dengan kapasitas
penyimpanan yang tidak terbatas, yang menyimpan informasi dalam jangka waktu yang
lama.
Metamemori: Memahami memori
Antara anak usia 5 dan 7 tahun, lobus frontal mengalami perkembangan signifikan
dan reorganisasi, memungkinkan peningkatan pemanggilan kembali dan metamemori,
pengetahuan tentang proses memori (Janowsky & Carper, 1996). Anak-anak TK dan
tingkat pertama mengetahui bahwa orang akan mengingat lebih baik jika mereka belajar
lebih lama, orang akan melupakan sesuatu seiring dengan berjalannya waktu, dan akan
lebih mudah untuk mempelajari kembali sesuatu yang telah dipelajari daripada
mempelajarinya untuk pertama kali.
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik.
Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai
adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak
berusaha menggunakan teknik untuk membantu ingatan (strategi mnemonik) yang
digunakan untuk meningkatkan memori. Terdapat 4 macam strategi mnemonik, yaitu:
1. Bantuan memori eksternal : Terpancing oleh sesuatu dari luar orang tersebut.
Pada anak usia 5 dan 6 tahun dapat melakukan hal ini, tetapi yang berusia 8 tahun
lebih sering berpikir untuk melakukannya.
Contoh : Roni membuat daftar yang harus dia lakukan hari ini.
16
Pada anak usia 6 dan 7 tahun dapat diajari untuk melakukan hal ini, anak usia 7 tahun
melaksanakannya secara spontan.
Contoh : tim berulang-ulang menyebutkan huruf dalam kata ejaannya sampai dia
mengetahuinya.
Sebagian besar anak tidak dapat melakukan hal ini sampai mereka berusia 10 tahun,
tetapi anak yang lebih muda dapat diajari melakukannya.
4. Elaborasi : mengasosiasikan item yang akan diingat dengan sesuatu yang lain seperti
frasa, scene, atau cerita.
Anak yang berusia lebih tua lebih sering melakukan ini secara spontan dan
mengingat lebih baik apabila mereka membuat asosiasi mereka sendiri; anak yang
lebih muda akan mengingat lebih baik apabila ada orang lain yang membuatkannya
untuk mereka.
c. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
17
d. Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perkembangan bahasa
pada usia sekolah yaitu antara lain:
Umumnya pada usia ini, tugas komunikasi menjadi kompleks dan sulit , sehingga
anak-anak usia ini mengalami kesulitan untuk memahami perasann orang lain, lalu anak
usia 5-6 tahun cenderung kurang mampu mengkomunikasikan informasi dari anak yang
lebih tua, jadi informasi yang abstrak belum mampu dikomuikasikan pada anak-anak.
3. Masa Remaja
18
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif
pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara
logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi
seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka
akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka
sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang
untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri
dengan lingkungan sekitar mereka.
1. Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di
hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
19
a. Abstrak
Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang
benar-benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau
dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.
c. Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka
mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan
20
(Santrock, 2001). Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan
keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah
dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis. Misal : Dalam
pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran, keputusan sampai pada
konsekuensinya, bagaimana lingkungannya yang menunjukkan peran lingkungan dalam
membantu pengambilan keputusan pada remaja.
Permasalahan membaca pada masa ini masih dengan cara dieja, pemahamannya
hanya satu kata dan terkadang anak sulit diajak belajar membaca.
Solusi: Membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari anak untuk membaca.
C. Masa Remaja
21
22
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita
sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan
kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui
perkembangan kemampuan kognitif masing-masing anak.
3.2. Saran
1. Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut
berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan kognitif.
2. Peran serta pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk mengawasi
perkembangan kognitif setiap anak dan peserta didik sesuai karakteristik perkembangan
kognitif anak.
23
DAFTAR PUSTAKA
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) & ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonesia). 2003. Jurnal Ilmu Pendidikan jilid 10 nomor 3. Madiun: IKIP PGRI.
24