Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Oleh,
Sa'ban Nuriadin 2001020067
Sani Lestari 2001020086
Siska Octaviana 2001020064
Makalah ini telah di terima pada hari Rabu Tanggal 17 April 2020
Oleh
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Keterampilan Dasar
Mengajar Bagi Guru ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Perkembangan Peserta Didik pada Program studi Pendidikan Guru Sekilah
Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Keterampilan dalam Mendajar bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
D. Kegunaan Makalah………………………………………………………... 3
A. KESIMPULAN……………………………………………………………… 12
B. SARAN………………………………………………………………………. 13
iii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 14
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kognitif merupakam kemampuan seseorang untuk berfikir
lebih kompleks dalam melakukan penalaran atau pemecahan masalah. Masa anak
pada usia Sekolah Dasar/Madrasah merupakan usia yang paling efektif untuk
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Pada masa ini pola pertumbuhan
dan perkembangannya baik perkembangan fisik, perkembangan sosial,perbembangan
emosional maupun perkembangan kognitif sudah berkembang secara optimal.
Perkembangan kognitif anak pada usia 7-12 tahun berada pada tahapan operasi
konkrit yaitu anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda
konkrit. Oleh karena itu orang tua dan guru memiliki peran yang sangat penting dalam
membantu mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak. Perkembangan
potensi harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik tiap anak. Pada
umumnya anak usia Sekolah Dasar/Madrasah adalah usia anak yang masih berada
pada tahap belajar sambil bermain (learning by doing).Pada hakikatnya siswa dalam
proses pembelajaran mengalami kesulitan atau kendala.
Masalah ini memiliki banyak karakteristik yang harus dipahami oleh guru.
Dalam setiap pemecahan masalah terdapat prinsip-prinsip pengajaran yang dapat
mempermudah dalam mengatasi masalah siswa. Banyak para pendidik yang belum
memahami perkembangan-perkembangan anak didiknya. Dengan mengetahui proses,
faktor dan konsep perkembangan peserta didik kita akan mudah mengetahui sistem
pembelajaran yang efektif,efisien,terarah dan sesuai dengan pengembangan anak
didik.
Untuk mengembangkan potensi anak didik dan menciptakan generasi-generasi
masa depan yang berkualitas,maka diperlukan adanya pemahaman tentang
perkembangan dan pertumbuhan anak didik. Dengan demikian,sebagai pendidik kita
diharuskan mengetahui dan memahami perkembangan dan pertumbuhan peserta
didik. Bimbingan belajar pada dasarnya merupakan upaya bantuan untuk mewujudkan
perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun individual,
sesuai dengan hakikat kemanusiaannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan
1
kekurangan, kelemahan dan permasalahannya dalam belajar. Bimbingan merupakan
bidang layanan kepada siswa, layanan untuk membantu mengoptimalkan
perkembangan mereka.
Proses bimbingan kesulitan belajar ini memberikan kesempatan kepada
peneliti dan guru bidang studi untuk mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran
di Sekolah Dasar atau Madrasah sehingga dapat dikaji, ditangani dan dituntaskan.
Dengan demikian proses pembelajaran di Sekolah Dasar atau Madrasah yang
menerapkan mengatasi kesulitan belajar dalam pembelajaran dengan melalui
bimbingan, diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran dan kemampuan
siswa.
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar,baik di sekolah maupun dalam
lingkungan keluarga. Hasil belajar yang rendah, tidak dapat mengerjakan soalyang di
berikan guru, belum paham dengan materi yang diberikan, merupakansalah satu
bentuk kesulitan belajar pada siswa Sekolah Dasar atau Madrasah. Perkembangan
kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembanganpeserta
didik. Dalam perkembangan kognitif di sekolah,guru sebagai tenaga kependidikan
yang bertanggung jawab dalam pengembangan kognitif peserta didik. Orang tua juga
tidak kalah penting dalam kognitif anak,karena perkembangan dan pertumbuhan anak
di mulai dilingkungan keluarga. Namun,orang tua belum terlalu memahami tentang
perkembangan kognitif anak,bahkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif anak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diketahui rumusan masalah yaitu :
1. Apa pengertian pengembangan kognitif ?
2. Bagaimana proses perkembangan kognitif ?
3. Apa saja karakteristik perkembangna kognitif ?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kognitif ?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan ruumusan masalah diatas,maka dapat diketahui tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian pengembangan kognitif.
2. Mengetahui proses perkembangan kognitif.
3. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif.
2
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik secara teoris
maupun praktis.
E. Prosedur Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode
yang digunakan adalah metode deskritif melalui metode ini penulis akan
menggunakan pembahasan yang akan dibahas secara jelas dan komperehensif. Data
teoretis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik study
pustaka,artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literature
yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analis dengan
kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dengan
kompleks makalah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
B. Proses Perkembangan Kognitif
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai
dia dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi
yang baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat
perkembangan kognitif, yaitu tahap aensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap
pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11
tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas), dalam buku karangan
Desmita(2009:101) dan (Anwar Holil,2008).
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif anak terdirir dari empat tahapan,
diantaranya:
a) Tahap sensory-motor.
Tahap ini terjadi antara usia 0-2 tahun. Intelegensi sensory motor dipandang
sebagai intelegensi praktis. Anak pada usia ini belajar bagaimana mengikuti dunia
kebendaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa
yang sedang mereka perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan
tersebut.
b) Tahap pre-oprational.
Periode ini terjadi pada usia 2-7 tahun. Pada tahapan ini anak sudah memiliki
kesadaran akan tetap eksisnya yang harus ada dan biasanya ada, walaupun benda
tersebut sudah ditinggalkan, sudah tidak dilihat atau sudah tidak pernah didengar lagi.
Selain itu seorang anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu
pula mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.
c) Tahap concrete-operational.
Tahapan ini terjadi pada usia 7-11 tahun. Dalam tahapan ini seorang anak
memperoleh kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir).
Selain itu anak memiliki kemampuan konservasi (kemampuan dalam memahami
aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume),penambahan golongan
5
benda (kemampuan dalam memahami cara mengkombinasikan benda-benda yang
memiliki kelas rendah dengan kelas atasnya lagi), dan pelipat gandaan golongan
benda.
d) Tahap formal-operational.
Usia tahapan ini adalah 11-15 tahun. Pada tahap ini seorang remaja memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam
kemampuan kognitifnya. Yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas
menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kemampuan hipotesis, remaja mampu
berpikir khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan
dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon. Sedangkan dengan memiliki
kapasitas prinsip-prinsip abstrak, mereka mampu mempelajari materi pelajaran yang
abstrak, seperti ilmu matematika.
Menurut teori kognitif Piaget, perkembangan kognitif anak usia dasar berada
pada dua fase yaitu pertama fase operasional konkret (7-11 tahun) adalah fase dimana
anak sudah dapat memfungsikan akalnya untuk berfikir logis, rasional dan objektif,
tetapi terhadap objek yang bersifat konkret. Kedua fase operasional formal (11-12
tahun ke atas) adalah fase dimana anak sudah dapat memikirkan sesuatu yang akan
atau mungkin terjadi (hipotesis) dan sesuatu bersifat abstrak.
Setidaknya ada tiga dasar asumsi umum teori pemprosesan informasi (Zigler &
Stevenson, 1993) dalam buku Desmita(2009:116) yaitu :
6
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat kita pahami bahwa teori
pemprosesan informasi lebih menekankan bagaimana individu memproses informasi
tentang dunia, bagaimana informasi masuk ke dalam fikiran, bagaimana penyimpanan
dan penyebaran informasi dan bagaimana pengambilan kembali informasi untuk
melaksanakan aktivitas yang kompleks. Sehingga inti dari pendekatan pemprosesan
informasi ini adalah proses memori dan proses berpikir.
Berdasarkan pada teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar masuk dalam
tahap pemikiran kongkret-operasional, yaitu masa dimana aktivitas mental anak terfokus pada
objek-objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Menurut piaget,
operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan
operasi kongkret adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa
nyata atau konkret dapat di ukur. Desmita (2009:104).
Artinya anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan untuk berpikir melalui urutan
sebab akibat dan mulai mengenali berbagai cara pemecahan permasalahan yang dihadapinya. Anak
usia ini juga dapat mempertimbangkan secara logis hasil dari sebuah kondisi atau situasi serta tahu
beberapa aturan atau strategi berpikir, seperti penjumlahan, pengurangan penggandaan,
7
mengurutkan sesuatu secara berseri dan mampu memahami operasi dalam sejumlah konsep, seperti
5 x 6 = 30 dan 30 : 6 = 5 (Jhonson & Medinnus, 1974).
Dalam buku psikologi perkembangan peserta didik karangan Desmita (2009:104) menurut
pieget, anak-anak pada masa kongkret operasional (masa sekolah SD) ini telah mampu menyadari
konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara
serempak (Jhonson & Medinnus, 1974).
Hal ini adalah karena pada masa ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang
disebut dengan operasi-operasi: negasi, resiprokasi dan identitas.
Negasi (negation)
Pada masa pra-opersional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan
benda, dengan kata lain mereka hanya mengetahui permulaan dan akhirnya saja tetapi
belum memahami alur tengahnya. Tetapi pada masa kongkret opersional, anak memahami
proses apa yang terjadi diantara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara
keduanya.
Hubungan timbal balik (resiprokasi)
Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan
benda-benda bertambah panjang, tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak
mengetahui hubungan timbale balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang
tetapi lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada p b ada kedua deretan itu
sama. Desmita (2009:105). Sehingga dalam masa ini anak mulai mengerti tentang hubungan timbal
balik.
Identitas
Pada usia sekolah (SD) anak sudah mengetahui berbagai benda yang berada dalam suatu deretan, bisa
menghitung, sehingga meskipun susunan dalam deret di pindah, anak tetap mengetahui jumlahnya
sama. (Gunaris, 1990) dalam (Desmita,2009). Jadi, anak pada usia sekolah (masa Konkret operasional)
dapat mengetahui identitas berbagai benda dan mulai memahami akan susunan dan urutan tertentu.
8
Berdasarkan posting dari (Wiriana, 2008), kemampuan kognitif seseorang dipengaruhi oleh dua
hal yaitu, faktor herediter atau keturunan dan faktor non herediter. Faktor herediter merupakan faktor
yang bersifat statis, lebih sulit untuk berubah. Sebaliknya, faktor non herediter merupakan faktor yang
lebih plastis, lebih memungkinkan untuk diutak-atik oleh lingkungan. Pengaruh non herediter antara
lain peranan gizi, peran keluarga, dalam hal ini lebih mengarah pada pengasuhan, dan peran
masyarakat atau lingkungan termasuk pengalaman dalam menjalani kehidupan.
Perkembangan kognitif sendiri sudah dapat dipersiapkan sejak dalam kandungan sampai
dewasa. Asupan gizi yang sehat dan seimbang menjadi fondasi bagi perkembangan kognitif. Calon
bayi juga dapat dirangsang dengan cara memberikan stimulus atau rangsangan seperti, mengajak
bercakap-cakap, mendengar musik, melakukan relaksasi, menjaga stabilitas emosi pada ibu. Setelah
lahir, rangsangan yang diberikan juga tetap diberikan.
Kasih sayang merupakan suatu aspek penting dari relasi keluarga pada masa bayi yang dapat
mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak ke depannya (Wiriana, 2008). Penting diperhatikan
bahwa kasih sayang pengasuh pada tahun-tahun pertama kehidupan anak menjadi kunci pada
perkembangan selanjutnya. Seorang pakar psikologi perkembangan, Diana Baumrind meyakini bahwa
orang tua hendaknya tidak menghukum atau mengucilkan anak namun sebagai gantinya orang tua
harus mengembangkan aturan-aturan dan mencurahkan kasih sayang pada anak.
Dalam posting (Wiriana, 2008) pun dijelaskan tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif adalah:
1. Gaya Pengasuhan
Baumrind menekankan tiga tipe gaya pengasuhan yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif, pada anak (Wiriana, 2008), yaitu :
9
a. Gaya pengasuhan Otoriter (authoritarian parenting)
Gaya pengasuhan otoriter adalah suatu gaya yang membatasi dan menghukum yang menuntut
anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua
yang otoriter menetapkan batasan-batasan yang tegas dan tidak memberikan peluang pada anak untuk
berbicara atau bermusyawarah. Perkembangan kognitif anak juga menjadi kurang optimal karena
kurang ada kesempatan untuk mengekspresikan rasa ingin tahu, mengembangkan kreativitas serta
menyelesaikan masalah secara mandiri.
Pengasuhan otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial yang baik pada anak. Perkembangan
kognitif diprediksikan menjadi lebih optimal karena anak memiliki kesempatan untuk
mengembangkan kreativitas, kemampuan untuk menyelesaikan masalah (problem solving) namun
tetap mengetahui norma atau aturan yang berlaku, maupun mengembangkan rasa ingin tahu tanpa
mengalami ketakutan.
10
cenderung liar, kurang mampu mengenal aturan serta menjadi kurang mampu
membangun kemandirian dengan baik.
2. Pengaruh lingkungan.
Pengaruh lingkungan juga memberikan andil yang cukup besar terhadap perkembangan
kognitif anak. Lingkungan dalam konteks ini adalah lingkungan di luar rumah atau keluarga.
Lingkungan pertama yang berpengaruh adalah sekolah, pengaruh teman sebaya (peers), status
sosial ekonomi, peran gender dalam keluarga, dan media masa.
Lingkungan yang kondusif bagi perkembangan kognitif anak adalah lingkungan yang
mampu merangsang rasa ingin tahu, kemampuan untuk mengamati serta menyelesaikan
masalah serta mengembangkan alternative penyelesaian masalah.
Beberapa tips untuk mengembangkan kemampuan kognitif pada anak (Wiriana, 2008),
antara lain :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses
perkembangan kognitif tersebut. Perkembangan kognitif dapat dikaji dengan
menggunakan dua cara yaitu dengan pendekatan tentang tahapan-tahapan
perkembangan kognitif yang dijelaskan oleh Piaget dan dengan caran system
pemprosesan informasi. Pada teori pemprosesan informasi lebih menekankan
bagaimana proses-proses terjadinya perkembangan kognitif, tetapi pada teori Piaget
membagi proses tersebut ke dalam berbagai tahapan.
Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat
dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta
didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang
dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing, sehingga pengajar
dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-
masing anak didik.
Tidak kalah penting, pengajar juga harus mengetahui tentang factor-faktor yang
mempengaruhi peserta didik. Yang sangat sentral dalam faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif adalah gaya pengasuhan dan lingkungan.
Biasanya gaya pengasuhan lebih diterapkan pada anak-anak. Pada pengasuhan ini
merupakan cikal-bakal perkembangan kognitif tersebut, karena ketika anak diasuh
secara tidak sesuai dengan semestinya, ini akan berakibat pada perkembangan kognitif
anak, bahkan pada perkembangan mental anak tersebut. Lingkungan pun sangat
berpengaruh pada perkembangan kognitif, semakin buruk lingkungan maupun
pergaulan seseorang maka kemungkinan pengaruh lingkungan pada perkembangan
kognitif anak semakin besar.
B. Saran
1. Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat
ikut berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan kognitif.
2. Selalu belajar serius agar menjadi peserta didik yang nantinya dapat dengan
mudah memahami tentang perkembangan kognitifnya.
12
Peran serta pemerintah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk mengawasi
perkembangan kognitif setiap anak dan peserta didik.
13
DAFTAR PUSTAKA
14