Anda di halaman 1dari 21

MAKNA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS SD

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pembelajaran IPS SD

Dosen Pengampu : Dr. Sukri Katili, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

Anggriani Caru (151421111)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rakhmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Makna Pengembangan Pembelajaran
IPS SD”. Makalah ini disusun untuk memenuhi pembelajaran pada mata kuliah Pengembangan
Pembelajaran IPS SD. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
yang telah memberikan tugas kepada kami.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari dosen mata kuliah Pengembangan
Pembelajaran IPS SD, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik
dimasa yang akan datang.

Gorontalo, Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ..................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 4
2.1 Urgensi Pengembangan Pembelajaran Ips ................................................................................. 4
2.2 Karaktertistik Mata Pelajaran IPS SD ....................................................................................... 9
2.3 Dimensi Pembelajaran IPS ........................................................................................................ 15
BAB III ................................................................................................................................................ 18
PENUTUP............................................................................................................................................ 18
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan
manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan sebagainya. Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks, dan
proses pendidikan itu akan berjalan seiring dengan perkembangan manusia. Malalui
pendidikan pula berbagai aspek kehidupan dikembangkan melalui proses belajar dan
pembelajaran. Sehingga berbagai masalah dalam proses belajar perlu diselaraskan dan
distabilkan agar kondisi belajar tercipta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta dapat
diperoleh seoptimal mungkin. Tuntutan masyarakat dan bangsa terhadap pendidikan di dunia
akan senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini sesui dengan tuntunan Dan
kebutuhan masyarakat dan bangsanya. Bagi bangsa Indonesia, keberadaan IPS sebagai mata
pelajaran sudah tidak terbantahkan lagi karena adanya kebutuhan masyarakat yang sedddang
berkembang maju menuju masyarakat maju, adil, dan makmur. Arah pendidikan ini sejalan
dengan cita-cita Negara Indonesia yang merupakan Negara satu kesatuan dan Negara yang
terkenal denga kerjasamanya.Proses pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan proses
sosialisasi pertama di lingkungan formal, oleh karenaitu materi pembelajaran IPS sangat
berguna bagi siswa SD.

Pembelajaran yang megajarkan siswa tentang bagaimana tatacara yang baik dalam
kehidupan bermasyarakat. Sehingga ketika siswa bergaul dengan masyarakat, siswamampu
mempersiapkan diri untuk bersosialisasi dengan masyarakatnya. Pendidikan IPS untuk tingkat
sekolah itu sebagai suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideologi
negara, dan agama yang iorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan. Ilmu pengetahuan sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya,
masyarakatnya, bangsanya, lingkungannya berdasarkan pengalaman masa lalu, kini, dan
diantisipasi untuk masa yang akan datang. Pengembangan pendidikan IPS tidakhanya
diarahkan pada pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan aspek intelektual saja.
Keterampilan sosialmenjadi salah satu faktor yang dikembangkan sebagai kompetensi yang

2
harus dikuasai oleh siswa dalam pendidikan IPS. Keterampilan mencari, memilih, mengolah
dan menggunakan informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama
dengan kelompok yang majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki
oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warga negara dewasa dan berpartisipasi aktif di
era global.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Urgensi Pengembangan Pembelajaran IPS ?
2. Apa yang dimaksud Karakteristik Pembelajaran IPS ?
3. Apa yang dimaksud Dimensi Pembelajaran IPS ?

1.3 Tujuan
1. Megetahui apa yang dimaksud Urgensi Pengembangan Pembelajaran IPS
2. Megetahui apa yang dimaksud Karakteristik Pembelajaran IPS
3. Megetahui apa yang dimaksud Dimensi Pembelajaran IPS

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Urgensi Pengembangan Pembelajaran Ips


Belajar adalah suatu proses perubahan dalam membentuk dan mengarahkan
kepribadian manusia. Perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas seseorang.
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan
tingkah laku itu dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respons pembawaan kematangan.
Proses belajar peserta didik akan terjadi apabila terdapat suatu situasi beriringan dengan
ingatan sebelumnya sehingga perilaku yang ditunjukkan akan berangsurangsur berubah dari
perilaku (perfomasce) awal.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah kegiatan belajar yang berdampak pada
hasil belajar peserta didik. Apakah hasil belajar itu? Hasil belajar adalah hasil akhir dari
perubahan perilaku yang terdiri dari pemahaman/pengetahuan/kognitif, sikap, dan
keterampilan yang didapat dari selama proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan hal
terpenting selama proses pembelajaran. Dengan mengetahui hasil belajar, maka guru dapat
mengetahui informasi terkait kemajuan peserta didik dalam usahanya mencapai tujuan
pembelajaran. Selama proses pembelajaran, mereka menggunakan semua
kemampuan/kompetensi yang dimiliki. Kompetensi tersebut antara lain: pengetahuan/kognitif,
sikap, dan keterampilanketerampilan.
Melihat penjelasan terkait hasil belajar diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran IPS tentu saja memiliki tujuan yang mulia, yaitu mengajak peserta didik untuk
dapat memahami beberapa hak dan kewajiban mereka sebagai anggota masyarakat dan warga
negara. Peserta didik dapat memahami dan mengembangkan nilai-nilai, pengetahuan,
keterampilan sosial, fakta-fakta, konsep-konsep sosial serta menerapkan di lingkungan
masyarakat. Tentu saja, pembelajaran IPS merupakan bekal hidup mereka setelah dewasa.
Apabila guru mampu menerapkan dan meneladani pada peserta didiknya akan dapat
menjadikan peserta didik sebagai manusia yang "Paripurna", dalam arti manusia yang
memiliki jiwa sosial yang tinggi yang memiliki kepedulian yang tinggi kepada manusia

4
lainnya. Lebih lanjut, Mariani (2007: 6) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah
untuk: 1) Mengembangkan pengetahuan dasar ilmu-ilmu sosial; 2) Mengembangkan
kemampuan berpikir inkuiri, pemecahan masalah dan keterampilan sosial: 3) Membangun
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan; dan 4) meningkatkan kemampuan
berkompetensi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk baik dalam skala nasional
maupun skala internasional.
Proses pembelajaran pendidikan IPS di jenjang persekolahan, baik pada tingkat
pendidikan dasar maupun menengah, perlu adanya pembaharuan yang serius, karena pada
kenyataannya selama ini masih banyak model pembelajaran yang masih bersifat konvensional
tidak terlihat adanya improvisasi dalam pembelajaran, jauh dari model pembelajaran yang
modern sesuai dengan tuntutan zaman dan kondisi lingkungan sekitar di mana peserta didik
berada titik salah satu contoh model atau pendekatan pembelajaran yang modern tersebut
adalah model pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran kontekstual tersebut dianggap
sebagai upaya pembaharuan dalam pembelajaran pendidikan IPS. Pembaharuan pembelajaran
pendidikan IPS tersebut ditandai oleh beberapa ciri seperti yang dikemukakan oleh Somantri
(2001: 2), yaitu: 1) menyesuaikan bahan pembelajaran dengan minat dan kebutuhan peserta
didik; 2) bahan pelajaran lebih melibatkan contoh-contoh permasalahan sosial di lingkungan
terdekat; 3) Bahan pelajaran berisi kegiatan yang meminta peserta didik untuk melakukan
penyelidikan sehingga keterampilan inkuirinya meningkat; dan 4) bahan pelajaran berisi
tentang ajakan atau menanam kepekaan peserta didik untuk menjaga kelestarian lingkungan
sekitar. Oleh karena itu itu, para pengajar hendaknya berupaya mewujudkan proses
pembelajaran IPS yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), sesuai
dengan ciri-ciri pembaharuan pembelajaran IPS yang berorientasi pada pembelajaran
kontekstual tersebut. Dalam pakai PAIKEM tidak hanya guru yang aktif Tetapi lebih
ditekankan adalah bagaimana supaya peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam belajar
sehingga suasana belajar menjadi lebih kondusif dan menyenangkan. Hal ini akan mudah
tercapai dengan pemilihan metode pembelajaran serta strategi pembelajaran yang tepat.
Namun hal tersebut masih dikatakan belum sempurna atau belum menjamin, karena pemilihan
metode dan strategi pembelajaran lama-kelamaan akan menimbulkan kebosanan pada peserta
didik. Untuk itu selain penggunaan metode yang tepat perlu adanya penggunaan media yang
tepat pula untuk menarik perhatian peserta didik.

5
Namun kenyataan yang ada sampai saat ini masih banyak guru yang masih menerapkan
model pembelajaran konvensional, khususnya dalam pembelajaran IPS. Masih terdapat
kelemahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan IPS, sekalipun berbagai
inovasi telah dilakukan pembelajaran konvensional ini diantaranya, guru kurang lebih
cenderung menggunakan ceramah yang hanya menuntut peserta didik pada kekuatan ingatan
dan hafalan kejadiankejadian serta nama-nama tokoh, tanpa mengembangkan wawasan
berpikir dan penyelesaian masalah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih aktif.
Secara terperinci, Somantri (2001:39) mengemukakan beberapa hal yang berkaitan
dengan permasalahan tersebut diatas, yaitu:
1. Pendekatan ekspositori sangat menguasai keseluruhan proses belajar mengajar titik
kalaupun ada diskusi tetapi tidak ada hubungannya dengan prosedur berpikir ilmu sosial;
2. Hirarki belajar hampir tidak ditemui baik dalam penyusunan satuan pelajaran, proses
belajar, konstruksi tes, maupun dalam buku pelajaran;
3. Tingkat pengetahuan sebagian besar peserta didik berada dalam kelompok peringkat 1
(fakta) dan eringkat 2 (konsep). Adapun generalisasi sebagai peringkat 3 hampir tidak
digunakan;
4. penyebaran kawasan tujuan instruksional tidak memungkinkan peserta didik belajar aktif;
dan
5. Mata pelajaran sejarah dan ilmu sosial lainnya sangat membosankan dan kurang membantu
dalam permulaan di perguruan tinggi maupun manfaatnya bagi kehidupan masyarakat.
Kelemahan lainnya, yang menjadikan kualitas pembelajaran pendidikan IPS dianggap
remeh dan kurang berkualitas adalah adanya pandangan yang salah atau keliru dari para orang
tua (yang bisa diturunkan ke peserta didiknya), serta para pengambil keputusan yang
menganggap bahwa pembelajaran IPS itu kurang berkualitas layaknya mata pelajaran IPA. IPS
dianggap kurang dapat memberikan nilai-nilai manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Hal
tersebut merupakan pandangan yang salah. IPS merupakan pembelajaran yang mengajak
peserta didik untuk memiliki kepekaan sosial serta melakukan kewajiban-kewajiban sebagai
anggota masyarakat yang bak dan bertanggung jawab.
Contoh lain, pembelajaran IPS dianggap tidak mampu untuk mengaplikasikan nilai-
nilai manfaat dan hanya memiliki kepentingan sesaat tanpa ada manfaat yang besar dalam
kehidupan bermasyarakat. Sehingga IPS selalu dianggap remeh. Banyak penelitian oleh

6
mahapeserta didik yang selalu menggunakan mata pelajaran IPS sebagai objek penelitiannya.
Hampir semua hasil observasi awal mengatakan bahwa pembelajaran IPS di kelas selalu
kurang maksimal karena terlalu banyak hafal, media pembelajaran yang terbatas, dan minat
peserta didik yang rendah.
Suwarna (2004: 53) mengidentifikasi beberapa kelemahan guru pendidikan IPS ke
dalam tujuh hal serius, yaitu:
1. Pendidikan IPS tidak bertindak sebagai fasilitator akan tetapi lebih banyak bertindak dan
berposisi sebagai sumber belajar;
2. Guru pendidikan IPS lebih banyak cenderung tampil sebagai pendidik yang dapat
mengembangkan secara terintegrasi dimensi intelektual emosional dan sosial;
3. Pendidikan IPS lebih cenderung bertindak sebagai pemberi bahan pembelajaran belum
bertindak pembelajar;
4. Pendidikan IPS belum dapat melakukan pengelolaan kelas secara optimal lebih banyak
bertindak sebagai penyaji informasi dari buku;
5. Guru pendidikan IPS belum berkiprah secara langsung terencana membentuk kemampuan
berpikir dan sistem nilai peserta didik;
6. Pendidikan IPS lebih banyak bertindak sebagai pengajar sehingga belum banyak bertindak
sebagai panutan; dan
7. Guru pendidikan IPS belum secara optimal memberikan kemudahan bagi para peserta didik
perlu bertindak sebagai motivator dalam belajar.
Kelemahan pembelajaran dalam pendidikan IPS sebagaimana yang digambarkan di
atas, pada intinya dapat disimpulkan adalah karena terbatasnya aktivitas belajar peserta didik
dan sangat dominan nya peran guru dalam proses pembelajaran titik mengajar lebih tampak
dari pada kegiatan pembelajaran. Hal ini mengakibatkan lemahnya proses dan pengalaman
belajar serta rendahnya hasil belajar. Proses pembelajaran seperti ini menimbulkan kebosanan
dan kelelahan pikiran, keterampilan yang diperoleh hanyalah sebatas pengumpulan fakta fakta
dan pengetahuan abstrak.
Peserta didik hanya sebatas menghafal, dengan kata lain proses belajar terperangkap
kepada "proses menghafalnya" tanpa dihadapkan kepada masalah untuk lebih banyak berpikir
dan bertindak sehingga belajar hanya menyentuh pengembangan kognitif tingkat rendah belum
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi titik pemahaman menjadi dangkal

7
sehingga tidak dapat mengetahui pengetahuan lainnya yang justru dapat membantu untuk
menyelesaikan masalah.
Memang hampir semua subjek dalam belajar bisa dipelajari dengan cara menghafal.
Namun cara ini sebetulnya akan menimbulkan masalah, karena memorisasi menimbulkan
kebosanan dan kelelahan pikiran, belum lagi keterampilan yang diperoleh hanyalah sebatas
pengumpulan fakta fakta dan pengetahuan abstrak. Masalah lain yaitu, cara hafalan
menyulitkan kita untuk memperluas wawasan wawasan untuk kemudian direalisasikan dengan
situasi baru. Peserta didik yang dituntut untuk menghafal tanpa belajar memahami sebuah
alasan dibalik fakta atau pengetahuan akan memiliki sedikit pemahaman terhadap sesuatu titik
pemahamannya menjadi dangkal sehingga tidak dapat mengetahui pengetahuan lainnya yang
justru dapat membantunya untuk menyelesaikan masalah titik tidak ada hal lain yang
menyenangkan dengan cara belajar hafalan kecuali mungkin peraihan nilai yang bagus. Namun
kenyataannya peserta didik yang menghafal tanpa memahami akan sulit menjelajahi
pengetahuan yang sebenarnya.
Belajar dengan cara menghafal membuat peserta didik bergantung pada guru sebagai
sumber informasi dan karenanya mereka kurang peduli dengan kekurangannya sendiri titik
peserta didik tidak berkeinginan untuk belajar secara lebih mendalam lagi karena informasi
sudah tersedia. Belajar seperti ini pada akhirnya dapat membentuk sikap peserta didik yang
belajar tanpa bertanya, mempercayai segala sesuatu tanpa keraguan dan kurangnya
kemampuan pemahaman terhadap informasi-informasi yang kompleks.
Pembelajaran pendidikan IPS di sekolah Seharusnya lebih menekankan pada aspek
aspek pengetahuan sikap dan keterampilan dari berbagai permasalahan yang ada di sekitar
peserta didik. Guru dituntut untuk mampu memotivasi peserta didik agar aktif, kreatif, dan
sistematis terhadap berbagai permasalahan yang ada, mampu memberikan solusi
pemecahannya berdasarkan pengetahuan serta pemahamannya yang dimiliki oleh guru,
misalnya dengan menerapkan berbagai metode atau pendekatan. Pendekatan yang bisa
digunakan, antara lain pendekatan belajar berbasis masalah, pendekatan pembelajaran
kooperatif, inkuiri, dan pembelajaran kontekstual (CTL).
Guru dapat mengembangkan materi IPS dengan memperhatikan hal-hal ini: (1) materi
ajar memuat masalah sosial yang memang muncul dan nampak dalam lingkungan peserta
didik; (2) guru memiliki kedekatan dengan peserta didik sehingga dapat dengan mudah

8
mempengaruhi mereka dengan memberikan gagasan dan pikiran; dan (3) menciptakan
suasanan yang kondusif sehingga dapat memunculkan interaksi antara guru dan peserta didik
dan komunikasi tersebut terjadi dalam bentuk komunikasi dua arah.

2.2 Karaktertistik Mata Pelajaran IPS SD


1. Karakteristik Dilihat Dari Aspek Tujuan
Karakteristik mata pelajaran IPS tentu saja memiliki perbedaan denggan disipin
ilmu lain. IPS merupakan hasil dari integrasi dari berbagai macam disiplin ilmu sosial,
sepert: Sejarag, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Huku, dan Budaya. Rumusan IPS
berdasarkan kenyataan realita dan kejadian-kejadian atau fenomena sosial melalui
pendekatan interdisipliner.

Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka
terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi seharihari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Karakteristik pembelajaran IPS yang dilihat dari aspek tujuan yang cenderung
mengarah kepada pemberdayaan intelektual peserta didik maka dalam pelaksanaannya
dapat digabungkan dengan pendekatan kontekstual, di mana salah satunya adalah dengan
komponen-komponen yang dimiliki pada pendekatan kontekstual tersebut yaitu:
konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar pemodelan dan penilaian
sebenarnya. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa pemberdayaan intelektual akan
dapat dilatih melalui implementasi materi pelajaran IPS yang dikemas dalam pembelajaran
IPS yang menggunakan pendekatan kontekstual. Hal ini terutama dapat dilihat dari
komponen bertanya, menemukan, dan pemodelan titik dimana peserta didik harus mampu
melakukan aktivitas belajar sendiri sesuai dengan tuntunan materi IPS yang memanfaatkan
sumber belajar dan kemampuan belajar peserta didik sendiri dalam memperoleh
pemahaman mengenai apa yang ia pelajari.

Lain halnya dengan Said Hamid Hasan, Mak sundawa (2006) mengkategorisasikan
karakteristik pembelajaran IPS yang dilihat dari aspek tujuan ini meliputi tiga aspek yang
harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan

9
sosial, dan kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan
pada pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking
skill. Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
memahami disiplin ilmu sosial kemampuan berpikir, kemampuan proses dalam mencari
informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan titik pengembangan kehidupan sosial
berkaitan dengan pengembangan kemampuan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
anggota masyarakat. Tujuan ini mengembangkan kemampuan seperti berkomunikasi, rasa
tanggung jawab sebagai warga negara dan warga dunia kemampuan berpartisipasi dalam
kegiatan kegiatan kemasyarakatan dan bangsa. Termasuk dalam tujuan ini adalah
pengembangan pemahaman dan sikap positif peserta didik terhadap nilai, norma, dan moral
yang berlaku dalam masyarakat.

Fokus utama dari program IPS adalah membentuk individu-individu yang


memahami kehidupan sosialnya dunia manusia, aktivitas, dan interaksinya yang ditujukan
untuk menghasilkan anggota masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung
jawab untuk melestarikan, melanjutkan, dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat
bagi generasi masa depan.

Ada tiga kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan pembelajaran IPS di SD
yaitu: a) Pengembangan kemampuan berpikir peserta didik, b) pengembangan nilai dan
etika, dan c) pengembangan tanggung jawab dan partisipasi sosial. Ketika dimensi tersebut
secara rinci dapat dijelaskan berikut ini:

1. Pengembangan Kemampuan Berpikir Peserta didik

Pengembangan kemampuan intelektual adalah pengembangan kemampuan


peserta didik dalam berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah kemasyarakatan.
Udin S Winataputra (1996) mengemukakan bahwa dimensi intelektual merujuk pada
ranah kognitif terutama yang berkenaan dengan proses berpikir atau pembelajaran yang
menyangkut proses kognitif bertaraf tinggi dari mulai kemampuan pemahaman sampai
evaluasi. Hamid Hasan (1998) menambahkan bahwa pada proses berpikir mencakup
pula kemampuan dalam mencari informasi, mengolah informasi, dan
mengkomunikasikan temuan.

10
Pengembangan kemampuan berpikir dalam bidang studi pendidikan IPS yang
paling penting adalah menumbuhkan berpikir kreatif dan inovatif kreatif atau
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru (produk),
baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah
ada sebelumnya.

2. Pengembangan Nilai dan Etika

Pengembangan nilai dan etika adalah pengembangan kemampuan peserta didik dalam
memahami dan mempelajari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dan tata cara
berperilaku yang perlu untuk dipatuhi dan ditunjukkan ke masyarakat.

3. Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Sosial

Dimensi yang ketiga adalah mengembangkan tanggung jawab dan partisipasi sosial
yakni mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga negara yang baik. Warga
negara yang baik adalah warga negara yang berpartisipasi aktif dan terlibat dalam
kehidupan bermasyarakat.

Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka
terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi seharihari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Tujuan tersebut dapat dicapai manakala programprogram pembelajaran IPS di


sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai
berikut (Awan Mutakin, 1998):

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui


pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang
diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan
untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

11
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalahmasalah sosial, serta mampu membuat
analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri
agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.
pengembangan keterampilan pembuatan keputusan.
6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.
8. Mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya
“to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society” dan
mengembangkan kemampuan peserta didik mengunakan penalaran dalam mengambil
keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
9. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan peserta didik
terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.

2. Karakteristik Dilihat Dari Aspek Ruang Lingkup materi


Jika ditinjau dari ruang lingkup materinya, maka bidang studi IPS me- miliki
karakteristik sebagai berikut: a) menggunakan pendekatan lingkung- an yang luas; b)
menggunakan pendekatan terpadu antarmata pelajaran yang sejenis; c) berisi materi
konsep, nilai-nilai sosial, kemandirian, dan kerja sama; d) mampu memotivasi peserta didik
untuk aktif, kreatif, dan inovatif dan sesuai dengan perkembangan anak; e) mampu
meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berpikir dan memperluas cakrawala
budaya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dinyatakan bahwa kajian bidang studi IPS ini
mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi pemerintahan.

3. Karakteristik Dilihat Dari Aspek Pendekatan Pembelajaran


Karakteristik bidang studi IPS dapat pula dilihat dari sudut pendekatan atau
metodologi pembelajaran yang sering digunakan. Bidang studi IPS sejak mulai kurikulum
tahun 1975 dan 1984 menggunakan pendekatan integratif.
Pendekatan lain dalam bidang studi IPS cenderung bersifat praktik di masyarakat dan
keluarga atau antarteman di sekolah. Aspek yang ditonjolkan dalam pendekatan ini adalah

12
aspek perilaku dan sikap sosial serta nilai eksistensi peserta didik dalam menghadapi suatu
nilai kebersamaan kepemilikan hak dan kewajiban sebagai makhluk sosial. Sejak inilah
maka pada 1994, pergeseran karakteristik bidang studi IPS ini berbeda sekali dengan
karakteristik dalam kurikulum sebelumnya, yaitu lebih cenderung kepada pendekatan
multidisipliner dan integratif.
Metodologi pembelajaran IPS dewasa ini terutama dalam kaitan- nya dengan
kurikulum yang berbasis kompetensi (KBK) dan KTSP dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan alokasi waktu serta penetap- an dan pengembangan kompetensi dasar yang
mendukung pencapaian kompetensi lulusan, sedangkan dalam metodologi pembelajaran
yang bersifat kontekstual.
Karakteristik materi yang tergolong dalam ilmu-ilmu sosial dalam bi- dang studi IPS
ini menurut Sapriya (2002: 21) dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok umum, yaitu
kelompok struktur ilmu yang bersifat sosial dan kelompok struktur ilmu yang bersifat
generalisasi. Pertama, struktur ilmu pengetahuan yang bersifat sosial. Semua materi dalam
disiplin ilmu sosial, bermula dari kenyataan, fakta dan realitas sosial, perubahan sosial dan
pergeseran sosial yang dialami oleh individu di mana pun ia berada. Dari sejumlah
pengalaman nyata inilah, maka kembali direduksi menjadi tulisan-tulisan teks ataupun
penjelasan visual dan verbal bahkan audio dengan maksud memberikan balikan terhadap
kesesuaian realitas dengan kehendak, keinginan dan tujuan masa depan individu dalam
konteks so- sial selanjutnya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka lahirlah karya-karya
tulisan dalam bentuk printed materiel atau buku-buku yang berisi tentang beberapa konsep
mengenai realitas sosial tersebut. Dengan cakupan dan daya sebar serta analisis yang luas,
maka kekayaan konsep inilah yang menjadi ciri khas dan menjadi trade mark dari bidang
studi IPS, yaitu sebagai mata pelajaran yang berisikan konsep-konsep sosial. Di sisi lain
karakteristik dari tinjauan konsep ini kadang menjadi suatu kecenderungan yang sedikit
tidak menyenangkan. Padahal jika dikaji lebih mendalam, maka setiap ilmu pengetahaun
pada dasarnya terlahir dan melahirkan konsep-konsep.
Suatu keharusan yang seyogianya dilaksanakan dalam proses pen- didikan adalah
mengembangkan dan memperkaya konsep-konsep ilmu sosial yang ada melalui kajian-
kajian tindakan analisis dalam beberapa riset yang semestinya. Di sinilah suatu tantangan
yang belum terjawab oleh kalangan keilmuan bidang studi IPS, yang pada intinya belum

13
mampu memberikan keyakinan kepada pihak pembelajaran dan pemakai menge- nai
kekuatan-kekuatan konsep dalam keilmuan bidang studi IPS dalam kehidupan di masa
yang akan datang.
Dengan demikian, perbaikan ke arah peningkatan kualitas konsep dalam bidang studi
IPS ini sangat diperlukan sekali. Hal ini bisa dilakukan melalui pengembangan
pembelajaran IPS yang ditujukan pada konteks permasalahan kehidupan siswa sehari-hari,
atau lebih dikenal dengan pengkondisian pembelajaran kontekstual.
Kedua, struktur ilmu pengetahuan yang bersifat generalisasi. Kembali kepada produk
karakteristik materi yang bersifat konsep, di sini produk akhirnya adalah kemampuan
manusia dalam masyarakat untuk bisa menerapkan, menguji, dan mengkonstruksi kembali
apa yang seharusnya dikembangkan dalam bidang ilmu sosial ini. Dalam rangka
menemukan produk dan kontrol sosial yang memenuhi kebutuhan keilmuan ini, maka
diperlukan suatu generalisasi dari kajian dan analisis konsep yang telah diperlukan suatu
generalisasi dari kajian dan analisis konsep yang telah diterapkan di masyarakat
sebelumnya. Dengan demikian, siklus perkem- bangan keilmuan bidang studi IPS ini akan
terus mampu mengakomodasi dan menampung serta memberikan arah perkembangan
keilmuan yang dinamis dalam kehidupan manusia sampai akhir zaman. Karakteristik
kedua inilah yang menjadi cikal bakal apakah bidang studi IPS ini mampu memberikan
pemenuhan kebutuhan keilmuan dalam pemikiran-pemikiran manusia tentang masalah
sosial, pergeseran sosial dan perubahan sosial serta alternatif pemecahannya.
Dalam praktiknya sehari-hari, karakteristik materi IPS yang bersifat generalisasi ini
dapat terlihat dari bentuk-bentuk perilaku implementasi peserta didik maupun pendidik
dalam menunjukkan perilaku yang memang diambil dari hasil pikir dan belajar berdasarkan
kajian-kajian ilmu sosial dalam bidang studi IPS ini. Sebagai contohnya kita bisa melihat
perilaku sadar akan rasa kebangsaan, jiwa patriot, hidup rukun dan gotong royong, serta
mampu menciptakan bentuk-bentuk interaksi sosial yang modern seiring dengan
perubahan budaya masyarakat tertentu.
Suatu kesadaran akan manfaat generalisasi dari konsep-konsep materi yang dipelajari
dalam bidang studi IPS ini pada dasarnya sangat berguna dan akan menentukan arah
pemikiran manusia dalam menciptakan hasil- hasil pikir yang lainnya seperti dalam
bidang-bidang ilmu lain. Pada akhir nya karakteristik materi IPS yang bersifat generalisasi

14
ini akan menjadi trade mark keunggulan dari kelompok-kelompok ilmu sosial dalam
konteks kehidupan manusia di masa sekarang dan yang akan datang.

2.3 Dimensi Pembelajaran IPS


Pencapaian pembelajaran pendidikan IPS di persekolahan diperlukan pemahaman dan
pengembangan program pendidikan yang komprehensif. Program pendidikan IPS yang
komprehensif tersebut menurut Sapriya (2009: 48-56) adalah program pendidikan yang
mencakup empat dimensi, yaitu dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan
(skill), di- mensi nilai dan sikap (value and attitude), dan dimensi tindakan (action). Lebih
perinci keempat dimensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Dimensi Pengetahuan (Knowledge)


Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah informasi dan
ide-ide. Tujuan pengembangan pengetahuan ini adalah untuk membantu siswa dalam
belajar untuk memahami lebih banyak tentang dirinya, fisikya, dan dunia sosial serta
lingkungan sekitarnya. Dimensi yang menyangkut pengetahuan sosial mencakup: a) fakta;
b) konsep, dan c) generalisasi yang dipahami siswa. Pertama, fakta adalah data yang
spesifik tentang peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam
pembelajaran IPS diharapkan siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta khususnya yang
terkait dengan kehidupan. Pada dasarnya, fakta untuk para siswa hendaknya disesuaikan
dengan usia dan tingkat kemampuan berpikirnya. Secara umum, fakta untuk siswa SD
hendaknya berupa peristiwa, objek, dan hal-hal yang bersifat konkret. Oleh karena itu, guru
perlu mengupayakan agar fakta disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas masing-
masing.
Kedua, konsep merupakan kata-kata atau frasa yang mengelompok, berkategori,
dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal
atau unsur kolektif yang diberi label. Namun konsep akan selalu direvisi disesuaikan
dengan konsep menurut disiplin ilmu-ilmu sosial.
Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin-
disiplin ilmu sosial. Banyaknya konsep yang terkait dengan lebih dari satu disiplin, isu-isu
sosial, dan tema-tema yang berasal dari banyak dimensi ilmu sosial. Konsep-konsep
tersebut tergantung pula pada jenjang dan kelas sekolah.

15
Konsep yang dibentuk secara multidisiplin berasal dari konsep disiplin tradisional
dan menjadi pemerkaya bagi kajian IPS. Konsep-konsep ini muncul karena adanya
kepedulian dan persepsi sosial serta munculnya permasalahan sosial yang semakin
kompleks. Hal ini telah dipandang sebagai cara alternatif dalam mengorganisasikan
konsep-konsep.
Ketiga, generalisasi merupakan suatu pernyataan dari dua atau lebih konsep yang
saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa.
Pengembangan konsep dan generalisasi adalah proses mengorganisasi dan
memaknai sejumlah fakta dan cara hidup bermasyarakat. Merumuskan generalisasi dan
mengembangkan konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh
siswa dengan bimbingan guru. Hubungan anta- ra generalisasi dan fakta bersifat dinamis.
Memperkenalkan informasi baru yang dpat mendorong siswa untuk merumuskan
generalisasi merupakan cara yang baik untuk mengondisikan terjadinya proses belajar bagi
siswa. Dengan informasi baru, pada siswa dapat mengubah dan memperbaiki generalisasi
yang telah dirumuskan terlebih dahulu.

2. Dimensi Keterampilan (Skill)


Keterampilan adalah pengembangan kemampuan-kemampuan ter- tentu sehingga
digunakan pengetahuan yang diperolehnya. Keterampilan ini dalam pendidikan IPS
terwujud dalam bentuk kecakapan mengolah dan menerapkan informasi yang penting
untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi secara
cerdas dalam masyarakat demokratis. Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi
merupakan keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga
negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis.
Keterampilan tersebut dalam mencakup keterampilan meneliti, keterampilan berpikir,
keterampilan partisipasi, dan keterampilan berkomunikasi. Pertama, keterampilan
meneliti. Keterampilan ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data. Secara
umum penelitian mencakup sejumlah aktivitas sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isu;
b. Mengumpulkan dan mengolah data;

16
c. Menafsirkan data;
d. Menganalisis data;
e. Menilai bukti-bukti yang ditemukan;
f. Menyimpulkan;
g. Menerapkan hasil temuan;
h. Membuat pertimbangan nilai.

Kedua, keterampilan berpikir. Sejumlah keterampilan berpikir banyak berkonstribusi


terhadap pemecahan masalah dan partisipasi dalam ke- hidupan masyarakat secara efektif.
Untuk mengembangkan keterampilan berpikir pada diri siswa, perlu ada penguasaan terhadap
bagian-bagian yang lebih khusus dari keterampilan berpikir tersebut serta melatihnya di kelas.
Beberapa keterampilan berpikir yang perlu dikembangkan oleh guru di kelas untuk para siswa
meliputi:

a. Mengkaji dan menilai data secara kritis.


b. Merencanakan.
c. Merumuskan faktor sebab dan akibat.
3. Dimensi Nilai dan Sikap

Nilai dan sikap merupakan seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah
mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika
berpikir dan bertindak. Nilai adalah kemahiran memegang sejumlah komitmen yang
mendalam, mendukung ketika sesuatu dianggap penting dengan tindakan yang tepat. Adapun
sikap adalah kemahiran mengembangkan dan menerima keyakinan, ketertarikan, pandangan,
dan kecenderungan tertentu.

4. Dimensi Tindakan
Tindakan sosial ini merupakan dimensi IPS yang penting karena tindakan sosial dapat
memungkinkan peserta didik menjadi peserta didik yang aktif secara konkrit, belajar dari apa
yang diketahui dan dipikirkan tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas apa yang
dilakukan dan bagaimana caranya dengan demikian peserta didik akan belajar menjadi warga
negara yang efektif di masyarakat.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran IPS di sekolah dasar ini umumnya untuk pengembangan pengetahuan
seperti nilai dan moral serta keterampilan siswa agar menjadi manusia yang berguna di
lingkungan masyarakat atau tempat tinggal mereka maupun negara. Dengan adanya
pembelajaran IPS di sekolah dasar ini diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan, nilai,
dan sikap pada diri sendiri. Pembelajaran ini membutuhkan suatu pola yang membantu
tercapainya adanya mata pelajaran IPS di sekolah dasar.

Tujuan dari pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu sebagai salah satu pendidikan yang
membina dan menyiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik serta masyarakat yang
mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran IPS
sekarang sangat dibutuhkan karena bagaimananpun seseorang memerlukan adanya
pengetahuan tentang bagaimana cara bersosial yang baik dan benar dalam lingkungan
masyarakat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Parni. (2020). Pembelajaran Ips Di Sekolah Dasar. Jurnal Kajian Perbatasan Antarnegara, 96-
105.

Rezania, V., & Afandi, R. (2020). Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran Ips
Sd. Umsida Press, 1-116.

Susanto, A. (2014). Pengembangan Pembelajaran Ips Di Sd. Kencana.

19

Anda mungkin juga menyukai