Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MASALAH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN IPS SD


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam menempuh
Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran IPS SD, oleh
Dosen : Dr. Abdul Mu.min Saud, S. Sos., M. Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 1 Kelas 5C
Rindam Diningrat 215060058
Trisa Zahri Fahira 215060095
Cahyani Adzkarina Puteri 215050099
Fathoni Aurelia 215060108
Sukma Ayu Amanda 215060110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Kode Etik
Guru dan Organisasi Asosiasi Profesi” dengan tepat waktu.

Tujuan dibuatnya makalah ini guna untuk memenuhi salah satu dalam
menempuh Mata Perkuliahan Pembelajaran Profesi Pendidikan. Selain itu, kami
juga ingin lebih jauh memahami mengenai “Masalah Pembelajaran Pendidikan IPS
SD”.

Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Abdul Mu’min Saud, S. Sos.,
M. Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran IPS SD
sekaligus pembimbing kami dalam menyusun makalah ini, tidak lupa juga kami
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunannya maupun dari tata bahasa
yangdigunakan. Maka dari itu kritik, saran serta masukan yang bersifat membangun
sangat kami butuhkan untuk menunjang kualitas makalah yang kami susun
kedepannya. Atas perhatiannya kami ucapakan terimakasih.

Bandung, 26 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Paradigma Pembelajaran IPS di SD .................................................................. 3

2.2 Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ............................................................. 4

2.3 Masalah Pembelajaran Pendidikan IPS SD....................................................... 6

2.3.1 Masalah pembelajaran IPS yang berasal dari siswa ...................................... 8

2.3.2 Masalah pembelajaran IPS yang berasal dari guru ....................................... 8

2.3.3 Masalah utama yang sering ada dalam pembelajaran pendidikan IPS SD ... 9

2.4 Faktor-Faktor Penyebab Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar .......... 12

2.5 Solusi Permasalahan Pembelajaran Pendidikan IPS SD ................................. 14

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 18

3.2 Saran ................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara menganggap masalah pendidikan sebagai masalah penting,
karena pendidikan yang berkualitas akan membantu negara mempertahankan
jati dirinya di tingkat internasional. Pendidikan dapat menciptakan sumber
daya manusia yang mampu mengelola sumber daya alam dengan baik,
sehingga sumber daya manusia tersebut dapat mempengaruhi sumber daya
alam. Hal ini memungkinkan pendidikan untuk memperkuat pertahanan
negara.
Pembelajaran IPS adalah bidang pendidikan yang lebih memfokuskan
untuk menjadikan masyarakat atau warga negara menjadi lebih baik. Ini
terbukti dengan fakta bahwa siswa memperoleh pemahaman tentang
pentingnya menghargai setiap perbedaan. Oleh karena itu, pendidikan IPS
seharusnya mampu menangani masalah yang dihadapi bangsa (Muhammad
Zoher Hilmi, 2017).
Untuk menjadi pembelajaran yang terpadu, pembelajaran IPS dapat
disusun dengan sistematis dan komprehensif. Jika guru memiliki kemampuan
untuk mengimplementasikan pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari,
pelajaran akan menjadi mudah dipahami oleh siswa. Hal ini disebabkan fakta
bahwa guru mengajarkan fenomena masyarakat. Nilai-nilai sosial yang
ditanamkan dalam pembelajaran IPS dapat membantu siswa hidup dalam
masyarakat.
Dalam pembelajaran IPS, materi disampaikan lebih berpusat pada guru
sehingga siswa tidak diarahkan untuk mengembangkan atau mencari
informasi. Siswa hanya fokus pada proses berpikir menghafal, membaca, dan
mencatat, dan selebihnya pada guru. Guru memberi informasi dan
mengembangkannya, sedangkan siswa hanya menerima informasi. Hal ini juga
menimbulkan persepsi di benak siswa bahwa pembelajaran IPS itu
membosankan.

1
Pelaksanaan pembelajaran IPS juga dianggap tidak dapat memberikan
variasi yang baru, artinya proses penyajiannya terkesan monoton sehingga
peserta didik kurang respon dan antusias dalam belajar karena menganggap
pembelajaran kurang menarik. Ketika minat belajar peserta didik berkurang
maka akan sangat menentukan kepada keberhasilan proses pembelajaran
tersebut. Modal utama untuk menjadikan keberhasilan dalam pembelajaran IPS
adalah peserta didik harus memiliki minat belajar yang tinggi, sehingga akan
lebih mudah bagi guru untuk menyampaikan materi karena adanya respon yang
baik dari peserta didik dalam proses belajar mengajar (Fifi Nofiaturrahmah,
2015).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana paradigma pembelajaran IPS di SD?
2. Bagaimana tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
3. Bagaimana masalah pembelajaran pendidikan IPS SD?
4. Apa saja faktor-faktor penyebab masalah pembelajaran IPS di SD?
5. Bagaimana solusi dari permasalahan pembelajaran IPS SD?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui paradigma pembelajaran IPS di SD.
2. Mengetahui tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
3. Mengetahui masalah pembelajaran pendidikan IPS SD.
4. Mengetahui faktor-faktor penyebab masalah pembelajaran IPS di SD.
5. Mengetahui solusi dari permasalahan pembelajaran IPS SD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Paradigma Pembelajaran IPS di SD


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang mempelajari,
menelaah, menganalisis, gejala dan masalah sosial di Masyarakat dengan
meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau perpaduan (Sardjiyo, dkk, 2014:
1.26). Sifat IPS sama dengan studi social, yaitu praktis, intersisipliner dan
diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. IPS yang
diajarkan pada Pendidikan dasar dan menengah, menjadi dasar pengantar bagi
mempelajari IPS/Studi Sosial ataupun Ilmu Sosial di Perguruan Tinggi. Bahkan
dalam kerangkan kerjanya dapat saling melengkapi. Hasil penelaahan IPS dapat
dimanfaatkan oleh ilmu social, dan sebaliknya hasil kajian ilmu social, dapat
dimanfaatkan oleh IPS.

Menurut pasal 37 UU RI No. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa, mata


Pelajaran IPS merupakan salah satu bagian dari kurikulum Pendidikan dasar
dan menengah. Tujuan utama Pendidikan IPS di SD mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah social yang terjadi di Masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang
terjadi, terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun Masyarakat.

Dari tujuan IPS tersebut agar peserta didik dapat:

1) memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap Masyarakat dan


lingkungannya melalui pemahaman terhadap nilai-nilai Sejarah dan
kebudayaan Masyarakat.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadopsi dari ilmu-ilmu social, dan digunakan untuk
memecahkan masalah.

3
3) Memperhatikan isu-isu dan masalah-masalah social dan membuat
analisis secara kritis.
4) Mengembangkan berbagai potensi untuk membangun diri sendiri agar
survive di Tengah globalisasi.
5) Mampu berkompetisi dan berpartisipasi dalam Masyarakat.

Pembelajaran IPS akan berhasil dengan baik apabila guru dapat


memperhatikan cultural background dan cultural diversity (Gorton dalam
Handayani, 2014: 1-15). Dalam proses pembelajaran mempertimbangkan
pengalaman dan latar belakang peserta didik sebagai landasan dasar, untuk
memahami setiap permasalahan yang dihadapi. Menurut perkembangan
kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget, siswa SD berada pada tahap
operasional konkret. Oleh sebab itu, pembelajaran akan lebih berhasil apabila
didasari oleh pengalaman-pengalaman pribadi peserta didik secara factual dan
konkret. Peserta didik belajar IPS diawali dari keadaan lingkungan sekitar,
menyangkut aspek geografi, ekonomi, Sejarah, antropologi, pemerintahan
(politik), dan lain-lain. Dalam membangun suatu konsep dimulai dengan proses
asimilasi. Selanjutnya, apabila sudah mantap berlanjut kepada jenjang
berikutnya, yaitu proses adaptasi.

Proses pembelajaran IPS akan dapat berhasil apabila guru memiliki bekal
pengetahuan, formula IPS, dan karakteristik IPS itu sendiri. Pelajaran IPS
merupakan perpaduan dari lima komponen yang terdiri dari: (1) time; (2) space;
(3) issues; (4) concept; dan (5) relationship.

2.2 Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


Trianto (2010: 176) berpendapat bahwa tujuan IPS yaitu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap permasalahan social
yang terjadi di Masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan
segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun Masyarakat.

4
Tujuan Pendidikan IPS pada tingkat sekolah menurut Muhammad
Numan Somantri (2001: 260-261) adalah menekankan tumbuhnya nilai
kewarganegaraan, moral, ideologi, negara, dan agama; menekankan pada isi
dan metode berpikir ilmuan social; dan menekankan reflektif inquiri.

Tujuan IPS menurut Supardi (2011: 186-187) sebagai berikut:

1) Memberikan pengetahuan untuk menjadikan siswa sebagai warga


negara yang baik, sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sadar akan
hak dan kewajibannya sebagai warga bangsa, bersifat demokratis
dan kebanggaan nasional dan tanggung jawab, memiliki identitas
dan kebanggaan nasional.
2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inkuiri untuk dapat
memahami, mengidentifikasikan, menganalisis, dan memiliki
keterampilan social untuk ikut berpartisipasi dalam memecahkan
masalah-masalah social.
3) Melatih belajar mandiri, disamping berlatih untuk membangun
kebersamaan, melalui program-program pembelajaran yang lebih
kreatif dan inovatif.
4) Mengembangkan kecerdasan, kebiasaan dan keterampilan social.
5) Pembelajaran IPS juga dapat diharapkan dapat melatih siswa untuk
mengahayati nilai-nilai hidup yang baik dan terpuji termasuk moral,
kejujuran, keadilan, dan lain-lain, sehingga memiliki akhlaq mulia.
6) Mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap Masyarakat
dan lingkungan.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan


Pendidikan IPS di sekolah adalah untuk membentuk karakter siswa menjadi
warga negara yang baik dan bertanggungjawab, serta dapat menumbuhkan
perilaku berpikir secara kritis dan inquiri. Melalui Pendidikan IPS si sekolah
diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan seorang
warga negara yang baik sehingga dapat memecahkan persoalan-persoalan di
lingkungannya.

5
2.3 Masalah Pembelajaran Pendidikan IPS SD
Era globalisasi telah mengantarkan kita pada perubahan yang sangat
cepat seiring dengan perkembangan zaman yang diiringi dengan bertambahnya
tingkat pemahaman dan juga pengetahuan manusia di bidang Sains dan
Teknologi yang akhirnya membawa banyak dampak bagi kehidupan manusia
secara umum baik positif maupun negatif. Untuk mengiringi kemajuan yang
berjalan sangat cepat sampai saat ini kita masih menggantungkan harapan pada
pendidikan untuk tetap mengawal dan menjaga kehidupan sosial masyarakat
yang terus berubah.

Tuntutan kebutuhan masyarakat terus berubah seiring perkembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi. Belum terjawab tantangan dari era industri
4.0, muncul lagi konsep baru yaitu society 5.0. Hal tersebut memberikan
gambaran bahwa perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik menjadi
sesuatu yang niscaya untuk dilakukan. Perubahan kurikulum di Indonesia
menjadi salah satu wujud dari keniscayaan perubahan untuk menjawab
tuntutan masyarakat yang terus berubah. Diterapkannya Kurikulum 2013
dilandasi oleh timbulnya permasalahan-permasalahan yang muncul pada
penerapan kurikulum sebelumnya mulai dari isi, kompetensi, proses, sampai
masalah penilaian (Anwar, 2014).

Pembelajaran IPS sering dianggap (1) ”second class” setelah IPA,


(2) IPS tidak memerlukan kemampuan yang tinggi dan cenderung lebih santai
dalam belajar; (3) IPS sering kali dianggap jurusan yang tidak dapat
menjamin masa depan dan sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih
prestigius di masyarakat. Di sisi lain, melemahnya nasionalisme, maraknya
penyimpangan sosial seperti tawuran, korupsi, hedonisme, disintegrasi
bangsa, ketidakramahan terhadap lingkungan, individualisme, krisis
kepercayaan, dan sebagainya merupakan fakta yang disebabkan lemahnya
modal sosial. Pengembangan modal sosial merupakan tugas utama

6
pembelajaran IPS. Maraknya masalah sosial tersebut boleh jadi disebabkan
dianggap remehnya pendidikan IPS.

Melihat kondisi yang dihadapi, pembelajaran IPS sepantasnya mulai


membenahi diri, baik dari bergeser dari tatanan epistomologi kearah
pengembangan inovasi dan juga solusi bagi perkembangan pendidikan IPS ke
depannya. Di mana hal ini sangatlah sesuai dengan tujuan utama pendidikan
IPS yaitu mempersiapkan warga negara yang dapat membuat keputusan
reflektif dan berpartisipasi dengan sukses dalam kehidupan kewarganegaraan
di lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara.

Pembelajaran IPS di sekolah belum maksimal dalam melaksanakan


dan membiasakan pengalaman nilai-nilai kehidupan demokratis, sosial
kemasyarakatan dengan melibatkan siswa dan komunitas sekolah dalam
berbagai aktivitas kelas dan sekolah. Masalah lain yang terjadi pada
pembelajaran IPS saat ini; akibat dari pengaruh budaya pada masa lalu
terhadap mata pelajaran IPS, yang menganggap IPS cenderung kurang
menarik, pendektatan indoktrinatif, second class, dianggap sepele,
membosankan, dan bermacam- macam kesan negatif lainnya telah
menyebabkan mata pelajaran tersebut menghadapi dilema, belum lagi dengan
fakta dilapangan yang menunjukkan IPS masih dalam posisi pembelajaran
konven- sional, dll.

Masalah-masalah belajar baik internal maupun eksternal dapat


dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari
tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar,
selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari dimensi guru, masalah
belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan
evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan
pengorganisasian belajar.

7
2.3.1 Masalah pembelajaran IPS yang berasal dari siswa :
1. Kesiapan belajar, dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk
mencatat pelajaran, mempersiapkan buku, alat-alat tulis atau hal-
hal yang diperlukan. Namun, bila mana siswa tidak memiliki
minat untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung
mengabaikan kesiapan belajar.
2. Motivasi Belajar, yaitu motivasi individu dimanfestasikan dalam
bentuk ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak,
mengerjakan tugas dan sebagainya. Oleh karena itu, rendahnya
motivasi merupakan masalah dalam belajar yang memberikan
dampak bagi ketercapaianya hasil belajar yang diharapkan.
3. Konsentrasi Belajar, Kesulitan berkonsentrasi merupakan
indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu
akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi
dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, di
samping menuntut ketelatenan guru.
4. Mengelola Bahan Ajar, siswa mengalami kesulitan di dalam
mengelola bahan, maka berarti ada kendala pembelajaran yang
dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru. Bantuan guru
tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki
kemampuan sendiri untuk terus mengelola bahan belajar, karena
konstruksi berarti merupakan suatu proses yang berlangsung
secara dinamis.

2.3.2 Masalah pembelajaran IPS yang berasal dari guru :


Masalah Pengajaran yang berasal dari faktor guru beberapa
peneliti bahkan menemukan letak kejemuan peserta didik terhadap
mata pelajaran IPS ada pada figur guru yang kurang profesional
dalam mengajar. Para pengajar IPS rata-rata bukan yang
berlatarbelakang pendidikan IPS, sehingga kurang memahami
materi. Sekian persen guru menyampaikan materi secara textbook

8
tanpa variasi, monoton, kurang humor, dan tetap menggunakan
metode konvensional yaitu ceramah yang cenderung membosankan.
Penyebab lainnya adalah kurang optimalnya penggunaan media
belajar seperti peta, foto, replika andi, artefak, fosil dan juga
media beerbasis tekhnologi seperti internet access dan mobile
learning.

2.3.3 Masalah utama yang sering ada dalam pembelajaran pendidikan


IPS SD :
1. Konten yang tersaji belum relevan dengan lingkungan keseharian
anak/bersifat abstrak
Konten cenderung mengulas materi yang ada kaitanya dengan
informasi terkait di luar keseharian anak. Artinya anak belajar
tentang seluk beluk daerah lain misalnya belajar tentang peta,
lingkungan alam, sumber daya alam, kegiatan ekonomi, sementara
materi yang tersaji bukan materi yang ada relevansi dengan
daerah/lingkungan realnya. Anak diharapkan belajar bermakna,
namun dengan hal ini tidak menjadikan pembelajaran bermakna.
Cakupan materi IPS tergolong padat, banyak dan bersifat
konseptual/teoretis Materi yang demikian mengharuskan atau
menuntut anak untuk menghafal materi pelajaran yang begitu
banyak. Kita tau bahwa kegemaran anak tidak ada yang sama,
ada yang senang belajar hafalan, hitungan, berlajar yang
berhubungan dengan kegiatan praktek dan lain-lain.
2. Konten IPS cenderung mengedepankan aspek kognitif dibandingkan
aspek afektif
Materi IPS cenderung belum mempertimbangkan konten
berbasis nilai-nilai atau pembelajaran sikap. Padahal sangat jelas
bahwa IPS salah satu pembelajaran yang mendidik anak untuk
menjadi warga negara yang demokratis sedini mungkin.

9
3. IPS sering kali dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang
tidak begitu penting
Pemahaman saya pribadi bahwa pembelajaran IPS tidak
menjadi mata pelajaran yang di UAN kan. IPS masuk kategori
ujian sekolah (UAS) yang diadakan setelah ujian utama (UAN).
Berbeda dengan mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia
dan IPA menjadi perioritas utama. Secara tidak langsung sedikit
banyak akan mempengaruhi adanya motivasi guru yang lebih untuk
merencanakan strategi pembelajaran IPS itu sendiri. Hingga
akhirnya siswa yang dibelajarkan tanpa perencanaan yang baik
dan maksimal hasilnya juga kurang optimal.
4. Penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang monoton
Guru cenderung masih membelajarkan IPS dengan menerapkan
model pembelajaran konvensional (strategi dan metode monoton).
Strategi yang dimaksud yakni strategi pembelajaran langsung dan
metode ceramah. Menyampaikan materi sebatas apa yang tertera
dibuku paket. Ketika anak diperhadapkan metode ini dengan
materi yang harus dihafalkan jelas menjenuhkan bagi anak. Metode
ceramah lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada
guru, kondisi yang sangat kontras dengan idealitas pembelajaran
saat ini.
5. Keterbatasan guru dalam melakukan pembaharuan dari
penggunaan strategi maupun metode pembelajaran IPS
Ini kaitannya dengan faktor penggunaan strategi maupun
metode di atas yang terbiasa diterapkan guru dalam proses
pembelajaran di kelas. Hal ini tidak sulit dilakukan hanya perlu
waktu untuk merubah pola pembelajaran yang sudah terbentuk sejak
bertahun-tahun. Disamping itu pemahaman guru masih minim
tentang bagaimana mengembangkan strategi atau metode
pembelajaran yang bisa membangkitkan semangat dan motivasi
anak belajar lebih antusias.

10
Penyampaian materi pelajaran yang tidak dikaitkan dengan
lingkungan real anak Dalam konteks ini diharapkan sekiranya
guru perlu mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan
lingkungan keseharian anak. Tidak bisa hanya berpatokan dengan
buku paket. Sehingga materi yang disampaikan tidak hanya yang
ada diluar lingkungan anak tapi melibatkan lingkungan
kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan masih ada guru yang
menerapkan sistim mencatat materi sampai habis.
6. Kurangnya penggunaan media pembelajaran yang menarik
Tidak semua sekolah memiliki kelengkapan sarana (media)
belajar. Ini membutuhkan peran guru bagaimana bisa menghadirkan
media pembelajaran bagi anak. Tidak perlu mahal namun bisa
menjembatani anak mudah menerima materi dan tertarik dalam
proses pembelajaran. Dan tidak harus mengharapkan ketersediaan
saran atau fasilitas yang disediakan sekolah sepanjang masih
bisa dijangkau untuk diadakan. Media pembelajaran menjadi
pendukung dalam menentukan ketercapaian pembelajaran.
7. Keterbatasan buku-buku yang relevan
Ketersedian buku sangat berdampak bagaimana anak bisa
belajar mandiri. Sarana yang tersedia pada setiap sekolah tidak
sama. Jangankan belajar mandiri belajar di kelas saja harus
berkelompok. Karena buku yang ada sangat terbatas. Apalagi
mengharapkan buku-buku relevan dan anak-anak yang kurang
beruntung belum tentu bisa fotokopi atau membelinya di toko
buku.
8. Proses perencanaan guru dalam memberikan tugas-tugas ke siswa
kurang optimal
Menyusun tugas-tugas untuk dikerjakan oleh anak di kelas
mesti melalui perencanaan yang matang. Cenderung tidak
maksimal jika memberikan tugas secara tiba-tiba dan mengikuti

11
mood guru. Karena ini akan menyangkut dengan ketepatan tindakan
evaluasi yang diberikan.
9. Kurangnya guru di Sekolah Dasar
Guru Sekolah Dasar identik dengan guru kelas dan masih
ditemukan kurangya guru dalam satu sekolahan. Sehingga tidak
mengherankan masih banyak guru honorer yang membantu.
Kemudian tidak semua guru/wali kelas mampu mengajarkan IPS
sekalipun di Sekolah Dasar.
Beragam masalah di atas bisa berdampak pada rendahnya
motivasi anak untuk belajar IPS. Anak jenuh, bosan dan rasa
mengantuk saat belajar IPS sering diungkapkan oleh guru-guru.
Olehnya itu pencapaian hasil belajar anak pun tidak sesuai
dengan harapan. Dalam arti masih dinilai belum maksimal dalam
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan sebelumnya.

2.4 Faktor-Faktor Penyebab Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar


Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar merupakan salah satu mata
pelajaran yang penting untuk membentuk karakter dan kompetensi siswa
dalam memahami lingkungan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Namun,
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar seringkali menghadapi berbagai masalah
yang dapat menghambat proses dan hasil belajar siswa. Berikut ini adalah
beberapa faktor-faktor penyebab masalah pembelajaran IPS di Sekolah Dasar:

1. Faktor internal siswa.


Faktor ini mencakup pemahaman konsep, keterampilan intelektual,
minat, bakat, motivasi, dan kondisi fisik siswa. Siswa yang memiliki
pemahaman konsep yang rendah, keterampilan intelektual yang kurang,
minat dan bakat yang tidak sesuai, motivasi yang lemah, atau kondisi fisik
yang tidak prima akan mengalami kesulitan belajar IPS. Kesulitan belajar
ini dapat berupa sulit memahami materi, mengingat informasi, menganalisis

12
data, menyelesaikan masalah, atau berpikir kritis12. Faktor internal siswa
juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, seperti kepercayaan diri, emosi,
sikap, dan perilaku siswa3.
2. Faktor eksternal siswa.
Faktor ini mencakup faktor sekolah, faktor orang tua, dan faktor
lingkungan masyarakat sekitar. Faktor sekolah meliputi kurikulum, materi,
metode, media, sumber belajar, evaluasi, dan guru. Kurikulum yang tidak
relevan dengan kebutuhan dan lingkungan siswa, materi yang terlalu padat,
banyak, dan abstrak, metode yang monoton dan tidak variatif, media yang
kurang menarik dan bervariasi, sumber belajar yang terbatas dan tidak
mutakhir, evaluasi yang tidak objektif dan komprehensif, dan guru yang
kurang kompeten dan profesional dapat menyebabkan siswa kurang tertarik,
antusias, dan berprestasi dalam pembelajaran IPS. Faktor orang tua meliputi
dukungan, bimbingan, pengawasan, dan fasilitas belajar di rumah. Orang
tua yang tidak memberikan dukungan moral dan materi, bimbingan dan
pengawasan yang baik, dan fasilitas belajar yang memadai dapat
menyebabkan siswa kurang termotivasi, disiplin, dan berkonsentrasi dalam
belajar IPS. Faktor lingkungan masyarakat sekitar meliputi teman sebaya,
lingkungan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Teman sebaya yang tidak
sejalan dengan tujuan belajar, lingkungan sosial yang kurang kondusif,
budaya yang tidak mendukung, ekonomi yang sulit, dan politik yang tidak
stabil dapat menyebabkan siswa kurang fokus, terganggu, terpengaruh, atau
tertekan dalam belajar IPS.

Untuk mengatasi masalah pembelajaran IPS di Sekolah Dasar,


diperlukan upaya dari berbagai pihak, yaitu siswa, guru, orang tua, dan
masyarakat. Siswa harus meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan
intelektual, minat, bakat, motivasi, dan kondisi fisiknya. Siswa juga harus
memiliki kepercayaan diri, emosi yang stabil, sikap yang positif, dan perilaku
yang baik dalam belajar IPS. Guru harus menyusun kurikulum, materi, metode,
media, sumber belajar, dan evaluasi yang sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan siswa. Guru juga harus meningkatkan kompetensi dan

13
profesionalismenya dalam mengajar IPS. Orang tua harus memberikan
dukungan, bimbingan, pengawasan, dan fasilitas belajar yang optimal bagi
anaknya. Orang tua juga harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan guru
dalam membantu anaknya belajar IPS. Masyarakat harus menciptakan
lingkungan yang kondusif, mendukung, dan berpartisipasi dalam pembelajaran
IPS. Masyarakat juga harus memberikan informasi, saran, dan masukan yang
berguna bagi siswa dan guru dalam belajar dan mengajar IPS.

2.5 Solusi Permasalahan Pembelajaran Pendidikan IPS SD


Banyaknya permasalah dalam pembelajaran IPS, maka pembelajaran IPS
di era globalisasi perlu melakukan pembenahan diri. Di mana harus mampu
mengubah paradigma siswa tentang pembelajaran IPS yang monoton,
membosankan. Paradigma pembelajaran yang sudah berubah dari teacher
centered menjadi student centered menuntut guru untuk dapat menyiapkan
kondisi dimana siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran. Dalam kurikulum
2013 pun juga menegaskan untuk diterapkannya berbagai model pembelajaran
yang berbasis saintifik, inquiry, tematik dan berbasis masalah dan berbasis
proyek.

Hal-hal yang harus menjadi perhatian pendidik dalam penyelenggaraan


pembelajaran IPS di kelas yaitu guru hendaknya mampu :

1) Perlunya Perubahan Mendasar dalam Implementasi Pembelajaran IPS di


Kelas
Berbagai gagasan dan penemuan baru dalam dunia pendidikan akhir-
akhir ini sangat beragam dan kompleks. Akan tetapi justru ini merupakan
modal bagi guru, untuk melakukan perubahan dalam cara mengajarnya.
Agar peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran, hendaknya guru
menguasai berbagai strategi, model, metode maupun media terbaru yang
relevan dengan kondisi di kelas. Dengan penerapan berbagai gagasan baru
tersebut, diharaphan aktivitas belajar peserta didik akan meningkat.
Terutama dalam pembelajaran IPS di SD.

14
Pandangan lama bahwa pembelajaran harus dilakukan melalui jadwal
yang ketat dan penuh disiplin ternyata tidak banyak memberikan hasil yang
bermakna bagi peserta didik. Peserta didik akan memperoleh lebih banyak
dari hasil proses pembelajaran apabila belajar dilakukan dengan proses yang
kreatif dan menyenangkan. Paradigma baru dalam memandang proses
pembelajaran ini memang sangat bertolak belakang. Namun keinginan baru
bahwa dalam proses belajar peserta didik akan mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri, dan lebih aktif mengeksplorasi sumber- sumber
belajar ketimbang sekedar transfer informasi dari guru. Aktivitas belajar
yang bermutu di kelas mensyaratkan adanya keaktifan peserta didik. Proses
pembelajaran yang lebih kreatif dan menyenangkan pada giliranya akan
semakin memperkuat hasil belajar menjadi lebih bermakna.
2) Menerapkan Pembelajaran Konstruktivis dengan Pendekatan Kontekstual
Salah satu strategi yang penting dan mendasar untuk dilakukan guru,
dalam upaya menyelesaikan problematika pembelajaran IPS di SD adalah
dengan menerapkan pembelajaran konstruktivisme di kelas. Pandangan
konstruktivisme berpendapat bahwa, pada dasarnya belajar dilakukan
melalui konstruksi peserta didik terhadap pengalaman belajar. Informasi
yang diperoleh dalam proses belajar dikonstruksi oleh masing-masing
peserta didik dengan dikaitkan kembali dengan pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi impliksinya adalah,
bahwa dalam proses pembelajaran, hendaknya pengalaman atau informasi
baru disampaikan dengan mengaitkan berbagai hal yang sudah familiar
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, atau menjalinkannya dengan
pengalaman hidup sehari-hari. Pendekatan ini disebut pembelajaran
kontekstual.
Untuk mengaktifkan keterlibatan peserta didik di kelas, pembelajaran
IPS di SD hendaknya dirancang dengan menggunakan pendekatan
kontekstual. Materi IPS sebaiknya dihubungkan dengan kehidupan dan
pengalaman pribadi peserta didik yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga

15
peserta didik akan lebih termotivasi untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran.
3) Terlibat Secara Emosional
Perilaku guru dalam membangun interaksi dengan peserta didik juga
menentukan keaktifan peserta didik di kelas. Pada dasarnya peserta didik
adalah mahkluk sosial. Dimana secara alamiah akan merespon interaksi
berdasarkan implus emosional yang diberikan. Strategi dan model yang
sama, apabila diperankan oleh guru yang berbeda, maka akan membawa
dampak hasil yang berbeda pula.
Kita perlu memberikan kepercayaan kita kepada peserta didik agar
mereka juga memberikan kepada kita kepercayaan untuk membimbing
upaya belajar mereka. Hal ini dalam prinsip Quantum Teaching disebut
sebagai jembatan keledai atau mnemonik (De Porter, 2002). "Masukkan
dunia peserta didik ke dunia anda dan antarkan dunia anda. ke dunia peserta
didik". Dengan prinsip ini berarti bahwa guru hendaknya membangun
komunikasi emosional yang erat dengan peserta didik.
4) Melibatkan Peserta didik dalam Semua Proses dan Aktivitas
Pengalaman belajar akan lebih melekat menjadi milik peserta didik
apabila peserta didik terlibat langsung dalam proses memperoleh,
mengolah, mensintesa dan menyampaikan informasi, daripada sekedar
mendengar penjelasan atau melihat praktek. Agar proses pembelajaran
optimal dan peserta didik lebih termotivasi, maka pembelajaran dikelas juga
hendaknya dirancang dengan aktifitas yang memungkinkan peserta didik
untuk aktif terlibat dalam keseluruhan proses mengelola informasi.
Pendekatan saintifik sangat cocok diterapkan dalam usaha melibatkan
peserta didik dalam semua proses pembelajaran. Mulai dari tahap
perancangan pembelajaran berdasarkan kurikulum, mencari sumber belajar
yang dibutuhkan, mengelola informasi dan mensintesanya dalam aktifitas
diskusi atau pertunjukkan yang tepat.
Dengan keterlibatan peserta didik secara penuh dalam semua proses
pembelajaraan, pada gilirannya akan semakin meningkatkan perasaaan

16
harga diri peserta didik (Self-efficacy). Melalui keyakinan seseorang yang
kuat akan kemampuannya untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu,
terutama dalam proses belajar, memungkinkan untuk memberikan dorongan
yang lebih kepada sesorang dalam pencapaian hasil belajar lebih maksimal.
5) Membelajarkan Bagaimana Cara Belajar
Dalam paradigma pembelajaran student center, peserta didik
diharapkan untuk lebih aktif menjalankan proses pembelajaran dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Peserta didik dituntut
untuk memiliki tanggung jawab sendiri terhadap proses belajar yang ia
lakukan. Akan tetapi pada umumnya, peserta didik belum memiliki
keterampilan belajar yang memadahi yang dapat mensuport harapan
tersebut.
Jadi dalam proses pembelajaran, guru hendaknya bukan hanya
mengajarkan tentang materi pembelajaran, akan tetapi juga dapat
membelajarkan bagaimana cara belajar. Peserta didik perlu dilatih untuk
memiliki keterampilan belajar seperti bagaimana cara mencatat yang
efektif, bagaimana membaca buku yang efektif, bagaimaana mengelola
informasi, bagaimana membuat peta konsep, bagan, rancangan dan menulis
laporan yang baik, bagaimana cara mencari dan memanfaatkan sumber
belajar di sekitar lingkungan peserta didik dan sebagainya.
6) Menggunakan Assesment yang Autentik Pada Semua Aspek
Tujuan pendidikan pada dasarnya tidak hanya mencetak generasi yang
memiliki pengetahuan bagus dengan kemampuan kognitif yang tinggi.
Akan tetapi pendidikan juga dilakukan untuk mengembangkan sikap dan
karakter peserta didik serta keterampilan sosial yang bagus, untuk
membentuk jati diri sebagai manusia Indonesia yang seutuhnya.
Untuk mencapai tujuan ini, maka pembelajaran juga diselenggearakan
tidak semata-mata hanya melihat proses kognitif peserta didik. Akan tetapi
juga hendaknya memperhatikan proses perkembangan sikap, karakter dan
pencapaian keterampilan sosial. Oleh karena itu, asesment yang digunakan
dalam rangka melihat perkembangan peserta didik seharusnya

17
menggunakan assesment yang mampu menggambarkan perkembangan tiga
ranah sekaligus, baik Kognitif, Afektif maupun Psikomotor.
Agar dalam pembelajaran IPS peserta didik lebih termotivasi untuk
terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka strategi dan metode yang
digunakan juga harus bervariasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran IPS di sekolah belum mencapai tingkat yang optimal
dalam menerapkan dan membiasakan siswa dan komunitas sekolah dengan
nilai-nilai kehidupan demokratis dan sosial kemasyarakatan melalui
keterlibatan mereka dalam berbagai aktivitas di dalam kelas dan di luar
sekolah. Masalah tambahan yang dihadapi pembelajaran IPS saat ini adalah
akibat dari pengaruh budaya pada masa lalu terhadap mata pelajaran tersebut,
yang menganggap IPS kurang menarik, pendektatan indoktrinatif, sepele,
membosankan, dan berbagai kesan negatif lainnya. Ini ditambah dengan fakta
bahwa IPS tetap berada di posisi pembelajaran konvensional.

Semua pihak baik guru, orang tua, siswa, dan masyarakat harus bekerja
sama untuk mengatasi masalah pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Siswa
harus memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang konsep, keterampilan
intelektual, minat, bakat, motivasi, dan kondisi fisik. Mereka juga harus
memiliki kepercayaan diri, emosi yang stabil, sikap yang positif, dan perilaku
yang baik dalam belajar IPS.

3.2 Saran
Penyusun menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun menyarankan pada

18
pembaca yang ingin memberikan masukkan untuk perbaikkan makalah.
Setelah mengetahui penjelasan mengenai masalah pembelajaran pendidikan
IPS SD, diharapkan mampu menemukan solusi untuk mengatasi masalah
tersebut dan mengurangi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran
pendidikan IPS khususnya di Sekolah Dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, B Fitri., Zidni. (2019). Identifikasi Permasalahan-permasalahan Dalam


Pembelajaran IPS. Jurnal Pendidikan, Vol. 3 (1) Hlm 1-10.

Karima, Muhammad Kaulan., Ramadhani. (2018). Permasalahan Pembelajaran IPS


dan Strategi Jitu Pemecahannya. Jurnal Pendidikan, Vol. 2 (1) Hlm 1-9.

Septaryanto, Joko. (2015). Problematika Pembelajaran IPS Sekolah Dasar.


Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.

Dia, Riana, Putra, Ihsan Syah., Khoirunnisa, Indah., Agustin, Vivi Sahwitri.,
Rahmawati, Nawang Anggi. (2022). Permasalahan IPS Di Sekolah Dasar.
Jambi. Universitas Jambi.

Siska, Yulia. (2016). Pembelajaran IPS di SD/MI. Garudhawaca.

Nurwilinianingsih, Ella. (2020). Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa


pada Mata PelajaranIPS di Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan
Indonesia : Serang.

S. Alifah, dkk. 2019. Analisis Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar dalam


Pembelajaran IPS pada Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal
Universitas Negeri Sebelas Maret.

19
20

Anda mungkin juga menyukai