Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH DASAR DASAR IPS

PENDIDIKAN IPS DI SMA

Dosen Pengampu: Dr. Pargito, M.Pd.

Disusun Oleh :
Della Muslianti 2313034019 Made Septiana 2313034020
Zulkarnaen 2313034024 Azzahra Hafido 2313034074
Sindi Nurhasanah 2313034075 Melinda Safitri 2313034077
Isna Eni 2313034079 Ani Herawati 2313034080
Tri Rahma Dayanti 2313034083 Nabila Aini 2313034086

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan juga karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan juga tepat waktu guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah “ Dasar dasar ips ” yang dibimbing oleh bapak Dr. Pargito,
M.Pd. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan para ahli, dan
jurnal, kemungkinan daripada itu makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki, maka kami mengharapkan
masukan serta saran dari dosen untuk membangun pengalaman kami dan kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca juga perkembangan dunia pendidikan.

Bandar Lampung, 11 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH...................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4

2.1 HAKIKAT IPS.......................................................................................................4

2.2 TUJUAN PENDIDIKAN IPS...............................................................................5

2.3 HISTORIS PENDIDIKAN IPS DI INDONESIA...............................................7

2.4 FOKUS PERHATIAN ILMU ILMU SOSIAL ..................................................10

2.5 IPS DALAM KURIKULUM 2013.......................................................................11

2.6 IPS DALAM KURIKULUM MERDEKA BELAJAR......................................13

2.7 HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS TERPADU...............................................14

2.8 PERMASALAHAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU................................15

2.9 PERMASALAHAN PEMBELAJARAN IPS DI SMA.....................................16

2.10 PEMBAHARUAN DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH..........18

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 20

3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Tujuan pendidikan IPS ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan dan


keterampilan dasar siswa yang berguna untuk kehidupan sehari-harinya. IPS sangat erat
kaitannya dengan persiapan anak didik untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam
pembangunan Indonesia dan terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia (global society).
IPS harus dilihat sebagai suatu komponen penting dari keseluruhan pendidikan kepada
anak. IPS memerankan peranan yang signifikan dalam mengarahkan dan membimbing
anak didik pada nilai-nilai dan perilaku yang demokratis, memahami dirinya dalam
konteks kehidupan masa kini, memahami tanggung jawabnya sebagai bagian dari
masyarakat global yang interdependen.

IPS adalah bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan,


adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan
keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Studi
yang memperhatikan pada bagaimana orang membangun kehidupan yang lebih baik bagi
dirinya dan anggota keluarganya, bagaimana memecahkan masalah, bagaimana orang
hidup bersama, bagaimana orang mengubah dan diubah oleh lingkungannya.

Namun, selama ini mata pelajaran IPS selalu dianggap sebelah mata oleh
sebagian orang, dan banyak yang mengatakan bahwa IPS merupakan pelajaran yang
membosankan dan kurang menantang karena kebanyakan materinya hanya berupa
hapalan, dan hal ini merupakan masalah bagi mata pelajaran IPS itu sendiri. Masalah ini
semakin serius manakala dihadapkan pada kenyataan bahwa, selama ini mata pelajaran

1
IPS kurang mendapatkan perhatian yang semestinya. Padahal sebenarnya mata pelajaran
IPS merupakan pelajaran yang sangat penting karena dengan belajar IPS dapat
membimbing siswa beradaptasi dalam lingkungan sosialnya, dan dapat membantu siswa
dalam menghadapi masalah-masalah social yang terjadi di masyarakat dengan lebih
bijaksana.

Langkah pertama yang harus ditempuh untuk meuju ke arah pembaharuan


system pembelajaran IPS di sekolah adalah perbaikan kualitas (mutu) tenaga
pendidiknya. Mereka perlu dibekali tentang pola pembelajaran IPS terpadu dengan
mantap, dan dilatih dengan model-model pembelajaran berpusat pada peserta didik,
sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Penerapan terpadu dalam pembelajaran IPS
mengandung arti yang strategis untuk pembangunan nasional atau kehidupan berbangsa
dan bernegara.

1.2 Rumusan Masalah

1. Hakikat IPS
2. Historis pendidikan IPS di Indonesia
2. Tujuan pendidikan IPS
3. Fokus perhatian ilmu ilmu sosial
4. IPS dalam Kurikulum 2013
5. IPS dalam Kurikulum Merdeka Belajar
6. Hakikat Pembelajaran IPS Terpadu
7. Permasalahan Pembelajaran IPS Terpadu
8. Permasalahan Pembelajaran IPS di SMA
9. Pembaharuan dalam Pembelajaran IPS di Sekolah

1.3 Tujuan Makalah

Makalah ini bertujuan untuk:

2
1. Melalui pemahaman nilai-nilai sejarah dan nilai kebudayaan masyarakat peserta
didik memiliki kesadaran dan juga rasa kepedulian terhadap lingkungan dan
masyarakat.
2. Dalam memecahkan masalah sosial, peserta didik memahami beberapa konsep
dasar dan metode-metode dari ilmu sosial. Sehingga peserta didik dapat
menerapkan konsep dan metode tersebut untuk menyelesaikan masalah.
3. Peserta didik mampu menggunakan model-model dan proses berpikir yang
digunakan untuk membuat sebuah keputusan dalam menyikapi masalah atau isu
sosial yang sedang berkembang di masyarakat.
4. Peserta didik mampu menganalisis isu sosial dengan kritis, dan mampu
mengambil keputusan yang tepat.
5. Siswa mampu mengembangkan potensi yang ada dengan mampu membangun diri
sendiri untuk lebih bertanggung jawab untuk membangun kesadaran masyarakat
6. Melakukan analisis terhadap kurikulum IPS dalam memahami misi serta tujuan
yang harus dipenuhi atau dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
yaitu standar kompetensi.
7. Menetapkan materi IPS yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan sosial
peserta didik.
8. Menemukan materi ajar, media, strategi, metode, pendekatan dan penilaian dalam
pembelajaran yang tepat agar siswa juga mudah untuk mengembangkan
keterampilan sosial nya

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat IPS

Terdapat banyak persepsi tentang pengertian IPS di lingkungan pendidikan kita.


Mungkin kita akan ingat ketika duduk di bangku SD atau SMP dulu, sewaktu kita
mendapatkan pelajaran IPS dari bapak/ibu guru kita. Dianatara kita tentu akan
mempunyai beragam persepsi tentang apakah IPS itu. Mungkin diantara kita ada yang
menganggap bahwa IPS itu terdiri atas mata pelajaran-mata pelajaran sejarah, ekonomi,
dan geografi. Persepsi ini terutama didasarkan pada pengalaman belajar IPS di SMP. Bagi
mereka yang telah belajar IPS di SMA tentu akan lain lagi persepsinya. Persepsi IPS pada
tingkat SMA paling tidak ada dua arti : pertama, IPS dapat berarti salah satu jenis program
studi. Kedua, bisa berarti sejumlah mata pelajaran yang termasuk ke dalam disiplin ilmu-
ilmu social.

Mata pelajaran yang termasuk kelompok IPS pada tingkat SMA ini meliputi
sosiologi, antropologi, ekonomi, geografi, dan sejarah. Istilah IPS di sekolah dasar
merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah
konsep disiplin ilmu social, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah social
kehidupan. Materi IPS untuk jenjang Sekolah Dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu
karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogic dan psikologis serta
karakteristik kemampuan berfikir peserta didik yang bersifat holistic. (Sapriya, dkk,
2008:2- 3).

Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS
atau Social Studies. Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan social
studies, jadi istilah IPS merupakan terjemahan social studies. Berikut pengertian IPS yang
dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan IPS di Indonesia :

1. Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa, IPS adalah perwujudan dari suatu


pendekatan interdisipliner dari ilmu social. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu social yakni sosiologi, antropologi, budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi,

4
ilmu politik, dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan
materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

2. Nu’man Soemantri menyatakan bahwa, IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu social


yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan
mengandung arti : a) menurunkan tingkat kesukaran ilmuilmu social yang biasanya
dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa
Sekolah Dasar dan lanjutan; b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang
ilmu-ilmu social dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah
dicerna.

3. S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan
sejumlah mata pelajaran social. Dinyatakan bahwa, IPS merupakan bagian kurikulum
sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi social.

Dari beberapa pengertian di atas, pada intinya bahwa hakikat Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu social seperti sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya, yang mana di dalamnya berisi
tentang kajian manusia dan dunia sekelilingnya.

2.2 Tujuan pendidikan IPS

Tujuan pembelajaran IPS adalah untuk pengembangan potensi setiap peserta


didik. Hal tersebut ditujukan agar peserta didik memiliki kepekaan terhadap masalah-
masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Peserta didik juga diharapkan
mempunyai sikap mental positif untuk melakukan perbaikan terhadap ketimpangan sosial
yang terjadi.

Tujuan pembelajaran IPS yang sudah dijelaskan diatas dapat tercapai dengan
menjalankan program-program pembelajaran IPS di sekolah dengan memperhatikan
beberapa kriteria yaitu:

1. Melalui pemahaman nilai-nilai sejarah dan nilai kebudayaan masyarakat peserta didik
memiliki kesadaran dan juga rasa kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat.

5
2. Dalam memecahkan masalah sosial, peserta didik memahami beberapa konsep dasar
dan metode-metode dari ilmu sosial. Sehingga peserta didik dapat menerapkan konsep
dan metode tersebut untuk menyelesaikan masalah.

3. Peserta didik mampu menggunakan model-model dan proses berpikir yang digunakan
untuk membuat sebuah keputusan dalam menyikapi masalah atau isu sosial yang sedang
berkembang di masyarakat.

4. Peserta didik mampu menganalisis isu sosial dengan kritis, dan mampu mengambil
keputusan yang tepat.

5. Siswa mampu mengembangkan potensi yang ada dengan mampu membangun diri
sendiri untuk lebih bertanggung jawab untuk membangun kesadaran masyarakat. Dengan
potensi tersebut dapat dimanfaatkan (Aniek Rahmaniah, 2012).

Tujuan pembelajaran IPS untuk memberikan bekal dan mendidik setiap


kemampuan dasar peserta didik agar dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan,
minat dan bakat peserta didik agar dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih
tinggi. Materi IPS dirumuskan berdasarkan fenomena sosial dan realitas. Pendidikan IPS
dimaksudkan agar mampu memberikan kontribusi terhadap pengertian konsep dalam
melatih sikap, moral dan keterampilan. Konsep IPS meliputi: Saling ketergantungan,
perubahan, interaksi, keragaman, konflik, kekuasaan, nilai, kepercayaan, nasionalisme,
budaya, kelangkaan, keadila, tempat (Teofilus Ardien Hopeman, 2022). Tujuan utama
dari pembelajaran IPS adalah menanamkan sifat bertanggung jawab untuk setiap peserta
didik. Bertanggung jawab artinya mengetahui kewajiban dan haknya. Guru harus mampu
mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan dalam pelaksanaan kurikulum IPS.

Tujuan khusus pembelajaran IPS adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis terhadap kurikulum IPS dalam memahami misi serta tujuan yang
harus dipenuhi atau dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yaitu standar
kompetensi.

2. Menetapkan materi IPS yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan sosial peserta
didik.

6
3. Menemukan materi ajar, media, strategi, metode, pendekatan dan penilaian dalam
pembelajaran yang tepat agar siswa juga mudah untuk mengembangkan keterampilan
sosial nya

2.3 Historis pendidikan IPS di Indonesia

Perkembangan pendidikan IPS secara garis besar Indonesia dimaknai menjadi


dua, pendidikan IPS untuk perguruan tinggi dan pendidikan IPS untuk sekolah dasar dan
menengah. Menurut M. Numan Somantri (2001:92) Pendidikan IPS untuk sekolah dasar
dan menengah diartikan sebagai penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu
sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan
secara ilmiah dan pedagogis psikologis untuk tujuan pendidikan. Sedangkan makna
pendidikan IPS untuk perguruan tinggi adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Beliau juga mengemukakan perbedaanya adalah
pada kata penyederhanaan dan seleksi dari disiplin ilmu dan seterusnya. Pendapat itu
bermakna bahwa pendidikan IPS di perguruan tinggi dan sekolah dasar dan menengah
kontenya memiliki perbedaan. Perbedaan itu terdapat pada istilah penyederhanaan dan
seleksi, meskipun sumber kajian materinya sama diambil dari disiplin ilmu-ilmu sosial.

• Kurikulum IPS tahun 1974-1975

Konsep pendidikan IPS untuk pertamakalinya masuk kedunia persekolahan di


Indonesia terjadi pada tahun 1972-1973, yakni dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung (Huriah Rachmah,2014:43). Sejalan dengan hal itu
Sapriya (2017:11) berpendapat bahwa Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari dokumen Kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran
untuk pendidikan di sekolah dasar dan menengah. Pada kurikulum SMP tahun 1974, IPS
meliputi disiplin ilmu Geografi, Sejarah, dan Ekonomi sebagai disiplin ilmu utama.
Sedangkan disiplin ilmu sosiologi, politik dan antropologi sebagai mata pelajaran
pendamping (Hamid Hasan, 1996:37). Gagasan pendidikan IPS di Indonesiapun banyak
mengadopsi dan mengadaptasi dari sejumlah pemikiran perkembangan social studies
yang terjadi diluar negeri.Perkembangan pendidikan IPS selanjutnya adalah terjadi pada
kurikulum tahun 1974 yang kemudian disempurnakan kembali pada tahun 1975.

7
• Kurikulum IPS tahun 1984-1990

Pendidikan IPS pada kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan kurikulum


sebelumnya yaitu pendidikan IPS pada kurikulum 1974. Dalam kurikulum 1984 nama
IPS hanya digunakan untuk menyebutkan nama mata pelajaran pada jenjang pendidikan
dasar MI/SD dan MTs/SMP, sama seperti kurikulum 1974 (Rudy Gunawan, 2016:32).
Berbeda dengan pendidikan IPS pada tataran sekolah menengah atas (SMA) yang sudah
menggunakan disiplin ilmu itu sebagai penamaan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Pendekatan atau bentuk pengajaran yang digunakan adalah pendekatan integratif dan
pendekatan struktural untuk IPS jenjang SMP dan pendekatan disiplin yang terpisah
(separated disciplinary approach) untuk IPS jenjang SMA (Hamid Hasan, 1996:44).
Pendekatan integratif yang dimaksud pada waktu itu adalah pembelajaran sesuai dengan
realita dilapangan atau dunia nyata dimana fenomena di dunia nyata terjadi tanpa adanya
batas-batas yang jelas. Sedangkan pada tataran sekolah menengah atas (SMA),
pendidikan IPS disajikan secara terpisah dalam arti jelas batasan-batasan materi yang
diberikan, dan memiliki GBPP masing-masing mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu
yang disajikan. Konsep IPS dalam kurikulum berkembang sampai dengan tahun 1990an.

• Kurikulum IPS tahun 1994

Pendidikan IPS pada kurikulum 1994 mengalami perubahan akibat


diberlakukanya undang-undang sisdiknas nomor 2 tahun 1989. Dalam undang-undang ini
dilakukan pengkajian tentang mata pelajaran IPS terutama pada perubahan mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn). Selain itu pada kurikulum ini disusun konten pendidikan IPS yang menurut
Sapriya(2017:43) memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Mata pelajaran IPS untuk SD
masih tetap menggunakan pendekatan terpadu (integrated) dan berlaku untuk kelas III s/d
VI sedangkan untuk kelas I dan II tidak secara eksplisit mata pelajaran yang berdiri
sendiri. Selian itu matapelajaran dibagi atas dua bagian, yakni materi sejarah dan materi
pengetahuan social. 2. Mata pelajaran IPS tidak mengalami perubahan pendekatan artinya
masih bersifat terkonfederasi (corelated) yang mencakup geografi, sejarah, dan ekonomi
koperasi 3. Mata pelajaran IPS untuk SMA menggunakan pendekatan terpisah-pisah
(separated) atas mata pelajaran sejarah nasional dan sejarah umum

• Kurikulum IPS tahun 2006 (KTSP)

8
Pendididikan IPS pada tahun 2006 mengalami perubahan di beberapa konten
materi IPS. Pengkajian dimulai sejak tahun sebelumya dimana para pakar pendidikan
melakukan pengkajian tentang proses pembelajaran yang kemudian memunculkan
kopsep pembelajaran untuk mengganti istilah mengajar. Pembelajaran mengedepankan
konsep penguasaan materi minimal yang diukur menggunakan KKM oleh siswa yang
kemudian disebut dengan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas
(mastery learning). Hasil pemikiran tersebut kemudian memunculkan konsep itu dalam
pembentukan kurikulum sebelumnya yang tidak bertahan lama yaitu kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) yang digagas tahun 2003, implementasi tahun 2004. Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) berjalan selama dua tahun yang kemudian dialakukan
peninjauan ulang sehingga memunculkan kurikulum 2006 yang disebut dengan istilah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini diperkuat dengan
dikeluarkanya undang-undang sisdiknas baru yang disahkan yaitu undang-undang
sisdiknas nomor 20 tahun 2003. Perkembanganya kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) secara teknis didukung dengan munculnya permen nomor 22 tahun 2006 tentang
standar isi. Dalam permen ini dimuat materi yang distandarkan dengan menggunakan
istilah Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). SK dan KD merupakan
standar yang dibuat oleh pemerintah dimana dalam menyampaikan muatan materi oleh
guru kepada siswa tidak boleh dikurangi namun dapat ditambah dan dikembangkan sesuai
dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik di masing-masing sekolah.

• Kurikulum IPS tahun 2013

Perkembangan kurikulum selanjutnya terjadi pada tahun 2013. Pemerintah


melakukan peninjauan dan kemudian menyusun kurikulum yang bersifat keterbaruan.
Perkembangan kurikulum 2013 dalam tataran implementasi banyak dipengaruhi oleh
perubahan regulasi di tataran pemerintahan pusat yaitu pergantian Kepala Negara
Indonesia dan kelengkapan pimpinan pemerintah lainya. Hal ini berdampak pada
perbedaan pandangan terhadap pembuat kurikulum 2013 dengan penentu kebijakan
pemerintah yang baru dibentuk, sehingga kurikulum 2013 belum sepenuhnya
diimplementasi sudah dilakukan revisi yaitu dengan dikeluarkanya Permendikbud RI No.
24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum
2013. Perubahan yang terjadi pada pemberian istilah yaitu standar kompetensi menjadi

9
kompetensi inti. Jika dilihat perbedaanya terletak pada titik tekanya, dimana kompetensi
inti ada penekanan sikap spiritual yang harus dimiliki oleh para lulusan. Mata pelajaran
pendidikan IPS pada kurikulum 2013, sudah lebih mengalami pengintegrasian materi
terutama di sekolah dasar dan menengah pertama. Lebih terpadu dalam proses
pembelajaranya. Menggunakan model keterpaduan integrated yang merupakan model
keterpaduan yang mana suatu tema merupakan topik-topik yang beririsan dan tumpang
tindih dari bidang-bidang keilmuan (Depdiknas, 2011). Sedangkan di jenjang Sekolah
Menengah Atas (SMA) materi pendidikan IPS masih tetap disampaikan secara terpisah
atau secara parsial yang salah satu tujuanya adalah untuk mempersiapkan dan membekali
peserta didik kejenjang berikutnya yaitu perguruan tinggi.

2.4 Fokus Perhatian Ilmu Ilmu Sosial

Sebagaimana telah diutarakan bahan pelajaran IPS bersumber pada konsep –


konsep dasar dan generalisasi berbagai ilmu – ilmu sosial seperti :

• Ekonomi – Antropologi – Ekologi – Sejarah

• Sosiologi – Geografi – Politik – Fsikologi

Konsep – konsep diperkaya dengan fakta – fakta yang ada dalam masyarakat dan
lingkungan dalam sekelilingnya. Oleh sebab itu calon guru IPS harus mengetahui dengan
baik konsep – konsep dasar dan generalisasi IPS serta fakta – fakta dilingkungan
masyarakat dan alam sekelilingnya. Fokus perhatian setiap cabang ilmu sosial beraneka
ragam coraknya. Sebagai contoh dapat dipaparkan dalam daftar titik berat perhatian ilmu
– ilmu sosial berikut :

Ilmu ilmu sosial Aspek aspek yang menjadi perhatian


Ekonomi Keterbatasan sumber sumber benda benda kebutuhan
hidup
Politik Kekuasaan dan kekuatan
Ekologi Interaksi kehidupan dan lingkungan
Sosiologi Masyarakat

10
Antropologi Kebudayaan
Fsikologi Kejiwaan
Sejarah Waktu
Geografi Ruang

Perbedaan titik berat perhatian tersebut membawa konsekwensi bahwa setiap


cabang ilmu sosial mengembangkan konsep dasar ( key concepts ) serta generalisasi
masing – masing yang sesuai dengan fokus perhatiannya.

2.5 IPS Dalam Kurikulum 2013

Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran IPS tercantum dalam struktur Kurikulum
2013 untuk SD/MI dan SMP/MTs. Di SMA dan SMK tidak ada mata pelajaran IPS tetapi
mata pelajaran yang terkait dengan disiplin-disiplin ilmu yang secara tradisional
dikelompokkan ke dalam kelompok Ilmu-ilmu Sosial.

Manfaat IPS bagi peserta didik dapat dilihat dalam empat hal yaitu:

A. Tujuan IPS

Tujuan pendidikan IPS adalah “untuk menghasilkan warga negara yang memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur,
demokratif, kreatif, kritis, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa
ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap
pengembangan kehidupan sosial dan budaya, serta berkomunikasi serta produktif.”
Pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat adalah pengetahuan penting yang
memberikan wawasan kepada peserta didik mengenai siapa dirinya, masyarakatnya,
bangsanya, dan perkembangan kehidupan kebangsaan di masa lalu, masa sekarang, dan
yang akan datang. Sikap religius, jujur, demokratis adalah sikap yang diperlukan oleh
seorang warganegara di masa kini maupun masa depan. Kebiasaan senang membaca,
kemampuan belajar, rasa ingin tahu merupakan kualitas yang diperlukan untuk belajar
seumur hidup. Kepedulian terhadap lingkungan sosial dan fisik memberikan kesempatan
kepada siswa mata pelajaran IPS untuk selalu sadar dan berinteraksi dengan lingkungan
tempat tinggalnya. Kualitas lain yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan
berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial dan budaya. Komunikasi adalah

11
kemempuan penting untuk kehidupan abad ke-21 (Dyer, 2006). Kemampuan komunikasi
mendasariinteraksi sosial yang tak dapat dihindari, semakin baik kemampuan
berkomunikasisemakin baik interaksi yang terjadi.

B. Konten Pendidikan IPS

Konten Pendidikan merupakan aspek penting untuk memberikan kemampuan


yang diinginkan dalam tujuan pendidikan IPS. Konten pendidikan IPS dalam Kurikulum
2013 meliputi:

1) Pengetahuan: tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa, dan umat manusia


dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkunganya.

2) Keterampilan: berfikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inquiry),
meecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-
berbangsa

3) Nilai: nilai- nilai kejujuran, kerja keras, sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai, dan
kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut.

4) Sikap: rasa ingin tahu, mandiri, menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif,
dan bertanggungjawab. Konten tersebut dikemas dlam bentuk Kompetensi Dasar.
Kompetensi Dasar IPS SMP dikemas secara integratif dengan menggunakan aspek
geografis sebagai elemen pengikat.

C. Pembelajaran IPS

Ketercapaian tujuan mata pelajaran IPS didukung oleh proses pembelajaran yang
dirancang dalam Kurikulum 2013 dan berlaku juga untuk IPS. Ada dua hal dalam
pembelajaran IPS yaitu pendekatan pengembangan materi ajar yang selalu dikaitkan
dengan lingkungan masyarakat (konstektual) di satuan pendidikan dan model
pembelajaran yang dikenal dengan istilah pendekatan saintifik. Dalam pendidikan
saintifik dikenal ada lima langkah peristiwa pembelajaran, keliam langkah tersebut
adalah:

1) Mengamati (observasing)

2) Menanya (questioning/asking)

12
3) Mengumpulkan informasi (experimenting/exploring)

4) Mengasosiasikan/mengolah informasi (analyzing/associating)

5) Mengkomunikasikan (communicating) Untuk pembelajaran IPS, kelima langkah


pembelajaran ini terkait dengan sumber utama (primary sources) IPS yaitu masyarakat
dan lingkungan hidupnya. Dengan proses pembelajaran yang demikian maka penerapan
apa yang mereka pelajari di masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai sumber
belajar.

D. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar untuk IPS adalah penilaian hasil belajar otentik dan
mengurangi tes dengan jawaban yang bersifat discreate (hanya memiliki satu jawaban
benar). Hakiki IPS adalah penggunaan data, pengorganisasian data, pemaknaan data, dan
mengkomunikasikan hasil menjadi primadona untuk penilaian hasil belajar otentik.
Dengan penilaian hasil belajar otentik ini maka kemampuan berpikir, nilai dan sikap serta
penerapannya dalam kehidupan nyata menyebabkan kualitas peserta didik yang belajar
IPS berbeda secara signifikan dari apa yang telah menjadi praktek pembelajaran IPS yang
banyak dilakukan di masa kini dan masa lalu.

2.6 IPS dalam kurikulum Merdeka Belajar

Pada pembelajaran IPS, Proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan seperti


menunjukkan hubungan, menggunakan berbagai kajian, menganalisis, mengkritisi,
mengaplikasikan pemikiran dan nilai-nilai, mendesain, menerapkan, mengkonstruksi,
mengembangkan, dan yang paling utama proses pembelajaran diarahkan agar peserta
didik dapat memadukan berbagai konsep dasar ilmu sosial melalui prinsip-prinsip belajar
yang memerdekakan dan memberi kebebasan dalam berfikir.

Pelaksanaan pembelajaran pada PIPS menggunakan berbagai macam metode


antara lain:

diskusi kelompok, simulasi, studi kasus, pembelajaran kolaboratif, pembelajaran


kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, dan lain-lain.
Guru juga menugaskan peserta didik turun ke lapangan dengan tujuan melakukan

13
observasi, menemukan arsip, wawancara, atau pengambilan gambar guna menambah
kedalaman pengetahuan.

Prinsip pembelajaran kebebasan dalam berfikir bertujuan mengembangkan


potensi dan kemampuan peserta didik guna memperoleh capaian pembelajaran. Proses
pembelajaran di kelas-kelas teori maupun praktik yang bersifat interaktif, holistik,
integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada peserta
didik. Prinsip kebebasan dalam belajar akan mendorong peserta didik menempuh
peminatan pembelajaran sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki peserta didik. Hal
ini sesuai dengan penerapan dari Kurikulum Merdeka yang membagi dua jenis kegiatan
menjadi dua yakni intrakurikuler dan berbasis project. Model pembelajaran berbasis
project (Project Based Learning) mengedepankan proses pembelajaran yang
memanfaatkan pembuatan project sebagai aktivitas inti dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Project based learning akan memberikan kebebasan bagi peserta didik
dalam melakukan kegiatan mulai dari eksplorasi, observasi, interpretasi hingga penilaian
untuk tujuan memperoleh pengetahuan baru, keterampilan baru, hingga sikap sosial yang
menjadi bekalnya di masa depan. Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar
Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu,
sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.

2.7 Hakikat Pembelajaran IPS Terpadu

Pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan


pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistic
dan otentik. Melalui pembelajaran terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman
langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta
didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara
holistik, bermakna, otentik, dan aktif.

Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh


terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar lebih
menunjukkan kaitan unsure-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih

14
efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang relevan akan
membentuk skema (konsep), sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan
kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta kebulatan
pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui
pembelajaran terpadu.

Peningkatan kualitas tenaga pendidik IPS untuk meningkatkan kualitas


pembelajaran bagi peserta didik di sekolah, merupakan prioritas yang harus diperhatikan
secara serius. Diakui atau tidak, masih ada kecenderungan guru dalam pembelajaran IPS
menggunakan cara konvensional atau tradisional, pembelajaran tidak berpusat pada
peserta didik. Hal ini disamping disebabkan oleh masih kurangnya fasilitas/sarana belajar
IPS, juga didorong oleh rendahnya pemahaman dan pengalaman guru tentang proses
pembelajaran yang bermutu (bermakna) bagi peserta didik, termasuk di dalamnya cara
pembelajaran IPS terpadu yang efektif. Di sekolah yang kekurangan tenaga pendidik,
model pembelajaran IPS terpadu tidak bisa terselenggara dengan baik mengingat guru
kurang menguasai bahan kajian tentang ilmu-ilmu sosial yang lain, selain yang menjadi
spesialisasinya.

Pada hakekatnya pembelajaran IPS di sekolah (SMP) yang bersifat terpadu


(integrated) bertujuan „agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik
sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan,
karakteristik, dan kebutuhan peserta didik“ (Sapriya, 2009). Dengan begitu, peserta didik
dapat menguasai dimensi-dimensi pembelajaran di sekolah, yaitu : „menguasai
pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values)“ dan
bertindak (action)“ (Sapriya, 2009).

2.8 Permasalahan Pembelajaran IPS Terpadu

Pembelajaran IPS terpadu di SMA memiliki beberapa permasalahan yang sering


dihadapi. Beberapa permasalahan tersebut antara lain adalah kurangnya fasilitas dan
sarana belajar IPS, rendahnya pemahaman dan pengalaman guru, serta kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS. Selain itu, pembelajaran IPS sering

15
dianggap sebelah mata oleh sebagian orang dan dianggap sebagai pelajaran yang
membosankan dan kurang menantang karena kebanyakan materinya hanya berupa
hapalan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa strategi dapat dilakukan.


Pertama, perlu dilakukan perbaikan kualitas tenaga pendidik IPS untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran bagi peserta didik di sekolah. Guru perlu dibekali tentang pola
pembelajaran IPS terpadu dengan mantap, dan dilatih dengan model-model pembelajaran
berpusat pada peserta didik, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Kedua, perlu
dilakukan pengembangan kurikulum IPS terpadu yang dapat meningkatkan relevansi
program dan dapat dicapai melalui pengembangan kurikulum daerah dan sekolah. Ketiga,
perlu dilakukan pelatihan dan pengembangan diri berkelanjutan bagi tenaga pendidik,
termasuk guru IPS di SMA.

Dalam rangka meningkatkan pembelajaran IPS terpadu, perlu dilakukan


penyusunan strategi pembelajaran IPS terpadu yang tepat dan efektif. Strategi yang
digunakan harus menekankan pada penguasaan bahan/materi pelajaran sebanyak
mungkin, sehingga suasana belajar tidak kaku dan terpusat pada satu arah serta
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar lebih aktif. Selain itu, perlu dilakukan
internalisasi nilai-nilai etika, moral, dan agama kepada siswa sehingga terciptalah peserta
didik yang pintar, cerdas, dan berakhlakul karimah.

2.9 Permasalahan Pembelajaran IPS di SMA

Permasalahan pembelajaran IPS di SMA yang pertama pada pendekatan teacher


centered. Pendeketan ini guru menggunakan metode ceramah dan siswa hanya
mendengarkan dan memahami serta mencatat beberapa bagian penting saja. Guru hanya
memberikan materi satu arah dengan hanya melakukan transfer pengetahuan saja.
Sedangkan untuk pembelajaran di tingkat atas pendekatan ini sudah tidak bisa digunakan
lain halnya jika pembelajaran di tingkat dasar pendekatan ini masih butuh untuk
diterapkan. Karena ini sudah tingkat atas peserta didik harus mampu mandiri dalam
belajar jangan pembelajaran berpusat kepada guru yang nantinya akan membuat guru
semakin cerdas. Akibatnya siswa takut untuk mengeluarkan pendapat, pembelajaran
menjadi pasif. Pendekatan ini masih banyak digunakan oleh guru IPS sehingga siswa
kurang aktif dalam pembelajaran.

16
Permasalahan selanjutnya adalah mengajar berpusat pada buku teks. Hal tersebut
sering terjadi pada pembelajaran IPS yaitu siswa diminta untuk membaca materi ataupun
topik yang ada dibuku pelajaran setelah itu siswa diminta untuk menuliskan isi dari
pikirannya atas apa yang telah dipahami dari materi yang telah dibaca. Tujuannya adalah
agar siswa memahami apa yang telah dibaca, namun ada dampak negatifnya yaitu peserta
didik akan merasa bosan dan karena kekurangan referansi dari buku lain sehingga siswa
tidak dapat mengembangkan pikirannya karena hanya berpatokan dengan satu sumber
saja. Oleh karena itu guru seharusnya bisa memberikan alternatif untuk mencari referensi
lain seperti dari televisi, koran ataupun internet (Muhammad Kaulan Karima, 2018).

Permasalahan berikutnya adalah persepsi peserta didik bahwa pembelajaran IPS


adalah second class atau pembelajaran tingkat dua. Banyak peserta didik menganggap
bahwa IPA lebih unggul dari IPS. Pembelajaran IPS adalah pembelajaran yang banyak
bermain didalamnya sehingga banyak anggapan orang tua jika anaknya masuk IPA itu
lebih baik. Padahal pembelajaran IPS disajikan dengan tidak adanya rumus-rumus tidak
seperti pembelajaran IPA, dan mempelajari fenomena masyarakat, sehingga tidak banyak
menyita waktu peserta didik untuk belajar sedangkan IPA banyak menyita waktu karena
adanya praktikum atau lain sebagainya. Hal tersebut menjadi salah satu masalah dalam
pembelajaran IPS karena adanya mainset masyarakat tentang pembelajaran IPS. Selain
itu banyak peserta didik yang berpikir bahwa dengan memilih jurusan IPA saat sekolah
maka nanti saat ingin melanjutkan perguruan tinggi mereka bisa bebas memilih jurusan
apa saja, bahkan untuk lintas minat jurusan.

Permasalahan teknologi juga menjadi permasalahan dalam pembelajaran IPS di


SMA, karena kemajuan teknologi didalam ilmu pengetahuan terus berkembang dalam
masyarakat dan bidang pendidikan. Seperti yang kita ketahui bersama, pembelajaran IPS
memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran biasanya dalam menggunakan media LCD
Proyektor dalam menampilkan materi dilayar infokus. Sedangkan untuk pembelajaran
IPA sudah banyak memanfaatkan kemanjuan teknologi untuk pembelajaran, contohnya
di saat praktikum ataupun lain sebagainya. Dan seharusnya guru harus mampu
mendaptasi teknologi untuk diterapkan pada pembelajaran IPS.

Persepsi peserta didik dan masyarakat terkait prospek kerja IPS yang minim.
Karena adanya anggapan bahwa pembelajaran IPS tidak penting, karena bisa dipelajari

17
sendiri. Konteks pembelajaran IPS adalah masyarakat, sedangkan pembelajaran IPA
mempelajari bagaimana membuat gedung, jembatan atau lain sebagainya, jelas
pembelajaran IPA akan lebih menjajikan prospek kerjanya dibandingkan IPS. Adanya
perbandingan antara IPA dan IPS didalam masyarakat ataupun lingkungan sekolah, ini
menjadikan siswa yang mengambil jurusan IPS akan merasa terkucilkan karena selalu
dibanding-bandingkan. Selalu dianggap remeh bahwa pembelajaran IPS itu pembelajaran
yang membosankan dan lain sebagainya.

Dari permasalahan yang telah dijelaskan diatas dapat diatasi dengan mengubah
pola pikir dan pandangan masyarakat terhadap pembelajaran IPS. Guru bisa
menggunakan isu-isu sosial yang berkembang di Indonesia dan kemudian diterapkan
kepada materi pembelajaran sehingga siswa bisa lebih aktif dalam menganalisis isu-isu
sosial yang sedang berkembang dengan memanfaatkan teknologi untuk mencari beberapa
informasi. Selain itu guru juga harus lebih aktif untuk mengembangkan materi dan
pemanfaatan teknologi untuk bidang pendidikan.

2.10 Pembaharuan Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah

Menyikapi masalah mengenai ketidaksiapan guru dalam menyajikan


pembelajaran IPS terpadu, pada dasarnya terdapat pada ketidaktahuan guru mengenai
substansi dan isi pembelajaran IPS itu sendiri. Jadi solusinya yaitu, guru harus dibekali
dengan pengetahuan dasar pembelajaran IPS. Dengan hal itu, akan mempermudah guru
dalam melaksanakan tugas mengajar.

Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembelajaran IPS adalah menyangkut
pembaharuan pembelajarannya di sekolah yang dilakukan oleh para guru. Sementara ini
praktik pembelajaran dilakukan oleh para guru IPS masih berkutat pada cara-cara (model)
pembelajaran konvensional (tradisional), yang kurang mendukung bagi perkembangan
semua potensi yang dimiliki peserta didik. Pola lama ini harus diganti dengan pola baru,
apabila kita mengharapkan pembelajaran IPS memiliki fungsi dalam pembangunan
nasional dewasa ini atau di masa datang.

Untuk menuju ke arah pembaharuan sistem pembelajaran IPS di sekolah, maka


langah pertama yang harus ditempuh adalah perbaikan kualitas (mutu) tenaga
pendidiknya. Peningkatan kualitas tenaga pendidik IPS untuk meningkatkan kualitas

18
pembelajaran bagi peserta didik di sekolah, merupakan prioritas yang harus diperhatikan
secara serius. Sehingga pembelajaran IPS dengan menggunakan cara konvensional dapat
ditinggalkan oleh para guru. Mereka perlu dibekali tentang pola pembelajaran IPS terpadu
dengan mantap, dan dilatih dengan model-model pembelajaran berpusat pada peserta
didik. Dengan demikian, pembelajaran IPS yang diterima oleh peserta didik menjadi
bermakna, baik untuk kehidupan pribadinya maupun untuk kehidupannya dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Harus disadari secara mendalam oleh guru-
guru IPS bahwa, penerapan terpadu dalam pembelajaran IPS mengandung arti yang
strategis untuk pembangunan nasional atau kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itu, di era globalisasi mengharuskan adanya perubahan dalam strategi
dan metode mengajar, antara lain dengan lebih memperhatikan keragaman dan nilai-nilai
manusia universal, sistem dan isu-isu global serta keterkaitan dengan masyarakat dunia
dan sejarah global. Oleh karena itu, dalam kerangka pendidikan global, penanaman
pemahaman tentang keindonesiaan dengan memasukkan kearifan atau unsur kelokalan
dalam pembelajaran IPS akan membantu peserta didik dalam meningkatkan dan
mengembangkan wawasan internasionalnya.

Maka, model pembelajaran yang berpusat pada peserta didikmenjadi sangat


penting untuk diterapkan, karena peserta didik tidak semata-mata dicekoki dengan
pengetahuan, tetapi juga dibekali dengan keterampilan, nilai dan sikap, dan cara
melakukan tindakan. Aspek-aspek inilah yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam
rangka mereka mampu menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Dengan
kata lain, melalui pola pembelajaran IPS terpadu yang dilaksanakan dengan
menggunakan model-model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, akan mampu
mengembangkan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan peserta didik
itu sendiri, dan untuk kepentingan masyarakatnya.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pembelajaran IPS di SMA bertujuan untuk mengembangkan pemahaman dan
kemampuan siswa dalam memahami berbagai fenomena sosial, ekonomi, dan politik
yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.

2. Pembelajaran IPS di SMA tidak hanya memberikan pengetahuan faktual tentang


masyarakat dan kehidupan sosial, tetapi juga melibatkan pemahaman konseptual,
kemampuan analisis, dan keterampilan berpikir kritis.

3. Dalam pembelajaran IPS di SMA, siswa diajarkan untuk menjadi warga negara
yang aktif, peduli, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya.

4. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPS di SMA meliputi pendekatan


kontemporer, interdisipliner, dan berbasis masalah.

5. Pembelajaran IPS di SMA dilakukan melalui berbagai metode, seperti diskusi


kelompok, penelitian lapangan, presentasi, simulasi, dan penggunaan teknologi
informasi.

6. Selain materi utama seperti geografi, sejarah, dan ekonomi, dalam pembelajaran
IPS di SMA juga mencakup aspek-aspek seperti kebudayaan, politik, lingkungan, dan
masyarakat.

7. Pada intinya, pendidikan IPS di SMA bertujuan untuk membekali siswa dengan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi
warga negara yang berpartisipasi aktif dalam masyarakat dan menghadapi tantangan
sosial, ekonomi, dan politik di masa depan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Iif Khoiru & Sofan Amri. 2011. Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu.

Jakarta : Prestasi Pustakaraya.

Daldjoeni. 1992. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : Alumni.

Depdiknas RI. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta :

FKIP Unud.

Etty Ratnawati,2016. Pentingnya Pembelajaran IPS terpadu.

https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/edueksos/article/download/635/
651 Diakses pada 11 November 2023 pikul 11.07

Sugiharsono,2009. Pengembangan Pembelajaran IPS (terpadu) sekolah menengah atas/


madrasah tsanawiyah
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131282353/pengabdian/pengemb-pemblj-ips-
terpadu-sma.doc Diakses pada 11 November pukul 11.34
Sitohang R,2011. Bahan Perkuliahan Konsep Dasar IPS.
http://digilib.unimed.ac.id/20114/1/Fulltext.pdf Diakses pada 11 November
2023 pukul 11.51
Pratiwi Dwi Ajeng,2023. Identifikasi Permasalahan Pembelajaran IPS di Semua Tingkat
Pendidikan Formal (SD, SMP dan SMA)
https://www.researchgate.net/publication/368992448_Identifikasi_Permasalahan
_Pembelajaran_IPS_di_Semua_Tingkat_Pendidikan_Formal_SD_SMP_dan_S
MA Diakses pada 11 November pukul 12.23
Miftahuddin,2016. Revitalisasi IPS dalam Perspektif Global
https://ejournal.uitlirboyo.ac.id/index.php/tribakti/article/view/269
Diakses pada 11 November pukul 12.34
Fahira Roza Wina,2022. Persepsi Siswa Kelas x Terhadap Penerapan Kurikulum
Merdeka Belajar Pada Pembelajaran IPS di SMA 1 Bukit Sundi
https://doi.org/10.36987/jes.v9i3.3484 Diakses pada 11 November pukul 12.45

Supriono Yoyo,2018. Pembelajaran IPS Dalam Perspektif Kurikulum 2013. Tatar


Pasundan: Jurnal Diklat Keagamaan, 12(32), 89-94.

21
Hidayat B,2020. Tinjawan Historis Pendidikan IPS di Indonesia.
https://ejournal-
pasca.undiksha.ac.id/index.php/PIPS/article/download/3493/1742 Diakses pada
11 November pukul 13.14

22

Anda mungkin juga menyukai