Anda di halaman 1dari 83

MAKALAH

PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN IPS SD


“FILOSOFI PENDIDIKAN IPS”
Dosen Pengampuh : Yane Hardianti Mahmud S.Pd, M.Pd

Kelompok 1 :
1. Rizal Ismail
2. Winasri Mokoagow
3. Dea Mirela Aliu
4. Magfira Damilu
5. Fadilah Umar
6. Ana Yuliana Antuli
7. Nurmala Pakuku
8. Juliana Supu
Kelas 6 E

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunianya kami
telah dapat menyelesaikan makalah IPS yang berjudul FILOSOFI PENDIDIKAN IPS ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan kami juga berterima kasih kepada Ibu Yane
Hardianti Mahmud S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengembangan Materi Pembelajaran
Materi IPS SD yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Semoga makalah kami yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang sudah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun bagi para pembacanya. Sebelumnya, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang mebangun demi perbaikan di
masa mendatang

Gorontalo
23, februari 2021
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Manfaat......................................................................................................................
BAB II Filosofi Pendidikan IPS
A. Hakikat Pendidikan IPS di SD..................................................................................
B. Filosofi Pendidikan IPS.............................................................................................
C. Filsafat Pendidikan IPS.............................................................................................
D. Aliran-aliran Filsafat Dalam IPS...............................................................................
E. Filsafat Pendidikan IPS di INSONESIA...................................................................
BAB III Penutup
A. Kesimpulan.................................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan
orang lain. dalam ilmu kewarganegaraan, telah disunggung ketidakmampuan manusia
hidup sendiri dan manusia harus saling berkolempok sehingga di bentuk suatu
masyarakat.dalam masyarakat sendiri tak lepas dari hubungan sosial, bahwkan suatu
pendidikan telah di bekalih ilmu sosial untuk masa depannya dalam bermasyarakat.
Ilmu pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari
kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi menggunakan konsep-konsep ilmu sosial
yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Keadaan sosial masyarakat selalu
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dinamisasi kemajuan di berbagai bidang
kehidupan harus dapat di tangkap dan di perhatikan oleh lembaga pendidikan yang
kemudian menjadi bahan materi pembelajaran sehingga bahan pelajaran secara formal
dapat di tuangkan dalam bentuk kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat Pendidikan IPS Sd ?
2. Bagaiaman Filosofi Pendidikan IPS ?
3. Bagaiman Filsafat pendidikan IPS ?
4. Bagaimana Aliran-aliran Filsafat dalam IPS ?
5. Bagaimana Filsafat Pendidikan IPS di Indonesia ?

C. Manfaat
1. Untuk mengetahui Hakikat Pendidikan IPS Sd ?
2. Untuk mengetahui Filosofi Pendidikan IPS ?
3. Untuk mengetahui Filsafat pendidikan IPS ?
4. Untuk mengetahui Aliran-aliran Filsafat dalam IPS ?
5. Untuk mengetahui Filsafat Pendidikan IPS di Indonesia ?
BAB II
FILOSOFI PENDIDIKAN IPS
A. HAKIKAT PENDIDIKAN IPS SD
Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai
makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya
manusia harus mengahadapi tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungannya
maupun sebagai hidup bersama. IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama
dengan sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungan dekat sampai yang jauh.
Bagaimana keserasian hidup dengan lingkungannya baik dengan sesama manusia
maupun lingkungan alamnya. Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain bahan kajian atau bahan belajar IPS
adalah manusia dan lingkungannya.
Setiap manusia sejak lahir telah berinteraksi dengan manusia lain, misalnya
dengan ibu yang melahirkannya, ayahnya, dan keluarganya. Selanjutnya setelah usia
taman Kanak-kanak ia akan berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya, dan dengan
gurunya. Sesuai dengan bertambahnya umur, maka interaksi tersebut akan bertambah
luas, begitu juga ia akan mendapat pengalaman dan hubungan sosial dari kehidupan
masyarakat disekitarnya. Dari pengalaman tersebut anak akan mengenal bagaimana
seluk beluk kehidupan. Misalnya bagaimana cara seseorang memenuhi kebutuhan
hidupnya, cara menghormati orang yang lebih tua, sebagai anggota masyarakat harus
mentaati aturan atau norma-norma yang berlaku, mengenal hal-hal yang baik dan
buruk, maupun benar dan salah.
Semua pengetahuan yang telah melekat pada diri anak tersebut dapat dikatakan
sebagai “pengetahuan sosial” Dengan demikian dalam diri kita masing-masing
dengan kadar yang berbeda, sebenarnya telah terbina pengetahuan sosial tersebut
sejak kecil, hanya namanya belum kita kenal dan dikenal setelah secara formal
memasuki bangku sekolah.
Selanjutnya saudara pahami pula dalam kehidupan bermasyarakat itu banyak
kegiatan atau aspek yang dilakukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya, dan masing-masing aspek tersebut saling kait mengkait. Dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya manusia dibatasi oleh aturan-aturan yang berlaku di dalam
lingkungannya. Sebagai anggota masyarakat, kita harus mentaati aturan atau norma,
misalnya cara berpakaian kita harus sopan bahkan jenis pakaian ada aturan
pemakaiannya, misalnya pakaian sehari-hari, pakaian dinas, pakaian pesta, pakaian
berkabung. Walaupun aturan ini tidak tertulis tetap dipatuhi oleh semua anggota
masyarakat. Manusia butuh makan untuk mempertahankan hidup sehingga kita dapat
melakukan kegiatan dan berhubungan dengan orang lain. Tidak kalah pentingnya
manusia butuh rumah sebagai tempat berlindung, sehingga  kita tidak kedinginan dan
kepanasan. Namun dengan adanya perkembangan jaman, fungsi pakaian, makan, dan
rumah menjadi berubah karena hal itu tidak sekedar memenuhi kebutuhan pokok
melainkan karena ada nilai sosialnya. Dengan memakai pakaian yang mewah maka
kedudukan sosial seseorang akan naik peringkatnya, makan tidak sekedar makan nasi
melainkan makan makanan produk instant, roti, hamburger, kentuky, pizza. Begitu
juga tempat tinggal tidak sekedar sebagai tempat berteduh melainkan sudah
merupakan istana tempat melakukan segala kegiatan. Dengan bertindak seperti itu
manusia merasa status sosialnya tinggi.
Dari kenyataan di atas dapat kita ketahui bahwa antara aspek-aspek kehidupan itu
saling ada keterkaitan, aspek ekonomi terkait dengan aspek psikologi dan sosial
budaya. Kebutuhan hidup manusia tidak sekedar memenuhi aspek ekonomi tetapi
manusia juga perlu untuk menambah pengetahuan, seperti yang saudara lakukan
sekarang ini. Tanpa penambahan pengetahuan kita akan tersisih oleh orang-orang
yang berpengatahuan tinggi, coba hayati bagaimana jika Saudara hanya lulusan SD,
SMP, atau SMU. Tentu akan tersaing oleh mereka yang berpendidikan S1 dan S2
bahkan S3. Apalgi Saudara sebagai guru SD yang sekarang dituntut harus
berpendidikan S-I, bagaimana jika Saudara hanya lulusan D-II PGSD atau bahkan
hanya lulusan SPG? Jelas bahwa pengetahuan akan membantu manusia
memanfaatkan sumber daya bagi kesejahteraan. Ilmu pengetahuan dan  teknologi
(Iptek) merupakan ungkapan kemampuan manusia memanfaatkan akal, pikirannya
dalam memenuhi kebutuhan hidup bermasyarakat. Aspek kehidupan tersebut
merupakan aspek kehidupan budaya.
Perkembangan Iptek yang sangat cepat nampak pada penggunaan komputer dan
satelit. Dengan teknologi, sekarang orang dapat dengan cepat dapat menghimpun
informasi dunia dengan rinci tentang segala hal, misalnya kekayaan laut, hutan,  
Pengembangan situasi politik suatu negara, dan peristiwa-peristiwa aktual lainnya.
Dengan kemajuan Iptek yang begitu kuat pengaruhnya sehingga dapat mengubah
sikap, pandangan, dan perilaku sesorang. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang
ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui
handphone dan   internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara
orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan
demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya.
Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang
akan menguasai dunia”. Cobalah amati keadaan lingkungan Saudara baik lingkungan
desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi, maupun negara, apa yang terjadi?
Betapa cepatnya perubahan lingkungan sebagai akibat pemanfaatan dan penerapan
Iptek. Semua kegiatan manusia telah didominasi tenaga mesin, misalnya bidang
pertanian, menebang pohon, membangun rumah dan gedung, jembatan, jalan, dan
sebagainya. Coba bandingkan keadaan sekarang dengan ketika Saudara masih kecil
apa yang telah terjadi? Dalam kehidupan bermasyarakat, urutan waktu dengan
peristiwa sangat bermakna dalam menelaah perkembangan serta kemajuan.
Urutan waktu dan peristiwa di atas merupaka aspek sejarah yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan mengkaji peristiwa-peristiwa masa lalu
kita dapat mengambil hikmahnya, mengambil hal-hal yang baik dan menguntungkan,
sebaliknya kita dapat menghindari pengalaman buruk yang mengakibatkan
malapetaka bagi manusia. Selanjutnya kita dapat membuat keputusan untuk apa yang
akan kita perbuat di masa sekarang dan yang akan datang. Kehidupan manusia juga
terkait dengan aspek tempat atau ruang dan waktu, misalnya kita bertemu dengan
orang baru maka yang akan ditanyakan tentunya “siapa namanya?” kemudian
“dimana tempat tinggalnya” Begitu juga jika terjadi peristiwa kerusuhan pasti yang
akan ditanyakan adalah “kapan” dan “dimana” Ini menunjukkan bahwa antara waktu
dan tempat mempunyai kaitan yang erat. Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi,
secara alamiah dicirikan oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber
daya air, ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk
muka bumi seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah
pegunungan akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang
menempatinya.
Lebih jelasnya Saudara dapat mencermati contoh berikut ini.
 Corak kehidupan masyarakat di tepi pantai utara Jawa yang bentuknya
landarai dengan laut yang tenang dan tidak begitu tinggi serta arus angin yang
tidak begitu kencang, sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk mencari
ikan. Hal ini disebabkan  ikan banyak berkumpul di kawasan laut yang
dangkal yang masih tertembus sinar matahari. Oleh karena itu mayoritas
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua
pelabuhan-pelabuhan besar di pulau Jawa sebagian besar terletak di pantai
utara Jawa.
 Dataran rendah yang meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700 meter di
atas permukaan laut merupakan kawasan yang cadangan airnya cukup,
didukung oleh iklimnya yang cocok, merupakan potensi alam yang cocok
untuk dikembangkan sebagai areal pertanian, misalnya Karawang, Bekasi,
Indramayu, Subang dan sebagainya. Dataran tinggi yang beriklim sejuk,
dengan cadangan air yang sudah semakin berkurang maka sistem pertanian
yang dikembangkan adalah pertanian lahan kering dan holtikultura seperti
sayuran, buah-buahan, da tanaman hias.
 Lain dengan daerah pegunungan yang memiliki corak tersendiri. Karena
sedikitnya persediaan air tanah, mengakibatkan pemukiman penduduk
terpusat di lembah-lembah atau mendekati alur sungai. Hal ini dikarenakan 
mereka berusaha untuk mendapatkan sumber air yang relatif mudah. Ladang
yang mereka usahakan biasanya terletak di lembah pegunungan.

Dengan demikian hubungan keruangan antara keadaan alam dan faktor manusia,
(kualitas, mata pencaharian, dan penguasaan Iptek memberikan corak atau karakter
kehidupannya masyarakat setempat. Keadaan seperti itu dalam kehidupan manusia
termasuk aspek geografi. Aspek ini dapat dijadikan petunjuk tentang karakteristik
setempat yang berhubungan dengan kehidupan manusia yang terkait dengan kondisi
setempat. Apabila Saudara amati dengan cermat, apakah  ungkapan tersebut tepat 
jika kita melihat perkembangan Iptek sekarang  ini? Karena jika Saudara amati
masyarakat daerah pantai tidak tentu mata pencahariaanya sebagai nelayan, tetapi
mereka ada yang menjadi pegawai negeri, wiraswata, atau yang lainnya. Berikutnya
cobalah Saudara cermati juga, mengapa di masyarakat itu terjadi suatu keutuhan, dan
kemantapan kehidupan. Kondisi seperti ini tidak lain karena di dalam masyarakat
tersebut ada norma, nilai, dan kepemimpinan.
Agar hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana
yang diharapkan, maka dirumuskanlah norma-norma yang mengatur pergaulan hidup
dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib. Mula-mula norma tersebut terbentuk
tidak disengaja, namun lama-kelamaan norma tersebut dibentuk secara sadar.
Misalnya, dahulu dalam jual beli seorang perantara tidak perlu diberi bagian dari
keuntungan. Tetapi lama kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara harus
mendapat bagian keuntungan, sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung, pembeli
atau penjual? Contoh lain masalah utang piutang yang menggunakan perjanjian
tertulis, hal ini dahulu tidak pernah dilakukan. Semuanya itu tidak lain bahwa norma
sangat penting dalam hidup bermasyarakat untuk mencapai ketertiban. Selanjutnya
apabila Saudara amati dalam kehidupan berkeluarga, mengapa keutuhan dapat tetap
terjaga, tidak lain karena ada norma-norma tertentu.
Ada nilai yang menjadi pegangan dan ada kepemimpinan yang dikendalikan oleh
kepala keluarga (ayah atau suami). Walaupun norma tidak tertulis, namun menjadi
aturan main dalam menggariskan kepemimpinan, hak dan kewajiban  masing-masing
anggota keluarga. Di dalam keluarga terdapat pengembangan kebijakan yang
mengatur keluarga untuk menciptakan keamanan, ketenteraman, dan kesejahteraan
keluarga. Kebijakan mengatur seperti ini, bagaimana  jika terjadi dalam
“pemerintahan” atau  “negara”? Aspek pengaturan dan kebijakan ini termasuk aspek
politik.
Marilah kita cermati kembali apa yang sudah kita pelajari di atas. Setelah kita
pelajari ternyata kehidupan itu banyak aspeknya, meliputi aspek-aspek :
1. hubungan sosial: semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia
tentang proses, faktor-faktor, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari
dalam ilmu sosiologi
2. ekonomi: berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia,
perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi
3. psikologi: dibahas dalam ilmu psikologi
4. budaya: dipelajari dalam ilmu antropologi
5. sejarah: berhubungan dengan waktu dan perkembangan kehidupan manusia
dipelajari dalam ilmu sejarah
6. geografi: hubungan ruang dan tempat  yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu geografi
7. politik: berhubungan dengan norma, nilai, dan kepemimpinan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik.
1. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang
merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang
diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah,
geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Puskur (Kasim, 2008:4).
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki
keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan wawasan
berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dengan wilayah-wilayah, sedangkan
sejarah memberikan kebulatan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa
dari berbagai priode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang
berkenaan dengan nilai-nilai kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas
ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan
benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu ekonomi tergolong
kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan
dengan pembuatan keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu tentang prilaku
seperti konsep peran kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial.
Kosasi Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa IPS adalah merupakan
ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu
sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip
pendidikan dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat
persekolahan.
Nursid Sumaatmadja (Supriatna, 2008:1) mengemukakan bahwa "Secara
mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang
melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan cara
manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi
kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada
dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain
sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat
manusia.
Sedangkan menurut Leonard (Kasim, 2008:4) mengemukakan bahwa IPS
menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam
lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga
atau rukun warga, desa / kelurahan, kecamatan, kabupaten, profinsi, Negara dan
dunia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-displin ilmu
sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti : sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah
sosial.

2. Tujuan Pendidikan IPS


Setiap usaha pendidikan senantiasa memiliki tujuan tertentu yang hendak
dicapai. Berdasarkan tujuan pendidikan yang jelas, tegas, terarah, barulah
pendidik dapat menentukan usaha apa yang akan dilakukannya dan bahan
pelajaran apa yang sebaiknya diberikan kepada anak didiknya. Demikian juga di
dalam negara kita telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional dirumuskan
berdasarkan pada falsafah negara Pancasila dan UUD 1945, seperti digariskan
dalam GBHN. Berdasarkan pada falsafah negara tersebut, maka telah
dirumuskan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-undang Nomer 20
Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab sesuai ketentuan yang termaksud dalam
UUD 1945.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari
pendidikan IPS yang akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan
kebutuhan dan disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan
dihadapi anak. Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2013 untuk tingkat SD
menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2013),
bertujuan untuk :
1. mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah,
dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
2. mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan sosial
3. membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4. meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
Sejalan dengan tujuan tersebut, tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid
Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang
baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang
berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”.
Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan
IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan
pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4)
keterampilan dasar IPS (Oemar hamalik. 1992).
Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu persatu.
1. Pengetahuan dan Pemahaman
Salah satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan
dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada
anak. Selain itu juga mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas,
memberikan informasi dan teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut
memajukan masyarakat sekitarnya.
Sebagai contohnya tradisi dan nilai-nilai dalam masyarakat, kebudayaan
dari berbagai lingkungan serta pengaruhnya terhadap hubungan dengan
warga masyarakat lainnya, pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber
ekonomi oleh masyarakat.

2. Sikap hidup belajar


IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik.
Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri)
untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu
melakukan perspektif untuk masa yang akan datang. Sikap belajar tersebut
diarahkan pada pengembangan motivasi untuk mengetahui, berimaginasi,
minat belajar, kemampuan merumuskan masalah, dan hipotesis
pemecahannya, keinginan melanjutkan eksplorasi IPS sampai ke luar kelas,
dan kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan data.

3. Nilai-nilai sosial dan sikap


Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia
sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan perspektif terhadap ilmu
pengetahuan sosial. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam
pengajaran IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam
masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor
keluarga, masyarakat, dan pribadi/tingkah laku guru sendiri besar
pengaruhnya terhadapa perkembangan nilai-nilai dan sikap anak. Guru dapat
mengembangkan sikap anak, misalnya menghormati dan mentaati peraturan,
mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap kesejahhteraan masyarakat,
mengenal, dan menggunakan sumber-sumber alam dengan sebaik-baiknya,
sikap kritis dan analitis, dan sebagainya.

4. Keterampilan dasar IPS


Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial,
misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari
data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data,
mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan
kesimpulan.
Dengan demikian IPS memperkenalkan kepada siswa bahwa manusia
dalam hidup bersama dituntut rasa tanggung jawab sosial. Mereka akan
menyadari bahwa dalam hidup bersama itu akan menghadapi berbagai
masalah, diantaranya adalah masalah sosial. Dalam konteks ini manusia
dihadapkan pada masalah dalam skala kecil maupun besar, misalnya masalah
keluarga, cekcok dengan tetangga, bencana alam, kemiskinan, kriminalitas,
dan sebagainya. Apalagi jika sudah menyangkut masalah pemenuhan
kebutuhan maka akan muncul masalah global. Semuanya itu akan
mendorong kepekaan sosial siswa dan selanjutnya ini merupakan tantangan
bagi anak sampai pada taraf pemecahannya.

B. FILOSOFI PENDIDIKAN IPS


1. Landasan Filosofi Pendidikan IPS Dalam Kurikulum Pendidikan Indonesia
Bangsa Indonesia  dilihat dari latar belakang etnik atau kesukuan
merupakan sebaran suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia dengan
disatukan sebagai bangsa yang mempunyai latar belakang keaneka ragaman
bahasa daerah, budaya dan kearifan lokal yang dimiliki masing-masing etnik.
Secara keseluruhan bangsa Indonesia saat ini dikenal sebagai bangsa yang
majemuk atau heterogenitas multi etnik yang merupakan bagaian dari masyarakat
yang pluralistik.
Dengan kemajemukan masyarakat tersebut pendidikan dan pengajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki peran yang strategis baik ditinjau dari
segi akademik maupun kepentingan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilihat
dari sisi akademik pendidikan dan pengajaran IPS dapat membekali anak didik
atau siswa pada pemahaman konsep-konsep dasar ilmu –ilmu sosial sebagai basis
dari pendidikan dan pengajaran IPS di jenjang lembaga pendidikan atau
persekolahan.
Pendidikan dan pengajaran IPS di Indonesia sudah mendapatkan landasan
hukum yang kuat sebagaimana tertuang pada Bab III Pasal 2  UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang
menegaskan bahwa : ” Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat
dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.
Dengan dasar tersebut diatas pada kurikulum pendidikan dan pengajaran
dibawah naungan Pendidikan Nasional terdapat kebijakan kurikulum mata
pelajaran IPS , misalnya Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi
satuan Pendidikan dasar dan Menengah, sedangkan untuk lembaga pendidikan
tinggi melalui surat Dirjen Dikti Nomor 30/DIKTI/KEP/2003, telah ditetapkan
rambu-rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat di
Pergurtuan Tinggi.
Untuk Pendidikan dan Pengajaran IPS pada satuan Pendidikan Dasar
(SD/MI dan SMP/Mts) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, termasuk didalamnya kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian, pengajaran pada satuan pendidikan IPS diberikan secara terpadu.
Pada tingkat SMA/MA pelajaran IPS bermuatan akademis dan masuk pada
kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

1) Kajian Teoritis Landasan Filosofis Kurikulum Pendidikan IPS


Pengembangan suatu kurikulum haruslah memiliki landasan filosofis,
dimaksudkan agar memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam
implimentasinya. Filsafat pendidikan mengandung suatu nilai-nilai atau cita-
cita masyarakat, berdasarkan cita-cita tersebut terdapat sebuah landasan, yang
tidak lain mau dibawa kemana arah pendidikan anak didik tersebut. Dengan
kata lain filsafat pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat.
Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan pendidikan,
prinsif – prinsif  pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar yang
bersifat mendidik. Filsafat pendidikan dipengaruhi oleh dua hal pokok (1)
Cita-cita masyarakat dan (2) kebutuhan peserta didik yang hidup dalam
masyarakat. Nilai-nilai filsafat Pendidikan harus dilaksanakan dalam prilaku
kehidupan sehari-hari. Dari sekian banyak alternatif landasan utama dalam
mengembangkan kurikulum pendidikan salah satunya adalah Landasan
Filosofis.
Secara teoritis terdapat beberapa pandangan filosofis kurikulum, Landasan
Filosofis sebagaimana dipaparkan dalam “Naskah Akademik Kajian
Kebijakan Kurikulum  Mata Pelajaran IPS” Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum 2007, Depdiknas RI dirincikan sebagai
berikut :
a. Esensialisme
Esensialisme; adalah aliran yang menggariskan  bahwa kurikulum
harus menekankan pada penguasaan ilmu. Aliran ini berpandangan bahwa,
pendidikan pada dasarnya adalah pendidikan keilmuan. Kurikulum yang
dikembangkan dalam aliran esensialisme adalah kurikulum disiplin ilmu.
Tujuan dari aliran esensialisme adalah
menciptakan intelektualisme. Proses belajar-mengajar yang dikembangkan
adalah siswa harus memiliki kemampuan penguasaan disiplin ilmu.
Penerapan pembelajaran ini lebih banyak berperan pada guru jika
dibandingkan dari siswa.
Sekolah yang baik dalam pandangan filsafat esensialisme
adalah sekolah yang mampu mengembangkan intelektualisme
siswa. Implementasi mata pelajaran IPS menurut aliran esensialisme akan
lebih menekankan IPS pada aspek kognitif (pengetahuan) jika
dibandingkan dengan aspek afektif (sikap). Siswa belajar IPS akan lebih
berorientasi pada pemahaman konsep-konsep IPS daripada penerapan
materi yang ada pada IPS bagi kehidupan sehari-hari.
b. Perenialsme
Perenialsme; adalah aliran yang memandang , bahwa sasaran yang
harus dicapai oleh pendidikan adalah kepemilikan atas prinsip-prinsip
tentang kenyataan, kebenaran dan nilai yang abadi, serta tidak terkait oleh
ruang dan waktu. Dalam pandangan aliran Perenialisme kurikulum akan
menjadi sangat ideologis karena dengan pandangan-pandangan ini
menjadikan siswa atau peserta didik sebagai warga Negara yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diinginkan oleh Negara.
Pandangan perenialisme lebih menekankan pada Transfer Budaya
(transfer of culture), seperti dalam Implementasinya pada  kurikulum IPS
yang bertujuan pada pengembangan dan pembangunan jati diri bangsa
peserta didik dalam rangka menuju tercapainya  integrasi bangsa. Aliran
ini juga dikenal menekankan pada kebenaran yang absolut, kebenaran
universal yang tidak terikat pada ruang dan waktu, aliran ini lebih
berorientasi ke masa lalu.
c. Progresivisme
Progresivisme; adalah aliran ini memandang bahwa sekolah
memiliki tujuan yakni kecerdasan yang praktis dan membuat siswa lebih
efektif dalam memecahkan berbagai masalah yang disajikan oleh guru
atau pendidik. Masalah tersebut biasanya ditemukan berdasarkan
pengalaman siswa. Pembelajaran yang harus dikembangkan oleh aliran
Progresivisme adalah memperhatikan kebutuhan individual yang
dipengaruhi oleh latar belakang sosial-budaya dan mendorong untuk
berpartisipasi aktif sebagai warga Negara dewasa, terlibat dalam
pengambilan keputusan, dan memiliki kemampuan dalam memecahkan
masalah pada kehidupan sehari-hari. Implementasi IPS dalam pandangan
aliran filsafat Progresivisme adalah bagaimana mata pelajaran IPS mampu
membekali  kepada siswa agar dapat memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya
kemiskinan, pengangguran, kebodohan, ketertinggalan, kenakalan remaja
atau narkoba dan lainnya.
d. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme; adalah aliran ini berpendapat  bahwa sekolah
harus diarahkan kepada pencapaian tatanan demokrasi yang mendunia.
Aliran filsafat ini menghendaki agar setiap individu dan kelompok tanpa
mengabaikan nilai-nilai masa lalu, mampu mengembangkan pengetahuan,
teori, atau pandangan tertentu yang paling relevan dengan kepentingan
mereka melalui pemberdayaan peserta didik dalam proses pembelajaran
guna memproduksipengetahuan baru. Dalam pandangan aliran filsafat ini
lebih menekankan agar siswa dalam pembelajaran mampu
menemukan (inquiri), penemuan yang bersifat informasi baru bagi siswa
berdasarkan bacaan yang ia lakukan. Pembelajaran lebih ditekankan pada
proses bukan hasilnya. Aktivitas siswa menjadi perioritas utama dalam
berlangsungnya pembelajaran.
Dalam implementasi pembelajaran IPS , misalnya siswa
mempelajari fakta-fakta disekelilingnya, berdasarkan fakta tersebut siswa
menemukan definisi mengenai sesuatu, tanpa harus didefinisikan terlebih
dahulu oleh guru. Misalnya dalam pelajaran ekonomi diperkenalkan
adanya fakta orang-orang yang mekakukan kegiatan jual – beli. Setelah
melihat aktivitas orang-orang tersebut akhirnya siswa menemukan definisi
mengenai penjualan, pembelian, penawaran, pasar, uang dan lainnya
dalam aktivitas jual-beli. Dengan demikian guru tidak menjelaskan atau
membuat definisi, tetapi dari fakta-fakta tersebut siswalah yang aktif
melihat fakta dan dapat mendifinisikannya.
2. Landasan Pendidikan IPS Sebagai Pendidikan Disiplin Ilmu
a. Landasan Filosofis: Memberikan gagasan pemikiran mendasar yang
digunakan untuk menentukan objek kajian (domain) yang menjadi kajian
pokok dan dimensi pengembangan Pendidikan IPS sebagai disiplin ilmu
(aspek ontologis/bersifat kongkret), bagaimana cara, proses, atau metode
membangun Pendidikan IPS hingga dapat menentukan pengetahuan mana
yang dianggap benar, sah, valid, atau terpercaya (aspek
epistemologis/hakikat rasional), tujuan dan manfaat dari pendidikan IPS
ini (aspek aksilogis/nilai/bagaimana manusia menggunakan ilmunya).
b. Landasan Ideologis: Sistem gagasan untuk memberi pertimbangan dan
menjawab pertanyaan; (1) Keterkaitan antara das sein/fakta pendidikan
IPS sebagai disiplin ilmu dengan das sollen/teori pendidikan IPS, (2)
Keterkaitan antara teori-teori pendidikan dengan hakikat dan praksis etika,
moral, politik, dan norma-norma perilaku dalam membangun dan
mengembangkan pendidikan IPS.
c. Landasan Sosiologis: Sistem gagasan mendasar untuk menentukan cita-
cita, kebutuhan, kepentingan, kekuatan, aspirasi, serta pola kehidupan
masa depan melalui interaksi social yang akan membangun teori/prinsip
pendidikan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu.
d. Landasan Antropologis: Sistem gagasan mendasar dalam menentukan
pola, system, dan struktur pendidikan disiplin ilmu sehingga relevan
dengan pola, system, dan struktur kebudayaan. Landasan ini memberikan
dasar sosio-kultur masyarakat terhadap IPS sebagai pendidikan disiplin
ilmu.
e. Landasan Kemanusiaan: Sistem gagasan mendasar untuk menentukan
karakter ideal manusia. Landasan ini penting karena pada dasarnya proses
pendidikan adalah proses memanusiakan manusia.
f. Landasan Politis: menentukan arah dan garis kebijakan dalam politik
pendidikan dari pendidikan IPS. Peran dan keterlibatan pihak pemerintah
dalam landasan ini sangat besar sehingga tidak mungkin steril dari campur
tangan birokrasi.
g. Landasan Psikologis: menentukan cara-cara Pendidikan IPS membangun
struktur tubuh disiplin pengetahuannya, baik dalam tataran personal
maupun komunal berdasar entitas psikologisnya. 8. Landasan Religius:
tentang nilai-nilai, norma, etika, dan moral yang menjadi jiwa (ruh) yang
melandasi Pendidikan IPS, khususnya di Indonesia. Landasan religious
diterapkan di Indonesia menghendaki adanya keseimbangan antara
pengembangan materi yang bersumber dari intraceptive knowledge
dengan extraceptive knowledge

C. FILSAFAT PENDIDIKAN IPS


Filsafat berasal dari kata philos rtinya berpikir dan sophia artinya kebijaksanaan.
Bepikir artinya mengolah data inderawi menjadi pengertian, atau proses mencari
makna, kebijaksanaan artinya pengambilan keputusan yang memihak pihak yang
lemah, Dengan demikian filsafat dapat diartikan berpikir mendalam tentang data
inderawi dan pengambilan keputusan yang memihal pada pihak yang lemah. Filsafat
Pendidikan adalah ilmu yang menyelidiki hakekat pelaksanaan pendidikan yang
bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya, serta hakikat ilmu
pendidikan, yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaan
pendidikan. Filsafat ilmu pendidikan dibedakan 4 macam :
1. Ontologi, yaitu ilmu pendidikan yang membahas tentang hakekat substansi
dan pola organisasi ilmu pendidikan.
2. Epistemologi yaitu ilmu pendidikan yang membahas tentang hakekat objek
formal dan material ilmu pendidikan.
3. Metodologi yaitu ilmu pendidikan yang membahas tentang hakekat cara-cara
kerja dalam menyusun ilmu pendidikan.
4. Aksiologi yaitu ilmu pendidikan yang membahas tentang hakekat nilai
kegunaan teoriis dan praktis ilmu pendidikan. Filsafat Pendidikan IPS
merupakan filsafat praktik pendidikan, yakni praktik tentang pendidikan
ilmuilmu sosial agar para peserta didik mampu memahami masalah-masalah
sosial dan dapat mengatasinya serta mengambil keputusan tepat terhadap
masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.

D. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT DALAM IPS


Pendidikan IPS di SD merupakan suatu synthetic antara disiplin ilmu pendidikan
dan disiplin ilmu social maka pengembangannya diarahkan untuk tujuan pendidikan
khususnya pendidikan dasar. Pada tahap penyajiannya harus disesuaikan dengan
landasan edukatif pendidikan IPS di SD. Artinya materi yang diberikan harus
dilakukan proses penyederhanaan dengan mempertimbangkan psikologis atau tingkat
kematangan peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut, factor dan unsur-unsur yang terkandung dalam
pendidikan IPS bermuara pada tujuan. Dimana tujuan itu meliputi pengembangan
intelektual, kemampuan individual serta peranannya dalam masyarakat. Dalam tradisi
pengembangan kurikulum pendidikan IPS SD di Indonesia dipengaruhi berbagai
aliran filsafat, diantaranya:
a. Aliran filsafat esensialisme. Kecemerlangan ilmu harus menjadi kepedulian
setiap generasi sebab hanya melalui penguasaan ilmu, masyarakat akan
berkembang. Pengaruh pemikiran filsafat ini adalah:  Pendidikan IPS disajikan
secara terpisah dengan keilmuannya itu sendiri  Memandang bahwa sasaran
utama sekolah adalah memperkenalkan peserta didik pada karakteristik dasar alam
semesta yang sudah mapan dengan cara mewariskan budaya yang sudah
berkembang sepanjang zaman.  Menempatkan peserta didik sebagai peserta yang
menerima warisan nilai yang ditransmisikan guru.
b. Aliran filsafat eklekitikisme. Merupakan perpaduan antara esensialis dengan
campur tangan kepentingan pendidikan. Pendidikan IPS dikembangkan dalam
bentuk pendekatan korelasi dan terpadu.
c. Aliran filsafat perenialisme. Liberal arts artinya pengembangan intelektualisme
didasarkan dan ditujukan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai
luhur bangsa, berbicara tentang keagungan dan kejayaan bangsa. Menghendaki
adanya pewarisan nilai dari generasi ke generasi. Menekankan pada transfer of
culture.
d. Aliran filsafat progressivisme. Tujuan utama sekolah adalah untuk
meningkatkan kecerdasan praktis yang membuat siswa lebih efektif dalam
memecahkan berbagai masalah yang disajikan dalam konteks pengalaman siswa
pada umumnya.
e. Aliran filsafat rekonstruksi social. Aliran ini memandang pendidikan sebagai
wahana untuk mengembangkan kesejahteraan social. Sekolah harus diarahkan
pada kepada pencapaian tatanan demokratis yang mendunia.

E. FILSAFAT PENDIDIKAN IPS DI INDONESIA


Filsafat pendidikan adalah ilmu yang menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan
yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya, serta hakekat
ilmu pendidikan, yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan
kegunaan pendidikan itu sendiri.
Filsafat pendidikan IPS yaitu praktek tentang ilmu-ilmu sosial agar para peserta
didik mampu memahami masalah-masalah sosial dan dapat mengatasinya serta
mengambil keputusan yang tepat terhadap masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya.
Landasan Pendidikan IPS
 PP. No 19 2005 ! pasal 7 ayat 3
 Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui
muatan dan/ ataukegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial,keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan !
Pasal 70 ayat 2 dan 4
 Pada program paket A, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran
BahasaIndonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial(IPS) dan Pendidikan Kewarganegaraan
 Pada program paket B, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan
Pendidikan IPS
1) Mengajarkan konsep-konsep sosiologi, geografi , ekonomi , sejarah ,
dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis
2) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri,
memecahkan masalah, dan ketrampilan sosial.
3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial.
Sejarah IPS Perkembangan IPS diawali di AS Pasca Perang Dunia I,
integrasi nasional diperlukan sebagai benteng melemahnya
kebudayaan anglo-saxon sebagai identitas kebudayaan mereka.
Sementara di Indonesia istilah IPS baru muncul tahun 1975-1976
sebagai label dari mata pelajaran sejarah, Ekonomi, Geografi, dan
mata pelajaran lainya pada tingkat dasar dan menengah (Numan,
2001;101) Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi
kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat
pemberontakan G30S/PKI.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan IPS pada hakikatnya berfungsi untuk membantu perkembangan
peserta didik memiliki konsep diri yang baik, membantu pengenalan dan apresiasi
tentang masyarakat global dab komposisi budaya, sosialisi prosel sosial, ekonomi,
politik, membantu siswa untuk mengetahui waktu lampau dan sekarang sebagai dasar
untuk mengambil keputusan, mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah
dan keterampilan mebantu perkembangan peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif
dalam kehidupan masyarakat.
B. Saran
Demikian masskalah yang dapat kami susun, semoga apa yang terdapat di
dalamnya dapat bermanfaat untuk kita semua,kami sangat mengharapkan kritik dan
saran agar lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://adlilfirdaus.blogspot.com/2013/01/makalah-kurikulum-pendidikan-ips.htm

https://pendidikanrosda.blogspot.com/2018/11/landasan-pendidikan-ips.html
LAMPIRAN
Pertanyaan dan Jawaban
1. Penanya : Faizal Rahman Jusuf (kelompok 4)
Bagaimana tanggapan anda sebagai calon pendidik sekaligus orang yang menanamkan
konsep kepada peserta didik atau siswa jika terjadi hal-hal yag melenceng dari IPS
tersebut, karena banyak kita lihat atau sering terjadi fenomena dimana ada anak SD yang
kurang akan tata krama ataupun sifatnya sudah tidak sesuai dengan norma yang ada, dan
jika anda sudah berusaha mengatasi hal tersebut akan tetapi lingkungan keluarga dari
anak tersebut adalah seperti itu (kurang baik) bagaimana tanggapan dari kelompok 1
untuk mengatasi masalah tersebut?
Yang menjawab : Winasri Mokoagow
Sebagai calon pendidik atau guru kita lebih menanamkan atau memberikan pendidikan
nilai karena nilai itu merupakan integritas yang akan tercermin dalam kehidupan anak itu
sendiri misalnya menanamkan sikap kepada anak tentang bagaimana sikap penghargaan
kepada sesama teman, sikap tentang rasa jujur, sikap menghargai orang lain, dan sikap
pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disiplin, bijaksana, cermat dan percaya
diri. Dalam perkembangan sikap dan perilaku anak perlu adanya interaksi antara guru dan
orang tua karena adanya kerja sama antara guru dan orang tua yang baik dapat
membekali anak dengan memberikan bimbingan dan perhatian kepada anak sehingga
anak memiliki sikap dan perilaku yang baik dan tidak melakukan pelanggaran serta
perilaku menyimpang saat berada dilingkungan sekolah, di lingkungan keluarga dan
dilingkungan masyarakat.
2. Penanya : Dwiki Kurniawan ( kelompok 3)
Sebelumnya ada beberapa kasus dikehidupan anak bahwa ada anak yang tingkah lakunya
pendiam atau tertutup dengan lingkungan sekitarnya dan anak itu hampir tidak memiliki
teman atau tidak ada teman karena sifat pendiammnya. Jadi pertanyaan nya apakah anak
ini bisa disebut ada jiwa sosialnya atau tidak kalau iya jelaskan kalau tidak jelaskan dan
bagaimana kita sebagai calon guru yang diguguh dan di tiru bisa meminimalisir atau
mengurangi atau menghilangkan sifat anak yang seperti ini agar bisa menikmati indahnya
pergaulan ini.
Yang menjawab : Dea Mirella Aliu
Setiap anak memiliki sifat yang berbeda ada yang pendiam adapula yang mudah bergaul.
Berbicara soal anak yang pendiam membuat sebagian orang tua atau guru cukup merasa
khawatir apabila hal ini akan berlanjut ketika ank beranjak dewasa sebab dikhawatirkan
ia sulit untuk beradabtasi dengan lingkungan sekitar. lantas apakah anak pendiam bisa
dikatakan tidak mempunyai sikap sosialisasi ? karena anak ini cenderung menyendiri
karena memiliki gangguan emosional yang lebih besar dibandingkan anak yang lebih
bersosialisasi, dalam menghadapi sikap anak seperti itu kita sebagai guru dapat
melakukan yang pertama sering mengajak anak pada kegiatan diluar kelas, memberikan
tugas untuk berbicara didepan kelas, memberikan tanggung jawab didalam kelas seperti
memberikan masalah dan memecahkan masalah tersebut, lebih memperbanyak kegiatan
yang melibatkan banyak orang disekitar.
3. Penanya : Zainudin B. Salum (kelompok 2)
Seputar pengetahuan metakognitif, ketika berbicara metakognitif, berarrti lebih akurat
membahas penyesuaian diri, refleksi, tanggung jawab dll. Nah beberapa kasus yang
sering ditemukan disekolah dasar masih banyak masalah tentang pribadi siswa itu sendiri.
Contoh kurangnya pemahaman materi pelajaran, tidak bertanggung jawab, ataupun hal
negative dari diri siswa itu sendiri. Berikan saya satu solusi atau contoh pengajaran yang
lebih berpengaruh untuk kemajuan diri seorang siswa baik dalam pembelajaran atau
sekolah. Karena awal dari sebuah perubahan adalah diri sendiri.
Yang menjawab: Juliana Supu
Guru dalam proses pembelajaran itu harus dapat memainkan peran penting dalam
membantu peserta didik untuk membangun sikap positif nya, salah satu contoh
pengajaran yang dapat memberikan pengaruh kepada kemajuan siswa yaitu misalnya
dalam suatu pengajaran guru harus dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa, jika
sudah ada rasa ingin tahu dalam diri siswa otomatis ia sudah mau belajar karena ia ingin
mencari tahu, kemudian guru harus dapat mendorong kemandirian siswa serta
menciptakan kondisi-kondisi yang positif untuk sukses dalam belajar mengajar.
Makalah
Dimensi Pengetahuan Dalam Pendidikan IPS
Dosen Pengampuh : Yane Hardiyanti Mahmud, S.Pd, M.Pd

Di Susun Oleh
Kelompok 2
Mertin Rahmola (151418128)
Sulistiawati Arafah (151418131)
Desi Andiyani (151418138)
Mega Sofiana Barjanji (151418140)
Rahmatia Husain (151418143)
Jihan Mato (151418153)
Tri Adeliawati Lalu (151418155)
Zainudin B Salum (1514181

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negri Gorontalo
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum wr.wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Dimensi Pengetahuan Dalam Pendidikan IPS”
dan alhamdulillah tepat pada waktunya.
Terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini khususnya Ibu, Yane Hardiyanti Mahmud, S.Pd, M.Pd yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini, serta teman-teman
seperjuangan.
Kami sangat menyadari, karya tulis ini masih banyak kekurangan baik isi maupun teknik
penulisan, oleh sebab itu, kritik, saran dan pendapat dari pembaca sangat kami harapkan.

Gorotalo, 23 Februari 2021

Penyusun
Kelompok II
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1.......................................................................................................................................... L
atar Belakang..................................................................................................................4
1.2.......................................................................................................................................... R
umusan Masalah..............................................................................................................5
1.3.......................................................................................................................................... T
ujuan................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6
2.1.......................................................................................................................................... D
imensi Pengetahuan Dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.................................6
2.2.......................................................................................................................................... P
engetahuan Faktual.........................................................................................................7
2.3.......................................................................................................................................... P
engetahuan Metakognitif................................................................................................8
2.4.......................................................................................................................................... P
engetahuan Konseptual...................................................................................................11
2.5.......................................................................................................................................... P
engetahuan Procedural....................................................................................................12

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................15


3.1.......................................................................................................................................... K
esimpulan........................................................................................................................15
3.2.......................................................................................................................................... S
aran..................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.................................................................................................................................................. L
atar Belakang

Struktur adalah suatu tatanan yang membentuk suatu kelompok dalam masyarakat.
Struktur mempunyai 3 ciri yakni berubah dan berkembang, ada di dalam masyarakat, dan
berhubungan erat dengan masyarakat. Menurut prof. Benny H. Hoed bahwa pengertian
struktur adalah bangun( teoretis) yang terdiri dari unsur-unsur yang berhubungan satu sama
lain dalam satu kesatuan. Sedangkan menurut Wikipedia bahwa yang di maksud dengan
struktur adalah sebuah gambaran yang mendasar dan kadang tidak berwujud, yang mencakup
pengenalan, observasi, sifat dasar, dan stabilitas dari pola-pola dan hubungan antar banyak
satuan terkecil di dalamnya. Jadi sruktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang
membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Dalam hal ini struktur sosial
susunannya dapat berupa horizontal maupun vertikal contoh struktur sosial horizontal adalah
kelompok pria dan wanita, kelompok orang beragama islam, Kristen, katholik, hindu, budha,
dan konghucu.
Sedangkan vertikal adalah kelompok orang kaya, dan kelompok orang miskin, hal ini ini
jelas menunjukkan kedudukan yang berbeda dalam masyarakat. IPS adalah Ilmu
Pengetahuan Sosial atau disingkat (IPS). Menurut Rosdijati, IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan ditingkat SD/MI/SDLB, IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Jacob Bronowski, menjelaskan bahwa
ilmu adalah aktivitas menyusun fakta-fakta yang di ketahui dalam kelompokkelompok di
bawah konsep-konsep umum, dan konsep-konsep itu dinilai berdasarkan pernyataan dari
tindakan-tindakan yang kita dasarkan padanya. Suatu struktur ilmu pengetahuan termasuk
ilmu sosial tersusun dalam tiga tingkatan dari yang paling sempit ke yang luas, yaitu (1)
fakta, (2) konsep, (3) generalisasi (4) teori dalam “Konsep Dasar IPS”. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa batang tubuh ilmu strukturnya, mencakup fakta, konsep, generalisasi,
dan teori.
1.2.................................................................................................................................................. R
umusan Masalah
1. Apa yang di maksut dengan Dimensi Pengetahuan Dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial?
2. Apa yang di maksut dengan Pengetahuan Faktual?
3. Apa yang di maksut dengan Penetahuan Metakognitif?
4. Apa yang di maksut dengan Pengetahuan Komseptual?
5. Apa yang di maksut dengan Pengetahuan Procedural?

1.3.................................................................................................................................................. T
ujuan
1. Untuk mengetahui Dimensi Pengetahuan Dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
2. Untuk mengetahui Pengetahuan Faktual
3. Untuk mengetahui Penetahuan Metakognitif
4. Untuk mengetahui Pengetahuan Komseptual
5. Untuk mengetahui Pengetahuan Procedural

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.................................................................................................................................................. D
imensi Pengetahuan Dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah informasi dan ide-ide.
Tujuan pengembangan pengetahuan ini adalah untuk membantu siswa dalam belajar untuk
memahami lebih tentang dirinya, fisiknya, dan dunia sosial serta lingkungan sekitarnya.
Dimensi yang menyangkut pengetahuan sosial mencakup : a) fakta, b) konsep, c) generalisasi
yang dipahami siswa. Pertama, fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek,
orang dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS diharapkan siswa dapat
mengenal berbagai jenis fakta khususnya yang terkait dengan kehidupan. Pada dasarnya,
fakta untuk para siswa hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan
berpikirnya. Secara umum, fakta untuk siswa SD hendaknya berupa peristiwa, objek, dan
hal-hal yang bersifat konkret. Oleh karena itu, guru perlu mengupayakan agar fakta
disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas masing-masing.
Dimensi dalam Pembelajaran IPS diajarkan secara terpadu dari 4 kajian, yaitu geografi,
ekonomi, sejarah dan sosiologi melalui pendekatan tema. Pembelajaran ini berbasis pada
kontekstual dengan mengamati dan belajar dari pengalaman sekelilingnya. Karakteristik IPS
ini mampu menjadikan perkembangan psikologis peserta didik pada usia tersebut yang selalu
ingin tau, berpikir kritis dan senang bereksplorasi. Menurut Sapriya, program pendidikan IPS
yang komperhensif adalah program yang mencakup empat dimensi, yaitu : dimensi
pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan (skill), dimensi nilai dan sikap (values and
attitudes), dimensi tindakan (action). Walaupun keempat dimensi ini memiliki karakteristik
yang berbeda, namun dalam proses pembelajaran keempat dimensi ini saling melengkapi.
Untuk kepentingan analisis akademik, keempat dimensi ini dibedakan agar guru dapat
merancang pembelajaran IPS secara sistematis dan untuk meyakinkan bahwa semua kawasan
sudah terliput.

2.2.................................................................................................................................................. P
engetahuan Faktual

Pengetahuan faktual merupakan pengetahuan yang harus dimiliki peserta didik jika
mereka akan dikenalkan dengan suatu disiplin ilmu atau untuk memecahkan masalah apapun
di dalamnya yang berkaitan dengan pernyataan yang benar karena sesuai dengan kenyataan
yang sebenernya (Anderson & Krathwohl, 2017:46). Pengetahuan faktual berkaitan dengan
pernyataan yang benar karena sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
Fakta merupakan informasi yang diperoleh dari bukti-bukti pada data. Jika ilmuan biologi
menguji kembali fakta tersebut maka hasil pengerjaan, pengukuran, dan pengamatan akan
menunjukan hasil yang sama, meskipun diuji berulang kali, siapapun yang mengerjakannya.
Pengetahuan faktual sebagian besar muncul pada level abstraksi yang relatif rendah. Dua
jenis pengetahuan faktual adalah pengetahuan terminologi dan pengetahuan detail dan
elemen yang spesifik.
Pengetahuan terminologi meliputi pengetahuan nama-nama dan simbol verbal dan non
verbal tertentu seperti angka, kata, dan gambar yang merupakan bahasa dasar dalam suatu
disiplin ilmu. Pengetahuan detail dan elemen yang spesifik mengacu pada pengetahuan
peristiwa, fakta, tempat, orang, tanggal, sumber informasi, dan semacamnya. Hal ini dapat 19
melibatkan informasi yang sangat tepat dan spesifik, seperti tanggal yang tepat dan suatu
peristiwa atau besarnya fenomena dengan tepat. Fakta spesifik merupakan informasi
mendasar yang digunakan dalam memikirkan masalah atau topik tertentu.
Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para ahli dalam
mengkomunikasikan disiplin akademik, pemahaman, dan penyusunan dimensi pengetahuan
secara sistematis. Elemen-elemen ini biasanya digunakan oleh orang-orang yang bekerja
pada disiplin ilmu tertentu yang membutuhkan perubahan dari satu aplikasi ke aplikasi lain.
Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang harus siswa ketahui ketika mereka
harus mencapai atau menyelesaikan suatu masalah. Elemen-elemen ini biasanya dalam
bentuk simbol-simbol yang digabungkan dalam beberapa referensi nyata atau „rangkaian
simbol‟ yang membawa informasi penting.

2.3.................................................................................................................................................. P
engetahuan Metakognitif
1. Pengertian Metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan tentang kognisi secara umum dan


kesadaran akan serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri (Anderson & Krathwohl,
2017:82). Sedangkan menurut Winn, W. & Snyder, D., (1996:25) metakognitif adalah
tentang refleksi diri sendiri, tanggungjawab dan inisiatif diri sendiri serta menetapkan
target dan pengelolaan waktu. Flavel (1979:907) memberikan definisi metakognitif
sebagai kesadaran seseorang tentang bagaimana dia belajar, kemampuan untuk menilai
kesukaran suatu masalah, kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman 23 dirinya,
kemampuan menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan
menilai kemajuan belajar sendiri.
Berdasarkan teori tersebut dapat diartikan metakognitif merupakan kesadaran
berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui atau secara sederhana
metakognitif mengukur kemampuan dengan menempatkan peserta didik dalam
memahami tujuan, merencanakan, memahami penggunaan strategi yang dipakai, dan
mampu merefleksikan kelemahan dan kelebihan hasil dari pencapaian tujuan yang di
harapkan. Dalam konteks pembelajaran, peserta didik mengetahui bagaimana untuk
belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui
strategi belajar terbaik untuk belajar efektif. Pengetahuan metakognitif mengacu pada
pengetahuan tentang kognisi seperti pengetahuan tentang keterampilan (skill) dan strategi
kerja yang baik untuk pembelajar dan bagaimana serta kapan menggunakan keterampilan
dan dtrategi tersbut. Pada kegiatan-kegiatan yang mengontrol pemikiran dan belajar
seseorang seperti merencanakan, memonitor pemahaman, dan evaluasi.

2. Komponen Metakognitif

Schraw & Denison (1994:490) pengetahuan metakognitif merupakan sebuah


pengetahuan tentang memahami keterkaitan antara aspek karakteristik perseorangan,
karakteristik tugas, dan penggunaan strategi dalam situasi pembelajaran. Peserta didik
yang berhasil adalah 24 peserta didik yang secara sadar dapat memonitor dan mengontrol
belajar mereka. Pusat dari pengetahuan dan kontrol diri adalah komitmen, sikap, dan
perhatian, sedangkan elemen dari pengetahuan dan kontrol proses adalah pengetahuan
penting dalam metakognisi dan kontrol pelaksanaan dari perilaku.
Hal tersebut bisa menjadi salah satu asumsi prediktor pembelajaran yang optimal.
Pada dunia penelitian pendidikan, tipikal hipotesis ini seperti korelasi positif antara
proses regulasi pembelajaran peserta didik terhadap tujuan pembelajaranya dan
berdampak secara langsung pada tugas yang diberikan. Hal ini sejalan dengan penemuan
penelitian lainnya yang menyatakan bahwa hubungan penggunaan metakognitif
berkorelasi positif terhadap tingkat kebenaran tugas akademik peserta didik (Nett, Goetz,
Hall, & Frenzel, 2012:3). Selain itu, pernyataan yang sama juga diutarakan oleh Hyerle &
Alper (2011:34) peran metakognitif dapat sebagai pembuktian apakah pembelajaran
disekolah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika peserta didik
menerapkan aplikasi teori maka secara tidak langsung peserta didik sudah dapat memilah
bagian konsep mana yang dapat diterapkan dan bagian konsep mana yang tidak dapat
diterapkan.
Teori-teori diatas meskipun secara penjelasan terlihat berbeda akan tetapi sebenarnya
secara umum sama. Pada penelitian ini kemampuan metakognitif menggunakan subjenis
pengetahuan 25 strategis pada kategoris mengelaborasi dan mengorganisasi. Pengetahuan
tugas-tugas kognitif yang digunakan serta pengetahuan diri mencakup pengetahuan
tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Beberapa penelitian mengindikasikan
bahwa kesadaran metakognitif peserta didik lebih dari strategi dan kemampuan yang
disadari oleh peserta didik itu sendiri. Seorang peserta didik yang menggunakan
kemampuan metakognitifnya secara luas, akan mempertimbangkan dirinya untuk lebih
mengelaborasi proses pembelajaran yang diperoleh. Indikator metakognitif terdiri dari :
a) Declarative Knowladge

Pengetahuan tentang keterampilan kecerdasan dan kemampuan seseorang sebagai


peserta didik, secara faktual diperlukan sebelum mampu berproses atau
menggunakan pikiran kritis terkait dengan topik yang diperoleh melalui
presentasi, demonstrasi, dan diskusi.

b) Procedural Knowladge

Pengetahuan tentang bagaimana mengimplementasikan prosedur-prosedur belajar


yang menuntut peserta didik mengetahui proses dan juga kapan menerapkan
proses dalam berbagai situasi.
c) Planning

Mencakup tujuan dan pengalokasian sumber bahan terutama untuk belajar.


d) Information management strategies
Keterampilan dan strategi yang digunakan untuk memproses informasi secara
lebih efesien, menggabungkan, menyimpulkan, memfokuskan, atau menentukan
prioritas.
e) Monitoring

Penilaian strategi belajar seseorang yang sedang digunakan


f) Debugging Strategies

Strategi atau langkah yang dilakukan untuk mengoreksi kesalahan pemahaman


atau perolehan.
g) Evaluation

Analisa perolehan dan efektivitas strategi pada akhir kegiatan belajar.

Metakognitif menurut Livingstone (1997) adalah “berpikir tentang berpikir”. Menurut


Flavell sebagaimana dikutip Livingstone menyatakan bahwa metakognisi terdiri atas dua
unsur yaitu pengetahuan dan pengalaman atau regulasi. Metakognitif merujuk pada proses
mengusai ilmu pengetahuan dan proses berpikir. Dalam hal ini siswa dapat menggunakan
ilmu pengetahuan yang telah dikuasinya untuk membangun pengetahuan baru. Metakognitif
bisa juga dimaknai memiliki pemahaman mengenai belajar tentang cara belajar.
Flavell sendiri membagi metakognitif ke dalam tiga kategori, yaitu ilmu pengetahuan
tentang variabel orang, variabel pekerjaan, dan variabel strategi. Memahami tipe belajar diri
sendiri termasuk variabel orangnya. Variabel pekerjaan mencakup aktivitas belajar dan
langkah kegiatan berpikir berpikir pada kegaitan belajar. Belajar menjadi proses beraktivitas
dan berkarya. Variabel strategi menyangkut cara yang siswa gunakan untuk mewujudkan
tujuan belajar. Meningkatkan pengetahuan metakognitif akan terlihat pada strategi guru
memfasilitasi siswa mengembangkan daya belajarnya tidak hanya mengembangkan sikap,
keterampilan dan pengetahuannya namun siswa terampil belajar, mengembangkan
kemandirian siswa dalam menerapkan berbagai cara sehingga dapat mengembangkan
pengetahuan bermodalkan pengetahuan yang dipelajarinya.
Jadi metakognitif memiliki kesamaan makna dengan berpikir tentang cara berpikir,
belajar tentang belajar atau belajar tentang bagaimana cara belajar. Pengujian terhadap
kemampuan ini bisa dilakukan dengan cara menantang siswa menunjukkan kompetensinya
dalam bentuk menggunakan pengetahuan yang telah dipelajarinya untuk mengembangkan
inisiatif belajar secara mandiri sehingga dapat mengembangkan pengetahuan barunya. Tugas
mandiri untuk mengembangkan daya inisiatif sendiri, mengembangkan ide-ide kreatif,
mendisain model baru, inisiatif baru, atau mengembangkan karya inoatif merupakan cara
yang sesuai untuk menghimpun informasi tentang kemampuan belajar dengan
mendayagunakan ilmu yang dimilikinya.

2.4.................................................................................................................................................. P
engetahuan Konseptual

Anderson & Krathwohl (2017:46) mengungkapkan bahwa pengetahuan konseptual


merupakan pengetahuan mengenai skema, model, atau teori eksplisit dan implisit dalam
model psikologi kognitif yang berbeda. Skema, model, dan teori menunjukan pengetahuan
yang seseorang miliki mengenai bagaimana pokok bahasan tertentu diatur dan disusun,
bagaimana bagian atau potongan informasi yang berbeda saling berhubungan dan berkaitan
dalam suatu cara yang sistematis, bagaimana bagian-bagian ini berfungsi bersama-sama.
Pengetahuan konseptual memuat ide atau gagasan dalam suatu disiplin ilmu yang
memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan suatu objek atau mengelompokan atau
mengklasifikasikan berbagai objek. Pengetahuan konseptual berkaitan dengan klasifikasi,
kategori, prinsip, generalisasi, teori, model dan struktur. Penguasaan pengetahuan konseptual
ditandai dengan kemampuan mengklasifikasikan data, mengelompokan data berdasarkan
ciri-ciri kesamaannya, atau berdasarkan perbedaannya menunjukan kekuatan atau kelemahan
suatu pernyataan, mengenai prinsip-prinsip, menyimpulkan, menguasai teori, menunjukan
contoh, dan mengenali struktur.
Pengetahuan klasifikasi dan kategori meliputi kategori, kelas, pembagian, dan
penyusunan spesifik yang digunakan dalam pokok bahasan yang berbeda. Jenis pengetahuan
ini lebih umum dan sering lebih abstrak daripada pengetahuan terminologi dan fakta-fakta
tertentu. Pengetahuan prinsip dan generalisasi meliputi pengetahuan dari abstraksiabstraksi
tertentu yang merangkum pengamatan fenomena. Prinsip dan generalisasi cenderung lebih
mendominasi suatu disiplin ilmu akademis dan digunakan untuk mempelajari fenomena atau
memecahkan masalah dalam dalam disiplin ilmu (Suwarto, 2010:79). Pengetahuan prinsip
atau generalisasi cenderung berupa gagasan-gagasan mendasar yang dapat menjadi sulit
untuk dipahami karena tidak diperkenalkan secara keseluruhan dengan fenomena yang
dibahas.
Pengetahuan teori, model, dan struktur meliputi pengetahuan mengenai prinsip dan
generalisasi bersama dengan hubungan diantara mereka yang menyajikan pandangan
sistematis dan jelas mengenai suatu fenomena., masalah, atau pokok bahasan yang kompleks.
Pengetahuan teori, model, atau struktur dalam biologi contohnya pengetahuan mengenai teori
evolusi dan bagaimana untuk berpikir dalam istilah-istilah evolusioner untuk menjelaskan
fenomena-fenomena biologi yang berbeda adalah suatu aspek yang penting dari bagian jenis
pengetahuan konseptual (Suwarto, 2010:80).
Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan kategori dan klasifikasi serta hubungannya
dengan dan diantara mereke-lebih rumit, dalam bentuk pengetahuan yang tersusun. Seperti,
skema, model mental, atau teori implisit atau eksplisit dalam model psikologi kognitif yang
berbeda. Semua itu dipersembahkan dalam pengetahuan individual mengenai bagaimana
materi khusus di susun dan distrukturisasikan, bagaimana bagian-bagian yang berbeda atau
informasi yang sedikit itu saling berhubungan dalam arti yang lebih sistematik, dan
bagaimana bagian-bagian ini saling berfungsi.

2.5.................................................................................................................................................. P
engetahuan Procedural

Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan mengenai bagaimana melakukan


sesuatu. Pengetahuan prosedural sering mengambil bentuk dari suatu rangkaian langkah-
langkah yang akan diikuti. Hal ini meliputi pengetahuan keahlian alogaritma, tekhnik, dan
metode secara kolektif sebagai prosedur-prosedur (Suwarto, 2010:80). Pengetahuan
prosedural juga meliputi pengetahuan mengenai kriteria yang digunakan untuk menentukan
kapan menggunakan beragam prosedur.
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan mengenai tindakan peserta didik dan
peluang meramalkan, memperkirakan, atau hipotesis dan merancang cara untuk penyelidikan
(Star & Stylianides, 2013:4). Prosedur dapat diartikan sebagai tahap demi tahap suatu proses
untuk mencapai hasil yang diharapkan. Anderson & Krathwohl (2001:46) menjelaskan
bahwa pengetahuan prosedural meliputi tiga sub jenis, yaitu :
1. Pengetahuan Tentang Keterampilan dalam Bidang Tertentu
Pengetahuan prosedural dapat diungkapkan sebagai suatu rangkaian langkah-langkah,
yang secara kolektif dikenal dengan prosedur. Kadangkala langkah-langkah tersebut
diikuti perintah yang pasti, di waktu yang lain keputusan-keputusan harus dibuat
mengenai langkah mana yang dilakukan selanjutnya.
2. Pengetahuan Tekhnik dan Metode Spesifik

Pengetahuan tekhnik dan metode spesifik suatu subjek meliputi pengetahuan yang secara
luas merupakan hasil dari konsesus, 22 persetujuan, atau norma-norma disipliner daripada
pengetahuan yang lebih langsung merupakan suatu hasil observasi, eksperimen, atau
penemuan. Bagian jenis pengetahuan ini secara umum menggambarkan bagaimana para
ahli dalam bidang disiplin ilmu berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah daripada
hasil-hasil dari pemikiran atau pemecahan masalah tersebut.
3. Pengetahuan Kriteria untuk Menentukan Kapan Menggunakan Prosedur-Prosedur
yang Tepat

Sebelum terlibat dalam suatu penyelidikan, peserta didik diharapkan dapat mengetahui
metode-metode dan tekhnik-tekhnik yang telah digunakan dalam penyelidikan yang
sama. Mereka diharapkan dapat menunjukan hubungan-hubungan antara metodemetode
yang dilakukan oleh peserta didik lain.
Pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan tentang keterampilan khusus, tahapan
sistematis mengenai sistem program (meliputi; input, proses, dan output). Prosedur
berarti tahap demi tahap suatu proses untuk mencapai hasil yang diharapkan. Penguasaan
pengetahuan prosedural berarti penguasaan proses, misalnya, siswa dapat melaksanakan
penelitian melalui proses yang bertahap, yaitu;
1) Merumuskan pertanyaan
2) Merumuskan latar belakang pemikiran
3) Merumuskan hipotensi
4) Menguji kebenaran hipotesis melalui eksperimen
5) Analisis hasil atau menyimpulkan bahwa hipotesis benar atau salah
6) Merumuskan hasil penelitian
Penguasaan prosedur bisa juga dalam proses berpikir yang dapat diwujudkan dalam
proses berpersepsi, introspeksi, mengingat, berkreasi, berimajinasi, mengembangkan ide,
atau berargumentasi. Di sini terdapat penguasaan untuk merumuskan atau mengikuti tahap
kegiatan sesuai dengan proses yang seharusnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelajaran ilmu pengetahuan sosial di SD / MI harus sangat memperhatikan
kebutuhan peserta didiknya karena yang dididik adalah anak-anak SD yang berusia antara
umur 6-12 tahun. Dalam perkembangan kemampuan kecerdasan pada tingkat ini kongrit
operasional. Ilmu pengetahuan sosial di SD/MI bergerak dari yang nyata ke abstrak
dengan mengikuti pendekatan lingkungan yang semakin luas dari hari- kehari, dan
pendekatan spiral dengan memulai, dari yang mudah kepada yang sulit, dari yang sempit
menjadi yang luas. Secara lebih detail unsur-unsur yang terdapat didalam struktur ilmu
pengetahuan sosial terdiri atas : atribut, simbol, konsep, generalisasi.
B. Saran
Semoga materi yang telah kami susun ini menjadi panduan dan acuan untuk kita
lebih memahami apa itu dimensi dan struktur ilmu pengetahuan sosial. Dan dapat
mengetahui lebih luas lagi mengenai materi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Ahmad. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenadamedia Group.
file:///C:/Users/acer/Downloads/BAB%20I%20konsep%20dasar%20ips%20(1).pdf
http://eprints.uny.ac.id/66998/3/Bab%20II.pdf
LAMPIRAN PERTANYAAN
1. Penanya: Alda Djalite perwakilan dari kelompok 4

Bagaimana cara kita sebagai guru atau sebagai calon pendidik dalam menerapkan
pembelajaran ips di masa pandemi seperti sekarang ini berdasarkan pengetahuan faktual?
Klau bisa sebutkan contohnya.

Yang menjawab : Zainudin B. Salum


Melihat dari tujuan dari pembelajaran IPS bahwasanya, siswa sepaling tidak memiliki
kesadaran terhadap masyarakat atau lingkungan melalui pemahaman terhadap nilai nilai
sejarah atau kebudayaan. Nah dengan ini kita sebagai calon guru nntinya bisa gampang saja
memberikan contoh faktual yg sering di temui oleh siswa baik di sekolah atau lingkungan
sekitar, karena dengan siswa mempelajari IPS maka di tekankan perasaan, emosi, dan
derajat.

2. Penanya: Juliana Supu perwakilan kelompok 1

Coba anda Jelskan ruang lingkup kajian ips dan bagaimana bentuk pengajarannya ?

Yang menjawab : Desy Andiyani


Ruang lingkup kajian ips meliputi substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan
dengan masyarakat, gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat.
Pengajaran IPS ini harus di ajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya
menyajikan meteri-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk
memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh
karena itu pengajaran IPS harus mengali materi-materi yang bersumber pada masyarakat
dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada
kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya

3. Penanya: Siti Rahmatia Adam perwakilan kelompok 3

Bagaimana cara anda sebagai calon pendidik ketika bertemu dengan peserta didik yang
pengetahuan keterampilannya rendah atau kurang, berdasarkan pengetahuan metakognitif
skill dan strategi apa yg akan ada terapkan pada peserta didik tersebut ?

Yang menjawab : Sulistiawati Arafah


Kita sebagai calon pendidik akan melakukan pendekatan yaitu guru memberikan solusi
,motifasi,pencerahan, yang mana sampai menyakinkan peserta didik tersebut bahwa
sebenarnya ia adalah peserta didik yang baik. Dengan begitu peserta didik akan tergunggah
memperbaiki dirinya karena semangat dari gurunya tersebut.
Strateginya itu ada 3 yaitu : yang pertama,tahap proses sadar belajar yang meliputi proses
untuk menetapkan tujuan belajar mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat
diakses contohnya : menggunakan buku teks,mencari buku sumber di
perpustakaan,mengakses internet di labor atau computer dan belajar di tempat
sembunyi,kemudian menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan di evaluasi
mempertimbangakan tingkat motivasi belajar menentukan tingkat belajar siswa . yang
kedua, tahap merencanakan belajar meliputi proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tugas belajar merencanakan waktu dalam bentyk jadwal serta
menentukan skala prioritas dalam belajar mengorganisasikan materi pelajaran mengambil
langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan dan strategi belajar lain.
Yang ketiga,tahap monitoring dan refleksi belajar meliputi proses merefleksi proses belajar
memantau proses belajar dan melalui pertayaan dan teks diri.

4. Penanya: Dea Mirella Aliu kelompok 1

Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan mengenai tindakan peserta didik dan


peluang meramalkan, memperkirakan, atau hipotesis dan merancang cara untuk
penyelidikan (Star & Stylianides, 2013:4). Prosedur dapat diartikan sebagai tahap demi
tahap suatu proses untuk mencapai hasil yang diharapkan. Anderson & Krathwohl (2001:46)
menjelaskan bahwa pengetahuan prosedural meliputi tiga sub jenis, jelaskan tiga
pengetahuan procedural tersebut?

Yang menjawab : Tri Adeliwati Lalu


1. Pengetahuan Tentang Keterampilan dalam Bidang Tertentu

Pengetahuan prosedural dapat diungkapkan sebagai suatu rangkaian langkah-langkah,


yang secara kolektif dikenal dengan prosedur. Kadangkala langkah-langkah tersebut
diikuti perintah yang pasti, di waktu yang lain keputusan-keputusan harus dibuat
mengenai langkah mana yang dilakukan selanjutnya.
2. Pengetahuan Tekhnik dan Metode Spesifik

Pengetahuan tekhnik dan metode spesifik suatu subjek meliputi pengetahuan yang
secara luas merupakan hasil dari konsesus, 22 persetujuan, atau norma-norma disipliner
daripada pengetahuan yang lebih langsung merupakan suatu hasil observasi,
eksperimen, atau penemuan. Bagian jenis pengetahuan ini secara umum
menggambarkan bagaimana para ahli dalam bidang disiplin ilmu berpikir dan
menyelesaikan masalah-masalah daripada hasil-hasil dari pemikiran atau pemecahan
masalah tersebut.
3. Pengetahuan Kriteria untuk Menentukan Kapan Menggunakan Prosedur-Prosedur yang
Tepat

Sebelum terlibat dalam suatu penyelidikan, peserta didik diharapkan dapat mengetahui
metode-metode dan tekhnik-tekhnik yang telah digunakan dalam penyelidikan yang
sama. Mereka diharapkan dapat menunjukan hubungan-hubungan antara metodemetode
yang dilakukan oleh peserta didik lain.

5. Penanya: Fitriani perwakilan kelompok 4

Sebutkan dan jelaskan tiga jenis pengetahuan metakognitif disertai contohnya !!!
Yang menjawab : Mega Sofiana Barjanji
1. Pengetahuan strategis

Pengetahuan strategis adalah penegtahuan tentang strtegi-strategi belajar dan berpikir


serta pemecahan masalah.
Contohnya:
a. Pegetahuan tentang mengulang-ulang informasi merupakan salah satu cara unuk
menanamkan informasi.
b. Pengetahuan bahwa beraneka strategi mnemonic mempermudah mengahafal
(misalnya untuk menghafal warna pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan
ungu menggunakan akronim “mejikuhibiniu”)
c. Pengetahuan tentang berbagai strategi elaborasi sperti memparafrase dan
merangkum.
d. Pengetahuan tentang berbagai strategi pengorganisasian seperti menuliskan garis-
garis besar dan menggambar diagram.
e. Pengetahuan untuk mererncanakan strategi seperti  merumuskan tujuan membaca,
pengetahuan tentang strategi-strategi pemahaman dan pemonitoran seperti
mengetes diri sendiri dan mengajukan pertanayaan kepada diri sendiri.

2. Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif

Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif adalah pengetahuan tentang kapan


menggunakan strategi belajar, berpikir, dan pemecahan masalah pada kondisi dan
konteks yang tepat.
Contohnya:
a. Pengetahuan baha tugas mengingat kembali (misalnya soal jawaban singkat)
berbeda dengan tugas mengenali (misalnya soal pilihan ganda).
b. Pengetahuan bahwa buku sumber lebih sulit dipahami daripada buku teks atau
buku populer.
c. Pengetahuan bahwa buku strategi elaborasi seperti memparafrase dan mernagkum
dapat membuahkan pemahaman yang mendalam.
d. Pengetahuan tentang norma-norma sosial, lokal dan umum, konvensional dan
kultural untuk bagaimana, kapan, dan mengapa menerapkan strategi tertentu.

3. Pengetahuan diri

Pengetahuan diri adalah pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri


Contohnya:
a. Pengetahuan bahwa dirinya mempuyai pengetahuan yang mendalam pada satu
bidang, tetapi tidak mendalam pada sebagian bidang yang lain.
b. Pengetahuan bahwa dirinya cenderung mengandalkan strategi kognitif tertentu
dalam situasi tertentu.
c. Pengetahuan yang akurat tentang kemampuan sendiri untuk menyelesaikan tugas
tertentu.
d. Pengetahuan tentang minat pribadi pada tugas tertentu.
e. Pengetahuan tentang keputusan pribadi tentang manfaat suatu tugas
PROBLEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN IPS SD
(Pengembangan materi IPS SD)
Dosen pengampu : Yane Hardiyanti Mahmud S.Pd , M.Pd

Oleh
Kelompok 3 :
1. DWIKI KURNIAWAN ( 151418130)
2. NURAIN S BIYA (151418125)
3. TESYA WARAHMA DUNDA (151418137
4. ANANDA MIFTAHUL RAHMA MOISO (151418146)
5. SITI RAHMATIA ADAM (151418126)
6. OLVI PATRESIA PUDUL (151418127)
7. RINFINILA DAMOPOLI’I (151418151)
8. WAHYUNI DALU (151418154)

Kelas 6 E

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
T.A 2021 / 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunianya kami
telah dapat menyelesaikan makalah IPS yang berjudul FILOSOFI PENDIDIKAN IPS ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan kami juga berterima kasih kepada Ibu Yane
Hardianti Mahmud S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengembangan Materi Pembelajaran
Materi IPS SD yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Semoga makalah kami yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang sudah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun bagi para pembacanya. Sebelumnya, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang mebangun demi perbaikan di
masa mendatang.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
C. Tujuan...............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................5
A. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial.......................................................................................5
B. Pengetahuan Faktual.........................................................................................................6
C. Pengetahuan Metakognitif................................................................................................7
D. Pengetahuan Konseptual...................................................................................................8
E. Pengetahuan Procedural....................................................................................................8

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................15


A. Kesimpulan.......................................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16

BAB I
(PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan IPS memiliki peranan besar dalam pembangunan bangsa oleh para generasi
penerus. Kualitas pendidikan IPS yang baik tentu akan mencetak individu-individu yang dapat
memajukan bangsanya. Untuk mencapai hal tersebut, maka dibutuhkan peran guru dan siswa
secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan.
Guru berperan penting selama proses pendidikan. Guru harus bisa membangun interaksi
yang mendalam dengan siswa agar tercipta suasana belajar yang kondusif. Begitupun peran
penting siswa dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut aktif dalam interaksi proses
pembelajaran. Jika terjadi keseimbangan peran guru dan siswa, maka bukan tidak mungkin suatu
pendidikan yang berkualitas akan terbentuk.
Namun kenyataannya, peran guru dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar masih
menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Selain itu, cara belajar siswa masih
menggunakan hafalan yang hanya bertahan dalam waktu yang sementara. Pembelajaran hanya
dianggap sebuah proses transfer informasi dari guru dan tidak ada reaksi dari siswa. Sehingga
proses belajar mengajar menjadi monoton dan siswa pun cenderung dan terbiasa pasif di dalam
kelas.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat kami susun adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi pendidikan IPS?
2. Mengapa pelajaran IPS perlu diberikan di SD?
3. Apa problematika dalam pembelajaran IPS SD?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran IPS SD?

C. Tujuan Manfaat Dan Penulisan Makalah

Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi pendidikan IPS.
2. Untuk mengetahui alasan perlunya pembelajaran IPS di SD.
3. Untuk mengetahui problematika dalam pembelajaran IPS SD.
4. Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran IPS SD.

BAB II
(PEMBAHASAN)
A. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan terjemahan dari social studies. Bahwa social studies
merupakan ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan meliputi aspek-
aspek ilumu sejarah, ilmu okonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu
geografi dan filsafat yang dalam perakteknya dipilih untuk tujuan pembelajaran disekolah dan
perguruan tinggi. Bila dianalisis dengan cermat bahwa pengertian social studies mengandung
hal-hal sebagai berikut :
1. Social studies merupakan turunan dari ilmu-ilmu sosial.
2. Disiplin ini dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan pada tingkat
persekolahan maupun tingkat perguruan tinggi.
3. Aspek-aspek dari masing-masing disiplin ilmu sosial itu perlu diseleksi sesuai
dengan tujuan tersebut.

Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS atau
Social Studies.Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan
IPS di Indonesia.
 Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu
pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi, budaya, psikologi, sejarah, geografi,
ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan
instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
 Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmuilmu sosial yang
disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan
mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya
dipelajari di universitasmenjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir
siswa sekolah dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka
cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang
mudah dicerna.
 S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan
sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum
sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi
sosial.

Dengan demikian, IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik
pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis
keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan
masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang
pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam
lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa atau dalam lingkungan
yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa
lampau. Dengan demikian siswa yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang
dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.
b. Definisi Opersional
Pembelajaran IPS merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan
sosial, cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota
masyarakat.tingkah laku manusia dalam masyarakat memiliki berbagai aspek seperti aspek
ekonomi, aspek mental, aspek budaya, aspek hubungan sosial.Sehingga melalui pembelajaran
IPS diharapkan siswa tidak hanya mampu menguasai teori-teori IPS di kehidupan masyarakat,
tapi jugamampu menjalani kehidupan nyata di masyarakat sebagai insan sosial secara dewasa
dan bijak.Lingkungan alam merupakan lingkungan yang diciptakan oleh Tuhan.Contohnya :
gunung, danau, sungai, dan pantai. Sedangkan lingkungan buatan merupakan lingkungan
yang dibuat oleh manusia.Contohnya : rumah, jalan, sawah, dan gedung sekolah.Hasil belajar
IPS adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman belajar sebagai
wujudnya perubahan tingkah laku dari segi kognitif. Hasil belajar kognitif berupa penguasaan
materi setelah guru menggunakan media gambar pada saat proses pembelajaran di tunjukkan
dengan penilaian tes kognitif.

B. Problematika Guru IPS Dalam Pembelajaran Di Sekolah


a. Problematika Yang Dihadapi Guru SD

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diidentifikasi empat permasalahan yakni perilaku


disruptif siswa, kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran, guru kurang memahami materi
di luar bidang ilmunya serta metode pembelajaran yang kurang variatif. Perilaku disruptif
siswa yang teridentifikasi adalah berkeliaran dan bermain-main ketika pembelajaran
berlangsung, susah diatur, tidak mengerjakan tugas yang diberikan, membuat keributan di
dalam kelas, tidak memperhatikan, dan mengantuk. Sedangkan sarana-dan prasarana
pembelajaran yang dianggap masih kurang adalah buku dan media pembelajaran.Guru juga
merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran di luar bidangnya dan metode
pembelajaran yang digunakan kurang variatif karena lebih banyak menggunakan metode
ceramah.
b. Upaya untuk mengatasi problematika guru IPS dalam pembelajaran di sekolah

Upaya yang dilakukan yaitu : melakukan pendekatan terhadap siswa dan pencarian data
tentang masalah ibu dengan orang tua siswa dan wali kelas serta melakukan konsultasi secara
pribadi dengan diadakannya upaya seperti itu diharapkan bisa mengurangi masalah-masalah
yang ada pada siswa.

C. Permasalahan Dalam Pembelajaran IPS

Era globalisasi telah mengantarkan kita pada perubahan yang sangat cepat seiring dengan
perkembangan zaman yang dibarengi bertambahnya tingkat pe- mahaman dan juga pengetahuan
manusia di bidang Sains dan Teknologi yang akhir- nya membawa banyak dampak bagi ke-
hidupan manusia secara umum baik positif maupun negatif. Untuk mengiringi kemajuan yang
berjalan sangat cepat sampai saat ini kita masih menggantungkan harapan pada pendidikan untuk
tetap mengawal dan menjaga kehidupan sosial masyarakat yang terus berubah.Pendidikan mem-
punyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.
Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman.
Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah
terpikirkan sebelumnya. Selanjutnya fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam undang-
undang nomor 20 tahun 2003 adalah “Berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang ber- martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber- akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta ber- tanggung jawab” (Bab II
Pasal 3). Namun, fungsi dan tujuan yang sangat mulia ini belum secara maksimal dapat dipenuhi
melihat saat ini dunia pendidikan kita yang masih belum bisa mengejar cepatnya arus perubahan
itu perlu disesuaikan dan juga dijaga sehingga tetap mampu menjawab tantangan dari perubahan
dan kemajuan yang terus terjadi. Melihat kondisi yang dihadapi, pembelajaran IPS sepantasnya
mulai membenahi diri, baik dari bergeser dari tatanan epistomologi kearah pengem- bangan
inovasi dan juga solusi bagi per- kembangan pendidikan IPS ke depannya.
Di mana hal ini sangatlah sesuai dengan tujuan utama pendidikan IPS yaitu
mempersiapkan warga negara yang dapat membuat keputusan reflektif dan berpartisipasi dengan
sukses dalam kehidupan kewarganegaraan di lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara. Begitu
pun dengan fungsi dari IPS yang hakikat- nya adalah membekali anak didik dengan pengetahuan
sosial yang berguna, ke- terampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta
kepedulian sosialnya sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang bertanggung jawab dalam
merealisasikan tujuan nasional.Pembelajaran IPS di sekolah juga belum maksimal dalam
melaksanakan dan membiasakan pengalaman nilai-nilai kehidupan demokratis, sosial kemasya-
rakatan dengan melibatkan siswa dan komunitas sekolah dalam berbagai aktivitas kelas dan
sekolah.
Selain itu, dalam pembelajran IPS lebih menekankan pada aspek pengetahuan, fakta dan
konsep-konsep yang bersifat hapalan belaka.Inilah yang dituding sebagai kelemahan yang
menyebabkan “kegagalan” pem- belajaran IPS di sekolah/madrasah di Indonesia. Pembelajaran
IPS seperti yang dijelaskan di atas jika tetap diteruskan, terutama hanya menekankan pada infor-
masi, fakta, dan hafalan, lebih mementing- kan isi dari proses, kurang diarahkan pada proses
berfikir dan kurang diarahkan pada pembelajaran bermakna dan berfungsi bagi kehidupannya,
maka pembelajaran IPS tidak akan mampu membantu peserta didiknya untuk dapat hidup secara
efektif dan produktif dalam kehidupas masa yang akan datang.
Oleh karena itu sudah semestinya pembelajaran IPS masa kini dan ke depan mengikuti
berbagai perkem- bangan yang tejadi di dunia secara global. Masalah lain yang terjadi pada
pembelajaran IPS saat ini: akibat dari pengaruh budaya pada masa lalu terhadap mata pelajaran
IPS, yang menganggap IPS cenderung kurang menarik, pendektatan indoktrinatif, second class,
dianggap sepele, membosankan, dan bermacam- macam kesan negatif lainnya telah
menyebabkan mata pelajaran tersebut menghadapi dilema, belum lagi dengan fakta dilapangan
yang menunjukkan IPS masih dalam posisi pembelajaran konven- sional, dll.
Permasalahan lain dalam pembelajaran IPS :
1. Pendekatan Teacher Centered

Pada pendekatan ini guru lebihbanyak melakukan kegiatan


belajarmengajardenganbentuk ceramah(lecturing).Pada saat mengikuti pembelajaranatau
mendengarkan ceramah,siswa sebatas memahami sambil membuatcatatan, bagi yang
merasa memerlukannya.
2. Dominasi Ekspositori
Pembelajaran IPS yang didominasiekspositori maksudnya, siswa mengikutipola
yang ditetapkan oleh guru secaracermat.Penggunaan metode ekspositorimerupakan
metode pembelajaran mengarahkepada tersampaikannya isi pelajarankepada siswa secara
langsung.
3. Tumbuhnya Budaya Belajar Verbalistik
Pembelajaran verbalistik selalu menggunakan penyampaian lisan dalambelajar,
atau sering kita sebut denganceramah. Guru yang selalu berceramahdalam kelas akan
cepat membuat siswamenjadi bosan sehingga pembelajarantidak efektif lagi.
4. Mengajar Berpusat pada Buku Teks (Textbook Centered)
Dalam pembelajaran IPS pendidikandasar yaitu di Sekolah Dasar maupun
diSekolah Mengengah Pertama, berdasarkanpengalaman guru selalu
menyampaikanmateri dengan menggunakan metodeceramah dan terpaku pada buku
D. Strategi jitu dalam pembelajaran IPS

Banyaknya permasalah dalam pem- belajaran IPS sebagaimana yang telah dijabarkan di
atas, maka pembelajaran IPS di era globalisasi perlu melakukan pem- benahan diri. Di mana
harus mampu mengubah paradigma siswa tentang pem- belajaran IPS yang monoton,
membosan- kan. Maka strategi jitu yang perlu dilakukan yaitu memberikan perhatian serta
pemberian motivasi.

E. Problematika guru dalam menggunakan media pembelajaran pada mata pelajaran IPS

Problematika Guru IPS dalam pembelajaran adalah permasalahan atau kendala yang
dihadapi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran IPS. Kendala tersebut bisa berasal dari
guru, peserta didik, dan sekolah. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui: (1)Permasalahan
atau problematika guru IPS dalam pembelajaran di sekolah. (2)Mengetahui upaya-upaya untuk
mengatasi problematika guru IPS dalam pembelajaran di sekolah.
Peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat terlepas dari peningkatan kualitas
pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2003: 77) ada beberapa komponen penting dalam
proses pembelajaran diantaranya yaitu tujuan pembelajaran, tenaga Peningkatan kualitas
pendidikan tidak dapat terlepas dari peningkatan kualitas pembelajaran. Menurut Oemar
Hamalik (2003: 77) ada beberapa komponen penting dalam proses pembelajaran diantaranya
yaitu tujuan pembelajaran, tenaga kependidikan (guru), peserta didik media pembelajaran,
metode pembelajaran, kurikulum, saran pembelajaran, materi pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut harus ada dan berfungsi dengan baik dalam proses
pembelajaran, agar dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas.
Peran guru sangat berpengaruh dalam pendidikan terutama dalam proses pembelajaran,
tidak terkecuali dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Guru harus mampu
menciptakan pembelajaran yang tidak membosankan, mengingat mata pelajaran IPS yang
mengandung banyak materi. Guru harus bisa membangun sebuah kolaborasi dengan siswa agar
terjadi interaksi yang pada akhirnya akan menimbulkan suasana belajar yang kondusif
 Problematika yang dihadapi guru IPS dalam pembelajaran sekolah

Pembelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar memfokuskan kajiannya kepada


hubungan antar manusia dan proses membantu pengembangan kemampuan dalam
hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikembangkan melalui
kajian ini ditunjukan untuk mencapai keserasian dan keselarasan dalam kehidupan
masyarakat.Dampak Pembelajaran IPS terhadap kehidupan bermasyarakat masih belum
begitu nampak.Perwujudan nilai-nilai sosial yang dikembangkan di sekolah belum
nampak dalam kehidupan sehari-hari, keterampilan sosial masih memprihatinkan,
partisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan semakin menyusut. Problematika
yang dihadapi guru IPS dalam pembelajaran dapat dibagi menjadi dua yaitu problem
internal guru dan problem ekseternal guru .
a. problem internal guru
1. kompetensi pedagogic
2. kompetensi kepribadian
3. kompetensi professional
4. kompetensi social
b. problem eksternal guru
1. media pembelajaran
2. fasilitas belajar
3. karakteristik peserta didik
 Upaya untuk mengatasi problematika guru IPS dalam pembelajaran sekolah
 Pengembangan professional

Menurut Piet A Sahertian (1994: 67) Model pengembangan profesionalisme guru


meliputi:
 program preservice education and training
Pembinaan ini secara formal dilakukan pada Fakultas/Jurusan IPS yang
memfokuskan pada penyiapan kebutuhan guru di lembagalembaga pendidikan
IPS
 program inservice training

Pola pengembangan guru ini dilaksanakan oleh lembaga pendidikan dan


pelatihan khusus seperti PPPPTK dan IPS.Lembaga ini dimaksudkan untuk
meng-up grade tenaga kependidikan IPS di bawah pembinaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Mengingat kemampuan guru pendidikan IPS
tidak dapat hanya mengandalkan dari apa yang dihasilkan oleh lembaga
pendidikan guru sebagai lembaga preservice education and training.
 on the job training

Pola pembinaan guru on the job training adalah proses pembinaan guru yang
diprogramkan atau dilaksanakan secara langsung oleh pimpinan lembaga
pendidikan di mana guru itu bekerja. Berbagai bentuk pembinaan tersebut
antara lain: Pertama, pengarahan dari pimpinan lembaga pendidikan tentang
berbagai kebijakan pendidikan. Kedua, kegiatan dalam rangka pelaksanakan
tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan.
Ketiga, pemberian pengalaman dalam pelaksanaan tugas selama proses belajar
mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas, dalam rangka peningkatan
kompetensi guru yang dilaksanakan, baik secara individual maupun kelompok.
Keempat, pemberian tugas baik terkait dengan teknis edukatif maupun dalam
bidang admnistratif yang diberikan kepada guru.
 Mengadakan pelatihan kepada guru-guru tentang pemanfaatan media pembelajaran
sebagai sarana belajar.

Pelatihan ini gunanya untuk membangun mindset guru terhadap betapa pentingnya
penggunaan media pembelajaran untuk keberhasilan belajar, karena dengan
membangun maindset tersebut guru akan memiliki wawasan yang luas tentang media
pembelajaran dan guru akan lebih terampil serta produktif dalam pengembangan
media pembelajaran.
 Penambahan fasilitas belajar
Penambahan fasilitas belajar yang dimaksud adalah penambahan sarana atau prasarana
yang menunjang pembelajaran khusunya IPS. Misalnya pembuatan laboratorium out
door yang berlokasi tidak jauh dengan sekolah sehingga mudah
dijangkau.Laboratorium tersebut bisa berupa laboratorium yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar. Selain itu penambahan seperti surat kabar, majalah dapat dijadikan
sumber tambahan belajar.
 Memperdalam ilmu tentang karakter peserta didik

Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengikuti seminar-seminar tentang kepribadian
peserta didik yang diselengarakan baik dari pemerintah maupun non pemerintah.
Selain itu dapat juga dengan belajar menggunakan bukubuku atau sumber refrensi lain
tentang kepribadian atau karakter peserta didik.

F. Permasalahan Guru Dalam Pembelajaran IPS

Sebagai upaya mengembangkan kemampuan dan bakat siswa, guru dituntut untuk
mampumengelola proses pembelajaran agar siswa dapat menerima materi yang disampaikan.
Pembelajaran IPS di SD maupun SMP, berdasarkan pengalaman guru selalu menyampaikan
materi dengan menggunakan metode ceramah dan terpaku pada bukuyang digunakan saja. Tentu
hal ini membuat siswa bosan dan malas karena terus-menerus mendengarkan guru yang
berbicara di depan. Akhirnya siswa hanya mementingkan hafalan. Ketika siswa bosan, maka
mereka akan lebih memilih untuk mengobrol dengan temannya atauasyik dengan imajinasinya
sendiri. Dan pada akhirnya, materi yangdisampaikanoleh guru, sama sekali tidak bisa diterima
oleh siswadengan baik.
Tentu saja karena pengalaman siswa selama belajar IPS mulai dari SD sampai SMP, guru
tidak pernah mengubah strategi mengajarnya kecuali dengan metode ceramah. Selain itu, sikap
guru yang kurang memberikan motivasi bagi siswa juga mempengaruhi pandangan siswa. Ada
guru yang datang ke kelas hanya untuk memberikan tugas kemudian pergi lagi. Guru yang saat
mengajar terlalu terpaku pada buku pelajaran juga membuat siswa bosan dan tidak mau
memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Salah satu contohnya di masa sekarang, di
mana siswa lebih tertarik untuk masuk jurusan IPA (di SMA) daripada jurusan IPS. Salah satu
alasan mereka adalah materi yang ada dalam pelajaran IPS sangat banyak, dan mereka harus
menghafal semua materi tersebut. Padahal sebenarnya justru IPA-lah yang banyak menghafal,
karena IPA terdiri atas serangkaian materi pelajaran seperti Fisika, Kimia, Biologi dan
sebagainya yang merupakan ilmu pasti.
Sapriya (2009) mengatakan “Dalam bidang pendidikan IPS (PIPS), baik yang bersifat
school based maupun community based, tantangan yang dihadapi tidaklah sederhana. Tantangan
mendesak yang perlu dijawab adalah terkait denganupaya peningkatan kualitas (mutu)
pendidikan. Salah satu variabel yang mempunyai kontribusi cukup besar  terhadap baik buruknya
kualitas  pendidikan adalah unsur guru atau pendidik.” Berdasarkan pendapat tersebut, sudah
saatnya para pendidik mengubah mindset mereka bahwa mengajarkan IPS dengan metode
ceramah yang terlalu sering  tidak efektif lagi. Guru harus mengubah cara mengajarnya agar
lebih menarik dan menyenangkan untuk siswa, sehingga siswa akan dapat menyerap materi yang
disampaikan oleh guru. Pembelajaran harus terpusat pada peserta didik, dan pendidik hanya
sebagai fasilitator saja.
Salah satu yang dapat dilakukan guru adalah dengan strategi pembelajaran discovery.
Strategi pembelajaran discovery berkembang dari ide Jhon Dewey  yang terkenal  dengan 
problem  solving  method atau metode pemecahan masalah. Strategi discovery berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang  melibatkan secara  maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara matematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat 
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Kegiatan  pembelajaran dengan
strategi ini memiliki dampak positif sebagaimana yang  dikemukakan Bruner dalam Hasibuan
dan Moejiono (1993) yang menyatakan bahwa discovery  mengandung  makna,  sebagai berikut: 
a) Pertama,  dapat  membangkitkan  potensi intelektual siswa karena seseorang hanya dapat
belajar dan mengembangkan pikirannya jika ia menggunakan potensi intelektualnya
untuk berpikir.
b) Kedua, siswa semula memperoleh extrinsic reward dalam keberhasilan belajar (mendapat
nilai yang baik)  dalam strategi discovery akan dapat memperoleh  instrinsic reward
(kepuasan diri).
c) Ketiga, siswa  dapat mempelajari  heuristik  (mengolah  pesan  atau informasi) dari
penemuan, artinya bahwa cara untuk mempelajari  teknik penemuan adalah dengan jalan
memberikan kesempatan kepada siswa  untuk  mengadakan penelitian sendiri.
d) Keempat, dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai internalisasi pada diri siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, salah satu cara penerapan strategi pembelajaran discovery
adalah dengan observasi dimana siswa terlibat secara langsung dengan pokok permasalahan,
sehingga melatih siswa berpikir kritis untuk memecahkan masalah tersebut. Selain hambatan
yang datang dari guru sendiri sebagai pendidik, hambatan lain juga dapat datang  dari siswa
sebagai peserta didik. Banyak siswa yang susah menyerap apa yang disampaikan guru, sampai
siswa yang tidak memiliki cukup motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Jika
masalah ada pada siswa, maka guru dapat melakukan pendekatan dengan siswa tersebut untuk
mengetahui mengapa siswa itu bermasalah dalam proses belajar IPS. Menggunakan pendekatan
personal secara face to face akan membuat siswa lebih nyaman saat mengutarakan masalahnya.
Saat siswa mencurahkan hambatannya, guru sebisa mungkin untuk memposisikan diri dalam
menyelesaikan hal tersebut yang menjadikan sebuah hambatan bagi siswa dan guru tidak hanya
sebagai pendidik, tetapi juga sebagai sahabat dan orang tua. Sehingga membuat siswa merasa
nyaman. Pada posisi ini, guru harus menjadi pendengar yang baik sekaligus sebagai pemberi
motivasi dan jalan keluar untuk siswa tersebut

G. Analisis kesulitan siswa dalam belajar pemecahan masalah pembelajaran IPS

Pada hakikatnya kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar sangat
bermakna jika pembelajaran tersebut diarahkan untuk mengemukakan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari. Secara konteks, kegiatan pembelajaran IPS yang mengarah
kepada pemecahan masalah terdapat banyak manfaat yang bisa diambil selama proses
pembelajarannya, yaitu: Siswa memiliki kemampuan berpikir kritis–analitis;
1. Siswa memiliki kemampuan berpikir asosiatif –koneksitas;
2. Siswa memiliki kemampuan berpikir asosiatif-kontekstual (apabila permasalahan yang
muncul bisa berupa isu yang lagi dibicarakan oleh masyarakat);
3. Siswa memiliki kemampuan berpikir aplikatif (apabila masalah yang dimunculkan
berasal dari kehidupan sehari atau pribadi);
4. Siswa memiliki kemampuan berpikir asosiatif-kontekstual.
Tentunya kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran IPS melalui pemecahan
masalah sosial dapat memberikan efek yang luar biasa baik secara individu maupun
kelompok. Pemecahan masalah yang dilakukan secara individual akan mendorong siswa untuk
berpikir kreatif, dan apabila dilakukan secara kelompok akan mendorong siswa untuk
bekerjasama sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung efektif dan produktif. Lebih dalam
lagi, pembelajaran dengan pemecahan masalah sudah sesuai dengan konteks teori belajar
kontruktivisme, seharusnya guru tidak sekedar mentransformasi pengetahuan saja melainkan
guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk menerapkan ide dari mereka
sendiri dan secara sadar menggunakan ide tersebut sebagai strategi dalam pembelajarannya.
Seharusnya sebagai siswa diharapkan benar-benar memahami yang sedang dipelajari melalui
kegiatan proses pemecahan masalah dan menemukan segala sesuatunya untuk mereka
sendiri.
Masih terdapat kekurangan dan kelemahan-kelemahan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Kelemahan tersebut terletak pada aspek jumlah pemahaman guru tentang strategi,
metode, dan model pembelajaran serta sikap mental guru terkait penciptaan pembelajaran
yang baik dan berkualitas. Selain itu juga, beberapa aspek eksternal juga menjadi pemicu
sulitnya siswa dalam belajar pemecahan masalah, diantaranya;
1. Aspek keluarga Pembelajaran akan lebih bersinergi jika antara sekolah dalam hal ini guru
kelas dengan orang tua saling mendukung satu sama lain. Respon dan kontrol orang
tua menjadi faktor utama di dalam kesuksesan pembelajaran. Oleh sebab itu orang
tua dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, kenyataan di
lapangan berbanding terbalik dengan apa yang menjadi harapan suatu sekolah. Justru
orang tua lebih tidak responsif dan cenderung acuh terhadap proses pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa. Selama ini sebagian besar orang tua di desa gapura timur
menginginkan anaknya untuk bisa masuk ke pondok pesantren atau madrasah dari
pada sekolah umum. Minat orang tua memasukkan anaknya ke pondok pesantren
lebih tinggi dari pada memasukkan anaknya ke sekolah umum. Apalagi faktor kyai,
ulama dan tokoh masyarakat yang menjadi panutan. Alasan itulah orang tuanya
berharap anaknya tidak hanya menguasai ilmu duniawi melainkan ilmu akhirat juga
diperoleh. Sehingga anak yang masuk ke sekolah umum dianggapnya menjadi
tanggungjawab penuh gurunya.
2. Aspek Ekonomi Jika dilihat dari latar belakang ekonomi, secara rata-rata pekerjaan
dari orang tua siswa adalah buruh tani dan pedagang. Bisa dikategorikan mempunyai
tingkat perekonomian menengah ke bawah. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran
yang berhubungan dengan pembiayaan di luar sekolah jarang diberikan seperti
halnya pengerjaantugas-tugas sekolah yang memerlukan internet dalam pengerjaannya
sangat diminimalisir dan dibatasi. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa tidak terbebani
dengan biaya di luar dari kebutuhan mereka sehari-hari. Akibatnya, pengetahuan siswa
akan perkembangan permasalahan dan isu sosial yang terjadi tidak terlalu luas.
3. Aspek Sosial Budaya Dilihat dari aspek sosial budaya, kebanyakan dari orang tua
siswa di pedesaan seperti di desa gapura timur ini adalah melihat anaknya bisa sekolah
dan lulus serta mempunyai ijazah formal itu sudah cukup tanpa harus memikirkan
proses dan perkembangan anaknya ketika di sekolah. Selain itu anggapan miring
tentang sulitnya mencari pekerjaan ketika lulus dari sekolah menjadi faktor tidak
bersinerginya proses pembelajaran di sekolah. Apalagi kebanyakan dari orang tua
siswa lebih percaya jikalau anaknya belajar di lingkungan pondok pesantren daripada
di sekolah umum.
BAB III
(PENUTUP)
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS
di SD memiliki beberapa problematika yang perlu dicari solusinya sebagai calon pendidik.
Berbagai problematika yang dihadapi dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, seperti
kurangnya minat dan keaktifan peserta didik, anggapan bahwa IPS sebagai pelajaran yang tidak
penting dan membosankan, sebenarnya disebabkan karena penerapan pendekatan dalam
pembelajaran yang masih menganut cara lama, yakni teacher center. Solusi untuk menyelesaikan
berbagai problematika tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran konstruktivis dengan
pendekatan kontekstual yang sangat memungkinkan kreatifitas para peserta didik dapat
berkembang dengan lebih baik. Selain itu guru juga harus memperhatikan perbedaan individu
dengan melibatkan seluruh modalitas belajar, baik secara visual, auditorial, dan kinestetik.
Sehingga peserta didik dengan latar belakang yang berbeda akan lebih mudah memahami proses
pembelajaran. Guru juga dituntut mampu membangun hubungan interpersonal secara lebih dekat
dan melibatkan peserta didik secara emosional untuk menarik minat dan kepercayaan peserta
didik. Untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar, guru juga harus mengajarkan
bagaimana cara belajar yang baik dan benar. Kemudian terakhir proses belajar mengajar juga
hendaknya menggunakan assessment yang sesuai. Assesmen autentik merupakan model evaluasi
dan penilaian hasil belajar untuk diterapkan dengan berbagai pendekatan dan strategi
pembelajaran.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, saran yang dapat diambil sebagai calon pendidik adalah
dengan memperhatikan pembahasan yang sudah disebutkan. Dengan memperhatikan berbagai
fenomena problematika dalam pembelajaran IPS di SD, sebagai calon pendidik hendaknya kita
belajar dan memahami berbagai solusi diatas agar nantinya kita dapat menerapkan proses belajar
mengajar yang baik dalam pembelajaran IPS SD maupun di mata pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Problematika dalam Pembelajaran IPS di SD. (2015). Prosiding Nasional Seminar dan
Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah, 129-136.
Ramadhani, P. P. (2015, Mei 30). Pendidikan IPS : Problematika Pembelajaran IPS di
Sekolah-Guru. Retrieved from MALACHITE:
https://putripusparamadhani.wordpress.com/2015/05/30/pendidikan-ips-problematika-
pembelajaran-ips-di-sekolah-guru/
LAMPIRAN PERTANYAAN :

1. Penanya : Septiana Warnida Hasdar (Kelompok 4)

Kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran ips melalui pemecahan masalah sosial yang dapat
memberikan efek yang luar biasa baik secara individu maupun kelompok.jadi apa saja aspek
eksternal yang menjadi pemicu sulitnya siswa dalam belajar pemecahan masalah?
Yang Menjawab : Wahyuni Dalu
-Aspek Keluarga
Pembelajaran akan lebih bersinergi jika antara sekolah dalam hal ini guru kelas dengan orang
tua saling mendukung satu sama lain
-Aspek Ekonomi
Jika dilihat dari latar belakang ekonomi secara rata-rata pekerjaan dari orang tua siswa adalah
buruh tani dan pedagang bisa dikatakan mempunyai perekonomian yang menempuh ke bawah
oleh karena itu, kegiatan yang berhubungan dengan pembiayaan diluar sekolah jarang
diberikan seperti halnya pekerjaan sekolah yang memerlukan hal-hal seperti internet dalam
pekerjaan sangat meminimalisir dan dibatasi
-Aspek Sosial Budaya
Dilihat dari aspek soosial budaya kebanyakan dari orang tua siswa di pedesaan seperti di desa
Gapura Timur ini adalah melihat anaknya bisa sekolah dan lulus serta mempunyai ijazah
formal itu sudah cukup tanpa harus memikirkan proses dan perkembangan anaknya ketika
disekolah

2. Penanya : Desi Andiyani ( Kelompok 2 )


Bagaimana menurut anda sebagai seorang guru tentang problematika pembelajaran IPS SD
dalam perubahan global sekarang?
Yang menjawab : Tesya Warahmah Dunda
Isu global penting dijadikan bahan pertimbangan dalam pembelajaran pendidikan IPS karena
tujuan utamanya adalah agar peserta didik dapat menjadi warga negara yang baik dengan
segala indicator yang melekat. Peserta dididk harus paham tentang isu yang berkembang di
era global nasional, lokal dan keterkaitan serta pengaruh-pengaruh dari isu tersebut. Dengan
demikian guru harus mampu mengelolah isu-isu golabl tersebut menjadi sumber belajar. ada
banyak isu golabal yang perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran IPS diantaranya yaitu isu kesehatan, ekonomi, masalah keamanan, hak
asasi manusia

3. Penanya : Ana Yuliana Antuli


Seperti yang kita ketahui masalah yang sering dihadapi siswa dalam pembelajaran yaitu susah
menyerap apa yang disampaikan guru, nah yg ingin saya tanyakan pendekatan apa yang harus
dilakukan oleh guru tersebut?
Yang Menjawab : Ananda Miftahul Rahma Moiso
Untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran seperti siswa sulit mencerna apa yang
disampaikan guru yaitu kita sebagai seorang guru menggunakan pendekatan personal secara
face to face. Pendekatan secara face to face akan membuat siswa lebih nyaman saat
mengutarakan masalahnya, saat siswa mencurahkan hambatannya guru sebisa mungkin untuk
memposisikan diri dalam hal tersebut yang menjadikan hambatan bagi siswa dan guru tidak
hanya sebagai pendidik tetapi juga sebagai sahabat dan juga orang tua sehingga membuat
siswa merasa nyaman.
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN IPS SD
Kurikulum Pendidikan IPS SD
Dosen pengampuh:
Yane Hardiyanti Mahmud, S.Pd., M.Pd

Kelompok 4

1. Faizal Rahman Jusuf (151418134)


2. Alda Djalite (151418129)
3. Septiana Warnida Hasdar (151418132)
4. Krismarianti (151418150)
5. Nur Khairunnisa Sadingo (151418139)
6. Fitriani (151418127)
7. Fildayanti Paloa (151418136)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga senantiasa selalu tercurah kepada jujungan besar Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang seperti saat ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengembangan Pembelajaran
Materi IPS SD yang diampu oleh Ibu Yane Hardiyanti Mahmud, S.Pd., M.Pd. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah membimbing penulis, serta semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis butuhkan guna perbaikan penyusunan
dalam makalah berikutnya.

Gorontalo, 23 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................
A. Kurikulum........................................................................................................................
B. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Di SD...................................................................
C. Strategi dan Media Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPS SD.......................................
BAB III PENUTUP......................................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum sangat berarti dalam dunia pendidikan, karena merupakan operasionalisasi


tujuan yang dicita-citakan, bahkan tujuan tidak akan tercapai tanpa melibatkan kurikulum
pendidikan. Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok dalam pendidikan.
Dewasa ini pendidikan tidak sesuai dengan apa diharapkan pemerintah, sebagaimana
apa yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar, yakni melahirkan pribadi-pribadi yang
beriman dan bertakwa. Ketimpangan yang terjadi sekarang ini harus ditindaklanjuti
sehingga mendapatkan solusi. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam
pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan
kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum. Oleh karena
itu, pihak-pihak terkait dengan kurikulum harus mengetahui hakikat dan kedudukan
kurikulum. Jika kurikulum sudah tersusun dengan baik, maka guru harus mengemban tugas
pelaskanaan kurikulum tersebut dengan baik, dengan berpedoman pada kurikulum yang
berlaku.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Bagaimana peran dan fungsi kurikulum?
3. Bagaimana pengembangan kurikulum sd 1947-2013?
4. Bagaimana pendidikan ilmu pengetahuan sosial di sd?
5. Bagaimana Strategi dan Media Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPS SD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum
2. Untuk mengetahui peran dan fungsi kurikulum
3. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum sd 1947-2013
4. Untuk mengetahui pendidikan ilmu pengetahuan sosial di sd
5. Strategi dan Media Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPS SD

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum

Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang


harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh peserta didik, seperti dikemukakan oleh
Zais (1976), yaitu kurikulum sebagai: ... a racecourse of subject matters to be
mastered.Dalam situasi tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang.
Pandangan yang muncul selanjutnya, beralih dari menekankan pada isi menjadi lebih
menekankan pada pengalama belajar, sekaligus perubahan ruang lingkup, yakni dari
konsep yang sempit menjadi lebih luas, seperti dikemukakan oleh Doll (1974) berikut:
The commonly accpeted definition of the curriculum has changed from contend of
courses of study and list of subjects and course to all the experiences which are offered
to learners under the auspices or direction of the school.
Johnson (1977) keberatan terhadap pengertian kurikulum yang terlalu luas seperti
dikemukakan oleh Doll. Menurut Johnson, kurikulum adalah a structured series of
intended learning outcomes. Pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi interaksi
anatara peserta didik dengan lingkungannya. Interaksi tersebut disebut dengan
pengajaran.
Terlepas dari pro dan kontra terhadap pendapat Johnson, beberapa ahli
memandang kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Mac Donald (1965)
menyatakan bahwa sistem persekolahan terbentuk atas empat subsistem, yaitu mengajar
(teaching), belajar (learning), pembelajaran (instruction), dan kurikulum (curriculum).
Mengajar merupakan kegiatan profesional yang diberikan oleh guru kepada peserta
didik. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik sebagai respons terhadap
kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru. Interaksi belajar-mengajar disebut
pembelajaran. Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau
pegangan dalam proses belajar-mengajar agar berlangsung secara efektif dan efisian.

2. Peran Dan Fungsi Kurikulum


a. Peran Kurikulum
1) Peranan Konservatif

Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum itu dapat dijadikan


sebagai sarana untuk mentransmisikan atau mewariskan nilai-nilai budaya masa
lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda,
dalam hal ini para siswa sekolah dasar. Peranan konservatif ini pada hakikatnya
menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa lampau.

2) Peranan Kreatif

Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu


mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi
dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.

3) Peranan Kritis dan Evaluatif

Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan


budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan sehingga
pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan
dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang.

b. Fungsi Kurikulum
1) Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak berpedoman pada kurikulum tidak
akan berjalan dengan sistematis dan efektif, sebab pembelajaran adalah proses
yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik
diarahkn untuk mencapai tujuan. Tanpa kurikulum, dapat dipastikan
pembelajaran tanpa arah dan tujuan.
2) Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanan dan
program sekolah. Penyusunan kalender sekolah, penyusunan berbagai kegiatan
sekolah, baik intrakulikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan kegiatan-kegiatan
lainnya didasarkan pada kurikulum yang digunakan.
3) Bagi pengawas, Kurikulum berfungsi sebagai panduan dalam melakukan
supervisi ke sekolah. Dengan berpedoman pada kurikulum, pengawas pengawas
dapat melihat apakah program sekolah, termasuk pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum, bagian-bagian
mana yang sudah dilaksanakan, dan bagian-bagian mana yang belum
dilaksanakan. dengan demikian, pengawas bisa memberikan masukan ataus saran
perbaikan.
4) Bagi orang tua peserta didik, Kurikulum sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi penyelenggaraan program sekolah dan membantu putra-putrinya
belajar di rumah sesuai dengan program sekolah. Melalui kurikulum, orang tua
dapat mengetahui tujuan yang harus dicapai peserta didik serta ruang linkup
materi pelajarannya.
5) Bagi peserta didik, Kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar. Melalui
kurikulum, peserta didik dapat memahami kompetensi apa yang harus dicapai,
baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

3. Pengembangan Kurikulum SD 1947-2013


a. Kurikulum 1947

Kurikulum 1947 merupakan kurikulum pertama yang lahir pada masa


kemerdekaan, memakai istilah lear plan (Bahasa Belanda), yang artinya rencana
pelajaran. Disebut juga dengan Rentjana Pelajaran Teurai Sekolah Dasar.
Rasionalnya, pada waktu itu, pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi oleh sistem
pendidikan kolonial Belanda dan Jepang sehingga dapat dikatakan hanya
meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Asas pendidikan adalah Pancasila.
Rentjana Pelajaran Teurai sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial belanda.
Oleh karena itu, suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang
merebut kemerdekaan.

b. Kurikulum 1964

Pada tahun 1964, pemerintah menyempurnakan kurikulum 1947 dengan


nama Rentjana Pelajaran Sekolah Dasar 1964. Rasionalnya, pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik serendah-rendahnya jenjang
Sekolah Dasar sehingga pengajaran dipustakaan pada program pancawardhana yang
meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Hamalik, dalam
Sutarto, dkk., 2013). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi, yaitu moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmani.
Pendidikan dasar (Sekolah Dasar) lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
praktis (fungsional).

c. Kurikulum 1968

Pada tahun 1968, pemerintah menyempurnakan kurikulum 1964 dengan


kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum 1968. Rasionalnya, kurikulum 1964
dicitrakan sebagai produk Orde Lama (Tualeka, 2013), perlu perubahan struktur
kurikulum pendidikan, dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kurikulum 1968 bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, sert mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

d. Kurikulum 1973 (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan)


Pada tahun 1973 Pemerintah mengadakan Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) diseluruh IKIP Negeri di Indonesia, sebagai sekolah
laboratorium. Dengan adanya PPSP, sebelum kebijakan di bidang pendidikan
didesiminasikan secara nasional, terlebih dulu diterapkan/dirintis secara terbatas
(pilot project) di sekolah-sekolah laboratorium. Oleh karena itu, kemudian
dikembangkan Kurikulum PPSP 1973. Rasionalnya, utnuk meningkatkan mutu
pendidikan, proses belajar-mengajar perlu menerapkan sistem belajar tuntas dan
maju berkelanjutan melalui sistem modul (Soedijarto, 1975). Hasil dari rintisan ini
sangat mengembirakan, namun oleh pengambil kebijakan pada waktu itu, dianggap
terlalu mahal biayayanya sehingga tidak layak untuk didesiminasikan secara
rasional.

e. Kurikulum 1975

Pada tahun 1975, pemerintah mengembangkan kurikulum 1975. Rasionalnya,


menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif, yang dipengaruhi
oleh pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu management by objective (MBO)
yang terkenal pada waktu itu.

f. Kurikulum 1984

Pada tahun 1984, pemerintah menyempurnakan kurikulum 1975 menjadi


kurikulum 1984. Rasionalnya, yang belajar adalah peserta didik sehingga yang harus
aktif adalah peserta didiknya, buka gurunya. Sebelumnya, kecenderungan peserta
didik belajar dengan cara dididik oleh gurunya. Maka, dalam kurikulum 1984
peserta didik harus belajar melakukan sendiri, mencari tahu sendiri, dari berbagai
sumber belajar yang relevan yang ada di sekitarnya. Dengan mencari tahu sendiri
peserta didik akan merasakan sendiri dan mengalami sendiri. Pengalaman yang
diperolehnya diharapkan akan tersimpan dalam memori otaknya sehingga dalam
waktu puluhan tahun pengalaman yang diperolehnya tetap akan diingatnya. Oleh
karena itu, pada kurikulum 1984 dikembangkan pendekatan Cara Belajar Siswa
Aktif (Depdikbud, 1984) atau Student Active Learning, yang mengusung Process
skill approach (pendekatan keterampilan proses). Artinya, apabila prosesnya dialami
sendiri oleh peserta didik maka secara optimis pengalaman yang diperolehnya tetap
akan diingatnya dalam waktu puluhan tahun sekalipun. Dengan kata lain, produknya
akan dikuasainya dengan baik.

g. Kurikulum 1994

Pada tahun 1994, kurikulum 1984 disempurnakan menjadi kurikulum 1994.


Rasionalnya, menyesuaikan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU tentang SPN No. 2 Tahun 1989). Salah
satu amanah dalam UU tentang SPN No. 2 Tahun 1989, yaitu perubahan pembagian
waktu pelajaran, dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan, yang pembagian waktunya dalam satu tahun menjadi tiga periode, hasil
belajar (rapor) peserta didik dapat lebih cepat diketahui oleh orang tuanya sehingga
diharapkan orang tuanya dapat memberikan perhatian lebih dini dan lebih intensif
kepada putera-puterinya. Perubahan lainnya, Kurikulum 1994, lebih menekankan
pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah (Depdikbud,1994).

h. Kurikulum 1999 (Kurikulum 1994 yang Disempurnakan)

Pada tahun 1999, kurikulum 1994 untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
diubah menjadi kurikulum 1999 (Kurikulum 1994 yang Disempurnakan), yang
berbasis kompetensi. Pembelajaran bukan hanya mengembangkan pengetahuan
(kognitif) semata-mata, melainkan juga harus mengembangkan keterampilan
(psikomotor) dansikap (afektif). Oleh karena itu, disebut dengan istilah Berbasis
Kompetensi (Depdikbud, 1999). Lulusan SMK diharapkan bukan hanya memiliki
pengetahuan semata-semata, melainkan juga harus terampil menerapkan
pengetahuannya dan memiliki sikap sesuai jenis pekerjaannya.

i. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)


Rasional dikembangkannya Kurikulum 2004, antara lain diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tantang Otonomi Daerah, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

Implikasinya bahwa sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan


komponen-komponen kurikulum yang sesuai dengan kondisi sekolah dan kebutuhan
peserta didiknya. Selain itu, perubahan lain yang sangat signifikan adalah
pengembangan kurikulum yang semula lebih berbasis materi menjadi kurikulum
berbasis kompetensi (Depdikbud, 2003).

Kurikulum ini berlaku tidak lama karena harus disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang kemudian dijabarkan dalam ketentuan
lebih lanjut dala Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.

j. Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Rasional dikembangkannya Kurikulum 2006, yang juga disebut sebagai


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), antara lain diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
kemudian dijabarkan lebih lanjut menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2003 tentang Standar Nasional Pendidikan. (PP No. 19 Tahun 2005 tentang SNP).
Di dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang SNP, tidak disebut-sebut lagi tentang
Kurikulum Nasional, yang ada KTSP, yaitu kurikulum Operasional yang disusun
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (Depdikbud, 2005).

Implikasinya adalah perlunya dilakukan penyempurnaan Kurikulum 2004,


yang kemudian menjadi Kurikulum 2006 (KTSP).

k. Kurikulum 2013 (Kurikulum yang Menekankan Pengembangan Pengetahuan,


Keterampilan, dan Sikap Secara Holistik)
Rasional dikembangkannya Kurikulum 2013, antara lain diberlakukannya
Peratutan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014 (Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN
2010-2014), yang pada sektor pendidikan terdapat 6 prioritas pendidikan yang harus
disempurnakan, dua diantaranya adalah Metodologi dan Kurikulum.

Sebagai penjabaran lebih lanjut dari Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang
RPJMN 2010-2014, kemudian dilakukan perubahan PP No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasionl Pendidikan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.

Implikasinya adalah perlunya dilakukan penyempurnan Kurikulum 2006,


yang kemudian menjadi Kurikulum 2013. Pengembangan Kurikulum 2013
menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
secara holistik (Depdikbud, 2013).

B. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sd


1. Hakikat Pendidikan IPS Di SD

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukanlah disiplin ilmu melainkan suatu program
pengajaran atau mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya
mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial (ilmu sejarah, ilmu geografi, ilmu ekonomi,
dan ilmu sosiologi) dan humaniora (aspek norma, nilai, bahasa, seni, dan budaya).
Meskipun pengetahuan sosial sesungguhnya sudah melekat pada diri seseorang
namun IPS perlu dipelajari dan diajarkan kepada peserta didik. Hal ini dikarenakan
pengetahuan sosial alamiah itu belum cukup mengingat kehidupan masyarakat dengan
segala persoalannya itu makin berkembang. Untuk menghadapi perkembangan yang
terus menerus tersebut diperlukan pendidikan formal, khususnya pendidikan IPS di
sekolah.

2. Tujuan Pendidikan IPS Di SD


Pendidikan IPS bertujuan “membina peserta didik menjadi warga negara yang
baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial, yang berguna
bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara”. Untuk merealisasikan tujuan ini
maka proses pembelajaran IPS tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan
(kognitif), dan keterampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek akhlak
(afektif) dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah,
tantangan, hambatan, dan persaingan.
Melalui pendidikan IPS peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan
mental intelektualnya menjadi warga negara yang berketerampilan dan berkepedulian
social serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Guru IPS di SD perlu memiliki wawasan tujuan dan arah yang hendaknya
dipertimbangkan ketika mengembangkan materi pembelajaran. Lima kriteria dalam
mengembangkan materi pembelajaran yaitu Pembelajaran IPS di SD hendaknya:

a. Mengembangkan kemampuan memahami berbagai fenomena sosial yang


akanberguna dalam proses pengambilan keputusan.
b. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial yakni keterampilan menangkap
berbagai fenomena social.
c. Mengembangkan kemampuan dasar dalam memecahkan masalah sosial
d. Mengembangkan kemampuan sikap peka, tanggap, dan adaftif tetapi tetap kritis
yaitu mampu menggunakan logika dan fakta dalam mengambil
kesimpulan/keputusan. (mencari sebab, memprediksi, menganalisis, melihat
keterpaduan berbagai fenomena serta menganalisis secara logis dan sistematis)
e. Mengembangkan kemampuan menganalisis masalah sosial secara terpadu.Adapun
fungsi IPS sebagai pendidikan yaitu:
1) Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna yang dapat
diterapkan sehari-hari,
2) Mengembankan keterampilan terutama keterampilan sosial, keterampilan
intelektual,Mengembangkan kepedulian social.

3. Kedudukan IPS dalam Kurikulum Sekolah Dasar


IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang
didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tatanegara dan
sejarah (kurikulum, 1994) yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalm kehidupan sehari – hari.
Pemberian materi di SD diberikan oleh guru berdasarkan kurikulum pendidikan.
Kurikulum pendidikan IPS di SD di Indonesia sudah terjadi beberapa perubahan,
dinataranya kurikulum IPS SD tahun 1947, 1964, 1968, 1975, 1984, 1986, 1994, 2004,
2007. Dari tiap-tipa perubahan itu mengalami peningkatan bagaimana seorang guru
menyampaikan kepada anak didiknya di SD. Contohnya, materi kurikulum IPS 1994 di
tata secra lebih terpadu dan lebih sederhana dari pada materi kurikulum IPS 1986 dan
kurikulum IPS 1975 yang masih tampak berdiri sendiri. Pada kurikulum IPS 1994 guru
dituntut untuk bisa mengembangkan materi-materi yang akan disampaikan, sedangkan
pada kurikulum sebelumnya seorang lebih mengacu pada metri-materi yang ada pada
buku. Ruang lungkup pengetahuan sosial meliputi:

a. Sistem sosial dan budaya


b. Manusia, tempat, dan lingkungan
c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
d. Waktu, keterlanjutan, dan perubahan
e. Sistem berbangsa dan bernegara.
4. Perkembangan Kurikulum IPS
1) Kurikulun 1947 – 1952
Rencana Pelajaran 1947, yang menjadi Kurikulum Pendidikan masa itu masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya
meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Pada tahun 1952, kurikulum
pendidikan mengalami penyempurnaan, dengan nama Rencana Pelajaran Terurai
1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang
paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari.
2) Kurikulum 1964 – 1968
Menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum pendidikan di Indonesia, dengan nama Rencana Pendidikan 1964. Pokok-
pokok pikiran yang menjadi cirinya adalah pemerintah mempunyai keinginan agar
rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan
jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen, bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk
manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
ketrampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.

3) Kurikulum 1975 – 1986

Kurikulum 1975 unsur pendidikan kewarganegaraan dalam IPS di posahkan


dari IPS dan dijadikan bidang studi tersendiri dengan nama Pendidikan Moral
Pancasila (PMP). Sedangkan bidang studi IPS ini diajarkan mulai dari kelas III SD.
Hal ini dilaksanakan agar materi tidak memberatkan anak kelas 1 dan 2 dan agar
jumlah bidang studi dikelas 1 dan 2 tidak terlalu banyak.
Sejarah setempat (lokal) tetap berada dalam IPS, namun sejarah nasional sub-
studi tersendiri yang di ajarkan secara tersendiri mulai kelas IV SD meskipun tetap
berada dlam kelompok bidang studi IPS.
Kurikulum 1975 dan 1986 unsur tujuan Pendidikan Kewarganegaraan / moral
terwadahi dalam studi PMP. Dari segi penyusunan tujuan Kurikulum tahun
1975,1986 tujuan kurikuler disusun perkelas. Perbedaan dalam Kurikulum 1975 ada
6 tujuan kurikuler untuk semua aspek dalam bidang studi IPS. Dalam hal ini
termasuk Sejarah Nasional, sedangkan dalam kurikulum 1986 ada 4 tujuan kurikuler
untuk IPS masing-masing satu tiap kelas.Dari segi lingkup bahan pelajaran pada
Kurikulum 1986 dan 1975 menggunakan pendekatan spiral.
Kurikulum 1975 dan 1986, khusus untuk Sejarah Nasional menggunakan
pendekatan periodesasi yaitu penyampaian pelajaran dimulai dari zaman kuno
sampai dengan sejarah kontemporer masa sekarang. Khusus Kurikulum 1986 di
batasi pada tonggak-tonggak peristiwa penting karena banyak materi Sejarah
Nasional telah termuat dalam bidang studi Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
(PSPB). Kurikulum 1975 ada 29 pokok Bahasan pada Kurikulum 1986 ada 39
Pokok Bahasan. Proses belajar mengajar, menganut pada prinsip Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA). Pada kurikulum 1986 padat dan sarat dengan materi sehingga
kedalaman dan keluasan materi cenderung dibatasi.

4) Kurikulum 1994

Materi Kurikulum IPS 1994 ditata secara lebih terpadu dan lebih sederhana
dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Dilihat dari cakupan materi, terdiri
dari pengetahuan sosial dan sejarah. Materi IPS ditata secara terpadu anatara pokok
bahasan yang ditunjang oleh beberapa konsep yang bersasal dari berbagai ilmu atau
disiplin ilmu sosial yaitu Geografi, Sejarah, Ekonomi, Lingkungan Hidup, Koperasi
dan politik / pemerintah.
Khusus materi Sejarah Nasional Walaupun merupakan sub bidang studi IPS.
Namun disusun secara tersendiri  dan diajarkan secara tersendiri dan diajarkan secara
tersendiri pula mulai dari kelas IV sampai kelas VI.
Ditinjau dari tujuan kurikuler, kurikulum 1994 lebih menekankan kepada
unsur tujuan pendidikan kewarganegaraan, terwadahi dalam bidang studi PMP/
PPKN. Kedalaman dan keluasaan materi diserahkan sepenuhnya kepada guru selaku
pegembang kurikulum. Dari segi lingkup bahan pengajaran, Kurikulum 1994 tetap
menggunakan pendekatan spiral (yakni pengajaran yang dimulai dari lingkungan
terdekat dan sederhana sampai kepada lingkungan yang makin luas dan kompleks).
Dalam proses belajar mengajar menggunakan prinsip Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA)

5) Kurikulum 2004

Kurikulum 2004 untuk Penggetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan


Sosial dn Kewarganegaraan. Pengetahuan Sosial disatukan dengan Pendidikan
Kewarganegaraan dipelajari siswa mulai dari kelas I sampai kelas IV SD.
Pengetahuan Sosial, Sejarah dan Pendidikan Kewarganegaraan masuk ke dalam
mata pelajaran Pengetahuan Sosial (IPS) diajarkan mulai kelas I sampai dengan
kelas VI.
Dari strategi belajar mengajar sampai kepada pelaksanaannya, memberikan
keluluasan kepada guru agar mau dan mampu menentukan sendiri sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi yang dihadapi. Dari segi tujuan kurikuler untuk setiap kelas
dari kelas I –VI masing-masing memiliki satu tujuan disebut Standar Kompetensi.
Dari setiap standar kompetensi dikembangkan menjadi kompetensi dasar, hasil
belajarindikator dan materi pokok.
Kurikulum Pendidikan IPS tahun 2004 dengan kurikulum 1994 hampir tidak
jauh berbeda dimana keduanya memberikan peluang yang luas bagi guru sebagai
pengembang kurikulum.

6) Kurikulum 2006

Kurikulum 2006 atau dikenal dengan Model KTSP (Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan) yakni model umum yang berisi kerangka acuan dan model
kurikulum lengkap yang lansung diaplikasikan ke dalam satuan pendidikan.
Kurikulum 2006 atau KTSP merupakan modifikasi dari model kurikulum yang
sudah ada. Kurikulum ini memuat berupa standar isi dan standar kompetensi.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran,
dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Standar kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur
dan/diobservasikan untuk menunjukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan mata pelajaran.
Khusus melalui mata pelajaran IPS SD, standar kompetensi kecakapan hidup
dan telah dibakukan dalam kurikulum 2006, meliputi:

a. Kecakapan Personal

Kecakapan ini meliputi beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, berfikir rasional, memahami diri sendiri,, percaya diri, bertanggung jawab
untuk pembelajaran pribadi, dapat menghargai, dan menilai diri sendiri. Aspek
akhlak mulia meliputi kemampuan pengenalan, pemahaman, dan penanaman
nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan spriual tersebut pada
akhirnya bertujuan pada optimalisasi sebagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

b. Kecakapan Sosial

Kecakapan ini meliputi kompetensi bekerjasama dalam kelompok,


menunjukkan tanggungjawab sosial, mengendalikan emosi, dan berinteraksi
dalam masyarakat dan budaya lokal serta global. disamping itu siswa dapat
meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja
sama, dan hidup sehat.

c. Kecakapan Intelektual

Kecakapan ini meliputi kompetensi menguasai pengetahuan,


menggunakan metode dan penelitian ilmiah, bersikap ilmiah, mengembangkan
kapasitas sosial dan berfikir strategis untuk belajar sepanjang hayat, serta
berkomunikasi secara ilmiah. Disamping itu siswa dapat memperoleh
kompetensi lanjut akan ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan
berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri dan berprilaku ilmiah yang
kritis, kreatif, dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.

d. Kecakapan vokasional

Kecakapan ini berkaitan dengan suatu bidang kejuruan/keterampilan yang


meliputi keterampilan funsional, keterampilan bermata pencahrian seperti
menjahit, bertani, berternak, otomotif; keterampilan bekerja; kewirausahaan; dan
keterampilan menguasai teknologi informasi dan komunikasi.
Kurikulum IPS 2006 hanya memuat standar kompetensi dan kompetensi
dasar, sedangkan hasil belajar, indikator, dan materi tidak tercantum. Hal ini
menuntut guru dapat secara mandiri untuk mengembangkan indikator sendiri.

7) Kurikulum 2013

Salah satu ciri kurikulum 2013, khususnya untuk SD adalah bersifat tematik
integratif. Dalam pendekatan ini, mata pelajaran IPA dan IPS sebagai materi
pembahasan pada semua mata pelajaran. Prosesnya, tema-tema yang ada pada dua
pelajaran itu diintegrasikan kedalam sejumlah mata pelajaran. Untuk IPA menjadi
materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia , Matematika, dll. Untuk IPS
menjadi materi pembahasan pelajaran PPKN, Bahasa Indonesia, dll. Dalam
Kurikulum 2013 memuat berupa kompetensi inti dan kompetensi dasar.

a. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar


Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta
didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau
jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara
pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi Inti dirancang dalam empat
kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan
(Kompetensi Inti 1), sikap sosial (Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi
Inti 3), dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Keempat kelompok itu
menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap
peristiwa pembelajaran secara integratif.

b. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk


setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah
konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.
Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.

C. Strategi dan Media Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPS SD

NO STRATEGI MEDIA

Strategi Pembelajaran Kemampuan Proses Peta dan Globe


a. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
1.
b. Inkuiri
c. Portofolio
2. Pembelajaran Kemampuan Berpikir Gambar dan Sketsa
a. Pendekatan Induktif
b. Pendekatan Deduktif
3. Pembelajaran Kooperatif Puzzle
4. Pembelajaran Nilai Audio visual
a. Bermain Peran
b. Sosio Drama
5. Pembelajaran Aksi Sosial OHP dan LCD
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahasa pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU NO.20 Tahun 2003), Pasal 1 angka
(19).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukanlah disiplin ilmu melainkan suatu program
pengajaran atau mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya
mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial (ilmu sejarah, ilmu geografi, ilmu ekonomi, dan
ilmu sosiologi) dan humaniora (aspek norma, nilai, bahasa, seni, dan budaya).
Pemberian materi di SD diberikan oleh guru berdasarkan kurikulum pendidikan.
Kurikulum pendidikan IPS di SD di Indonesia sudah terjadi beberapa perubahan,
dinataranya kurikulum IPS SD tahun 1947, 1964, 1968, 1975, 1984, 1986, 1994, 2004,
2007. Dari tiap-tipa perubahan itu mengalami peningkatan bagaimana seorang guru
menyampaikan kepada anak didiknya di SD.

B. Saran

Kita sebagai calon pendidik harus mengetahui hakikat dan fungsi kurikulum, karena
kurikulum mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pendidikan. Pendidikan akan
berhasil jika kurikulum yang disajikan bagus dan dapat memenuhi kebutuhan peserta didik
guna mencapai Tujuan Nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Widyastono, Herry. 2015. Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah.


Jakarta: Bumi Aksara.

Asep Herry Hernawan, dkk. (2008). Modul 10. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran:
perumusan tujuan pembelajaran. Jakarta; penerbit Universitas Terbuka

Udin S, winataputra. 2005. materi dan pembelajaran IPS-SD, pusat penerbit Universitas
Terbuka: Jakarta.

https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/page/view.php?id=37403 (Diakses: 23 Februari 2021)

https://pgsdkita.blogspot.com/2018/12/metode-media-dan-strategi-pembelajaran.html?m=1
(Diakses: 23 Februari 2021)
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Bertanya ( Magfira Damilu)


 Mengapa kurikulum menentukan kualitas pendidikan?
Menjawab (Fitriani)
 Menurut saya, kurikulum merupakan suatu kelengkapan sekolah untuk menunjukkan
sesuatu kepada masayarakat bahwa sekolah tersebut memiliki identitas agar sekolah
tersebut dinilai baik. Dan juga kurikulum di rancang dan disusun sebagai alat ukur
siswa untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, agar dapat mengetahui sampai
dimana batas kemampuan pengetahuan siswa dalam suatu pembelajaran.
2. Bertanya (Mega Sofiana Barjanji)
 Coba anda jelaskan Mengapa pendidikan ips menjadi bagian penting dalam
kurikulum pendidikan di indonesia?
Menjawab (Nur Khairunnisa Sadingo)
 dimasukkannya social studies ke dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan siswa
sangat menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar materi
pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan
menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat.
Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta
lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih mudah dipahami
karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada bahan pengajaran
yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial, dari tujun Pendidikan IPS juga
“membina peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial, yang berguna bagi dirinya sendiri
serta bagi masyarakat dan negara”.
3. Bertanya (Nur’ain S. Biya)
 mengapa ips perlu di pelajari dan diajarkan kepada peserta didik, padahal
pengetahuan sosial sesungguhnya itu sudah melekat pada diri seseorang?
Menjawab (Krismarianti)
 Meskipun pengetahuan sosial sesungguhnya sudah melekat pada diri seseorang
namun IPS perlu dipelajari dan diajarkan kepada peserta didik. Hal ini dikarenakan
pengetahuan sosial alamiah itu belum cukup mengingat kehidupan masyarakat
dengan segala persoalannya itu makin berkembang. Untuk menghadapi
perkembangan yang terus menerus tersebut diperlukan pendidikan formal,
khususnya pendidikan IPS di sekolah, Selain itu juga Pendidikan IPS dapat
membina peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial, yang berguna bagi dirinya sendiri
serta bagi masyarakat dan negara.
4. Bertanya (Fadila Umar)
 Kurikulum itu menempati posisi yang sangat strategis dalam kebijakan pendidikan di
Indoensia! Jelaskan kaitan antara Kurikulum dengan pendidikan dan pembelajaran.
Menjawab (Fildayanti Paloa)
 Pendidikan merupakan hal yang harus terencana dan dikonsep secara matang dengan
desain yang sebaik-baiknya, Karena tujuan dari pendidikan yang sangat agung itu
harus dicapai, namun kemudian dlam prosesnya terkadang banyak hal yang
kemudian menjadi penghambat jalannya proses pendidikan, maka untuk
mengantisipasi semua kemungkinan-kemungkinan itu kita perlu membuat sebuah
aturan, pedoman dan pijakan agar pendidikan bisa berlangsung sesuai dengan yang
diharapkan maka disusunlah kurikulum, adapun kurikulum ini akan terlihat atau
diaktualisasikan dalam proses pembelajaran. Sehingga ketiga hal tersebut menjadi
sangat berkaitan menjadi sebuah system. Yang bisa dibedakan namun tidak bisa
dipisahkan satu sama lain
5. Bertanya (Desi Andiani)
 Apa upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam pengembangan kurikulum IPS
sesuai tujuan yang diharapkan sampai dapat menyentuh aspek afektif dan aspek
psikomotor peserta didik?
Menjawab (Alda Djalite)
 Pembelajaran yang utuh adalah pembelajaran yang tidak hanya proses untuk
memperoleh keberhasilan dalam pencapaian aspek kognitif saja, tapi harus mampu
menyentuh aspek afektif dan psikomotor peserta didik. Aspek afektif berkaitan
dengan sikap dan pengembangan karakter peserta didik sebagai individu maupun
sebagai makhluk sosial. Psikomotor diartikan sebagai gerak, yang dalam
pembelajaran memiliki makna gerak fisik yang dinamis, sehingga mengacu pada
kemampuan dan keterampilan peserta didik setelah ia mempelajari sesuatu.
Pembelajaran sendiri bertujuan untuk merubah perilaku peserta didik dalam
tingkatan yang lebih baik dan ke arah perkembangan yang positif. Berikut ini adalah
berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam pengembangan kurikulum IPS
sesuai tujuan yang diharapkan sampai dapat menyentuh aspek afektif dan aspek
psikomotor peserta didik:
1. Guru perlu mengintegrasikan karakter building dalam pembelajaran yang ia
selenggarakan.
2. Guru harus mampu membangun chemistry dengan peserta didik.
3. Guru harus dapat bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
4. Ditinjau dari essensi proses pembelajaran, guru perlu merubah paradigma
‘mengajar’ (teaching) menjadi ‘membelajarkan’ (learning how to learn).

Anda mungkin juga menyukai