Kelompok 1 :
1. Rizal Ismail
2. Winasri Mokoagow
3. Dea Mirela Aliu
4. Magfira Damilu
5. Fadilah Umar
6. Ana Yuliana Antuli
7. Nurmala Pakuku
8. Juliana Supu
Kelas 6 E
Gorontalo
23, februari 2021
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Manfaat......................................................................................................................
BAB II Filosofi Pendidikan IPS
A. Hakikat Pendidikan IPS di SD..................................................................................
B. Filosofi Pendidikan IPS.............................................................................................
C. Filsafat Pendidikan IPS.............................................................................................
D. Aliran-aliran Filsafat Dalam IPS...............................................................................
E. Filsafat Pendidikan IPS di INSONESIA...................................................................
BAB III Penutup
A. Kesimpulan.................................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan
orang lain. dalam ilmu kewarganegaraan, telah disunggung ketidakmampuan manusia
hidup sendiri dan manusia harus saling berkolempok sehingga di bentuk suatu
masyarakat.dalam masyarakat sendiri tak lepas dari hubungan sosial, bahwkan suatu
pendidikan telah di bekalih ilmu sosial untuk masa depannya dalam bermasyarakat.
Ilmu pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari
kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi menggunakan konsep-konsep ilmu sosial
yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Keadaan sosial masyarakat selalu
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dinamisasi kemajuan di berbagai bidang
kehidupan harus dapat di tangkap dan di perhatikan oleh lembaga pendidikan yang
kemudian menjadi bahan materi pembelajaran sehingga bahan pelajaran secara formal
dapat di tuangkan dalam bentuk kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat Pendidikan IPS Sd ?
2. Bagaiaman Filosofi Pendidikan IPS ?
3. Bagaiman Filsafat pendidikan IPS ?
4. Bagaimana Aliran-aliran Filsafat dalam IPS ?
5. Bagaimana Filsafat Pendidikan IPS di Indonesia ?
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui Hakikat Pendidikan IPS Sd ?
2. Untuk mengetahui Filosofi Pendidikan IPS ?
3. Untuk mengetahui Filsafat pendidikan IPS ?
4. Untuk mengetahui Aliran-aliran Filsafat dalam IPS ?
5. Untuk mengetahui Filsafat Pendidikan IPS di Indonesia ?
BAB II
FILOSOFI PENDIDIKAN IPS
A. HAKIKAT PENDIDIKAN IPS SD
Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai
makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya
manusia harus mengahadapi tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungannya
maupun sebagai hidup bersama. IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama
dengan sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungan dekat sampai yang jauh.
Bagaimana keserasian hidup dengan lingkungannya baik dengan sesama manusia
maupun lingkungan alamnya. Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain bahan kajian atau bahan belajar IPS
adalah manusia dan lingkungannya.
Setiap manusia sejak lahir telah berinteraksi dengan manusia lain, misalnya
dengan ibu yang melahirkannya, ayahnya, dan keluarganya. Selanjutnya setelah usia
taman Kanak-kanak ia akan berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya, dan dengan
gurunya. Sesuai dengan bertambahnya umur, maka interaksi tersebut akan bertambah
luas, begitu juga ia akan mendapat pengalaman dan hubungan sosial dari kehidupan
masyarakat disekitarnya. Dari pengalaman tersebut anak akan mengenal bagaimana
seluk beluk kehidupan. Misalnya bagaimana cara seseorang memenuhi kebutuhan
hidupnya, cara menghormati orang yang lebih tua, sebagai anggota masyarakat harus
mentaati aturan atau norma-norma yang berlaku, mengenal hal-hal yang baik dan
buruk, maupun benar dan salah.
Semua pengetahuan yang telah melekat pada diri anak tersebut dapat dikatakan
sebagai “pengetahuan sosial” Dengan demikian dalam diri kita masing-masing
dengan kadar yang berbeda, sebenarnya telah terbina pengetahuan sosial tersebut
sejak kecil, hanya namanya belum kita kenal dan dikenal setelah secara formal
memasuki bangku sekolah.
Selanjutnya saudara pahami pula dalam kehidupan bermasyarakat itu banyak
kegiatan atau aspek yang dilakukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya, dan masing-masing aspek tersebut saling kait mengkait. Dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya manusia dibatasi oleh aturan-aturan yang berlaku di dalam
lingkungannya. Sebagai anggota masyarakat, kita harus mentaati aturan atau norma,
misalnya cara berpakaian kita harus sopan bahkan jenis pakaian ada aturan
pemakaiannya, misalnya pakaian sehari-hari, pakaian dinas, pakaian pesta, pakaian
berkabung. Walaupun aturan ini tidak tertulis tetap dipatuhi oleh semua anggota
masyarakat. Manusia butuh makan untuk mempertahankan hidup sehingga kita dapat
melakukan kegiatan dan berhubungan dengan orang lain. Tidak kalah pentingnya
manusia butuh rumah sebagai tempat berlindung, sehingga kita tidak kedinginan dan
kepanasan. Namun dengan adanya perkembangan jaman, fungsi pakaian, makan, dan
rumah menjadi berubah karena hal itu tidak sekedar memenuhi kebutuhan pokok
melainkan karena ada nilai sosialnya. Dengan memakai pakaian yang mewah maka
kedudukan sosial seseorang akan naik peringkatnya, makan tidak sekedar makan nasi
melainkan makan makanan produk instant, roti, hamburger, kentuky, pizza. Begitu
juga tempat tinggal tidak sekedar sebagai tempat berteduh melainkan sudah
merupakan istana tempat melakukan segala kegiatan. Dengan bertindak seperti itu
manusia merasa status sosialnya tinggi.
Dari kenyataan di atas dapat kita ketahui bahwa antara aspek-aspek kehidupan itu
saling ada keterkaitan, aspek ekonomi terkait dengan aspek psikologi dan sosial
budaya. Kebutuhan hidup manusia tidak sekedar memenuhi aspek ekonomi tetapi
manusia juga perlu untuk menambah pengetahuan, seperti yang saudara lakukan
sekarang ini. Tanpa penambahan pengetahuan kita akan tersisih oleh orang-orang
yang berpengatahuan tinggi, coba hayati bagaimana jika Saudara hanya lulusan SD,
SMP, atau SMU. Tentu akan tersaing oleh mereka yang berpendidikan S1 dan S2
bahkan S3. Apalgi Saudara sebagai guru SD yang sekarang dituntut harus
berpendidikan S-I, bagaimana jika Saudara hanya lulusan D-II PGSD atau bahkan
hanya lulusan SPG? Jelas bahwa pengetahuan akan membantu manusia
memanfaatkan sumber daya bagi kesejahteraan. Ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) merupakan ungkapan kemampuan manusia memanfaatkan akal, pikirannya
dalam memenuhi kebutuhan hidup bermasyarakat. Aspek kehidupan tersebut
merupakan aspek kehidupan budaya.
Perkembangan Iptek yang sangat cepat nampak pada penggunaan komputer dan
satelit. Dengan teknologi, sekarang orang dapat dengan cepat dapat menghimpun
informasi dunia dengan rinci tentang segala hal, misalnya kekayaan laut, hutan,
Pengembangan situasi politik suatu negara, dan peristiwa-peristiwa aktual lainnya.
Dengan kemajuan Iptek yang begitu kuat pengaruhnya sehingga dapat mengubah
sikap, pandangan, dan perilaku sesorang. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang
ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui
handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara
orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan
demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya.
Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang
akan menguasai dunia”. Cobalah amati keadaan lingkungan Saudara baik lingkungan
desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi, maupun negara, apa yang terjadi?
Betapa cepatnya perubahan lingkungan sebagai akibat pemanfaatan dan penerapan
Iptek. Semua kegiatan manusia telah didominasi tenaga mesin, misalnya bidang
pertanian, menebang pohon, membangun rumah dan gedung, jembatan, jalan, dan
sebagainya. Coba bandingkan keadaan sekarang dengan ketika Saudara masih kecil
apa yang telah terjadi? Dalam kehidupan bermasyarakat, urutan waktu dengan
peristiwa sangat bermakna dalam menelaah perkembangan serta kemajuan.
Urutan waktu dan peristiwa di atas merupaka aspek sejarah yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan mengkaji peristiwa-peristiwa masa lalu
kita dapat mengambil hikmahnya, mengambil hal-hal yang baik dan menguntungkan,
sebaliknya kita dapat menghindari pengalaman buruk yang mengakibatkan
malapetaka bagi manusia. Selanjutnya kita dapat membuat keputusan untuk apa yang
akan kita perbuat di masa sekarang dan yang akan datang. Kehidupan manusia juga
terkait dengan aspek tempat atau ruang dan waktu, misalnya kita bertemu dengan
orang baru maka yang akan ditanyakan tentunya “siapa namanya?” kemudian
“dimana tempat tinggalnya” Begitu juga jika terjadi peristiwa kerusuhan pasti yang
akan ditanyakan adalah “kapan” dan “dimana” Ini menunjukkan bahwa antara waktu
dan tempat mempunyai kaitan yang erat. Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi,
secara alamiah dicirikan oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber
daya air, ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk
muka bumi seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah
pegunungan akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang
menempatinya.
Lebih jelasnya Saudara dapat mencermati contoh berikut ini.
Corak kehidupan masyarakat di tepi pantai utara Jawa yang bentuknya
landarai dengan laut yang tenang dan tidak begitu tinggi serta arus angin yang
tidak begitu kencang, sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk mencari
ikan. Hal ini disebabkan ikan banyak berkumpul di kawasan laut yang
dangkal yang masih tertembus sinar matahari. Oleh karena itu mayoritas
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua
pelabuhan-pelabuhan besar di pulau Jawa sebagian besar terletak di pantai
utara Jawa.
Dataran rendah yang meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700 meter di
atas permukaan laut merupakan kawasan yang cadangan airnya cukup,
didukung oleh iklimnya yang cocok, merupakan potensi alam yang cocok
untuk dikembangkan sebagai areal pertanian, misalnya Karawang, Bekasi,
Indramayu, Subang dan sebagainya. Dataran tinggi yang beriklim sejuk,
dengan cadangan air yang sudah semakin berkurang maka sistem pertanian
yang dikembangkan adalah pertanian lahan kering dan holtikultura seperti
sayuran, buah-buahan, da tanaman hias.
Lain dengan daerah pegunungan yang memiliki corak tersendiri. Karena
sedikitnya persediaan air tanah, mengakibatkan pemukiman penduduk
terpusat di lembah-lembah atau mendekati alur sungai. Hal ini dikarenakan
mereka berusaha untuk mendapatkan sumber air yang relatif mudah. Ladang
yang mereka usahakan biasanya terletak di lembah pegunungan.
Dengan demikian hubungan keruangan antara keadaan alam dan faktor manusia,
(kualitas, mata pencaharian, dan penguasaan Iptek memberikan corak atau karakter
kehidupannya masyarakat setempat. Keadaan seperti itu dalam kehidupan manusia
termasuk aspek geografi. Aspek ini dapat dijadikan petunjuk tentang karakteristik
setempat yang berhubungan dengan kehidupan manusia yang terkait dengan kondisi
setempat. Apabila Saudara amati dengan cermat, apakah ungkapan tersebut tepat
jika kita melihat perkembangan Iptek sekarang ini? Karena jika Saudara amati
masyarakat daerah pantai tidak tentu mata pencahariaanya sebagai nelayan, tetapi
mereka ada yang menjadi pegawai negeri, wiraswata, atau yang lainnya. Berikutnya
cobalah Saudara cermati juga, mengapa di masyarakat itu terjadi suatu keutuhan, dan
kemantapan kehidupan. Kondisi seperti ini tidak lain karena di dalam masyarakat
tersebut ada norma, nilai, dan kepemimpinan.
Agar hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana
yang diharapkan, maka dirumuskanlah norma-norma yang mengatur pergaulan hidup
dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib. Mula-mula norma tersebut terbentuk
tidak disengaja, namun lama-kelamaan norma tersebut dibentuk secara sadar.
Misalnya, dahulu dalam jual beli seorang perantara tidak perlu diberi bagian dari
keuntungan. Tetapi lama kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara harus
mendapat bagian keuntungan, sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung, pembeli
atau penjual? Contoh lain masalah utang piutang yang menggunakan perjanjian
tertulis, hal ini dahulu tidak pernah dilakukan. Semuanya itu tidak lain bahwa norma
sangat penting dalam hidup bermasyarakat untuk mencapai ketertiban. Selanjutnya
apabila Saudara amati dalam kehidupan berkeluarga, mengapa keutuhan dapat tetap
terjaga, tidak lain karena ada norma-norma tertentu.
Ada nilai yang menjadi pegangan dan ada kepemimpinan yang dikendalikan oleh
kepala keluarga (ayah atau suami). Walaupun norma tidak tertulis, namun menjadi
aturan main dalam menggariskan kepemimpinan, hak dan kewajiban masing-masing
anggota keluarga. Di dalam keluarga terdapat pengembangan kebijakan yang
mengatur keluarga untuk menciptakan keamanan, ketenteraman, dan kesejahteraan
keluarga. Kebijakan mengatur seperti ini, bagaimana jika terjadi dalam
“pemerintahan” atau “negara”? Aspek pengaturan dan kebijakan ini termasuk aspek
politik.
Marilah kita cermati kembali apa yang sudah kita pelajari di atas. Setelah kita
pelajari ternyata kehidupan itu banyak aspeknya, meliputi aspek-aspek :
1. hubungan sosial: semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia
tentang proses, faktor-faktor, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari
dalam ilmu sosiologi
2. ekonomi: berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia,
perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi
3. psikologi: dibahas dalam ilmu psikologi
4. budaya: dipelajari dalam ilmu antropologi
5. sejarah: berhubungan dengan waktu dan perkembangan kehidupan manusia
dipelajari dalam ilmu sejarah
6. geografi: hubungan ruang dan tempat yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu geografi
7. politik: berhubungan dengan norma, nilai, dan kepemimpinan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik.
1. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang
merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang
diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah,
geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Puskur (Kasim, 2008:4).
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki
keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan wawasan
berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dengan wilayah-wilayah, sedangkan
sejarah memberikan kebulatan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa
dari berbagai priode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang
berkenaan dengan nilai-nilai kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas
ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan
benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu ekonomi tergolong
kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan
dengan pembuatan keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu tentang prilaku
seperti konsep peran kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial.
Kosasi Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa IPS adalah merupakan
ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu
sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip
pendidikan dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat
persekolahan.
Nursid Sumaatmadja (Supriatna, 2008:1) mengemukakan bahwa "Secara
mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang
melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan cara
manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi
kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada
dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain
sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat
manusia.
Sedangkan menurut Leonard (Kasim, 2008:4) mengemukakan bahwa IPS
menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam
lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga
atau rukun warga, desa / kelurahan, kecamatan, kabupaten, profinsi, Negara dan
dunia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-displin ilmu
sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti : sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah
sosial.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan IPS pada hakikatnya berfungsi untuk membantu perkembangan
peserta didik memiliki konsep diri yang baik, membantu pengenalan dan apresiasi
tentang masyarakat global dab komposisi budaya, sosialisi prosel sosial, ekonomi,
politik, membantu siswa untuk mengetahui waktu lampau dan sekarang sebagai dasar
untuk mengambil keputusan, mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah
dan keterampilan mebantu perkembangan peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif
dalam kehidupan masyarakat.
B. Saran
Demikian masskalah yang dapat kami susun, semoga apa yang terdapat di
dalamnya dapat bermanfaat untuk kita semua,kami sangat mengharapkan kritik dan
saran agar lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://adlilfirdaus.blogspot.com/2013/01/makalah-kurikulum-pendidikan-ips.htm
https://pendidikanrosda.blogspot.com/2018/11/landasan-pendidikan-ips.html
LAMPIRAN
Pertanyaan dan Jawaban
1. Penanya : Faizal Rahman Jusuf (kelompok 4)
Bagaimana tanggapan anda sebagai calon pendidik sekaligus orang yang menanamkan
konsep kepada peserta didik atau siswa jika terjadi hal-hal yag melenceng dari IPS
tersebut, karena banyak kita lihat atau sering terjadi fenomena dimana ada anak SD yang
kurang akan tata krama ataupun sifatnya sudah tidak sesuai dengan norma yang ada, dan
jika anda sudah berusaha mengatasi hal tersebut akan tetapi lingkungan keluarga dari
anak tersebut adalah seperti itu (kurang baik) bagaimana tanggapan dari kelompok 1
untuk mengatasi masalah tersebut?
Yang menjawab : Winasri Mokoagow
Sebagai calon pendidik atau guru kita lebih menanamkan atau memberikan pendidikan
nilai karena nilai itu merupakan integritas yang akan tercermin dalam kehidupan anak itu
sendiri misalnya menanamkan sikap kepada anak tentang bagaimana sikap penghargaan
kepada sesama teman, sikap tentang rasa jujur, sikap menghargai orang lain, dan sikap
pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disiplin, bijaksana, cermat dan percaya
diri. Dalam perkembangan sikap dan perilaku anak perlu adanya interaksi antara guru dan
orang tua karena adanya kerja sama antara guru dan orang tua yang baik dapat
membekali anak dengan memberikan bimbingan dan perhatian kepada anak sehingga
anak memiliki sikap dan perilaku yang baik dan tidak melakukan pelanggaran serta
perilaku menyimpang saat berada dilingkungan sekolah, di lingkungan keluarga dan
dilingkungan masyarakat.
2. Penanya : Dwiki Kurniawan ( kelompok 3)
Sebelumnya ada beberapa kasus dikehidupan anak bahwa ada anak yang tingkah lakunya
pendiam atau tertutup dengan lingkungan sekitarnya dan anak itu hampir tidak memiliki
teman atau tidak ada teman karena sifat pendiammnya. Jadi pertanyaan nya apakah anak
ini bisa disebut ada jiwa sosialnya atau tidak kalau iya jelaskan kalau tidak jelaskan dan
bagaimana kita sebagai calon guru yang diguguh dan di tiru bisa meminimalisir atau
mengurangi atau menghilangkan sifat anak yang seperti ini agar bisa menikmati indahnya
pergaulan ini.
Yang menjawab : Dea Mirella Aliu
Setiap anak memiliki sifat yang berbeda ada yang pendiam adapula yang mudah bergaul.
Berbicara soal anak yang pendiam membuat sebagian orang tua atau guru cukup merasa
khawatir apabila hal ini akan berlanjut ketika ank beranjak dewasa sebab dikhawatirkan
ia sulit untuk beradabtasi dengan lingkungan sekitar. lantas apakah anak pendiam bisa
dikatakan tidak mempunyai sikap sosialisasi ? karena anak ini cenderung menyendiri
karena memiliki gangguan emosional yang lebih besar dibandingkan anak yang lebih
bersosialisasi, dalam menghadapi sikap anak seperti itu kita sebagai guru dapat
melakukan yang pertama sering mengajak anak pada kegiatan diluar kelas, memberikan
tugas untuk berbicara didepan kelas, memberikan tanggung jawab didalam kelas seperti
memberikan masalah dan memecahkan masalah tersebut, lebih memperbanyak kegiatan
yang melibatkan banyak orang disekitar.
3. Penanya : Zainudin B. Salum (kelompok 2)
Seputar pengetahuan metakognitif, ketika berbicara metakognitif, berarrti lebih akurat
membahas penyesuaian diri, refleksi, tanggung jawab dll. Nah beberapa kasus yang
sering ditemukan disekolah dasar masih banyak masalah tentang pribadi siswa itu sendiri.
Contoh kurangnya pemahaman materi pelajaran, tidak bertanggung jawab, ataupun hal
negative dari diri siswa itu sendiri. Berikan saya satu solusi atau contoh pengajaran yang
lebih berpengaruh untuk kemajuan diri seorang siswa baik dalam pembelajaran atau
sekolah. Karena awal dari sebuah perubahan adalah diri sendiri.
Yang menjawab: Juliana Supu
Guru dalam proses pembelajaran itu harus dapat memainkan peran penting dalam
membantu peserta didik untuk membangun sikap positif nya, salah satu contoh
pengajaran yang dapat memberikan pengaruh kepada kemajuan siswa yaitu misalnya
dalam suatu pengajaran guru harus dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa, jika
sudah ada rasa ingin tahu dalam diri siswa otomatis ia sudah mau belajar karena ia ingin
mencari tahu, kemudian guru harus dapat mendorong kemandirian siswa serta
menciptakan kondisi-kondisi yang positif untuk sukses dalam belajar mengajar.
Makalah
Dimensi Pengetahuan Dalam Pendidikan IPS
Dosen Pengampuh : Yane Hardiyanti Mahmud, S.Pd, M.Pd
Di Susun Oleh
Kelompok 2
Mertin Rahmola (151418128)
Sulistiawati Arafah (151418131)
Desi Andiyani (151418138)
Mega Sofiana Barjanji (151418140)
Rahmatia Husain (151418143)
Jihan Mato (151418153)
Tri Adeliawati Lalu (151418155)
Zainudin B Salum (1514181
Penyusun
Kelompok II
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1.......................................................................................................................................... L
atar Belakang..................................................................................................................4
1.2.......................................................................................................................................... R
umusan Masalah..............................................................................................................5
1.3.......................................................................................................................................... T
ujuan................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6
2.1.......................................................................................................................................... D
imensi Pengetahuan Dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.................................6
2.2.......................................................................................................................................... P
engetahuan Faktual.........................................................................................................7
2.3.......................................................................................................................................... P
engetahuan Metakognitif................................................................................................8
2.4.......................................................................................................................................... P
engetahuan Konseptual...................................................................................................11
2.5.......................................................................................................................................... P
engetahuan Procedural....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.................................................................................................................................................. L
atar Belakang
Struktur adalah suatu tatanan yang membentuk suatu kelompok dalam masyarakat.
Struktur mempunyai 3 ciri yakni berubah dan berkembang, ada di dalam masyarakat, dan
berhubungan erat dengan masyarakat. Menurut prof. Benny H. Hoed bahwa pengertian
struktur adalah bangun( teoretis) yang terdiri dari unsur-unsur yang berhubungan satu sama
lain dalam satu kesatuan. Sedangkan menurut Wikipedia bahwa yang di maksud dengan
struktur adalah sebuah gambaran yang mendasar dan kadang tidak berwujud, yang mencakup
pengenalan, observasi, sifat dasar, dan stabilitas dari pola-pola dan hubungan antar banyak
satuan terkecil di dalamnya. Jadi sruktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang
membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Dalam hal ini struktur sosial
susunannya dapat berupa horizontal maupun vertikal contoh struktur sosial horizontal adalah
kelompok pria dan wanita, kelompok orang beragama islam, Kristen, katholik, hindu, budha,
dan konghucu.
Sedangkan vertikal adalah kelompok orang kaya, dan kelompok orang miskin, hal ini ini
jelas menunjukkan kedudukan yang berbeda dalam masyarakat. IPS adalah Ilmu
Pengetahuan Sosial atau disingkat (IPS). Menurut Rosdijati, IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan ditingkat SD/MI/SDLB, IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Jacob Bronowski, menjelaskan bahwa
ilmu adalah aktivitas menyusun fakta-fakta yang di ketahui dalam kelompokkelompok di
bawah konsep-konsep umum, dan konsep-konsep itu dinilai berdasarkan pernyataan dari
tindakan-tindakan yang kita dasarkan padanya. Suatu struktur ilmu pengetahuan termasuk
ilmu sosial tersusun dalam tiga tingkatan dari yang paling sempit ke yang luas, yaitu (1)
fakta, (2) konsep, (3) generalisasi (4) teori dalam “Konsep Dasar IPS”. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa batang tubuh ilmu strukturnya, mencakup fakta, konsep, generalisasi,
dan teori.
1.2.................................................................................................................................................. R
umusan Masalah
1. Apa yang di maksut dengan Dimensi Pengetahuan Dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial?
2. Apa yang di maksut dengan Pengetahuan Faktual?
3. Apa yang di maksut dengan Penetahuan Metakognitif?
4. Apa yang di maksut dengan Pengetahuan Komseptual?
5. Apa yang di maksut dengan Pengetahuan Procedural?
1.3.................................................................................................................................................. T
ujuan
1. Untuk mengetahui Dimensi Pengetahuan Dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
2. Untuk mengetahui Pengetahuan Faktual
3. Untuk mengetahui Penetahuan Metakognitif
4. Untuk mengetahui Pengetahuan Komseptual
5. Untuk mengetahui Pengetahuan Procedural
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.................................................................................................................................................. D
imensi Pengetahuan Dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah informasi dan ide-ide.
Tujuan pengembangan pengetahuan ini adalah untuk membantu siswa dalam belajar untuk
memahami lebih tentang dirinya, fisiknya, dan dunia sosial serta lingkungan sekitarnya.
Dimensi yang menyangkut pengetahuan sosial mencakup : a) fakta, b) konsep, c) generalisasi
yang dipahami siswa. Pertama, fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek,
orang dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS diharapkan siswa dapat
mengenal berbagai jenis fakta khususnya yang terkait dengan kehidupan. Pada dasarnya,
fakta untuk para siswa hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan
berpikirnya. Secara umum, fakta untuk siswa SD hendaknya berupa peristiwa, objek, dan
hal-hal yang bersifat konkret. Oleh karena itu, guru perlu mengupayakan agar fakta
disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas masing-masing.
Dimensi dalam Pembelajaran IPS diajarkan secara terpadu dari 4 kajian, yaitu geografi,
ekonomi, sejarah dan sosiologi melalui pendekatan tema. Pembelajaran ini berbasis pada
kontekstual dengan mengamati dan belajar dari pengalaman sekelilingnya. Karakteristik IPS
ini mampu menjadikan perkembangan psikologis peserta didik pada usia tersebut yang selalu
ingin tau, berpikir kritis dan senang bereksplorasi. Menurut Sapriya, program pendidikan IPS
yang komperhensif adalah program yang mencakup empat dimensi, yaitu : dimensi
pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan (skill), dimensi nilai dan sikap (values and
attitudes), dimensi tindakan (action). Walaupun keempat dimensi ini memiliki karakteristik
yang berbeda, namun dalam proses pembelajaran keempat dimensi ini saling melengkapi.
Untuk kepentingan analisis akademik, keempat dimensi ini dibedakan agar guru dapat
merancang pembelajaran IPS secara sistematis dan untuk meyakinkan bahwa semua kawasan
sudah terliput.
2.2.................................................................................................................................................. P
engetahuan Faktual
Pengetahuan faktual merupakan pengetahuan yang harus dimiliki peserta didik jika
mereka akan dikenalkan dengan suatu disiplin ilmu atau untuk memecahkan masalah apapun
di dalamnya yang berkaitan dengan pernyataan yang benar karena sesuai dengan kenyataan
yang sebenernya (Anderson & Krathwohl, 2017:46). Pengetahuan faktual berkaitan dengan
pernyataan yang benar karena sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
Fakta merupakan informasi yang diperoleh dari bukti-bukti pada data. Jika ilmuan biologi
menguji kembali fakta tersebut maka hasil pengerjaan, pengukuran, dan pengamatan akan
menunjukan hasil yang sama, meskipun diuji berulang kali, siapapun yang mengerjakannya.
Pengetahuan faktual sebagian besar muncul pada level abstraksi yang relatif rendah. Dua
jenis pengetahuan faktual adalah pengetahuan terminologi dan pengetahuan detail dan
elemen yang spesifik.
Pengetahuan terminologi meliputi pengetahuan nama-nama dan simbol verbal dan non
verbal tertentu seperti angka, kata, dan gambar yang merupakan bahasa dasar dalam suatu
disiplin ilmu. Pengetahuan detail dan elemen yang spesifik mengacu pada pengetahuan
peristiwa, fakta, tempat, orang, tanggal, sumber informasi, dan semacamnya. Hal ini dapat 19
melibatkan informasi yang sangat tepat dan spesifik, seperti tanggal yang tepat dan suatu
peristiwa atau besarnya fenomena dengan tepat. Fakta spesifik merupakan informasi
mendasar yang digunakan dalam memikirkan masalah atau topik tertentu.
Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para ahli dalam
mengkomunikasikan disiplin akademik, pemahaman, dan penyusunan dimensi pengetahuan
secara sistematis. Elemen-elemen ini biasanya digunakan oleh orang-orang yang bekerja
pada disiplin ilmu tertentu yang membutuhkan perubahan dari satu aplikasi ke aplikasi lain.
Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang harus siswa ketahui ketika mereka
harus mencapai atau menyelesaikan suatu masalah. Elemen-elemen ini biasanya dalam
bentuk simbol-simbol yang digabungkan dalam beberapa referensi nyata atau „rangkaian
simbol‟ yang membawa informasi penting.
2.3.................................................................................................................................................. P
engetahuan Metakognitif
1. Pengertian Metakognitif
2. Komponen Metakognitif
b) Procedural Knowladge
2.4.................................................................................................................................................. P
engetahuan Konseptual
2.5.................................................................................................................................................. P
engetahuan Procedural
Pengetahuan tekhnik dan metode spesifik suatu subjek meliputi pengetahuan yang secara
luas merupakan hasil dari konsesus, 22 persetujuan, atau norma-norma disipliner daripada
pengetahuan yang lebih langsung merupakan suatu hasil observasi, eksperimen, atau
penemuan. Bagian jenis pengetahuan ini secara umum menggambarkan bagaimana para
ahli dalam bidang disiplin ilmu berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah daripada
hasil-hasil dari pemikiran atau pemecahan masalah tersebut.
3. Pengetahuan Kriteria untuk Menentukan Kapan Menggunakan Prosedur-Prosedur
yang Tepat
Sebelum terlibat dalam suatu penyelidikan, peserta didik diharapkan dapat mengetahui
metode-metode dan tekhnik-tekhnik yang telah digunakan dalam penyelidikan yang
sama. Mereka diharapkan dapat menunjukan hubungan-hubungan antara metodemetode
yang dilakukan oleh peserta didik lain.
Pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan tentang keterampilan khusus, tahapan
sistematis mengenai sistem program (meliputi; input, proses, dan output). Prosedur
berarti tahap demi tahap suatu proses untuk mencapai hasil yang diharapkan. Penguasaan
pengetahuan prosedural berarti penguasaan proses, misalnya, siswa dapat melaksanakan
penelitian melalui proses yang bertahap, yaitu;
1) Merumuskan pertanyaan
2) Merumuskan latar belakang pemikiran
3) Merumuskan hipotensi
4) Menguji kebenaran hipotesis melalui eksperimen
5) Analisis hasil atau menyimpulkan bahwa hipotesis benar atau salah
6) Merumuskan hasil penelitian
Penguasaan prosedur bisa juga dalam proses berpikir yang dapat diwujudkan dalam
proses berpersepsi, introspeksi, mengingat, berkreasi, berimajinasi, mengembangkan ide,
atau berargumentasi. Di sini terdapat penguasaan untuk merumuskan atau mengikuti tahap
kegiatan sesuai dengan proses yang seharusnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelajaran ilmu pengetahuan sosial di SD / MI harus sangat memperhatikan
kebutuhan peserta didiknya karena yang dididik adalah anak-anak SD yang berusia antara
umur 6-12 tahun. Dalam perkembangan kemampuan kecerdasan pada tingkat ini kongrit
operasional. Ilmu pengetahuan sosial di SD/MI bergerak dari yang nyata ke abstrak
dengan mengikuti pendekatan lingkungan yang semakin luas dari hari- kehari, dan
pendekatan spiral dengan memulai, dari yang mudah kepada yang sulit, dari yang sempit
menjadi yang luas. Secara lebih detail unsur-unsur yang terdapat didalam struktur ilmu
pengetahuan sosial terdiri atas : atribut, simbol, konsep, generalisasi.
B. Saran
Semoga materi yang telah kami susun ini menjadi panduan dan acuan untuk kita
lebih memahami apa itu dimensi dan struktur ilmu pengetahuan sosial. Dan dapat
mengetahui lebih luas lagi mengenai materi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Ahmad. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenadamedia Group.
file:///C:/Users/acer/Downloads/BAB%20I%20konsep%20dasar%20ips%20(1).pdf
http://eprints.uny.ac.id/66998/3/Bab%20II.pdf
LAMPIRAN PERTANYAAN
1. Penanya: Alda Djalite perwakilan dari kelompok 4
Bagaimana cara kita sebagai guru atau sebagai calon pendidik dalam menerapkan
pembelajaran ips di masa pandemi seperti sekarang ini berdasarkan pengetahuan faktual?
Klau bisa sebutkan contohnya.
Coba anda Jelskan ruang lingkup kajian ips dan bagaimana bentuk pengajarannya ?
Bagaimana cara anda sebagai calon pendidik ketika bertemu dengan peserta didik yang
pengetahuan keterampilannya rendah atau kurang, berdasarkan pengetahuan metakognitif
skill dan strategi apa yg akan ada terapkan pada peserta didik tersebut ?
Pengetahuan tekhnik dan metode spesifik suatu subjek meliputi pengetahuan yang
secara luas merupakan hasil dari konsesus, 22 persetujuan, atau norma-norma disipliner
daripada pengetahuan yang lebih langsung merupakan suatu hasil observasi,
eksperimen, atau penemuan. Bagian jenis pengetahuan ini secara umum
menggambarkan bagaimana para ahli dalam bidang disiplin ilmu berpikir dan
menyelesaikan masalah-masalah daripada hasil-hasil dari pemikiran atau pemecahan
masalah tersebut.
3. Pengetahuan Kriteria untuk Menentukan Kapan Menggunakan Prosedur-Prosedur yang
Tepat
Sebelum terlibat dalam suatu penyelidikan, peserta didik diharapkan dapat mengetahui
metode-metode dan tekhnik-tekhnik yang telah digunakan dalam penyelidikan yang
sama. Mereka diharapkan dapat menunjukan hubungan-hubungan antara metodemetode
yang dilakukan oleh peserta didik lain.
Sebutkan dan jelaskan tiga jenis pengetahuan metakognitif disertai contohnya !!!
Yang menjawab : Mega Sofiana Barjanji
1. Pengetahuan strategis
3. Pengetahuan diri
Oleh
Kelompok 3 :
1. DWIKI KURNIAWAN ( 151418130)
2. NURAIN S BIYA (151418125)
3. TESYA WARAHMA DUNDA (151418137
4. ANANDA MIFTAHUL RAHMA MOISO (151418146)
5. SITI RAHMATIA ADAM (151418126)
6. OLVI PATRESIA PUDUL (151418127)
7. RINFINILA DAMOPOLI’I (151418151)
8. WAHYUNI DALU (151418154)
Kelas 6 E
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................5
A. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial.......................................................................................5
B. Pengetahuan Faktual.........................................................................................................6
C. Pengetahuan Metakognitif................................................................................................7
D. Pengetahuan Konseptual...................................................................................................8
E. Pengetahuan Procedural....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16
BAB I
(PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan IPS memiliki peranan besar dalam pembangunan bangsa oleh para generasi
penerus. Kualitas pendidikan IPS yang baik tentu akan mencetak individu-individu yang dapat
memajukan bangsanya. Untuk mencapai hal tersebut, maka dibutuhkan peran guru dan siswa
secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan.
Guru berperan penting selama proses pendidikan. Guru harus bisa membangun interaksi
yang mendalam dengan siswa agar tercipta suasana belajar yang kondusif. Begitupun peran
penting siswa dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut aktif dalam interaksi proses
pembelajaran. Jika terjadi keseimbangan peran guru dan siswa, maka bukan tidak mungkin suatu
pendidikan yang berkualitas akan terbentuk.
Namun kenyataannya, peran guru dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar masih
menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Selain itu, cara belajar siswa masih
menggunakan hafalan yang hanya bertahan dalam waktu yang sementara. Pembelajaran hanya
dianggap sebuah proses transfer informasi dari guru dan tidak ada reaksi dari siswa. Sehingga
proses belajar mengajar menjadi monoton dan siswa pun cenderung dan terbiasa pasif di dalam
kelas.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat kami susun adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi pendidikan IPS?
2. Mengapa pelajaran IPS perlu diberikan di SD?
3. Apa problematika dalam pembelajaran IPS SD?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran IPS SD?
Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi pendidikan IPS.
2. Untuk mengetahui alasan perlunya pembelajaran IPS di SD.
3. Untuk mengetahui problematika dalam pembelajaran IPS SD.
4. Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran IPS SD.
BAB II
(PEMBAHASAN)
A. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan terjemahan dari social studies. Bahwa social studies
merupakan ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan meliputi aspek-
aspek ilumu sejarah, ilmu okonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu
geografi dan filsafat yang dalam perakteknya dipilih untuk tujuan pembelajaran disekolah dan
perguruan tinggi. Bila dianalisis dengan cermat bahwa pengertian social studies mengandung
hal-hal sebagai berikut :
1. Social studies merupakan turunan dari ilmu-ilmu sosial.
2. Disiplin ini dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan pada tingkat
persekolahan maupun tingkat perguruan tinggi.
3. Aspek-aspek dari masing-masing disiplin ilmu sosial itu perlu diseleksi sesuai
dengan tujuan tersebut.
Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS atau
Social Studies.Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan
IPS di Indonesia.
Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu
pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi, budaya, psikologi, sejarah, geografi,
ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan
instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmuilmu sosial yang
disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan
mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya
dipelajari di universitasmenjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir
siswa sekolah dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka
cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang
mudah dicerna.
S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan
sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum
sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi
sosial.
Dengan demikian, IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik
pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis
keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan
masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang
pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam
lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa atau dalam lingkungan
yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa
lampau. Dengan demikian siswa yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang
dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.
b. Definisi Opersional
Pembelajaran IPS merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan
sosial, cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota
masyarakat.tingkah laku manusia dalam masyarakat memiliki berbagai aspek seperti aspek
ekonomi, aspek mental, aspek budaya, aspek hubungan sosial.Sehingga melalui pembelajaran
IPS diharapkan siswa tidak hanya mampu menguasai teori-teori IPS di kehidupan masyarakat,
tapi jugamampu menjalani kehidupan nyata di masyarakat sebagai insan sosial secara dewasa
dan bijak.Lingkungan alam merupakan lingkungan yang diciptakan oleh Tuhan.Contohnya :
gunung, danau, sungai, dan pantai. Sedangkan lingkungan buatan merupakan lingkungan
yang dibuat oleh manusia.Contohnya : rumah, jalan, sawah, dan gedung sekolah.Hasil belajar
IPS adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman belajar sebagai
wujudnya perubahan tingkah laku dari segi kognitif. Hasil belajar kognitif berupa penguasaan
materi setelah guru menggunakan media gambar pada saat proses pembelajaran di tunjukkan
dengan penilaian tes kognitif.
Upaya yang dilakukan yaitu : melakukan pendekatan terhadap siswa dan pencarian data
tentang masalah ibu dengan orang tua siswa dan wali kelas serta melakukan konsultasi secara
pribadi dengan diadakannya upaya seperti itu diharapkan bisa mengurangi masalah-masalah
yang ada pada siswa.
Era globalisasi telah mengantarkan kita pada perubahan yang sangat cepat seiring dengan
perkembangan zaman yang dibarengi bertambahnya tingkat pe- mahaman dan juga pengetahuan
manusia di bidang Sains dan Teknologi yang akhir- nya membawa banyak dampak bagi ke-
hidupan manusia secara umum baik positif maupun negatif. Untuk mengiringi kemajuan yang
berjalan sangat cepat sampai saat ini kita masih menggantungkan harapan pada pendidikan untuk
tetap mengawal dan menjaga kehidupan sosial masyarakat yang terus berubah.Pendidikan mem-
punyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.
Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman.
Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah
terpikirkan sebelumnya. Selanjutnya fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam undang-
undang nomor 20 tahun 2003 adalah “Berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang ber- martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber- akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta ber- tanggung jawab” (Bab II
Pasal 3). Namun, fungsi dan tujuan yang sangat mulia ini belum secara maksimal dapat dipenuhi
melihat saat ini dunia pendidikan kita yang masih belum bisa mengejar cepatnya arus perubahan
itu perlu disesuaikan dan juga dijaga sehingga tetap mampu menjawab tantangan dari perubahan
dan kemajuan yang terus terjadi. Melihat kondisi yang dihadapi, pembelajaran IPS sepantasnya
mulai membenahi diri, baik dari bergeser dari tatanan epistomologi kearah pengem- bangan
inovasi dan juga solusi bagi per- kembangan pendidikan IPS ke depannya.
Di mana hal ini sangatlah sesuai dengan tujuan utama pendidikan IPS yaitu
mempersiapkan warga negara yang dapat membuat keputusan reflektif dan berpartisipasi dengan
sukses dalam kehidupan kewarganegaraan di lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara. Begitu
pun dengan fungsi dari IPS yang hakikat- nya adalah membekali anak didik dengan pengetahuan
sosial yang berguna, ke- terampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta
kepedulian sosialnya sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang bertanggung jawab dalam
merealisasikan tujuan nasional.Pembelajaran IPS di sekolah juga belum maksimal dalam
melaksanakan dan membiasakan pengalaman nilai-nilai kehidupan demokratis, sosial kemasya-
rakatan dengan melibatkan siswa dan komunitas sekolah dalam berbagai aktivitas kelas dan
sekolah.
Selain itu, dalam pembelajran IPS lebih menekankan pada aspek pengetahuan, fakta dan
konsep-konsep yang bersifat hapalan belaka.Inilah yang dituding sebagai kelemahan yang
menyebabkan “kegagalan” pem- belajaran IPS di sekolah/madrasah di Indonesia. Pembelajaran
IPS seperti yang dijelaskan di atas jika tetap diteruskan, terutama hanya menekankan pada infor-
masi, fakta, dan hafalan, lebih mementing- kan isi dari proses, kurang diarahkan pada proses
berfikir dan kurang diarahkan pada pembelajaran bermakna dan berfungsi bagi kehidupannya,
maka pembelajaran IPS tidak akan mampu membantu peserta didiknya untuk dapat hidup secara
efektif dan produktif dalam kehidupas masa yang akan datang.
Oleh karena itu sudah semestinya pembelajaran IPS masa kini dan ke depan mengikuti
berbagai perkem- bangan yang tejadi di dunia secara global. Masalah lain yang terjadi pada
pembelajaran IPS saat ini: akibat dari pengaruh budaya pada masa lalu terhadap mata pelajaran
IPS, yang menganggap IPS cenderung kurang menarik, pendektatan indoktrinatif, second class,
dianggap sepele, membosankan, dan bermacam- macam kesan negatif lainnya telah
menyebabkan mata pelajaran tersebut menghadapi dilema, belum lagi dengan fakta dilapangan
yang menunjukkan IPS masih dalam posisi pembelajaran konven- sional, dll.
Permasalahan lain dalam pembelajaran IPS :
1. Pendekatan Teacher Centered
Banyaknya permasalah dalam pem- belajaran IPS sebagaimana yang telah dijabarkan di
atas, maka pembelajaran IPS di era globalisasi perlu melakukan pem- benahan diri. Di mana
harus mampu mengubah paradigma siswa tentang pem- belajaran IPS yang monoton,
membosan- kan. Maka strategi jitu yang perlu dilakukan yaitu memberikan perhatian serta
pemberian motivasi.
E. Problematika guru dalam menggunakan media pembelajaran pada mata pelajaran IPS
Problematika Guru IPS dalam pembelajaran adalah permasalahan atau kendala yang
dihadapi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran IPS. Kendala tersebut bisa berasal dari
guru, peserta didik, dan sekolah. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui: (1)Permasalahan
atau problematika guru IPS dalam pembelajaran di sekolah. (2)Mengetahui upaya-upaya untuk
mengatasi problematika guru IPS dalam pembelajaran di sekolah.
Peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat terlepas dari peningkatan kualitas
pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2003: 77) ada beberapa komponen penting dalam
proses pembelajaran diantaranya yaitu tujuan pembelajaran, tenaga Peningkatan kualitas
pendidikan tidak dapat terlepas dari peningkatan kualitas pembelajaran. Menurut Oemar
Hamalik (2003: 77) ada beberapa komponen penting dalam proses pembelajaran diantaranya
yaitu tujuan pembelajaran, tenaga kependidikan (guru), peserta didik media pembelajaran,
metode pembelajaran, kurikulum, saran pembelajaran, materi pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut harus ada dan berfungsi dengan baik dalam proses
pembelajaran, agar dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas.
Peran guru sangat berpengaruh dalam pendidikan terutama dalam proses pembelajaran,
tidak terkecuali dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Guru harus mampu
menciptakan pembelajaran yang tidak membosankan, mengingat mata pelajaran IPS yang
mengandung banyak materi. Guru harus bisa membangun sebuah kolaborasi dengan siswa agar
terjadi interaksi yang pada akhirnya akan menimbulkan suasana belajar yang kondusif
Problematika yang dihadapi guru IPS dalam pembelajaran sekolah
Pola pembinaan guru on the job training adalah proses pembinaan guru yang
diprogramkan atau dilaksanakan secara langsung oleh pimpinan lembaga
pendidikan di mana guru itu bekerja. Berbagai bentuk pembinaan tersebut
antara lain: Pertama, pengarahan dari pimpinan lembaga pendidikan tentang
berbagai kebijakan pendidikan. Kedua, kegiatan dalam rangka pelaksanakan
tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan.
Ketiga, pemberian pengalaman dalam pelaksanaan tugas selama proses belajar
mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas, dalam rangka peningkatan
kompetensi guru yang dilaksanakan, baik secara individual maupun kelompok.
Keempat, pemberian tugas baik terkait dengan teknis edukatif maupun dalam
bidang admnistratif yang diberikan kepada guru.
Mengadakan pelatihan kepada guru-guru tentang pemanfaatan media pembelajaran
sebagai sarana belajar.
Pelatihan ini gunanya untuk membangun mindset guru terhadap betapa pentingnya
penggunaan media pembelajaran untuk keberhasilan belajar, karena dengan
membangun maindset tersebut guru akan memiliki wawasan yang luas tentang media
pembelajaran dan guru akan lebih terampil serta produktif dalam pengembangan
media pembelajaran.
Penambahan fasilitas belajar
Penambahan fasilitas belajar yang dimaksud adalah penambahan sarana atau prasarana
yang menunjang pembelajaran khusunya IPS. Misalnya pembuatan laboratorium out
door yang berlokasi tidak jauh dengan sekolah sehingga mudah
dijangkau.Laboratorium tersebut bisa berupa laboratorium yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar. Selain itu penambahan seperti surat kabar, majalah dapat dijadikan
sumber tambahan belajar.
Memperdalam ilmu tentang karakter peserta didik
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengikuti seminar-seminar tentang kepribadian
peserta didik yang diselengarakan baik dari pemerintah maupun non pemerintah.
Selain itu dapat juga dengan belajar menggunakan bukubuku atau sumber refrensi lain
tentang kepribadian atau karakter peserta didik.
Sebagai upaya mengembangkan kemampuan dan bakat siswa, guru dituntut untuk
mampumengelola proses pembelajaran agar siswa dapat menerima materi yang disampaikan.
Pembelajaran IPS di SD maupun SMP, berdasarkan pengalaman guru selalu menyampaikan
materi dengan menggunakan metode ceramah dan terpaku pada bukuyang digunakan saja. Tentu
hal ini membuat siswa bosan dan malas karena terus-menerus mendengarkan guru yang
berbicara di depan. Akhirnya siswa hanya mementingkan hafalan. Ketika siswa bosan, maka
mereka akan lebih memilih untuk mengobrol dengan temannya atauasyik dengan imajinasinya
sendiri. Dan pada akhirnya, materi yangdisampaikanoleh guru, sama sekali tidak bisa diterima
oleh siswadengan baik.
Tentu saja karena pengalaman siswa selama belajar IPS mulai dari SD sampai SMP, guru
tidak pernah mengubah strategi mengajarnya kecuali dengan metode ceramah. Selain itu, sikap
guru yang kurang memberikan motivasi bagi siswa juga mempengaruhi pandangan siswa. Ada
guru yang datang ke kelas hanya untuk memberikan tugas kemudian pergi lagi. Guru yang saat
mengajar terlalu terpaku pada buku pelajaran juga membuat siswa bosan dan tidak mau
memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Salah satu contohnya di masa sekarang, di
mana siswa lebih tertarik untuk masuk jurusan IPA (di SMA) daripada jurusan IPS. Salah satu
alasan mereka adalah materi yang ada dalam pelajaran IPS sangat banyak, dan mereka harus
menghafal semua materi tersebut. Padahal sebenarnya justru IPA-lah yang banyak menghafal,
karena IPA terdiri atas serangkaian materi pelajaran seperti Fisika, Kimia, Biologi dan
sebagainya yang merupakan ilmu pasti.
Sapriya (2009) mengatakan “Dalam bidang pendidikan IPS (PIPS), baik yang bersifat
school based maupun community based, tantangan yang dihadapi tidaklah sederhana. Tantangan
mendesak yang perlu dijawab adalah terkait denganupaya peningkatan kualitas (mutu)
pendidikan. Salah satu variabel yang mempunyai kontribusi cukup besar terhadap baik buruknya
kualitas pendidikan adalah unsur guru atau pendidik.” Berdasarkan pendapat tersebut, sudah
saatnya para pendidik mengubah mindset mereka bahwa mengajarkan IPS dengan metode
ceramah yang terlalu sering tidak efektif lagi. Guru harus mengubah cara mengajarnya agar
lebih menarik dan menyenangkan untuk siswa, sehingga siswa akan dapat menyerap materi yang
disampaikan oleh guru. Pembelajaran harus terpusat pada peserta didik, dan pendidik hanya
sebagai fasilitator saja.
Salah satu yang dapat dilakukan guru adalah dengan strategi pembelajaran discovery.
Strategi pembelajaran discovery berkembang dari ide Jhon Dewey yang terkenal dengan
problem solving method atau metode pemecahan masalah. Strategi discovery berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara matematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Kegiatan pembelajaran dengan
strategi ini memiliki dampak positif sebagaimana yang dikemukakan Bruner dalam Hasibuan
dan Moejiono (1993) yang menyatakan bahwa discovery mengandung makna, sebagai berikut:
a) Pertama, dapat membangkitkan potensi intelektual siswa karena seseorang hanya dapat
belajar dan mengembangkan pikirannya jika ia menggunakan potensi intelektualnya
untuk berpikir.
b) Kedua, siswa semula memperoleh extrinsic reward dalam keberhasilan belajar (mendapat
nilai yang baik) dalam strategi discovery akan dapat memperoleh instrinsic reward
(kepuasan diri).
c) Ketiga, siswa dapat mempelajari heuristik (mengolah pesan atau informasi) dari
penemuan, artinya bahwa cara untuk mempelajari teknik penemuan adalah dengan jalan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan penelitian sendiri.
d) Keempat, dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai internalisasi pada diri siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, salah satu cara penerapan strategi pembelajaran discovery
adalah dengan observasi dimana siswa terlibat secara langsung dengan pokok permasalahan,
sehingga melatih siswa berpikir kritis untuk memecahkan masalah tersebut. Selain hambatan
yang datang dari guru sendiri sebagai pendidik, hambatan lain juga dapat datang dari siswa
sebagai peserta didik. Banyak siswa yang susah menyerap apa yang disampaikan guru, sampai
siswa yang tidak memiliki cukup motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Jika
masalah ada pada siswa, maka guru dapat melakukan pendekatan dengan siswa tersebut untuk
mengetahui mengapa siswa itu bermasalah dalam proses belajar IPS. Menggunakan pendekatan
personal secara face to face akan membuat siswa lebih nyaman saat mengutarakan masalahnya.
Saat siswa mencurahkan hambatannya, guru sebisa mungkin untuk memposisikan diri dalam
menyelesaikan hal tersebut yang menjadikan sebuah hambatan bagi siswa dan guru tidak hanya
sebagai pendidik, tetapi juga sebagai sahabat dan orang tua. Sehingga membuat siswa merasa
nyaman. Pada posisi ini, guru harus menjadi pendengar yang baik sekaligus sebagai pemberi
motivasi dan jalan keluar untuk siswa tersebut
Pada hakikatnya kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar sangat
bermakna jika pembelajaran tersebut diarahkan untuk mengemukakan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari. Secara konteks, kegiatan pembelajaran IPS yang mengarah
kepada pemecahan masalah terdapat banyak manfaat yang bisa diambil selama proses
pembelajarannya, yaitu: Siswa memiliki kemampuan berpikir kritis–analitis;
1. Siswa memiliki kemampuan berpikir asosiatif –koneksitas;
2. Siswa memiliki kemampuan berpikir asosiatif-kontekstual (apabila permasalahan yang
muncul bisa berupa isu yang lagi dibicarakan oleh masyarakat);
3. Siswa memiliki kemampuan berpikir aplikatif (apabila masalah yang dimunculkan
berasal dari kehidupan sehari atau pribadi);
4. Siswa memiliki kemampuan berpikir asosiatif-kontekstual.
Tentunya kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran IPS melalui pemecahan
masalah sosial dapat memberikan efek yang luar biasa baik secara individu maupun
kelompok. Pemecahan masalah yang dilakukan secara individual akan mendorong siswa untuk
berpikir kreatif, dan apabila dilakukan secara kelompok akan mendorong siswa untuk
bekerjasama sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung efektif dan produktif. Lebih dalam
lagi, pembelajaran dengan pemecahan masalah sudah sesuai dengan konteks teori belajar
kontruktivisme, seharusnya guru tidak sekedar mentransformasi pengetahuan saja melainkan
guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk menerapkan ide dari mereka
sendiri dan secara sadar menggunakan ide tersebut sebagai strategi dalam pembelajarannya.
Seharusnya sebagai siswa diharapkan benar-benar memahami yang sedang dipelajari melalui
kegiatan proses pemecahan masalah dan menemukan segala sesuatunya untuk mereka
sendiri.
Masih terdapat kekurangan dan kelemahan-kelemahan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Kelemahan tersebut terletak pada aspek jumlah pemahaman guru tentang strategi,
metode, dan model pembelajaran serta sikap mental guru terkait penciptaan pembelajaran
yang baik dan berkualitas. Selain itu juga, beberapa aspek eksternal juga menjadi pemicu
sulitnya siswa dalam belajar pemecahan masalah, diantaranya;
1. Aspek keluarga Pembelajaran akan lebih bersinergi jika antara sekolah dalam hal ini guru
kelas dengan orang tua saling mendukung satu sama lain. Respon dan kontrol orang
tua menjadi faktor utama di dalam kesuksesan pembelajaran. Oleh sebab itu orang
tua dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, kenyataan di
lapangan berbanding terbalik dengan apa yang menjadi harapan suatu sekolah. Justru
orang tua lebih tidak responsif dan cenderung acuh terhadap proses pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa. Selama ini sebagian besar orang tua di desa gapura timur
menginginkan anaknya untuk bisa masuk ke pondok pesantren atau madrasah dari
pada sekolah umum. Minat orang tua memasukkan anaknya ke pondok pesantren
lebih tinggi dari pada memasukkan anaknya ke sekolah umum. Apalagi faktor kyai,
ulama dan tokoh masyarakat yang menjadi panutan. Alasan itulah orang tuanya
berharap anaknya tidak hanya menguasai ilmu duniawi melainkan ilmu akhirat juga
diperoleh. Sehingga anak yang masuk ke sekolah umum dianggapnya menjadi
tanggungjawab penuh gurunya.
2. Aspek Ekonomi Jika dilihat dari latar belakang ekonomi, secara rata-rata pekerjaan
dari orang tua siswa adalah buruh tani dan pedagang. Bisa dikategorikan mempunyai
tingkat perekonomian menengah ke bawah. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran
yang berhubungan dengan pembiayaan di luar sekolah jarang diberikan seperti
halnya pengerjaantugas-tugas sekolah yang memerlukan internet dalam pengerjaannya
sangat diminimalisir dan dibatasi. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa tidak terbebani
dengan biaya di luar dari kebutuhan mereka sehari-hari. Akibatnya, pengetahuan siswa
akan perkembangan permasalahan dan isu sosial yang terjadi tidak terlalu luas.
3. Aspek Sosial Budaya Dilihat dari aspek sosial budaya, kebanyakan dari orang tua
siswa di pedesaan seperti di desa gapura timur ini adalah melihat anaknya bisa sekolah
dan lulus serta mempunyai ijazah formal itu sudah cukup tanpa harus memikirkan
proses dan perkembangan anaknya ketika di sekolah. Selain itu anggapan miring
tentang sulitnya mencari pekerjaan ketika lulus dari sekolah menjadi faktor tidak
bersinerginya proses pembelajaran di sekolah. Apalagi kebanyakan dari orang tua
siswa lebih percaya jikalau anaknya belajar di lingkungan pondok pesantren daripada
di sekolah umum.
BAB III
(PENUTUP)
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS
di SD memiliki beberapa problematika yang perlu dicari solusinya sebagai calon pendidik.
Berbagai problematika yang dihadapi dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, seperti
kurangnya minat dan keaktifan peserta didik, anggapan bahwa IPS sebagai pelajaran yang tidak
penting dan membosankan, sebenarnya disebabkan karena penerapan pendekatan dalam
pembelajaran yang masih menganut cara lama, yakni teacher center. Solusi untuk menyelesaikan
berbagai problematika tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran konstruktivis dengan
pendekatan kontekstual yang sangat memungkinkan kreatifitas para peserta didik dapat
berkembang dengan lebih baik. Selain itu guru juga harus memperhatikan perbedaan individu
dengan melibatkan seluruh modalitas belajar, baik secara visual, auditorial, dan kinestetik.
Sehingga peserta didik dengan latar belakang yang berbeda akan lebih mudah memahami proses
pembelajaran. Guru juga dituntut mampu membangun hubungan interpersonal secara lebih dekat
dan melibatkan peserta didik secara emosional untuk menarik minat dan kepercayaan peserta
didik. Untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar, guru juga harus mengajarkan
bagaimana cara belajar yang baik dan benar. Kemudian terakhir proses belajar mengajar juga
hendaknya menggunakan assessment yang sesuai. Assesmen autentik merupakan model evaluasi
dan penilaian hasil belajar untuk diterapkan dengan berbagai pendekatan dan strategi
pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, saran yang dapat diambil sebagai calon pendidik adalah
dengan memperhatikan pembahasan yang sudah disebutkan. Dengan memperhatikan berbagai
fenomena problematika dalam pembelajaran IPS di SD, sebagai calon pendidik hendaknya kita
belajar dan memahami berbagai solusi diatas agar nantinya kita dapat menerapkan proses belajar
mengajar yang baik dalam pembelajaran IPS SD maupun di mata pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Problematika dalam Pembelajaran IPS di SD. (2015). Prosiding Nasional Seminar dan
Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah, 129-136.
Ramadhani, P. P. (2015, Mei 30). Pendidikan IPS : Problematika Pembelajaran IPS di
Sekolah-Guru. Retrieved from MALACHITE:
https://putripusparamadhani.wordpress.com/2015/05/30/pendidikan-ips-problematika-
pembelajaran-ips-di-sekolah-guru/
LAMPIRAN PERTANYAAN :
Kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran ips melalui pemecahan masalah sosial yang dapat
memberikan efek yang luar biasa baik secara individu maupun kelompok.jadi apa saja aspek
eksternal yang menjadi pemicu sulitnya siswa dalam belajar pemecahan masalah?
Yang Menjawab : Wahyuni Dalu
-Aspek Keluarga
Pembelajaran akan lebih bersinergi jika antara sekolah dalam hal ini guru kelas dengan orang
tua saling mendukung satu sama lain
-Aspek Ekonomi
Jika dilihat dari latar belakang ekonomi secara rata-rata pekerjaan dari orang tua siswa adalah
buruh tani dan pedagang bisa dikatakan mempunyai perekonomian yang menempuh ke bawah
oleh karena itu, kegiatan yang berhubungan dengan pembiayaan diluar sekolah jarang
diberikan seperti halnya pekerjaan sekolah yang memerlukan hal-hal seperti internet dalam
pekerjaan sangat meminimalisir dan dibatasi
-Aspek Sosial Budaya
Dilihat dari aspek soosial budaya kebanyakan dari orang tua siswa di pedesaan seperti di desa
Gapura Timur ini adalah melihat anaknya bisa sekolah dan lulus serta mempunyai ijazah
formal itu sudah cukup tanpa harus memikirkan proses dan perkembangan anaknya ketika
disekolah
Kelompok 4
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga senantiasa selalu tercurah kepada jujungan besar Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang seperti saat ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengembangan Pembelajaran
Materi IPS SD yang diampu oleh Ibu Yane Hardiyanti Mahmud, S.Pd., M.Pd. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah membimbing penulis, serta semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis butuhkan guna perbaikan penyusunan
dalam makalah berikutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................
A. Kurikulum........................................................................................................................
B. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Di SD...................................................................
C. Strategi dan Media Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPS SD.......................................
BAB III PENUTUP......................................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Bagaimana peran dan fungsi kurikulum?
3. Bagaimana pengembangan kurikulum sd 1947-2013?
4. Bagaimana pendidikan ilmu pengetahuan sosial di sd?
5. Bagaimana Strategi dan Media Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPS SD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum
2. Untuk mengetahui peran dan fungsi kurikulum
3. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum sd 1947-2013
4. Untuk mengetahui pendidikan ilmu pengetahuan sosial di sd
5. Strategi dan Media Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPS SD
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
2) Peranan Kreatif
b. Fungsi Kurikulum
1) Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak berpedoman pada kurikulum tidak
akan berjalan dengan sistematis dan efektif, sebab pembelajaran adalah proses
yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik
diarahkn untuk mencapai tujuan. Tanpa kurikulum, dapat dipastikan
pembelajaran tanpa arah dan tujuan.
2) Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanan dan
program sekolah. Penyusunan kalender sekolah, penyusunan berbagai kegiatan
sekolah, baik intrakulikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan kegiatan-kegiatan
lainnya didasarkan pada kurikulum yang digunakan.
3) Bagi pengawas, Kurikulum berfungsi sebagai panduan dalam melakukan
supervisi ke sekolah. Dengan berpedoman pada kurikulum, pengawas pengawas
dapat melihat apakah program sekolah, termasuk pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum, bagian-bagian
mana yang sudah dilaksanakan, dan bagian-bagian mana yang belum
dilaksanakan. dengan demikian, pengawas bisa memberikan masukan ataus saran
perbaikan.
4) Bagi orang tua peserta didik, Kurikulum sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi penyelenggaraan program sekolah dan membantu putra-putrinya
belajar di rumah sesuai dengan program sekolah. Melalui kurikulum, orang tua
dapat mengetahui tujuan yang harus dicapai peserta didik serta ruang linkup
materi pelajarannya.
5) Bagi peserta didik, Kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar. Melalui
kurikulum, peserta didik dapat memahami kompetensi apa yang harus dicapai,
baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
b. Kurikulum 1964
c. Kurikulum 1968
e. Kurikulum 1975
f. Kurikulum 1984
g. Kurikulum 1994
Pada tahun 1999, kurikulum 1994 untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
diubah menjadi kurikulum 1999 (Kurikulum 1994 yang Disempurnakan), yang
berbasis kompetensi. Pembelajaran bukan hanya mengembangkan pengetahuan
(kognitif) semata-mata, melainkan juga harus mengembangkan keterampilan
(psikomotor) dansikap (afektif). Oleh karena itu, disebut dengan istilah Berbasis
Kompetensi (Depdikbud, 1999). Lulusan SMK diharapkan bukan hanya memiliki
pengetahuan semata-semata, melainkan juga harus terampil menerapkan
pengetahuannya dan memiliki sikap sesuai jenis pekerjaannya.
Kurikulum ini berlaku tidak lama karena harus disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang kemudian dijabarkan dalam ketentuan
lebih lanjut dala Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Sebagai penjabaran lebih lanjut dari Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang
RPJMN 2010-2014, kemudian dilakukan perubahan PP No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasionl Pendidikan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukanlah disiplin ilmu melainkan suatu program
pengajaran atau mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya
mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial (ilmu sejarah, ilmu geografi, ilmu ekonomi,
dan ilmu sosiologi) dan humaniora (aspek norma, nilai, bahasa, seni, dan budaya).
Meskipun pengetahuan sosial sesungguhnya sudah melekat pada diri seseorang
namun IPS perlu dipelajari dan diajarkan kepada peserta didik. Hal ini dikarenakan
pengetahuan sosial alamiah itu belum cukup mengingat kehidupan masyarakat dengan
segala persoalannya itu makin berkembang. Untuk menghadapi perkembangan yang
terus menerus tersebut diperlukan pendidikan formal, khususnya pendidikan IPS di
sekolah.
4) Kurikulum 1994
Materi Kurikulum IPS 1994 ditata secara lebih terpadu dan lebih sederhana
dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Dilihat dari cakupan materi, terdiri
dari pengetahuan sosial dan sejarah. Materi IPS ditata secara terpadu anatara pokok
bahasan yang ditunjang oleh beberapa konsep yang bersasal dari berbagai ilmu atau
disiplin ilmu sosial yaitu Geografi, Sejarah, Ekonomi, Lingkungan Hidup, Koperasi
dan politik / pemerintah.
Khusus materi Sejarah Nasional Walaupun merupakan sub bidang studi IPS.
Namun disusun secara tersendiri dan diajarkan secara tersendiri dan diajarkan secara
tersendiri pula mulai dari kelas IV sampai kelas VI.
Ditinjau dari tujuan kurikuler, kurikulum 1994 lebih menekankan kepada
unsur tujuan pendidikan kewarganegaraan, terwadahi dalam bidang studi PMP/
PPKN. Kedalaman dan keluasaan materi diserahkan sepenuhnya kepada guru selaku
pegembang kurikulum. Dari segi lingkup bahan pengajaran, Kurikulum 1994 tetap
menggunakan pendekatan spiral (yakni pengajaran yang dimulai dari lingkungan
terdekat dan sederhana sampai kepada lingkungan yang makin luas dan kompleks).
Dalam proses belajar mengajar menggunakan prinsip Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA)
5) Kurikulum 2004
6) Kurikulum 2006
a. Kecakapan Personal
Kecakapan ini meliputi beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, berfikir rasional, memahami diri sendiri,, percaya diri, bertanggung jawab
untuk pembelajaran pribadi, dapat menghargai, dan menilai diri sendiri. Aspek
akhlak mulia meliputi kemampuan pengenalan, pemahaman, dan penanaman
nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan spriual tersebut pada
akhirnya bertujuan pada optimalisasi sebagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
b. Kecakapan Sosial
c. Kecakapan Intelektual
d. Kecakapan vokasional
7) Kurikulum 2013
Salah satu ciri kurikulum 2013, khususnya untuk SD adalah bersifat tematik
integratif. Dalam pendekatan ini, mata pelajaran IPA dan IPS sebagai materi
pembahasan pada semua mata pelajaran. Prosesnya, tema-tema yang ada pada dua
pelajaran itu diintegrasikan kedalam sejumlah mata pelajaran. Untuk IPA menjadi
materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia , Matematika, dll. Untuk IPS
menjadi materi pembahasan pelajaran PPKN, Bahasa Indonesia, dll. Dalam
Kurikulum 2013 memuat berupa kompetensi inti dan kompetensi dasar.
a. Kompetensi Inti
b. Kompetensi Dasar
NO STRATEGI MEDIA
B. Saran
Kita sebagai calon pendidik harus mengetahui hakikat dan fungsi kurikulum, karena
kurikulum mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pendidikan. Pendidikan akan
berhasil jika kurikulum yang disajikan bagus dan dapat memenuhi kebutuhan peserta didik
guna mencapai Tujuan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Herry Hernawan, dkk. (2008). Modul 10. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran:
perumusan tujuan pembelajaran. Jakarta; penerbit Universitas Terbuka
Udin S, winataputra. 2005. materi dan pembelajaran IPS-SD, pusat penerbit Universitas
Terbuka: Jakarta.
https://pgsdkita.blogspot.com/2018/12/metode-media-dan-strategi-pembelajaran.html?m=1
(Diakses: 23 Februari 2021)
PERTANYAAN DAN JAWABAN