Sub Pokok Bahasan: Aktivitas Masyarakat kawasan hutan mangrove kecamatan Marisa
Kabupaten Pohuwato Dalam Meningkatkan Kehidupan Ekonomi
Kelompok: II
Nama Kelompok:
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahma, hidayahnya
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian tentang
Aktivitas Masyarakat Marisa Kabupateen Pohuwato Dalam Meningkatkan Kehidupan Ekonomi.
Kami menyadari bahwa laporan tentang aktivitas masyarakat marisa dalam meningkatkan
kehidupan ekonomi di sekitar wilayah mangrove ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang bersifat membangunsngat di butuhkan untuk penyempurnaan laporan ini. Atas
perhatianya kami ucapkan banyak terima kasish.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata berperan penting dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara, sehingga
membuat pariwisata disebut sebagai passport to development, new kind sugar, tool for regional
development, invisible eksport, non polluting industry (Pitana & Putu, 2005). Dengan adanya
kegiatan pariwisata diharap-kan dapat membantu perekonomian dalam suatu daerah.
Pengembangan ekowisata juga seharusnya memperhatikan keadaan lingkungan agar ekowisata
yang ada di suatu daerah bisa berkelanjutan di masa yang akan datang. Menurut organisasi The
Ecotorism Society, ekowisata merupakan bentuk perjalanan wisata ke daerah alami yang
dilakukan dengan tujuan konservasi lingkungan, melestarikan dan mensejahterakan kehidupan
masyarakat setempat (Wibowo, 2007). Oleh karena itu sepatutnya ekowisata layak untuk
dikelola dan dikembangkan, agar keberlang-sungan ekowisata akan tetap berlangsung dan tetap
ada di masa yang akan datang. Salah satu ekowiasata yang patut dikembangkan dan dikelola
adalah hutan mangrove. Hal ini karena hutan mangrove pada saat ini mulai terancam
kualitasnya, sehingga dibutuhkan penanganan dan pengelolaan yang baik dan bijaksana.
Keberadaan hutan mangrove sangat menentukan dan menunjang tingkat perkembangan
sosial dan perekonomian masyarakat disekitarnya. Dari segi ekonomis, hutan mangrove
merupakan sumber penghasil produk hasil hutan yang bernilai ekonomis tinggi, seperti kayu,
sumber pangan, bahan kosmetika, bahan pewarna dan penyamak kulit, serta sumber pakan
ternak dan lebah. Selain itu, hutan mangrove merupakan tempat tinggal berbagai jenis ikan dan
udang serta hewan-hewan lainnya. Hal itu diharapkan dapat mendukung peningkatan
perekonomian masyarakat yang berada di area sekitar hutan manggrove. Pada beberapa tipe
ekologi wilayah pantai, hutan mangrove sangat berperan penting bagi perlindungan wilayah dari
abrasi pantai, pencegah intrusi air laut, serta sebagai penyangga terhadap sedimentasi dari
daratan ke lautan.
Kawasan masyarakat yang terletak di pesisir pantai Kecamatan Marisa Kabupaten
Pohuwato, dengan luas ekosistem hutan mangrove sebesar 20 Ha. Oleh karena itu, banyak pihak
yang terlibat langsung dalam pemanfaatan ekowisata hutan mangrove diantaranya petambak,
nelayan pencari ikan, pencari kepiting, pencari udang, pencari kerang, pencari kayu bakar,
penyedia kuliner, pedagang kecil dan lain-lain. Pengelolaan dan perencanaan diperlukan untuk
mendukung kelancaran dalam pengembangan hutan mangrove di Kecamatan Marisa Kabupaten
Pohuwato,. Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dalam mengembangkan ekowisata
hutan mangrove.
Kegiatan ekowisata adalah alternatif yang sangat efektif untuk menanggulangi
permasalahan lingkungan seperti tingkat eksploitasi kayu mangrove yang berlebihan oleh
masyarakat yang ada di Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato,
Agar kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan ekowisata hutan mangrove di Kecamatan
Marisa Kabupaten Pohuwato, dapat berlangsung secara berkelanjutan dan optimal maka
pengembangan hutan mangrove perlu disesuaikan dengan potensi sumber daya yang ada.
Ekosistem mangrove merupakan suatu ekosistem pantai yang unik dan menarik dan
banyak memberikan kontribusi atau manfaat terhadap kehidupan masyarakat, baik manfaat
secara langsung maupun manfaat tidak langsung yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hutan
mangrove memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di
dalamnya. Hutan mangrove memberikan objek wisata yang berbeda dengan objek wisata alam
lainnya. Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki
keunikan dan pesona alam yang sangat indah sehingga bisa dijadikan sebagai objek wisata alam
oleh masyarakat. Hal ini dapat mendorong masyarakat baik secara domestik maupun masyarakat
luar domstik untuk melakukan wisata ke hutan mangrove.
Mangrove merupakan tumbuhan halofil yang tidak dapat hidup dalam lingkaran bebas
garam. Hal ini sejalan dengan pendapat Arief (2003) yang menyatakan bahwa mangrove adalah
tumbuhan Halopytic vegetation atau tumbuhan yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi
terhadap salinitas payau dan harus hidup pada kondisi lingkungan yang demikian, sehingga
spesies tumbuhannya disebut tumbuhan halophytes obligat. Mangrove merupakan sumber daya
alam yang banyak ditemukan di kawasan pesisir, Beberapa ahli juga mendefinisikan istilah
“mangrove” secara berbeda-beda, namun pada dasarnya merujuk pada hal yang sama. Mangrove
sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut maupun sebagai komunitas. Mangrove
juga didefinisikan sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan
sub tropis yang terlindung.
Mangrove memiliki manfaat sangat luas ditinjau dari aspek ekologi, biologi dan
ekonomi. Fungsi ekologi antara lain menjaga kestabilan pantai dan sebagai habitat burung,
fungsi biologi sebagai pembenihan ikan, udang dan biota laut pemakan plankton serta sebagai
areal budidaya ikan tambak, areal rekreasi dan sumber kayu sebagai fungsi ekonomi. Menurut
Bismark et al (2008) mangrove sebagaimana vegetasi hutan lainnya memiliki peran sebagai
penyerap (rosot) karbondioksida (CO2) dari udara. Hal ini sejalan dengan pendapat Donato et al
(2012) bahwa, diketahui mangrove memiliki kemampuan asimilasi dan laju penyerapan C yang
tinggi dimana dari hasil penelitian di 25 lokasi mangrove sepanjang Indo-Pasifik menunjukkan
bahwa mangrove merupakan salah satu hutan terkaya karbon di kawasan tropis, yang
mengandung sekitar 1.023 Mg karbon perhektar dan sangat tinggi dibandingkan rerata simpanan
karbon dari berbagai tipe hutan lainnya di dunia. Hal ini tentu terkait dengan fungsi ekologi
mangrove secara tidak langsung. Mangrove menyerap sebagian karbon dalam bentuk CO2 yang
di manfaatkan untuk proses fotosintesis, sedangkan sebagian lainnya tetap berada di atmosfer.
Menurut Ilmiliyana (2012) selama dekade terakhir ini emisi CO2meningkat dari 1400 juta ton
per tahun menjadi 2900 juta ton pertahun. Dengan meningkatnya CO2yang ada di atmosfer ini
maka akan memicu terjadinya perubahan iklim secara global.
Hutan mangrove dan ekosistem di sekitarnya sering mengalami degradasi seiring dengan
bertambahnya penduduk dan kebutuhan akan peningkatan ekonomi yang didapat dari hutan
mangrove. Kerusakan ekosistem hutan mangrove disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor alam
dan faktor manusia. Kerusakan ekosistem mangrove yang disebabkan oleh faktor alam misalnya
bencana alam seperti tsunami, sementara itu kerusakan ekosistem mangrove yang disebabkan
oleh faktor manusia seperti aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumberdaya yang di dalamnya
misalnya pembuatan tambak ikan dan penebangan pohon untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kerusakan ekosistem mangrove yang disebabkan oleh kedua faktor ini menyebabkan terjadinya
penurunan serapan karbon.
Ekosistem mangrove di Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato terus menerus
mendapat tekanan akibat berbagai aktifitas masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan
mangrove. Penduduk setempat telah memanfaatkan hutan mangrove untuk berbagai
pemanfaatan diantaranya pembuatan tambak, pemukiman,dan lahan pertanian.
Metode yang digunakan terdiri dari tiga macam yaitu, pertama; observasi lapangan pada
lokasi eksosistem mangrove dan wawancara terhadap masyarakat yang ada disekitar kawasan
ekosistem mangrove dengan difasilitasi oleh kelompok mahasiswa, kedua; menyusun suatu
bentuk strategi pengelolaan ekosistem mangrove dengan pendekatan ekowisata ketiga;
mahasiswa melakukan wawacara terhadap masyarakat dalam menerapkan strategi pengelolaan
ekosistem mangrove sebagai daerah ekowisata. Sasaran kegiatan ini adalah kelompok
masyarakat ( pedagang dan nelayan ) yang berada di sekitar ekosistem mangrove di Kawasan
yang terletak di pesisir pantai Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi lingkungan di sekitar hutan mangrove dalam meningkatkan
kehidupan ekonomi masyarakat marisa kabupaten pohuwato ?
2. Apa saja hasil temuan tentang aktivitas masyarakat Marisa Kabupaten Pohuwato
dalam meningkatkan kehidupan ekonomi?
3. Apa saja aktivitas masyarakat yang di temukan di sekitar hutan mangrove dalam
meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat marisa kabupaten pohuwato?
4. Apa saja upaya dan uasaha masyarakat dalam melestarikan hutan untuk meningktakan
kehidupan ekonomi masyarakat marisa kabupaten pohuwato?
5. Apa saja progam yang pernah di lakukan masyarakat dan pemerintah dalam
melestarikan hutan mangrove?
C. TUJUAN
1. Mengetahui kondisi lingkungan di sekitar hutan mangrove dalam
meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat marisa kabupaten pohuwato
2. Mengetahui apa sajaa hasil temuan tentang aktivitas masyarakat Marisa
Kabupaten Pohuwato dalam meningkatkan kehidupan ekonomi
3. Mengetahui apa saja aktivitas masyarakat yang di temukan di sekitar hutan
mangrove dalam meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat marisa
kabupaten pohuwato
4. Mengetahui apa saja upaya dan uasaha masyarakat dalam melestarikan hutan
untuk meningktakan kehidupan ekonomi masyarakat marisa kabupaten
pohuwato
4. Pengumpulan Data
a. Metode
1. Observasi
Suatu metode yang dilakukan dengan mengamati langsung, melihat dan
mengambil suatu data yang dibutuhkan di tempat penelitian itu dilakukan.
Pengumpulan data yang dilakukan di sekitar wisata mangrove.
2. Wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan melaui tatap muka
langsung dengan narasumber dengan cara tanya jawab langsung.
Wawancara dilakukan dengan masyarakat yang ada di sekitar wisata
mangrove berhubungan dengan data yang terkait.
b. Sumber Data
1. Data Primer
Di dapatkan secara langsung dan didapat dengan hasil survey kunjungan
dan hasil dari wawancara dengan masyarakat
c. Metode Analisis
1. Metode Kualitatif
Metode ini dilakukan dengan cara wawancara dan observasi secara
langsung. Tujuannya agar mendapatkan informasi yang akurat megenai
aktivitas masyarakat yang di tinggal di sekitar wisata mangrove.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Kondisi lingkungan di sekitar wisata mangrove dalam meningkatkan kehidupan
ekonomi masyarakat marisa kabupaten pohuwato
Populasi dalam penelitian ini adalah nelayanan dan pedagang yang ada di Desa
Pohuwato Timur, dan pelaku pemasaran ikan tangkap di Desa Pohuwato yaitu adalah 324
nelayan, 4 pedagang Pengumpul, dan 10 pedagang pengecer.Teknik pengambilan sampel
adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi
sebagian ada yang kurang proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila
anggota populasinya heterogen (tidak sejenis). Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan Rumus Slovinsehingga diperoleh jumlah sampel untuk nelayan adalah 76
responden.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif dan analisis margin pemasaran. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk
menggambarkan pola distribusikomoditas perikanan tangkap di Desa Pohuwato Timur.
Kemudian, untuk mengetahui biaya pemasaran dan margin pemasaran di tingkat lembaga
dalam saluran pemasaran digunakan alat analisis biaya dan margin pemasaran (cost
margin analysis) yang terdiri dari menghitung margin pemasaran, biaya dan keuntungan
pemasaran (Wawan dalam Septian, 2013). Analisis margin pemasaran, digunakan
mengukur keuntungan masing-masing pelaku yang terlibat dalam proses distribusi ikan.
MP = Pr – Pf Keterangan : MP : Margin Pemasaran (Rp/kg) Pr : Harga konsumen
(Rp/kg) Pf : Harga produsen (Rp/kg)
Analisa ini digunakan untuk menyajikan data hasil penelitian dalam bentuk yang
informatif agar mudah dipahami. Dalam penelitian ini teknik analisa yang digunakan
cukup sederhana, yaitu dengan mendeskripsikan hasil yang diperoleh berdasarkan data
penelitian yang dilakukan dengan masing-masing pelaku distribusi ikan tangkap yang
berada di Desa Pohuwato Timur. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran
ikan laut di Desa Pohuwato Timur Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato adalah:
Produsen (Nelayan)
Produsen adalah nelayan yang melakukan usaha penangkapan ikan di laut.
Produksi ikan yang ditangkap sebagian dijadikan lauk untuk keluarga dan sebagian
besarnya dijual ke lembaga pemasaran. Nelayan menjual ikan tangkap pada nelayan
dengan harga
Cakalang Rp.13.000/kg, Layang Rp.15.000/kg, Tongkol Rp.8.000/kg, Makarel
Rp.15.000/kg, dan Tuna Rp. 40.000/kg
Pedagang Pengumpul
Budiman (2011) menyatakan bahwa pedagang besar adalah pedagang yang
membeli langsung dari nelayan. Di Desa Pohuwato Timur umumnnya ikan yang dibeli
adalah ikan yang dalam kondisi segar rata-rata sekali pembelian pedagang pengumpul
membeli hingga 1.000 Kg. Pedagang pengumpul membeli ikan tangkap pada nelayan
dengan harga Cakalang Rp.13.000/kg, Layang Rp.15.000/kg, Tongkol Rp.8.000/kg,
Makarel Rp.15.000/kg, dan Tuna Rp. 40.000/kg. Kemudian menjual kembali ke
pedagang pengecer dengan harga Cakalang Rp.14.000/kg, Layang Rp.17.000/kg,
Tongkol Rp.9.000/kg, Makarel Rp.17.000/kg, dan Tuna Rp. 42.000/kg.
Pedagang pengecer
Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli ikan tangkap dari nelayan dan
pedagang pengumpul kemudian dibawa ke pasar untuk dijual ke konsumen. Jika rata-
rata harga pembelian ikan yang diterima pedagang pengecer dengan harga
Rp.15.000/kg maka mereka menjual kembali dipasar atau ke konsumen harganya dapat
mencapai Rp.18.000/kg ikan segar. Pada umumnya nelayan menjual hasil tangkapan
mereka secara langsung dalam bentuk ikan segar baik kepada pedagang pengumpul
maupun pedagang pengecer. Sebenarnya harga yang diterima nelayan jika dalam
menjual ikannya langsung ke konsumen akan relatif lebih tinggi daripada harus
melewati lembaga pemasaran. Cara penjualan ikan secara langsung oleh nelayan sulit
dihindari, karena disamping nelayan mempunyai kebutuhan yang mendesak, mereka
juga tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan penjualan langsung kepada
konsumen.Nelayan juga membutuhkan istirahat karena sudah letih setelah beberapa
hari melaut dan itu mereka lebih memilih mempersiapkan dan memperbaiki peralatan
melaut jika ada yang rusak untuk menjaga kestabilan hasil tangkapan mereka.Analisis
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk masyarakat sekitar hutan mangrove adalah:
Dari berbagai macam jenis hutan yang ada di dunia salah satu hutan yang
cukup memiliki peran penting pada dasarnya adalah hutan mangrove. Hutan yang satu
ini memiliki peranan penting dan cukup besar pada pelestarian kawasan pantai.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan hutan sangat lebat
dan juga berbagai macam jenis hutan. Hutan mangrove merupakan salah satu kawasan
yang sangat penting dan harus di lindungi. Salah satu upaya pelestarian hutan mangrove
yang bisa dilakukan adalah dengan melaksanakan upaya penanaman ulang. Menanami
daerah-daerah di sekitar pantai yang memiliki peluang besar terancam kerusakan. Pada
upaya yang satu ini peran serta dan campur tangan manusia memang sangat lah penting.
Karena, manusia merupakan salah satu faktor utama yang berhadapan langsung dengan
berbagai kerusakan kawasan hutan mangrove. Dengan upaya penanaman ulang ini, akan
memungkinkan untuk menjaga dan melestarikan kawasan tersebut.
Upaya yang satu ini bisa dikatakan cukup mirip dengan upaya penanaman.
Namun, terdapat hal yang membedakan antara keduanya. Salah satu faktor pembeda yang
ada di dalamnya adalah campur tangan manusia. Pada upaya restorasi campur tangan
manusia akan sangat minim sekali, semuanya akan bergantung pada kemampuan alam
dan lingkungan untuk dapat mengembalikan kondisi tersebut. Pada dasarnya hutan
mangrove mampu memperbaiki kondisinya sendiri, meskipun membutuhkan waktu yang
tidak sedikit. Itupun harus dengan kondisi-kondisi khusus yang dapat mendukung upaya
restorasi tersebut.
Manusia merupakan salah satu faktor penting dalam upaya pelestarian hutan
mangrove. Tanpa bantuan campur tangan manusia, maka upaya pelestarian tak akan
pernah ada. Untuk dapat meningkatkan hal ini salah satu hal yang sangat penting adalah
dengan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai hutan mangrove itu sendiri. Kita
menjelaskan mengenai berbagai macam fungsi dan manfaat yang dimiliki oleh hutan ini.
Ketika pengetahuan masyarakat bertambah, maka kesadaran upaya pelestarian ini akan
terbentuk. Maka kita banyak sekali lokasi wisata hutan mangrove yang ditemukan. Hal
ini merupakan salah satu upaya untuk mendekatkan masyarakat pada pentingnya
keberadaan hutan mangrove ini sendiri.
PENUTUP
1. KESIMPULAN
c. Dampak yang dirasakan masyarakat terhadap wisata mangrove, dari hasil wawancara
masyarakat desa pohuwato timur, dapat di tarik kesimpulan bahwa adanya dampak
yang positif dan negatif. Dibuktikan dengan adanya respon masyarakat dari aspek
sosial, budaya, dan kuliner.
d. Aspek wisata terhadap perekonomian desa pohuwato timur, dapat disimpulkan bahwa
dari aspek wisata bisa mendukung perekonomian desa, hal tersebut Karena beberapa
aspek berjalan dengan baik. Teatpi dalam hal ini Bumdes belum berjalan dan belum
adanya perhatian khusus dari pemerintah desa setempat.
h. Peluang usaha setelah adanya wisata mangrove, kesimpulan dari beberapa respon,
untuk peluang usahanya sangatlah besar.
2. SARAN
Adapun saran-saran yang dapat diajukan kepada pihak-pihak terkait sesuai hasil-hasil
penelitian yang telah dipaparkan di atas yaitu: