PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hutan Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang menyimpan potensi hayati dan
memberikan banyak manfaat bagi pesisir pantai maupun muara sungai. Hutan mangrove
merupakan sumber daya alam daerah pantai payau yang sangat potensial dan memiliki
fungsi perlindungan serta pelestarian alam, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila
pengelolaan dan pelestariannya kurang memadai. Di Indonesia sendiri luas hutan mangrove
terus mengalami penurunan, pada tahun 1986 dilaporkan luas hutan di indonesia 3,2 juta
hektar dan pada tahun 2012 hanya tersisa 1,2 juta hektar. Hal tersebut perlu diperhatikan
secara serius, mengingat akhir-akhir ini banyak eksploitasi hutan untuk kepentingan
fungsional ekonomis saja. Salah satu dari sekian banyak kawasan hutan yang dapat dijadikan
sebagai sarana edukasi dan wisata adalah keberadaan ekosistem Hutan Mangrove.
Asahan sendiri sepanjang pesisir pantainya ditumbuhi oleh Hutan mangrove yang
mayoritas berada di kecamatan Tanjung Balai dan Silo Laut. Hutan tersebut sama-sama
digunakan untuk mengontrol abrasi dan erosi pesisir pantai namun juga digunakan sebagai
objek wisata seperti yang berada di Kecamatan Silo Laut, Desa Silo Baru. Wisata Hutan
Mangrove ini merupakan pengembangan pariwisata desa setempat yang dikelola oleh Badan
Usaha Milik Desa Silo Baru. Kawasan wisata hutan mangrove ini sangat bagus untuk taman
edukasi pendidikan dan konservasi insitu mangrove antara lain tanaman bakau itu sendiri.
Kawasan mangrove itu sendiri sangat memiliki potensi yang bagus untuk menjadi
kawasan eduekowisata, disamping hutan tersebut memiliki fungsi sebagai manamestinya,
pengupayaan untuk menjadikan kawasan ini sebagai objek wisata minat khusus juga sudah
dilakukan. Sehingga harapan kedepan kontribusi nyata bagi penduduk disekitar maupun
masyarakat luas terutama mengakomodasi dari segi nilai ekonomis dengan tidak
menghilangkan esensi dari fungsi mangrove selain sebagai hutan pelindung. Pelestarian
mangrove kedepannya semaksimal mungkin harus diupayakan agar dapat menunjang
keberlangsungan ekosistem ideal dan kesejahteraan masyarakat, dimana itu semua dapat
terjadi manakala sinergitas masyarakat dengan stakeholder sudah efektif dan efisien secara
massif dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan hutan mangrove?
2. Bagaimana keberagaman Hutan Mangrove ditempat tersebut?
3. Apa manfaat Hutan Mangrove bagi masyarakat setempat?
4. Apa manfaat Hutan Mangrove bagi makhluk hidup lainnya?
5. Apa upaya untuk pelestarian Hutan Mangrove?
6. Apa upaya pemerintah dalam mempopulerkan kawasan Hutan Mangrove?
7. Pelestarian apa yang diperlukan dalam aspek Insitu dan Eksitu ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui informasi tentang Hutan Mangrove
2. Untuk mengetahui potensi hutan Mangrove tersebut
3. Untuk mengetahui manfaat Hutan Mangrove bagi masyarakat sekitar maupun makhluk
hidup lainnya
4. Untuk mengetahui upaya stakeholder dalam mempopulerkan kawasan Hutan Mangrove
tersebut
5. Untuk mengetahui solusi dan upaya dalam pelestarian dalam aspek insitu maupun eksitu
BAB II
PEMBAHASAN
A. METODE DAN ANALISIS
2. Identifikasi Masalah
Kurangnya pemahaman dan manfaat Hutan mangrove terlihat dari tiada kepeduliannya
masyarakat terhadap pelestarian kawasan tersebut. Masyarakat kurang perduli
terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal dan menjadi kawasan permukiman
kumuh dan tercemar yang mempengaruhi Biota yang diair maupun didarat.
4. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial perlu dilakukan Pemerintah daerah maupun setempat serta tokoh-
tokoh, LSM, Mahasiswa, dll dalam rangka mensosialisasikan, mengedukasi dan
mempromosikan kepada masyarakat manfaat Hutan Mangrove bagi ekonomi dan
lingkungan tempat tinggal mereka.
B. PEMBAHASAN
Pengertian Hutan Mangrove
Hutan Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English).
Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen,
atau juga hutan bakau. Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai tipe ekosistem hutan
yang tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar muara
sungai. Tumbuhan tersebut tergenang di saat kondisi air pasang dan bebas dari genangan di
saat kondisi air surut. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi mayoritas pesisir
pantai di daerah tropis & sub tropis yang didominasi oleh tumbuhan mangrove pada daerah
pasang surut pantai berlumpur khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran
dan akumulasi bahan organik.
Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri
tumbuhan yang hidup di darat dan di laut dan tergolong dalam ekosistem peralihan atau
dengan kata lain berada di tempat perpaduan antara habitat pantai dan habitat darat yang
keduanya bersatu di tumbuhan tersebut. Hutan mangrove juga berperan dalam
menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.
Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar
nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan
tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Pada hutan mangrove: tanah, air, flora dan
fauna hidup saling memberi dan menerima serta menciptakan suatu siklus ekosistem
tersendiri. Hutan mangrove memberikan masukan unsur hara terhadap ekosistem air,
menyediakan tempat berlindung dan tempat asuhan bagi anak-anak ikan, tempat
kawin/pemijahan, dan lain-lain. Sumber makanan utama bagi organisme air di daerah
mangrove adalah dalam bentuk partikel bahan organik (detritus) yang dihasilkan dari
dekomposisi serasah mangrove (seperti daun, ranting dan bunga).
Hutan mangrove sangat berbeda dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis
dan subtropis, ia dapat dikatakan merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan
kemampuan adaptasi yang luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air, dapat
bertoleransi terhadap kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya salinitas dan garam. Hal
ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat atau ekosistem yang tidak ada
duanya.
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak
ditemukan antara lain adalah jenis :
Api-api (Avicennia sp),
Bakau (Rhizophora sp),
Tancang (Bruguiera sp), dan
Bogem atau pedada (Sonneratia sp),
Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, dan
Sonneratia caseolaris yang tumbuh, berbuah dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan
hadirnya mangrove di sepanjang tepian sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh lebih
200 km, di Kalimantan Barat. Mangrove juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini jenis-
jenis mangrove tertentu tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas. Disamping
Rhizophora spp., jenis penyusun utama mangrove lainnya dapat tumbuh secara “coppice”.
Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan
lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya
yang hampir seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans.
Ciri-ciri ekosistem mangrove terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari
habitatnya yang unik, adalah :
- Memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
- Memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan
- Menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil
pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
- Memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya,
khususnya pada Rhizophora;
- Memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri
khusus ekosistem mangrove, diantaranya adalah :
- Tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada
saat pasang pertama;
- Tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
- Daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
- Airnya berkadar garam (bersalinitas) payau hingga asin.
Tumbuhan yang hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan
dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai
sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran
ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan
anaerob. Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada
pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak
mampu tumbuh dengan sempurna dan menancapkan akarnya.
Menurut kamus Webster, habitat didefinisikan sebagai “the natural abode of a plant
or animal, esp. the particular location where it normally grows or lives, as the seacoast,
desert, etc”. terjemahan bebasnya kira-kira adalah, tempat bermukim di alam bagi
tumbuhan dan hewan terutama untuk bisa hidup dan tumbuh secara biasa dan normal,
seperti pantai laut, padang pasir dan sebagainya. Salah satu tempat tinggal komunitas
hewan dan tanaman adalah daerah pantai sebagai habitat mangrove. Di habitat ini
bermukim pula hewan dan tanaman lain. Tidak semua habitat sama kondisinya, tergantung
pada keaneka ragaman species dan daya dukung lingkungan hidupnya.
Telah banyak diketahui bahwa pulau, sebagai salah satu habitat komunitas
mangrove, bersifat dinamis, artinya dapat berkembang meluas ataupun berubah mengecil
bersamaan dengan berjalannya waktu. Bentuk dan luas pulau dapat berubah karena
aktivitas proses vulkanik atau karena pergeseran lapisan dasar laut. Tetapi sedikit orang yang
mengetahui bahwa mangrove berperan besar dalam dinamika perubahan pulau, bahkan
cukup mengagetkan bila ada yang menyatakan bahwa mangrove itu dapat membentuk
suatu pulau. Dikatakan bahwa mangrove berperan penting dalam ‘membentuk pulau’.
Pada saat terjadi badai, mangrove memberikan perlindungan bagi pantai dan perahu
yang bertambat. Sistem perakarannya yang kompleks, tangguh terhadap gelombang dan
angin serta mencegah erosi pantai. Pada saat cuaca tenang akar mangrove mengumpulkan
bahan yang terbawa air dan partikel endapan, memperlambat aliran arus air. Apabila
mangrove ditebang atau diambil dari habitatnya di pantai maka akan dapat mengakibatkan
hilangnya perlindungan terhadap erosi pantai oleh gelombang laut, dan menebarkan partikel
endapan sehingga air laut menjadi keruh yang kemudian menyebabkan kematian pada ikan
dan hewan sekitarnya karena kekurangan oksigen. Proses ini menyebabkan pula
melambatnya pertumbuhan padang lamun (seagrass).
Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak langsung
(non economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan manusia (economic
vallues). Beberapa manfaat mangrove antara lain adalah:
Menjernihkan air.
Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk
pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa
membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan mengalir ke
laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali membawa zat-zat kimia atau polutan.
Bila air sungai melewati akar-akar pasak pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat
dilepaskan dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat
daerah ini sebagai lahan marginal yang tidak berguna sehingga menimbunnya dengan tanah
agar lebih produktif. Hal ini sangat merugikan karena dapat menutup akar pernafasan dan
menyebabkan pohon mati.
Obat-obatan.
Kulit batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatan. Macam-
macam obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa
species mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan pada kulit.
Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar gigitan ular, rematik,
gangguan alat pencernaan dan lain-lain. Getah sejenis pohon yang berasosiasi dengan
mangrove (blind-your-eye mangrove) atau Excoecaria agallocha dapat menyebabkan
kebutaan sementara bila kena mata, akan tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia
yang dapat berguna untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit
akar mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat dipakai
sebagai pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara tradisional sebagai obat
sakit perut dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan ini dipakai sebagai penawar racun
ikan, buah tancang dapat membersihkan mata, obat sakit kulit dan di India dipakai
menghentikan pendarahan. Daun mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam
penangkapan ikan sebagai bahan pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
Pengawet.
Buah pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan
merendam dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga
pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya
merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik, untuk memperoleh
pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon tingi dipakai untuk mengawetkan bahan
jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.
Beberapa manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut:
(1) Manfaat / Fungsi Fisik :
- Menjaga agar garis pantai tetap stabil
- Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
- Menahan badai/angin kencang dari laut
- Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan
terbentuknya lahan baru.
- Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air
daratan yang tawar
- Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
(2) Manfaat / Fungsi Biologis :
- Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi
plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
- Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan
udang.
- Tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain.
- Sumber plasma nutfah & sumber genetik.
- Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.
Fungsi mangrove sebagai Konservasi yaitu mangrove mampu menahan abrasi, tabir angin,
penahan gelombang, penahan intrusi, dan menumbuhkan pulau baru karena adanya proses
sedimentasi. Secara luas peran fungsi mangrove sangatlah dibutuhkan untuk menjaga kestabilan
keadaan alam. Dengan fungsi yang besar ini mangrove sangat dijaga kelestariannya. Namun dengan
kurangnya pengetahuan terhadap mangrove, tanaman ini sering dianggap tanaman biasa. Fungsi
mangrove secara sosial ekonomi adalah gabungan antara fungsi Bioekologis dan Konservasi. Dari
segi karakteristik, semua bagian mangrove dapat dimanfaatkan. Secara Bioekologis mangrove
mampu membuka sebuah ruang bagi habitat lain, baik fauna dan tumbuh tumbuhan. Banyak
masyarakat sekitar yang menggantungkan kehidupan mereka dari mangrove. Misalnya petani
mangrove yang memanfaatkan pohon mangrove menjadi sebuah kerajinan tangan, kayu bakar,
tanin, serat, nimpah serta bahan bangunan. Petani mangrove lebih banyak menggantungkan
hidupnya dari mangrove karena tanaman mangrove mampu menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi
sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Bagi masyarakat lain yang ada di sekitar daerah
pesisir, mereka juga menggantungkan hidupnya dari fungsi mangrove. Dengan adanya sedimentasi
mangrove yang merupakan tempat bagi fauna laut, unggas laut, pembesaran dan pemijahan anak
ikan serta habitat bagi tumbuh tumbuhan.
Masyarakat sekitar biasanya memanfaatkannya sebagai tempat budidaya ikan dengan adaya
tambak yang ada disekitar daerah mangrove. Sehingga secara berkala masyarakat sekitar dapat
memanen hasil fauna laut yang ada di daerah tersebut sebagai sumber penghasilan mereka. Dari
hasil budidaya ikan tersebutlah masyarakat dapat melangsungkan hidupnya. Secara konservasi pun
fungsi mangrove dapat menguntungkan baik dalam manfaat yang dapat menompang kestabilan
lingkungan maupun meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Manfaat yang sangat besar lainnya
adalah daerah mangrove dapat dijadikan sebuah tempat wisata bahari. Banyak manfaat yang dapat
kita ambil dari mangrove sehingga tercipta sebuah wisata. Terciptanya sebuah wisata bahari yang
mengenalkan mangrove dapat membuka sebuah lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Hal ini
membuka peluang bagi pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena wisata
tersebut mampu meningkatkan devisa pemerintah, mengangkat nama kota, dan kegiatan positif
lainnya. Masyarakat merasa mempunyai andil dalam upaya konservasi hutan mangrove tersebut,
sehingga status mereka akan berubah, yaitu bukan sebagai kuli lagi melainkan ikut memilikinya. Dari
sini akan tergambar andaikata ada sekelompok orang yang bukan anggota masyarakat yang ikut
menanam hutan mangrove tersebut ingin memotong sebatang tumbuhan mangrove saja, maka
mereka tentu akan ramai- ramai mencegah atau mengingatkan bahwa mereka menebang pohon
tanpa ijin. Ini merupakan salah satu contoh kasus kecil dalam perusakan hutan mangrove yang telah
dihijaukan, kemudian dirusak oleh anggota masyarakat lainnya yang bukan anggota kelompoknya.
Pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove dengan penekanan pada pemberdayaan masyarakat
setempat.
Pelestarian alam yang tepat secara Eksitu adalah tanaman bakau maupun spesies tanaman lain
untuk dikembangkan dan diteluiti di kebun botani ataupun bank Benih. Ini untuk mempertahankan
jenis tanaman yang ada ditempat tersebut jikalau pelestarian secara Insitu dan pengendalian
kerusakan yang diakibatkan manusia tidak dapat ditalangi ataupun dihadapi. Karena melihat situasi
masyarakat sekitar berpotensi untuk menghasilkan peencemaran tanah dan air, sehingga keadaan
lingkungan kedepannya tidak dapat dikendalikan, proses pelestarian Eksitu dapat diandalkan.
Pelestarian Insitu
Pelestarian alam yang tepat secara Insitu di Hutan Mangrove Desa Silo Baru adalah pemberian
predikat “Hutan Lindung”, yaitu tetap mempertahankan keanekaragaman dan kealamian hutan
yang dari awal tumbuh secara alami, baik Flora maupun Fauna yang ada ditempat tersebut.
Penanaman kembali tanaman mangrove seperti bakau dll sebagainya, dan konservasi monyet-
monyet yang spesiesnya tidak ada ataupun jarang ditempat lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Penanaman kembali mangrove sebaiknya melibatkan masyarakat. Modelnya dapat
masyarakat terlibat dalam pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta
pemanfaatan hutan mangrove berbasis konservasi. Model ini memberikan keuntungan
kepada masyarakat antara lain terbukanya peluang kerja sehingga terjadi peningkatan
pendapatan masyarakat.
- Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir: pemukiman, vegetasi, dll. Wilayah
pantai dapat diatur menjadi kota ekologi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai wisata
pantai (ekoturisme) berupa wisata alam atau bentuk lainnya.
- Peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan
mangrove secara bertanggungjawab.
- Ijin usaha dan lainnya hendaknya memperhatikan aspek konservasi.
- Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan local tentang konservasi
- Peningkatan pendapatan masyarakat pesisir
- Program komunikasi konservasi hutan mangrove
- Penegakan hukum
- Perbaikkan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan berbasis masyarakat. Artinya
dalam memperbaiki ekosistem wilayah pesisir masyarakat sangat penting dilibatkan
yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Selain itu juga
mengandung pengertian bahwa konsep-konsep lokal (kearifan lokal) tentang ekosistem
dan pelestariannya perlu ditumbuh-kembangkan kembali sejauh dapat mendukung
program ini.
B. DAFTAR PUSTAKA
https://www.dictio.id/t/apa-saja-flora-atau-tumbuhan-yang-ada-di-hutan-bakau-atau-
hutan-mangrove/70609
https://www.researchgate.net/publication/330903027_KARYA_TULIS_ILMIAH_KAWASAN_E
KOEDUWISATA_KONSERVASI_MANGROVE_DI_BAROS_TIRTOHARGO_KRETEK_BANTUL/link/
5c5af09a299bf1d14cb06609/download
https://travel.kompas.com/read/2019/03/19/110700827/6-langkah-pemerintah-tingkatkan-
devisa-pariwisata-indonesia?page=all
LAPORAN PENGAMATAN
( MINI RISET )
ILMU KEALAMAN DASAR
“PENGAMATAN KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA SILAU
LAUT TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR”
Di susun oleh :
Mhd. Febry Pratama Sinaga
Npm. 200300080
Semester I ekstensi
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM
MUHAMMADIYAH
ASAHAN
2020/2021