Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

REKAYASA LAHAN BASAH


VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN PALOH
KAB. SAMBAS

DOSEN MATA KULIAH :


Dr. HENNY HERAWATI, ST,MT
NIP 197201311996012001

DISUSUN OLEH:
FIQRI NURHADI
NIM. D1011171062

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
2020
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan jalur hijau daerah pantai yang mempunyai
fungsi ekologis dan sosial ekonomi. Hutan mangrove termasuk kedalam
sumberdaya yang dapat dipulihkan (renewable resources) yang menyediakan
berbagai jenis manfaat yaitu manfaat langsung maupun manfaat tidak
langsung. Mangrove secara langsung mendukung perikanan lokal dan
perikanan komersial. Hutan mangrove ini juga menyediakan jasa ekosistem
yang bermanfaat bagi masyarakat pesisir, seperti stabilisasi pantai dan
perlindungan badai (Walters et al., 2008).
Manfaat hutan mangrove tersebut diatas akan tetap berkelanjutan apabila
keberadaan hutan mangrove dapat dipertahankan dan dilestarikan. Kecamatan
Paloh merupakan salah satu daerah di Indonesia yang telah mengalami
degradasi hutan mangrove di wilayah pesisirnya akibat konversi lahan.

b. Valuasi Ekonomi
Valuasi ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai kuantitatif
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan
lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non-pasar
(non market value). Valuasi ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat
ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk
mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam dan lingkungan. Pemahaman tentang konsep valuasi
ekonomi memungkinkan para pengambil kebijakan dapat menentukan
penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang efektif dan efisien. Hal ini
disebabkan aplikasi valuasi ekonomi menunjukkan hubungan antara
konservasi SDA dengan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, valuasi
ekonomi dapat dijadikan alat yang penting dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap penggunaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan.
Menurut Pearce dan Turner (1991) menilai jasa-jasa lingkungan pada
dasarnya dinilai berdasarkan ”willingness to pay” (WTP) dan ”willingnes to
accept (WTA). Willingness to pay dapat diartikan sebagai berapa besar orang
mau membayar untuk memperbaiki lingkungan yang rusak (kesediaan
konsumen untuk membayar), sedangkan willingness to accept adalah berapa
besar orang mau dibayar untuk mencegah kerusakan lingkungan (kesediaan
produsen menerima kompensasi) dengan adanya kemunduran kualitas
lingkungan. Kesediaan membayar atau kesediaan menerima merefleksikan
preferensi individu, kesediaan membayar dan kesediaan menerima adalah
parameter dalam penilaian ekonomi (Pearce dan Moran, 1994).
Menurut Suparmoko dan Maria (2000), nilai sumberdaya alam dibedakan
atas nilai atas dasar penggunaan (instrumental value) dan nilai tanpa
penggunaan secara intrinsik melekat dalam aset sumberdaya alam (intrinsic
value). Selanjutnya berdasarkan atas penggunaannya, nilai ekonomi suatu
sumberdaya dapat dikelompokkan ke dalam nilai atas dasar penggunaan (use
values) dan nilai yang terkandung di dalamnya atau nilai intrinsik (non use
values). Nilai penggunaan ada yang bersifat langsung (direct use values) dan
nilai penggunaan tidak langsung (indirect use values) serta nilai pilihan
(option values). Sementara itu nilai penggunaan tidak langsung (non use
values) dapat dibedakan atas nilai keberadaan (existence values) dan nilai
warisan (bequest values). Nilai ekonomi total atau total economic value
(NET) diperoleh dari penjumlahan nilai atas dasar penggunaan dan nilai atas
dasar penggunaan tidak langsung (Pearce dan Turner, 1991; Munasinghe,
1993; Pearce dan Moran, 1994).

Dimana :
NML = Nilai Manfaat Langsung
NMTL = Nilai Manfaat Tidak Langsung
NP = Nilai Pilihan
NK = Nilai Keberadaaan
2. Studi Kasus
Ketergantungan dan tingkat pemanfaatan yang tinggi dari masyarakat
terhadap ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Paloh di khawatirkan
berdampak pada kurangnya penyediaan jasa yang diberikan.
Data : 70% jasa lingkungan mengalami degradasi yang lebih cepat di
bandingkan kemampuan memperbaikinya.
Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) merupakan salah satu instrument yang
dapat menutupi kekurangan degradasi kepentingan ekonomi dan ekologi.
Penerapan PJL sangat ditentukan oleh prosedur identifikasi jasa potensial,
mencakup penentuan :
1. Nilai ekonomi
2. Penyedia jasa lingkungan mangrove
3. Pemanfaat
4. Mekanisme pembayaran
Tolak ukur keberhasian pelaksanaan PJL :
1. Menetapkan nilai ekonomi
2. Mendapatkan dukungan masyarakat
3. Menetapkan kelembagaan
- Jasa ekosistem mangrove di Kecamatan Paloh antara lain :
1. Jasa penyedia (provision) : kayu bakar, kepiting, ikan, dan tengkuyung
2. Jasa budaya (cultural) : ekowisata mangrove
Hasil analisis nilai ekonomi dari pemanfaatan kayu bakar, kepiting, ikan, dan tengkuyung
Uraian satuan nilai
Harga pasar kayu bakar Rp/ikat 10,000.00
Produksi kayu Ikat/tahun 250.00
Jumlah pengambil kayu Orang 10.00
Biaya produksi kayu Rp/tahun 500,000.00
Nilai ekonomi pemanfaatan ekonomi kayu 24,500,000.00
uraian satuan nilai
harga pasar kepiting Rp/kg 50,000.00
produksi kepiting kg/tahun 400.00
jumlah nelayan Orang 8.00
biaya produksi Kepiting Rp/tahun 1,000,000.00
Nilai ekonomi pemanfaatan ekonomi kepiting 159,000,000.00
uraian satuan nilai
harga pasar ikan Rp/kg 20,000.00
produksi ikan Kg/tahun 500.00
jumlah nelayan Orang 20.00
biaya produksi ikan Rp/tahun 2,000,000.00
Nilai ekonomi pemanfaatan ekonomi ikan 198,000,000.00
uraian satuan nilai
harga pasar tengkuyung Rp/kg 15,000.00
produksi tengkuyung Kg/tahun 100.00
jumlah pengambil tengkuyung Orang 10.00
biaya produksi tengkuyung Rp/tahun 1,000,000
Nilai ekonomi pemanfaatan ekonomi tengkuyung 14,000,000.00

Hasil analisis nilai ekonomi mangrove sebagai wisata


Total jumlah SK/kunjungan Rata-rata Jumlah Nilai ekonomi wisata
Responden
kunjungan (Rp/tahun) SK/kunjungan kunjungan/tahun mangrove
20.00 50.00 6,345,000.00 126,900.00 450.00 57,105,000.00

Hasil analisa Nilai ekonomi & identifikaasi komponen pembiayaan jasa ekosistem
Jasa penyedia (Provisioning service ) Nilai ekonomi
Kayu 24,500,000.00
Kepiting 159,000,000.00
Ikan 198,000,000.00
Tengkuyung 14,000,000.00
Jasa budaya (cultural service )
Wisata mangrove 57,105,000.00
Nilai ekonomi total 452,605,000.00

Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan didapat nilai valuasi ekonomi total
hutan mangrove Kecamatan Paloh Kab. Sambas yaitu sebesar Rp 452.605.000.

Anda mungkin juga menyukai