Anda di halaman 1dari 15

Praktikum 8

PRODUCTIVITY
APPROACH
Mensimulasikan market based approached (benefit based):
Learning Outcome Productivity Approach dalam penentuan Nilai SDA

Praktek (simulasi) penggunaan productivity approach dalam


Kegiatan penilaian SDA

1. Menyusun kebutuhan data


Materi 2. Memahami data
Pembelajaran 3. Menghitung nilai SDA dengan menggunakan
productivity approach
4. Interpretasi data
5. Menyajikan data
Penilaian SDA
Menilai kondisi SDA sebelum ada
Pendekatan Ex-Ante suatu kejadian

Menilai dampak setelah ada


Pendekatan Ex-Post perubahan kualitas lingkungan
terhadap SDA
Dampak SDAL

Perubahan Produksi Perubahan Kualitas Lingkungan


dapat terukur?

Ya Tidak Habitat/ Kualitas Efek


Pencegah Udara dan Air Kesehatan Rekreasi
Banjr/
Sumber Kematian
Apakah harga pasar Keefektifan Sakit
nutrisi/ dll Biaya
tersedia biaya
Perjalanan
pencegahan
Ya Tidak
Pengeluaran Kehilangan Keefektifan
Replacement Biaya
Cost Pencegahan pendapatan biaya
Gunakan Gunakan pencegahan Kontingensi
pendekatan pendekatan
pasar Land Value
perubahan Biaya Biaya Modal
pengganti Approach
produksi dg Penggantian/ Pengobatan Manusia
harga pasar relokasi
CVM

ALGORITMA APLIKASI TEKNIK VALUASI UNTUK MENGUKUR PERUBAHAN


KUALITAS/KUANTITAS BARANG/JASA LINGKUNGAN (Dixon and Bojo, 1988)
TAHAPAN PERHITUNGAN
• Memastikan fungsi dari ekosistem atau kawasan yang
akan dinilai (Hutan lindung, hutan produksi, ekosistem
pesisir, dsb).
• Mengidentifikasi barang dan jasa yang terdapat pada
suatu kawasan atau ekosistem sesuai dengan fungsinya
• Jenis barang dan jasa yang dapat dinilai dengan
productivity approach (real market price): Tangible dan
direct
• Kumpulkan data jumlah serta harga pasar dari
barang/jasa tersebut.
PRODUCTIVITY APPROACH/REAL MARKET
PRICE
• Valuasi ESDAL sedapat mungkin menggunakan harga
pasar sesungguhnya.
• Dapat dilakukan bagi SDAL yang diperjual-belikan di
pasar.
• Nilai SDAL = (Jumlah SDAL (Unit) x Harga SDAL
(Rp/Unit)) – Biaya ekstraksi SDAL (Rp)
Latihan 1. Nilai ekonomi terumbu karang

• Ekosistem terumbu karang di Kecamatan Selat Nasik, Kabupaten Belitung


menyediakan berbagai manfaat bagi masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung, dimana manfaat tersebut juga menunjukkan
nilai ekonomi dari terumbu karang.
• Pada tahun 2019, sektor perikanan, Kecamatan Selat Nasik memberikan
kontribusi paling besar, yaitu 30% terhadap PAD Kabupaten Belitung
dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini berkaitan dengan
kondisi lingkungan perairan kecamatan tersebut, terutama dengan
kondisi terumbu karangnya. Oleh sebab itu perlu diketahui nilai ekonomi
terumbu karang di Kecamatan Selat Nasik. Luasan terumbu karang di
Selat Nasik adalah 4.111,88 ha.
• Data harga ikan diperoleh langsung dari para nelayan, rajungan dan
teripang yang ada di ke empat desa di Kecamatan Selat Nasik.
Latihan 1. Nilai ekonomi terumbu karang

• Terdapat 48 orang nelayan pada Kecamatan Selat Nasik yang secara rutin
melakukan penangkapan rajungan, teripang dan ikan. Rajungan dan ikan
dapat diperoleh sepanjang tahun, namun teripang hanya dapat
ditangkap pada bulan Januari-Maret. Setiap bulannya, seorang nelayan
dapat melaut sebanyak 22 kali.
• Jumlah rajungan yang diperoleh nelayan rata-rata adalah 2 kg/trip
dengan harga jual Rp. 80.000/kg. Teripang yang dihasilkan adalah 0.5 kg
kg/trip dengan harga jual Rp. 500.000/kg, serta ikan di sekitar karang
dihasilkan 4 kg/trip dengan harga jual Rp. 30.000/kg. Biaya untuk melaut
adalah sebesar Rp. 4.000.000/nelayan/bulan. Hitunglah nilai guna
langsung terumbu karang sebagai penghasil ikan, rajungan dan teripang
selama satu tahun!
Latihan 2. Economic Value of Wetland: Direct Market Price Approach – Crop Production in Nakivubo

A study of direct use value applied to calculate the value of crops production in Nakivubo Wetland,
Uganda. The crops available in this wetland include cocoyam, sugarcane, cassava, sweet potatoes, mixed
vegetables, and matooke. The data of yield, price and production cost of each product in the wetland is
shown on the Table 1 below. From the data given, find the total value of crops per farmer and all
wetland.
Average per Farmer Total All Wetland
Yield Price Production Cost
Crops Area Value Area Value
(Kg/ha/year) (Ush/Kg) (Ush/kg)
(ha) (Ush/year) (ha) (Ush/year)
Cocoyam 2.625 300 120 0,14   68  
Sugarcane 9.000 200 100 0,14   68  
Cassava 5.250 150 85 0,02   11  
Sweet potatoes 3.750 150 75 0,02   11  
Mixed vegetable 1.500 100 55 0,02   11  
Matooke 6.938 100 40 0,02   11  
Total            
Latihan 3. Change of Productivity – Penggunaan Ekstrakif
Mangrove
Penggunaan ekstraktif mangrove antara lain adalah mangrove sebagai penghasil
kayu sebagai bahan baku rumah masyarakat pesisir. Penghitungan perubahan
produksi kayu yang disebabkan oleh rusaknya kawasan mangrove dilakukan
dengan menggunakan data yang tersedia di Pulau Sikka, NTT pada tahun 2019.
Luas hutan mangrove di Pulau Sikka sebesar 145,76 hektar.
a) Pemerintah setempat membuat zona pemanfaatan untuk penggunaan kayu
dengan luasan sebesar 35% dari luas hutan mangrove. Dengan produktivitas
kayu sebesar 56 m3 per hektar per tahun dan harga kayu sebesar Rp. 81.600
per m3 serta biaya ekstraksi kayu sebesar Rp. 25.100 per m3, hitunglah nilai
guna langsung mangrove dari hasil kayu.
b) Diketahui terjadi kerusakan pada zona pemanfaatan mangrove tersebut.
Kerusakan mangrove menyebabkan penurunan produktivitas kayu sebesar 80%
pada kawasan yang rusak. Dengan menggunakan asumsi pada bagian a,
hitunglah perubahan nilai guna langsung mangrove sebagai penghasil kayu
akibat kerusakan tersebut.
Jawaban Latihan 1
Nilai guna langsung = () – biaya ekstraksi

1. Musim teripang Bulan Januari – Maret  Nelayan menangkap rajungan, teripang dan ikan
Nilai Tangkapan per Trip = (Jumlah rajungan x harga rajungan)+(Jumlah teripang x harga teripang)
+(Jumlah ikan
x harga ikan)
= (2 kg/trip x Rp.80.000/kg)+(0.5 kg/trip x Rp. 500.000/kg)+(4 kg/trip x Rp.
30.000)
= Rp. 160.000/trip + Rp. 250.000/trip + Rp. 120.000/trip
= Rp. 530.000/trip
Nilai tangkapan per bulan = Nilai tangkapan per trip x jumlah trip per bulan
= Rp. 530.000/trip x 22 trip/bulan = Rp. 11.660.000 / bulan
Biaya Ekstraksi per bulan = Rp. 4.000.000/bulan
Keuntungan per Bulan = Rp. 11.660.000 / bulan - Rp. 4.000.000/bulan = Rp. 7.660.000/bulan
Nilai guna bulan Januari – Maret = Rp. 7.660.000/bulan x 3 bulan = Rp. 22.980.000
Jawaban Latihan 1
Nilai guna langsung = () – biaya ekstraksi

2. Bukan Musim teripang Bulan April-Desember Nelayan menangkap rajungan dan ikan
Nilai Tangkapan per Trip = (Jumlah rajungan x harga rajungan)+ (Jumlah ikan x harga ikan)
= (2 kg/trip x Rp.80.000/kg)+(4 kg/trip x Rp. 30.000)
= Rp. 160.000/trip + Rp. 120.000/trip
= Rp. 280.000/trip
Nilai tangkapan per bulan = Nilai tangkapan per trip x jumlah trip per bulan
= Rp. 280.000/trip x 22 trip/bulan = Rp. 6.160.000 / bulan
Biaya Ekstraksi per bulan = Rp. 4.000.000/bulan
Keuntungan per Bulan = Rp. 6.160.000 / bulan - Rp. 4.000.000/bulan = Rp. 2.160.000/bulan
Nilai guna bulan April-Desember = Rp. 2.160.000/bulan x 9 bulan = Rp. 19.440.000

3. Nilai guna langsung dalam satu tahun = Nilai guna Bulan Januari-Maret + Nilai guna Bulan April + Desember
Nilai guna langsung per nelayan per tahun = Rp. 22.980.000 + Rp. 19.440.000 = Rp. 42.420.000
Total nilai guna terumbu karang sebagai habitat ikan = Rp. 42.420.000 x 48 nelayan = Rp. 2.036.160.000
Jawaban Latihan 2
• Crops production per farmer= Land area per farmer*yield
• Crops production in all wet land area = Total wet land area*yield
• Total value of crops per farmer = [Crops production per farmer *price] –
[Crops of production per farmer*cost of production]
• Total value of crops from total wet land areas= [Crops production in all
wet land area*price]-[Crops production in all wet land area*cost of
production)
Jawaban Latihan 2
Yield Price Average per Farmer Total All Wetland
Producti
Crops (Kg/ha/year) (Ush/Kg) on Cost Area Area Value
(Ush/kg) Value
(Ush/year)
    (ha) (ha) (Ush/year)

Cocoyam 2,625 300 120 0.14 66,150 68 32,130,000


Sugarcane 9,000 200 100 0.14 126,000 68 61,200,000
Cassava 5,250 150 85 0.02 6,825 11 3,753,750
Sweet
potatoes 3,750 150 75 0.02 5,625 11 3,093,750
Mixed
vegetable 1,500 100 55 0.02 1,350 11 742,500

Matooke 6,938 100 40 0.02 8,326 11 4,579,080

Total   88,402   44,360,280


Jawaban Latihan 3
Luas hutan mangrove = 145,76 ha.
a) Luas pemanfaatan untuk kayu = 35% x 145,76 hektar = 51,016 ha
Nilai guna langsung = produktivitas x luas pemanfaatan x (harga - biaya ekstraksi)
= 56 m3/ha x 51,016 ha x (Rp. 81.600/m3 - Rp. 25.100/m3)
= Rp. 161.414.624
b) Setelah ada kerusakan  Produktivitas = 20% x 56 m3/ha = 11.2 m3/ha
Nilai guna langsung = produktivitas x luas pemanfaatan x (harga - biaya ekstraksi)
= 11.2 m3/ha x 51,016 ha x (Rp. 81.600/m3 - Rp. 25.100/m3)
= Rp. 32.282.924,8
Perubahan nilai guna langsung = Rp. 161.414.624 - Rp. 32.282.924,8 = Rp. 129.131.699,2

Anda mungkin juga menyukai