Anda di halaman 1dari 3

VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE DI BALI

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia, mencapai 25% dari
total luas hutan mangrove di seluruh dunia (18 juta hektar) yaitu seluas 4,5 juta hektar. Perhatian pemerintah
Indonesia terhadap hutan mangrove sangat sedikit dikarenakan luas hutan mangrove yang hanya sebanyak 3,8% dari
total luas keseluruhan hutan di Indonesia. Kondisi hutan mangrove juga mengalami kerusakan yang hampir sama
dengan keadaan hutan-hutan lainnya di Indonesia. Penebangan hutan, baik hutan darat maupun hutan mangrove secara
berlebihan tidak hanya mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air, terjadinya abrasi dan bencana alam seperti
erosi dan banjir, tetapi juga mengakibatkan hilangnya pusat sirkulasi dan pembentukan gas karbondioksida dan
oksigen yang diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya.
Fakta kerusakan hutan mangrove dapat dilihat jelas di Bali. Bencana tsunami dapat mengancam setiap saat,
namun hutan mangrove di Bali justru terancam kelestariannya. Kerusakan ekosistem penunjang Kawasan pantai ini
disebabkan oleh ketidakpedulian para pengembang pariwisata yang hanya mementingkan keperluan bisnis.
Pengembangan Kawasan wisata kini mulai menyasar areal hutan mangrove, terutama di daerah wisata seperti Kuta
dan Nusa Dua. Selain itu, para pengembang juga sudah mengantongi izin pembangunan dari pemerintah pusat.
Perlindungan ekosistem hutan mangrove perlu dilakukan untuk mencegah tingkat kerusakan yang lebih parah,
terutama dari konversi hutan mangrove untuk kegiatan ekonomi masyarakat. Pemerintah perlu mengembangkan
strategi terpadu dengan mempertimbangkan faktor ekonomi lingkungan dengan cara melakukan valuasi ekonomi
sehingga dapat diketahui nilai lingkungan hidup dan nilai ekonomi akibat adanya kerusakan ekosistem hutan
mangrove di Bali.
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk menganalisis permasalahan lingkungan kawasan hutan mangrove di Bali dari segi ilmu lingkungan dan
ekonomi.
Hasil dan Pembahasan
a. Analisis dari Segi Ilmu Lingkungan
Kegiatan penebangan, alih fungsi lahan, dan adanya penimbunan limbah padat rumah tangga tentunya
akan merusak ekosistem hutan mangrove di Bali. Penebangan dan alih fungsi lahan hutan mangrove akan
menimbulkan banyak dampak biologis dan menurunkan fungsi ekologis ekosistem tersebut di lingkungan.
Timbunan limbah padat menambah kerusakan hutan mangrove sebab dapat menimbulkan polusi bau dari gas
amoniak dan menghasilkan lindi (air limpasan hujan dari timbunan sampah) yang merupakan tempat hidup
vektor penyakit. Pengendalian terhadap kerusakan hutan mangrove sangat perlu untuk direstorasi, contohnya
melalui upaya reboisasi.
b. Analisis dari Segi Ekonomi (Evaluasi Ekonomi)
Analisis ekonomi untuk mengetahui kelayakan penanganan kerusakan atau restorasi hutan mangrove
di Bali dilakukan dengan menggunakan metode Benefit Cost Ratio (BCR).

n
B−C
BCR = ∑ i>0
i=1 (1+ r)i
Dimana:
B = manfaat per tahun
C = biaya
R = discount rate per tahun
i = jangka waktu perhitungan proyek
Manfaat dan biaya per tahun dianalisis dengan metode valuasi sebagai berikut:
1. Market Value Method (untuk perhitungan kayu serta hasil tangkapan laut)
2. Replacement Cost Method (untuk nilai uang dari fungsi hutan mangrove sebagai pelindung dari
gelombang laut)
3. Productivity Method (untuk perhitungan penyerapan karbon dan keanekaragaman spesies burung)
4. Contingent Valuation Method (untuk menghitung nilai uang dari kerusakan habitat)
5. Travel Cost Method (untuk menghitung potensi hutan mangrove sebagai tempat wisata)
6. Cost of Illness (untuk menghitung dampak pencemaran bau dan lindi).
Perhitungan dengan metode di atas dengan menggunakan beberapa asumsi dan disesuaikan dengan harga
pasar saat ini memperoleh hasil seperti berikut ini:

Manfaat/Dampak Kuantitas Rp/Ha/Tahun


1. Jumlah kayu 5000 batang x Rp200.000/batang Rp1.000.000.000
2. Fungsi pelindung dari 500 m 3 x Rp25.000/m 3 Rp12.500.000
gelombang laut
3. Penyerapan karbon 17 ton/Ha*238 Ha*Rp180.000/ton Rp728.280.000
4. Hasil tangkapan ikan 200.000 ekor x Rp10.000/ekor Rp2.000.000.000
5. Hasil tangkapan udang 10.000 ekor x Rp8.000/ekor Rp80.000.000
6. Hasil tangkapan kepiting 500 ekor x Rp30.000/ekor Rp15.000.000
7. Hasil tangkapan kerang 1.000 ekor x Rp12.000/ekor Rp12.000.000
8. Keanekaragaman spesies 28 spesies x Rp100.000/spesies Rp2.800.000
burung
9. Fungsi biologis 2 kg/Ha/tahun x Rp60.000/kg Rp120.000
10. Kerusakan habitat Rp1.000.000 x 12 bulan Rp12.000.000
11. Potensi sebagai tempat Rp1.800.000 x 12 bulan Rp21.600.000
wisata
12. Pencemaran bau dan lindi Rp32.000.000 x 12 bulan Rp384.000.000

Nilai manfaat merupakan nilai total ekonomi yang diperoleh dari persamaan sebagai berikut:
Total Economic Value (TEC) = UV + NUV
Dimana:
UV = DUV + IUV + OV
NUV = EV + BV
Diperoleh TEC adalah Rp4.268.300.
Nilai uang dalan rupiah dari dampak diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nilai dampak yaitu sebesar
Rp3.884.300.000. selanjutnya dilakukan perhitungan BCR dengan r = 82,29% dan i = 5 tahun sebagai berikut:
3.884 .300.000−4.268 .300 .000
BCR =
(1+0,8929)5
−384.000
=
24,3
= −15,8
BCR < 1 dengan demikian kegiatan penebangan, alih fungsi lahan, dan pembuangan limbah di sungai yang
berakhir pada kawasan hutan mangrove tidak layak untuk dilakukan. Untuk itu, hutan mangrove di Bali harus segera
mungkin direstorasi agar fungsi hutan kembali lestari.
Kesimpulan
1. Permasalahan lingkungan hutan mangrove di Bali sebagian besar disebabkan oleh adanya kegiatan
manusia, yaitu penebangan hutan, alih fungsi lahan untuk fasilitas pariwisata dan adanya penimbunan
limbah rumah padat rumah tangga yang menimbulkan berbagai dampak terhadap ekosistem tersebut.
2. Metode yang digunakan untuk melakukan valuasi ekonomi hutan mangrove di Bali, antara lain: Market
Value Method untuk Use Value, Productivity Method dan Replacement Method untuk Non Use Value,
Travel Cost Method untuk Option Value, Contingent Valuation Method untuk Bequest Value serta
Productivity Method dan Cost of Illness untuk Exitence Value.
3. Analisis baik secara ekologi (ilmu lingkungan) maupun ekonomi menunjukkan bahwa manfaat yang
dimiliki hutan mangrove sangat besar. Untuk itu kegiatan yang menyebabkan kerusakan tidak layak
dilakukan dan harus segera dilakukan restorasi, dimana untuk analisis ekonomi diperoleh nilai BCR < 1.

Anda mungkin juga menyukai