Anda di halaman 1dari 9

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Variabel Pengamatan


Jenis budidaya
No Variabel Monokultur Total
Monokultur
Kacang Tumpangsari
Jagung
Tanah
Tinggi Tanaman
1. 195,016 53,13 285,6
(cm)
Jumlah Daun
2. 9 127 60
(helai)
3. Indeks Panen 799,60 299,46 923,30
4. Produksi Per Plot 9.902

4.2.1. Analisis Potensi dan Kelayakan Ekonomi

Tabel 2. Komponen Biaya


Harga Total
No Komponen Biaya Satuan Volume
Satuan (Rp) (Rp)
1. Biaya tetap
a. Gembor Buah 1 50.000 50.000
b. Cangkul Buah 1 100.000 100.000
c. Sabit Buah 1 50.000 50.000
d. Parang Buah 1 100.000 100.000
e. Waring Meter 125 4.000 500.000
f. Ring sampel Buah 5 - -
Sub total 800.000
2. Biaya tidak tetap
a. Benih kacang tanah Liter 1 25.000 25.000
b. Kertas lakmus Pcs 1 25.000 25.000
c. Tali rafia Meter 100 250 25.000
d. Kapur dolomit Sak 5 85.000 425.000
e. Pupuk urea Kg 25 21.000 525.000
f. Pupuk KCL Kg 25 20.000 500.000
g. Pupuk SP-36 Kg 25 10.000 250.000
h. Pupuk organik Kg 40 8.000 320.000
i. Obat furadan Saset 1 25.00 25.00
Sub total 2.120.000
Total 2.920.000

Tabel 3. Penerimaan dan Keuntungan


Hasil
Monokultur
Monokultur Total
No Uraian Kacang Tumpangsari
Jagung
tanah
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1. Penerimaan (TR) 4.500.000 2.802.900
2. Pendapatan -117,100

Tabel 4. Hasil Perhitungan Analisis Kelayakan Usaha


No Kriteria Rumus Nilai
1. Operating Profit (OP) TR−¿VC =
- Jagung
- Kacang tanah
- Tumpangsari
2. Benefit Cost Ratio (BCR) TR/TC =
- Jagung
- Kacang tanah
- Tumpangsari
3. Break Even Point (BEP) Total biaya
Produksi Harga Penjualan
- Jagung
- Kacang tanah
- Tumpangsari
4. Break Even Point (BEP) Nilai Total biaya
Total Produksi
- Jagung
- Kacang tanah
- Tumpangsari
5. Return On Investment (ROI) Laba usaha
× 100%
Modalusaha
- Jagung
- Kacang tanah
- Tumpangsari

4.2. Pembahasan

Berdasarkan pada tabel 1, menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman


pada budidaya monokultur jagung sebesar 195,016 cm, monokultur kacang tanah
53,13 cm, dan rata-rata tinggi tanaman untuk budidaya tumpangsari 285,6 cm,
maka total tinggi tanaman yaitu. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa
rata-rata jumlah daun pada budidaya monokultur jagung adalah 9 helai daun,
monokultur kacang tanah adalah 127 helai daun, dan rata-rata jumlah daun untuk
budidaya tumpangsari adalah 60 helai daun, untuk hasil total pada jumlah daun
sebanyak 196 helai daun. Hasil penelitian juga menemukan bahwa rata-rata berat
basah tanaman pada budidaya monokultur jagung yaitu 0,7996 gram, monokultur
kacang tanah yaitu 7,129 gram, dan berat basah tanaman untuk budidaya
tumpangsari yaitu 0,9233 gram, jumlah total untuk berat basah yaitu 8,8519
gram . Dalam hal produksi per plot, perhitungan produksi per plot untuk budidaya
monokultur jagung memiliki produksi per plot sebesar 120 butir, monokultur
kacang tanah memiliki produksi per plot sebesar 299,46 butir dan produksi per
plot pada budidaya tumpangsari adalah 360 butir, penjumlahan untuk produksi per
plot pada budidaya adalah 779,40 butir.
Pada tabel 2. Komponen biaya, menunjukkan semua unit usaha dalam biaya
produksi, digunakan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh suatu usaha.
Biaya produksi untuk budidadaya monokultur jagung, monokultur kacang tanah,
serta tumpangsari jagung dan kacang tanah sebesar Rp2.920.000. Meliputi biaya
tetap sebesar Rp800.000dan biaya tidak tetap sebesar Rp2.120.000.
Pada tabel 3. penerimaan dan keuntungan, analisa penerimaan dan
keuntungan digunakan untuk mengetahui apakah setiap budidaya pada penelitian
memilik potensi ekonomi atau tidak. perhitungan untuk penerimaan yaitu total
produksi untuk setiap budidaya dikalikan dengan harga jual. Pendapatan suatu
budidaya dapat dihitung menggunakan rumus selisish antara penerimaan dan
biaya atau pengeluaran. Pada monokultur jagung penerimaan dan keuntungan,
total produksi untuk budidaya jagung adalah 120 kg dan harga jual yang
digunakan sebesar 10.000/kg, sehingga penerimaan total untuk tanaman jagung
adalah Rp4.500.000 dan hasil analisa pendapatan diperoleh Rp1.088.000. Total
produksi kacang tanah adalah 112,116 kg dan harga jual yaitu 25.000/kg, maka
penerimaan monokultur kacang tanah sebesar Rp2.802.900. Hasil analisa
pendapatan kacang tanah yaitu. Sedangkan, untuk total produksi tumpangsari
jagung dan kacang tanah adalah kg dan mempunyai harga jual yaitu dan hasil
analisa pendapatan diperoleh Rp.
Pada Tabel 4, hasil analisa nilai Opertating profit (OP), digunakan untuk
melihat keuntungan yang diperoleh untuk biaya produksi berikutnya. Jika nilai
OP lebih tinggi jumlahnya dibandingkan keuntungan yang diterima, maka usaha
budidaya mendatangkan keuntungan. Perhitungan OP yaitu penerimaan dikurang
dengan biaya tidak tetap. Hasil analisa pada budidaya monokultru jangung
diperoleh OP sebesar Rp, monokultur kacang tanah yaitu, dan tumpangsari
adalah. Analisa nilai Benefit Cost Ratio (BCR), menunjukkan apakah budidaya
untuk monokultur jagung, monokultur kacang tanah, dan tumpangsari dapat
memperoleh keuntungan pada proses produksi atau tidak. Perhitungannya yaitu
penerimaan dibagi dengan seluruh biaya total. Jika hasil >1.
Analisa nilai Break Even Point (BEP) produksi, digunakan untuk
mengetahui titik impas pada setiap budidaya yang dilakukan, artinya apakah
mendatangkan keuntungan atau tidak. Perhitungan BEP produksi yaitu total biaya

dibagi denga total produksi. Analisa Break Even Point (BEP) nilai, titik dimana
pendapatan sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau
keuntungan. Total keuntungan dan kerugian ada pada posisi 0 (nol).
Perhitungannya yaitu total biaya dibagikan dengan total produksi untuk setiap
budidaya. Hasil perhitungan untuk setiap tahun budidaya monokultur jagung
sebesar monokultur kacang tanah yaitu dan tumpangsari. Analisis Return On
Investment (ROI) menunjukkan bahwa usaha budidaya monokultur jagung,
monokultur kacang tanah, dan tumpangsari apakah layak atau tidak untuk
dijalankan. Perhitungan ROI yaitu laba usaha budidaya dibagi dengan modal
usaha hasilnya dikalikan dengan 100%.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan

1. Tinggi tanaman (cm)


- Monokultur Jagung

No Minggu
Total
. 1 2
S1 236 239 275
S2 230 282 512
S3 238 283 521
S4 287 287 511
S5 272 272 503

- Monokultur kacang tanah


No Minggu
Total
. 1 2
S1 51 65 116
S2 52 63 115
S3 54,5 70 124,4
S4 53 68 121
S5 50 63 113

- Tumpangsari pada tanaman jagung


No Minggu
Total
. 1 2
S1
S2
S3
S4
S5

2. Daun tanaman
3. Penerimaan (TR)
TR : Jumlah produksi (P) x harga (Q)

- Monokultur Jagung = 450 x 10.000 = 4.500.000

- Monokultur Kacang tanah = 11,2116 x 25.000 = 2.802.900

- Tumpangsari = x =
Total penerimaan = 4.500.000 + 2.802.900 +
=

4. Pendapatan (π )
π : Penerimaan (TR) – biaya total (TC)

- Monokultur Jagung = 4.500.000 – 2.920.000 = 1.580.000


- Monokultur Kacang tanah = 2.802.900 – 2.920.000 = - 117,100

- Tumpangsari = – 1.208.000 =
Penjumlahan pendapatan = 1.580.000 + (-117,100) +
=
5. Operating Profit (OP)
OP : Penerimaan (TR) – Biaya tidak tetap (VC)

- Monokultur Jagung = 2.400.00 – 565.000 = 1.835.000


- Monokultur Kacang tanah = 7.475.000 −¿565.000 = 6.910.000

- Tumpangsari = 16.200.00 −¿565.000 = 15.635.000

6. Benefit Cost Ratio (BCR)


BCR : Penerimaan (TR)¿biaya total (TC)

- Monokultur Jagung = 4.500.000¿ 1.208.000 =


- Monokultur Kacang tanah = 2.802.900¿1.208.000 =
- Tumpangsari = ¿1.208.000 =

7. Break Event Point (BEP) Produksi


Total biaya
BEP Produksi (Kg):
Harga Penjualan

- Monokultur Jagung =

= 6,4 kg

- Monokultur Kacang tanah =



=

- Tumpangsari =

=

8. Break Event Point (BEP) Nilai


Total biaya
BEP Nilai (Rp):
Total Produksi

- Monokultur Jagung =

=

- Monokultur kacang tanah = ❑ =
- Tumpangsari = =

9. Return On Investment (ROI)

Laba Usaha
ROI = x 100%
Modalusaha

- Monokultur Jagung = x 100=


- Monokultur kacang tanah =



x 100%=

- Tumpangsari =

x 100%=
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis, budidaya monokultur jagung dan monokultur kacang


tanah dengan tumpangsari tanaman jagung dan kacang tanah memiliki potensi
eknonomi. Namun, potensi ekonomi budidaya tumpangsari tanaman jagung dan
kacang tanah lebih menguntungkan dibandingkan dengan monokultur jagung dan
monokultur kacang tanah. Dalam sistem tumpangsari, sinergi antara kedua
tanaman tersebut menghasilkan peningkatan hasil panen dan pendapatan. Selain
itu, tumpangsari juga membawa manfaat seperti pengurangan risiko kerugian
akibat serangan hama atau penyakit spesifik, efisiensi penggunaan lahan yang
lebih tinggi, serta peningkatan kualitas dan kuantitas hasil panen. Meskipun
monokultur jagung dan monokultur kacang tanah juga memiliki potensi ekonomi
yang baik, penggabungan kedua tanaman ini dalam sistem tumpangsari
menawarkan keuntungan tambahan. Oleh karena itu, dari segi ekonomi, usaha
sistem budidaya tumpangsari tanaman jagung dan kacang tanah layak
dipertimbangkan dan dapat menjadi alternatif yang menjanjikan bagi petani
dalam meningkatkan produktivitas dan keuntungan mereka.

5.2. Saran

Petani sebaiknya mempertimbangkan untuk beralih dari monokultur jagung


atau monokultur kacang tanah ke sistem budidaya tumpangsari antara kedua
tanaman tersebut. Sistem tumpangsari menawarkan potensi ekonomi yang lebih
menguntungkan dengan adanya sinergi antara jagung dan kacang tanah. Hal ini
dapat meningkatkan hasil panen dan pendapatan petani. Namun, sebelum
mengadopsi sistem budidaya tumpangsari, petani disarankan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang persyaratan tanah, iklim, dan manajemen usaha
yang optimal untuk tanaman jagung dan kacang tanah. Ini akan membantu
memastikan kesuksesan implementasi sistem tumpangsari dan optimalisasi
potensi ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai