I. PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.4. Kegunaan
2.1.1. Jagung
tiap buku secara berurutan terus ke atas antara 7-10 buku yang seluruhnya berada
di bawah permukaan tanah. Sementara itu, akar penyangga adalah akar adventif
yang berkembang pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah (Wulandari,
2021).
Tinggi batang jagung berkisar antara 150-250 cm yang terbungkus oleh
pelepah daun yang berselang-seling berasal dari setiap buku. Ruas-ruas bagian
atas berbentuk silindris, sedangkan bagian bawah agak bulat pipih. Tunas batang
yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Percabangan (batang
liar) pada jagung umumnya terbentuk pada pangkal batang (Yovita, 2022).
Jumlah daun jagung bervariasi antara 8 helai sampai dengan 15 helai,
berwarna hijau berbentuk pita tanpa tangkai daun. Daun jagung terdiri atas
kelopak daun, lidah daun (ligula) dan helai daun yang memanjang seperti pita
dengan ujung meruncing (Oktavia, et al., 2020).
Tanaman jagung disebut juga tanaman berumah satu, karena bunga jantan
dan betina terdapat dalam satu tanaman, tetapi letaknya terpisah. Bunga jantan
dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedangkan bunga betina pada
tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang (Naomi, 2020).
polong. Warna biji kacang bermacam-macam putih, merah kesumba dan ungu.
Perbedaan itu tergantung varietasnya (Nasution, 2018).
2.2.1. Jagung
Tanah yang baik untuk pertumbuhan jagung adalah subur, gembur, banyak
mengandung bahan organic, earase dan drainasenya baik. Tanaman jagung
menghendaki tempat terbuka dan menyukai cahaya. Penentuan jumlah biji
tanaman jagung ditentukan seberapa banyak jumlah radiasi surya yang
diterimanya selama fase pertumbuhan. Temperatur udara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman jagung adalah 230C– 270C. Curah hujan yang ideal untuk
tanaman jagung pada umumnya antara 200 sampai dengan 300 mm per bulan atau
yang memiliki curah hujan tahunan antara 800 sampai dengan 1200 mm. Tingkat
kemasaman tanah (pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung berkisar antara 5,6 sampai dengan 6,2. Saat tanam
jagung tidak tergantung pada musim, namun tergantung pada ketersediaan air
yang cukup. Kalau pengairannya cukup, penanaman jagung pada musim kemarau
akan memberikan pertumbuhan jagung yang lebih baik (Yohanes, 2020).
Secara fisiologis tanaman jagung termasuk tanaman C4. Pertumbuhannya
memerlukan cahaya yang penuh. Golongan tanaman C4 ini juga lebih efisien
dalam memanfaatkan CO2 yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Hal ini
dapat berlangsung karena tanaman jagung memiliki sel seludang daun atau bundle
seath cells yang mengelilingi pembuluh daun (Sariyah dan Agus, 2020).
Tumpang sari merupakan penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada
sebidang tanah dalam waktu yang sama yang akan memberikan banyak
keuntungan (Arwati, 2018). Setiap jenis tanaman mempunyai daya adaptasi dan
respon berbeda terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, dengan mengetahui
respon tanaman terhadap lingkungannya akan diperoleh pedoman untuk
membudidayakan tanaman tersebut secara tepat . Salah satu aspek berhasilnya
tanaman ganda (tumpang sari) bahwa tersedianya air dan pengetahuan yang
mendalam tentang varietas. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor lingkungan fisik
besar pengaruhnya karena menyangkut iklim dan input yang diberikan (Katamso,
2020).
Dua jenis tanaman tidak akan terjadi persaingan jika sumber daya yang ada
yakni air, unsur hara, dan radiasi surya dalam keadaan cukup bagi kebutuhan
kedua jenis tanaman tersebut. Tetapi apabila unsur-unsur tersebut yang tersedia
lebih kecil atau tidak mencukupi sesuai dengan kebutuhan tanaman, maka
persaingan akan terjadi pada setiap komunitas tanaman. Pengelolaan lahan secara
tumpang sari, akan meningkatkan intensitas penggunaan lahan. Dengan intensitas
penggunaan lahan yang yang tinggi mempunyai dampak positif terhadap
10
2.4. Monokultur
Menurut Hasna, et al. (2022), Salah satu faktor penentu dalam pembentukan
suatu daerah yakni potensi ekonomi. Potensi ekonomi adalah kemampuan
ekonomi yang terdapat di daerah mampu untuk dikembangkan dan terus untuk
dikembangkan agar menjadi sumber pendapatan daerah tersebut serta menjadi
sumber penghidupan perekonomian masyarakat setempat. Dengan pengembangan
potensi yang ada bahkan dapat mendorong pembangunan perekonomian daerah.
Kelayakan usaha adalah kemampuan suatu usaha atau bisnis untuk menghasilkan
keuntungan dan bertahan dalam jangka panjang. Kelayakan usaha dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti modal usaha, keuntungan yang diharapkan, risiko
usaha, persaingan pasar, dan sektor ekonomi yang dijalankan. Usaha yang layak
11
akan mampu memberikan keuntungan yang memadai bagi pemilik usaha serta
memberikan manfaat bagi masyarakat (Hasan et al., 2022).
2.6. Kerangka Pikir
2.7. Hipotesis
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jagung, benih kacang
tanah, kertas lakmus, pupuk (urea, SP-36, KCL dan NPK), kapur dolomit,
pestisida (furadan dan insektisida). Alat yang digunakan dalam penelitian ini: arit,
tugal, cangkul, gembor, parang, tali rafia, patok, ring sampel, timbangan, wadah
air, penggaris, meteran kain, wadah air.
Pemupukan dilakukan setelah penanaman yang terdiri dari pupuk urea, SP-
36, KCL, dan pupuk NPK. Pemberian pupuk pertama yaitu pupuk urea dan
pupuk NPK. Setelah 2 minggu, menyusul pemberian pupuk SP-36 dan KCL.
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari dengan
menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan tergantung pada curah hujan.
b. Penyulaman
Bibit yang digunakan untuk menggantikan bibit yang rusak diambil dari
bibit berumur 7 hari setelah tanam, dengan demikian pertumbuhan tanaman yang
baru (bibit sulaman) pertumbuhannya dapat sama dengan tanaman lainnya yang
tidak disulam.
c. Penyiangan
yang sesuai. Setelah dipotong, tongkol jagung dapat langsung dipetik dan
disimpan dalam wadah atau karung untuk pengolahan atau penyimpanan
selanjutnya.
3.3.6. Penentuan Populasi dan Sampel
Pendapatan/keuntungan
π : TR −¿ TC
Keterangan: π = Pendapatan/keuntungan (Rp)
TR = Penerimaan total (Rp)
TC = Biaya total (Rp)
a. Tinggi Tanaman
b. Jumlah Daun
Perhitungan untuk jumlah daun, dihitung pada satu batang tanaman yang
sudah diukur tingginya (memiliki ukuran yang paling tinggi). Perhitungan untuk
jumlah tanaman dilakukan 2 minggu sekali.
c. Berat Basah
Berat basah pada tanaman kacang tanah dan jagung diukur dengan
mengambil sampel tanaman yang belum mengalami proses pengeringan. Bagian-
bagian tertentu dari tanaman, seperti daun, batang, atau biji, dipotong atau
dipisahkan dari tanaman utuh, kemudian ditimbang menggunakan timbangan
yang akurat untuk mendapatkan berat basahnya. Data berat basah ini berguna
untuk mengestimasi jumlah air yang terkandung dalam tanaman dan memperoleh
gambaran tentang kelembaban tanaman pada saat pengambilan sampel.
e. Indeks Panen
Pengamatan terhadap indeks panen dilakukan pada akhir penelitian
dengan cara menggunakan rumus yang menggabungkan berbagai parameter
pertanian seperti berat panen, jumlah tanaman, atau luas lahan yang digunakan.
Data ini kemudian dianalisis secara statistik untuk menentukan sejauh mana
produksi tanaman jagung dan kacang tanah mencerminkan efisiensi penggunaan
lahan dan sumber daya. Indeks panen dihitung dengan rumus:
Y
HI =
W
19
HI = Indeks panen
Y = Hasil tanaman
W = Berat kering total tanaman
Keterangan:
4.1. Hasil
1. Biaya tetap
a. Gembor Buah 1 45.000 45.000
b. Cangkul Buah 1 - -
c. Sabit Buah 1 - -
d. Parang Buah 1 - -
e. Waring Meter 3 4.000 12.000
f. Ring sampel Buah 5 - -
g. Spayer Buah 1 40.000 40.000
h. Meteran Rol Buah 1 - -
i. Penggaris Buah 1 - -
j. Kamera Buah 1 - -
Sub total 97.000
2. Biaya tidak tetap
a. Benih kacang tanah Liter 1 30.000 30.000
b. Benih Jagung Pcs 1 60.000 60.000
c. Kertas lakmus Pcs 1 25.000 25.000
21
2. Pendapatan
- Penerimaan (TR) 1.995.000 1.750.000 16.128.000
- Biaya Total (TC) 286.520 286.520 286.520
π = TR−¿TC 1.708.480 1.463.480 15.841.480
- Jagung 40,93 kg
- Kacang tanah 11,46 kg
- Tumpang sari 9,55 kg
4. Break Even Point (BEP) Nilai Total biaya
Total Produksi
- Jagung Rp1005,33
- Kacang tanah Rp4.093,14
- Tumpang sari Rp.523,96
5. Return On Investment (ROI) Laba usaha
× 100%
Modalusaha
- Jagung 5,96%
- Kacang tanah 5,10%
- Tumpang sari 55,28%
4.2. Pembahasan
monokultur kacang tanah 11,46 kg, dan tumpang sari 9,55 kg . Analisa Break
24
Even Point (BEP) nilai, titik dimana pendapatan sama dengan modal yang
dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau keuntungan. Total keuntungan dan
kerugian ada pada posisi 0 (nol). Perhitungannya yaitu total biaya dibagikan
dengan total produksi untuk setiap budidaya. Hasil perhitungan untuk setiap
tahun budidaya monokultur jagung sebesar Rp1005,33 monokultur kacang tanah
Rp4.093,14 dan tumpang sari Rp523,96. Analisis Return On Investment (ROI)
menunjukkan bahwa usaha budidaya monokultur jagung, monokultur kacang
tanah, dan tumpang sari apakah layak atau tidak untuk dijalankan. Perhitungan
ROI yaitu laba usaha budidaya dibagi dengan modal usaha hasilnya dikalikan
dengan 100%. Pada monokultur jagung diperoleh ROI sebesar 5,96%,
monokultur kacang tanah yaitu 5,10%, dan tumpang sari 55,28%.
25
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Anwar K, Juliawati, dan Ilya P. 2021. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Jagung Manis pada Sistem Tumpangsari dengan Kacang Tanah dan Jarak
Tanam. Jurnal Sains dan Aplikasi. 9(1): 23–30.
Astuti K, Dicky MR, dan Isnaeni NK. 2022. Analisis Produktivitas Jagung dan
Kedelai di Indonesia. Jakarta. BPS-RI.
Dewi APD. 2019. Pemanfaatan Darah Sapi dan Legin terhadap Peningkatan
Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah. Skripsi. Universitas Islam
Riau.
Djafar MFY, Lini A, Wawan H, Fitran H, dan Fadel MH. 2021. Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Kelompok Tani Bangkit
Bersama di Desa Ambara. Jurnal Agribisnis. 5(2): 155–161.
Fiqriansyah M, Putri SA, Syam R, dan Rahmadani AS. 2021. Teknologi Budidaya
Tanaman Jagung (Zea mays, L.) dan Sorgum (Sorgum Bicolor, L.
Moench).
Makassar. Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Hasan S, Elpisah, Joko S, Zarkasi dan Fachrurazi. 2022. Studi Kelayakan Usaha.
Jawa Tengah. Pena Persada.
Hulu YH, dan Setiawan AW. 2022. Efektivitas Penanaman Tanaman Jagung (Zea
mays, L.) dan Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.) dengan Metode
Tumpangsari. Jurnal Ilmu Pertanian. 10(1): 1–11.
Maria, Srida MA, dan Lani. 2021, Perbandingan Pertumbuhan Tanaman Porang
(Amorphophallus muelleri) Agroforestry dan Monokultur pada Kelompok
Tani Sari Bunga Kayu Kabupaten Luwu Timur. Jurnal Penelitian
Kehutanan Bonita. 3(2): 23–31.
27
Naomi MR. 2020. Peran Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
Hibrida (Zea mays, L.). Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Nasution MF. 2019. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogaea, L.) dengan Pemberian POC Limbah Ikan dan Pupuk
Hayati. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Ndjurumanna ELW, Marten UG, Lusia DL. 2022. Identifikasi Varietas Kacang
Tanah Sandle Berdasarkan Karakter Morfologi pada Varietas Kacang
Tanah Lokal di Kecamatan Haharu. Jurnal Pertanian Berkelanjutan.
10(1): 14–25.
Neo XF, dan Syprianus C. 2018. Pengaruh Model Tumpangsari dan Pengaturan
Jarak Tanam Kacang Nasi (Vigna angularis, L.) Kultivar Lokal terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays, L.). Jurnal Pertanian
Konservasi Lahan Kering. 3(1): 14–17.
Oktavia W, Lizah K, dan Nyimas PI. 2020. Pengaruh Berbagai Varietas Jagung
Manis (Zea mays saccharata strut, L.) terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah
Daun dan Kandungan Lignin Tanaman Jagung. Jurnal Nutrisi Ternak
Tropis dan Ilmu Pakan. 2(2): 60–70.
Paput FA, Sugitha IM, Anak AISW. 2022. Pengaruh Perbandingan Susu Kacang
Tanah (Arachis hypogeae,L.) Dan Susu Skim Terhadap Karakteristik Fisik
Dan Kimia Susu Modifikasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 11(4):
712–721.
Samosir OM, Marpaung RG, dan Laia T. 2020. Respon kacang Tanah (Arachis
hypogaea, L.) Pemberian terhadap Unsur Mikro. Jurnal Agrotekda. 3(2):
74–83.
Sarjiyah, dan Agus NS. 2020. Upaya Meningkatkan Produktivitas Lahan dengan
Tumpangsari Jagung Manis dan Kacangan. Prosiding University Research
Colloquium: 361–370.
Sukmawani R, Ema HM, Amalia NM, Endang TA, Neneng KR, Ira N, Deni R,
Imas L, dan Bayu S, 2019. Buku Manual Tri Satya Usaha Tani Pada Jahe
Merah. Sukabumi. UMMI Press.
Sunarjono H, dan Febriani AN. 2018. Bertanam Sayuran Daun dan Umbi.
Jakarta. Penebar Swadaya.
Yohanes PS. 2020. Biochar Bambu Perbaikan Kualitas Tanah dan Hasil Jagung.
Surabaya. Scopindo Media Pustaka.
29
DENAH LAHAN
K J J
K K J J J
K K J J J
K K J J J
K K K J J
K K K J J
K K KJ KJ KJ
KJ KJ KJ KJ KJ
KJ KJ KJ KJ KJ
KJ KJ KJ
LAMPIRAN PERHITUNGAN
No Minggu
Total
. 1 2
S1 236 239 475
S2 230 282 512
S3 238 283 521
S4 287 287 574
S5 272 272 544
- Tumpangsari
Jagung Kacang tanah
No Minggu Minggu Total
1 2 1 2
S1 115 227 42 51 435
S2 121 198 32 62 413
S3 127 208 40 54 429
S4 112 125 48 50 335
S5 88 190 36 64 378
32
2. Daun tanaman
- Monokultur Jagung (Helai)
No Minggu
Total
. 1 2
S1 44 47 91
S2 44 31 75
S3 48 35 83
S4 48 51 99
S5 8 30 38
No Minggu
Total
. 1 2
S1 40 48 88
S2 37 68 105
S3 37 53 90
S4 40 46 86
S5 41 58 99
3. Penerimaan (TR)
TR : Jumlah produksi (P) x harga (Q)
- Monokultur Jagung = 285 x 7.000 = 1.995.000
- Monokultur Kacang tanah = 70 x 25.000 = 1.750.000
- Tumpangsari = 538 x 20.000 = 10.760.000
Total penerimaan = 1.995.000 + 1.750.00 + 10.760.000 = 14.505.000
33
4. Pendapatan (π )
π : Penerimaan (TR) – biaya total (TC)
- Monokultur Jagung = 1.995.000 – 1.450.000 = 545.000
- Monokultur Kacang tanah = 1.750.000 – 1.370.000= 380.000
- Tumpangsari = 10.706.000 – 2.805.000 = 7.955.000
Penjumlahan pendapatan = 524.000 + 380.000 + 7.995.000 = 8.880.000
1.370.000
- Monokultur kacang tanah = = Rp19.571
70
2.805.000
- Tumpangsari = = Rp5.214
538
9. Return On Investment (ROI)
Laba Usaha
ROI = x 100%
Modalusaha
625.000
- Monokultur Jagung = x 100 = 37,59%
1.370.000
380.000
- Monokultur kacang tanah =
1.370.000
x 100% = 27,74%
7.995.000
- Tumpangsari =
2.805.000
x 100%= 283,6
35