Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PEMULIAAN TANAMAN


“Persilangan Tanaman Kedelai Var. Anjasmoro dan Var. Agromulyo”

Oleh :

NAMA : FENNI ASTRIA PUTRI R.


NIM : D1B116200
KELAS : AGT-D
KELOMPOK : III (TIGA)

PROGRAM STUDI AGROTEKNONLOGI


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai adalah tanaman pangan utama setelah padi dan jagung. Peningkatan

kebutuhan kedelai bisa kita lihat seiring peningkatan kebutuhan tahu, kecap dan

tempe yang bahan utamanya terbuat dari kedelai. Kebutuhan akan kedelai terus

meningkat sesuai dengan peningkatan penduduk di Indonesia.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (2015), pada tahun 2004 produksi

nasional mencapai 723.483 ton dengan luas panen 565.155 hektar, kemudian tahun-

tahun selanjutnya produksi kedelai nasional menunjukkan fluktuasi naik turun.

Produktivitas kedelai nasional masih sekitar 1,3 ton/ha. Hal ini masih jauh dari

potensi produktivitas kedelai unggul. Masalah utama yang dihadapi adalah rendahnya

produksi kedelai yang tidak sebanding dengan kebutuhan kedelai yang kian

meningkat. Permasalahan produksi kedelai tidak terlepas dari beberapa faktor seperti

penurunan areal tanam kedelai, rendahnya harga jual di tingkat petani, rendahnya

partisipasi petani dalam menanam, ketersediaan teknologi, rendahnya adopsi

teknologi di tingkat petani dan terakhir adalah rendahnya tingkat harga yang diterima

petani. Setiap faktor memiliki solusi yang berbeda-beda, namun yang harus

diperhatikan adalah mutu benih kedelai. Jika mutu benih kedelai meningkat, maka

produksi benih otomatis akan mengalami peningkatan juga. Jadi penting bagi kita

untuk mengetahui bagaimana caranya mendapatkan varietas unggul kedelai. Kita

harus menggunakan setiap strategi yang ada termasuk dengan pemuliaan tanaman,
kita bisa mengembangkan dan menyilangkan varietas kedelai hingga akhirnya kita

dapat mendapatkan kualitas unggul. Persilangan adalah penyerbukan silang antara

tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi

merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua.

Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan

menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman

menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua atau

pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida. Selain itu,

hibridisasi juga dimaksugkan untuk memperluas keragaman.

Berdasarkan uraian di atas maka praktikum ini dilakukan untuk mengetahui

cara persilangan tanaman kedelai, mengetahui cara penyerbukan tanaman kedelai dan

mengetahui hasil persilangan antar varietas.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara persilangan tanaman

kedelai, mengetahui cara penyerbukan tanaman kedelai dan mengetahui hasil

persilangan antar varietas.

Kegunaa dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui cara

persilangan tanaman kedelai, mengetahui cara penyerbukan tanaman kedelai dan

mengetahui hasil persilangan antar varietas.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum dan Klasifikasi Tanaman Kedelai (Glycine max L.)

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan penghasil protein nabati yang

sangat penting, baik karena kandungan gizinya dan aman dikonsumsi, serta harganya

relatif murah dibandingkan dengan sumber protein lainnya. Di Indonesia, kedelai

umumnya dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti : Tahu, tempe, kecap,

tauco, susu kedelai, dan berbagai bentuk pangan olahan lainnya. Perkembangan

industri pangan berbahan baku kedelai membuka peluang yang besar bagi usaha

agribisnis kedelai, mulai dari usahatani, pengolahan, sampai pemasaran (Swastika et

al, 2007).

Pengetahuan dan pemahaman terhadap karakter morfologi kedelai tidak hanya

bermanfaat bagi penentu aplikasi agronomi, keperluan pemeliharaan kebenaran

genetik benih, dan penyusunan deskripsi varietas, tetapi juga untuk modifikasi

karakter morfologi tertentu dalam upaya perbaikan dan peningkatan nilai ekonomis

tanaman. Perbaikan tanaman kedelai dapat dikelompokkan pada perbaikan terhadap

cekaman biotik (hama dan penyakit), abiotik (kekeringan, penaungan, toleransi

keharaan, dan sebagainya), perubahan morfologi maupun fisiologis tanaman, dan

kualitas (ukuran biji, umur masak, protein, dan Sebagainya) (Adie, 2007).
Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu komoditi pangan dari famili

leguminoseae yang dibutuhkan dalam pelengkap gizi makanan. Kedelai memiliki

kandungan gizi tinggi yang berperan untuk membentuk sel-sel tubuh dan menjaga

kondisi sel-sel tersebut. Kedelai mengandung protein 75-80% dan lemak mencapai

16-20 serta beberapa asam-asam kasein (Suhardi, 2002).

Tanaman kedelai berbentuk semak pendek setinggi 30-100 cm, kedelai yang

telah dibudidayakan tersebut merupakan tanaman liar yang tumbuh merambat yang

buahnya berbentuk polong dan bijinya bulat lonjong. Tanaman kedelai ini

dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang) (Suprapti, 2003).

Menurut Acquaah (2008), klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Glycine

Spesies :Glycine max (L.) Merrill

2.2 Morfologi Bunga Tanaman Kedelai (Glycine max L.)

Bunga tanaman kedelai umumnya muncul atau tumbuh di ketiak daun. Pada

kondisi lingkungan tumbuh dan populasi tanaman optimal, bunga akan terbentuk
mulai dari tangkai daunnya akan berisi 1—7 bunga, tergantung dari karakter varietas

kedelai yang ditanam. Bunga kedelai termasuk sempurna karena pada setiap bunga

memiliki alat reproduksi jantan dan betina. Penyerbukan bunga terjadi pada saat

bunga masih tertutup sehingga kemungkinan penyerbukan silang sangat kecil yaitu

hanya 0,1%. Warna bunga kedelai ada yang ungu dan putih. Potensi jumlah bunga

yang terbentuk bervariasi tergantung dari varietas kedelai, tetapi umumnya berkisar

40—200 bunga per tanaman.

Polong kedelai pertama kali muncul sekitar 10—14 hari masa pertumbuhan

yakni setelah bunga pertama muncul. Warna polong yang baru tumbuh berwarna

hijau dan selanjutnya akan berubah menjadi kuning atau coklat pada saat dipanen.

Pembentukan dan pembesaran polong akan meningkat sejalan dengan bertambahnya

umur dan jumlah bunga yang terbentuk. Jumlah polong yang terbentuk beragam

berkisar 2—10 polong pada setiap kelompok bunga di ketiak daunnya. Sementara

jumlah polong yang dapat dipanen berkisar 20—200 polong per tanaman, tergantung

dari varietas kedelai yang ditanam dan dukungan kondisi lingkungan tumbuh. Warna

polong masak dan ukuran biji antara posisi polong paling bawah dan paling atas akan

sama selama periode pemasakan polong optimal berkisar 50—75 hari. Periode waktu

tersebut dianggap optimal untuk proses pengisian biji dalam polong yang terletak di

sekitar pucuk tanaman (Adisarwanto, 2008).

Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari

ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai

daun sangat beragam, antara 2-25 bunga , tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan
varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima,

keenam, atau pada buku yang lebih tinggi. Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh

suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar

matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang

pembentukan bunga. Setiap ketiak tangkai daun yang mempunyai kuncup bunga dan

dapat berkembang menjadi polong disebut sebagai buku subur. Tidak setiap kuncup

bunga dapat tumbuh menjadi polong, hanya berkisar 20-80%. Jumlah bunga yang

rontok tidak dapat membentuk polong yang cukupbesar. Rontoknya bunga ini dapat

terjadi pada setiap posisi buku pada 1-10 hari setelah mulai terbentuk bunga. Periode

berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik

dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah bunga pada tipe batang

determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan pada batang tipe indeterminate.

Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan

ungu (Nur, 2013).

2.3 Persilangan Tanaman Kedelai (Glycine max L.)

Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda

susunan genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah

awal pada program pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program

pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua

homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi

biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida
dalam rangka pembentukan varietas hibrida. Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan

untuk memperluas keragaman (Lukman et al, 2008).

Tanaman kedelai ini merupakan tanaman menyerbuk sendiri (autogami) yang

memiliki bunga sempurna (hermaprhodit/banci) karena putik dan benangsari terletak

dalam satu bunga. Bunga kedelai berbentuk kupu-kupu dengan 3 mahkota yang

menutupi alat kelamin secara sempurna (oleh sebab itu dinyatakan bahwa tanaman

kedelai merupakan penyerbuk sendiri). Bunga kedelai berukuran sekitar 5-8mm

ketika membuka penuh. Warna mahkota bervariasi ada yang ungu ataupun putih

tergantung dari varietas yang ditanam. Putik bunga sangat kecil berukuran sekitar 3

mm dan berbentuk menyerupai calon polong. Setelah pembuahan terjadi putik tidak

akan gugur dan berkembang menjadi polong kedelai. Benangsari bunga kedelai juga

berukuran sangat kecil. Tangkai benangsari menyatu dan membentuk suatu selaput

tipis yang menutupi/mengelilingi putik. Selaput ini mendukung benangsari diatasnya.

Bunga kedelai akan mulai membuka pada pukul 05.00 pagi. Penyerbukan alami akan

terjadi pada saat serbuk sari matang yaitu pada saat bunga mekar sempurna (06.00-

10.00). Pada saat itulah hendaknya penyerbukan/persilangan tanaman dilakukan.

Letak anther pada bunga kedelai lebih panjang daripada stigma (disebut juga dengan

heteromorfik). Namun demikian, bunga kedelai anther (benangsari) dan stigma

(putik) memiliki panjang yang berbeda (heteromorfik). Letak kelopak bunga dan

benangsari sejajar sehingga terkadang menjadi penghalang persilangan yang akan

dilakukan (Nur, 2013).


Prinsip persilangan pada tanaman kedelai adalah membuang kepala sari tetua

betina, kemudian kepala putiknya diserbuki dengan serbuk sari viabel dari tetua

jantan yang telah disiapkan. Persilangan dilakukan saat tanaman mulai berbunga (30-

50 HST), sampai bunga habis. Pada tanaman tetua betina diberikan label yang

menyatakan kombinasi persilangan. Persilangan dilakukan setiap hari (kecuali hujan)

mulai pukul 08.00-11.00 WIB (Alia et al, 2011).

Varietas unggul baru dari tanaman menyerbuk sendiri biasanya merupakan

hasil seleksi pada populasi keturunan hasil persilangan. Sebaliknya, pembentukan

hibrida unggul pada tanaman menyerbuk silang harus diawali dengan menyerbuk

sendiri secara buatan. Keberhasilan penyerbukan buatan sangat tergantung pada

faktor internal (tanaman) dan faktor eksternal (cuaca). Faktor internal yang terpenting

adalah saat masaknya kelamin. Penyerbukan buatan sebaiknya dilakukan pada saat

serbuk sari (pollen) sudah masak tetapi belum mati dan putik siap untuk dibuahi

(reseptif). Cuaca yang cerah dan tidak ada angin akan mendukung keberhasilan

penyerbukan (Ihsan et al, 2008).

Rendahnya keberhasilan persilangan, jumlah polong berisi, jumlah polong

hampa, jumlah polong berisi satu, dua dan tiga disebabkan oleh banyaknya faktor

diantaranya keterampilan dari penyilang, tidak setiap varietas cocok dengan varietas

lain, waktu reseptif, waktu antesis. Persilangan dilakukan untuk semua kombinasi

tidak dalam waktu yang bersamaan ini tentu mempengaruhi keberhasilan persilangan

meskipun masa antesis antara jam 06.00 –10.00 penutupan dengan plastik

mengakibatkan udara di dalam lebih panas sehingga memperbesar jumlah bunga-


bunga yang gugur, Kesuburan tetua betina lebih subur dibanding dengan tetua jantan

kemungkinan tingkat fertilitas jantan lebih rendah karena jantan hasil seleksi pada

tanah salin, viabilitasnya kurang baik, jumlah serbuk sari yang diberikan tidak sama

pada setiap tanaman, kegagalan pembentukan buah sempurna disebabkan oleh

kegagalan tepung sari berkecambah, penghambatan tepung sari mencapai sel telur,

pembentukan buah yang lemah serta faktor lingkungan seperti adanya serangan hama

dan penyakit serta sifat genetik dari tanaman yang akan disilangkan (As’ad, 2015).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan mulai hari Sabtu, 24 Februari sampai 28 April

2018. Bertempat pada Laboratorium Lapangan Percobaan II (dua) Fakultas Peranian

Unversitas Halu Oleo Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cangkul, parang, pinset,

gunting, jarum, kamera, daring, paku, palu, jarum pentul, gamal dan alat tulis

menulis.

Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai varietas Anjosmoro, tali raffia,

benang, kertas sungkup, pupuk NPK dan pupuk kandang.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum ini yaitu :

3.3.1 Pengolahan Lahan


Memberihkan area pertanaman dengan cangkul dan parang, dengan luasan

petak sebesar 2 x 1,5 M. Membuat petakan berdasarkan ukuran yang yang ditentukan

(2 x 2 M). Menggemburkan tanah pada bedengan beserta pembersihan gulma dan

sisa-sisa akara tanaman. Pengapuran dilakukan 3 hari sebelum pemupukan dengan

dosis Pemupukan menggunkan pupuk kandang yakni kotoran ayam, dilakukan satu

minggu setelah penggemburan.

3.3.2 Penanaman

Setelah pemupukan dengan pupuk organik selanjutnya dilakukan penanaman

setelah satu minggu. Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman kedelai yaitu 20 cm

x20 cm. Jumlah benih perlubang tananm yaitu 2 biji.

3.3.3 Perawatan

Penyiraman, pemupukan, pembersihan gulma (penyiangan), penggemburan

dan penyulaman. Penyiraman dilakukan setiap hari. Pembersihan dilakukan setiap

saat. Penggemburan bertujuan untuk memperkokok akar tanaman sehingga tidak

mudah tumbang. Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati.

3.3.4 Persilangan

Persilangan dilakukan pada pukul 08:00-10:00 tetua betinanya varietas

agromulyo dan tetua jantanya varietas anjasmoro lalu menyilangkannya dengan cara

mengambil tetua jantan varietas anjosmoro pada bagian bunga dengan melakukan

kastrasi atau menghilangkan bagian bunga yang tidak diperlukan. selanjutnya

mengambil bagian jantan pada varietas anjasmoro menggunakan pingset dan jarum
pentul lalu di lakukan persilangan dengan mempertemukan tetua jantan dan betina

pada varietas, terakhir dilakukan proses pemberian label agar kita mengetahui bagian

yang disilangkan.

3.3.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah hasil persilangan tanaman

kedelai berhasil atau tidak. Pengamatan juga dilakukan untuk mengecek tanaman

yang telah disilangkan ada yang mati atau tidak.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengamatan persilangan tanaman kedelai ungu varietas Anjosmoro dan

kedelai varietas Agromulyo ssebagai berikut :

Anjosmoro Agromulyo

Fenotipe : Kedelai berbiji bulat X Kedelai berbiji keriput

Genotipe : (BB) X (kk)

Gamet : B k

F1 : Bk (berbiji bulat dan keriput)

F1 x F1 : Bk X Bk

Gamet : Bk Bk

F2

♀ B k
B BB Bk

K Bk kk

Keterangan : BB (berbiji bulat) = ¼ x 100 % = 25 %

Bk (berbiji bulat keriput) = ½ x 100 % = 50 %

kk (berbiji keriput) = ¼ x 100 % = 25 %

Rasio fenotipe F2 = berbiji bulat berbiji keriput

Rasio genotipe F2 = BB : Bk : kk

1 2 1
4.2. Pembahasan

Kedelai adalah tanaman pangan utama setelah padi dan jagung. Kedelai

(Glycine max L.) merupakan salah satu komoditi pangan dari famili leguminoseae

yang dibutuhkan dalam pelengkap gizi makanan. Kedelai memiliki kandungan gizi

tinggi yang berperan untuk membentuk sel-sel tubuh dan menjaga kondisi sel-sel

tersebut. Kedelai mengandung protein 75-80% dan lemak mencapai 16-20 serta

beberapa asam-asam kasein

Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada

program pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan

tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang

berbeda genotipenya.
Prinsip persilangan pada tanaman kedelai adalah membuang kepala sari tetua

betina, kemudian kepala putiknya diserbuki dengan serbuk sari viabel dari tetua

jantan yang telah disiapkan. Persilangan dilakukan saat tanaman mulai berbunga (30-

50 HST), sampai bunga habis. Pada tanaman tetua betina diberikan label yang

menyatakan kombinasi persilangan. Persilangan dilakukan setiap hari (kecuali hujan)

mulai pukul 08.00-11.00 WIB.

Persilangan ini dari tanaman kedelai yang memiliki bunga sama tetapi berbeda

varietas, yang berasal dari kedelai bunga ungu varietas anjasmoro sebagai tetua jantan

dan kedelai bunga ungu varietas agromulyo sebagai tetua betina. Harapan setelah

persilangan ini yaitu mampu mendapatkan varietas unggul agar terjadi peningkatan

pada produktivitas pertanian.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan persilangan kedelai bunga

ungu varietas anjasmoro (PP) menghasilkan gamet P dan varietas agromulyo (pp)

menghasilkan gamet p, setelah itu keturunan pertama (F1) varietas anjasmoro (P)

disilangkan dengan varietas agromulyo (p) akan menghasilkan keturunan genotipe Pp

sebanyak 100%.

Setelah itu, hasil keturunan pertama (F1) varietas anjasmoro (Pp) disilangkan

dengan hasil keturunan pertama (F1) varietas agromulyo (Pp) akan menghasilkan

gamet (P 50%) dan (p 50%) sehingga untuk mendapatkan keturunan F2 maka

disilangkan maka disilangkan varietas anjasmoro (Pp) dan varietas agromulyo (Pp)

maka akan menghasilkan genotipe 25 % kedelai bunga ungu varietas anjasmoro (PP),
50% kedelai bunga ungu hasil persilangannya (Pp) dan 25 % kedelai bunga ungu

varietas agromulyo (pp).

Praktikum persilangan kedelai kali ini, mengalami kegagalan. Banyak faktor

yang bisa saja menjadi penyebab dari kegagalan ini seperti waktu persilangan,

kesiapan bunga jantan dan bunga betina saat disilangkan, faktor cuaca dan yang

paling penting adalah ketelitian pemulia saat menyilangkan. Peletakan serbuk sari

pada putik varietas lain harus tepat dan sesuai, ini adalah faktor utama kegagalan

dalam persilangan tanaman.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Persilangan buatan pada tanaman merupakan salah satu cara yang bisa

dilakukan jika ingin mendapatkan varietas unggul suatu tanaman. Persilangan pada

tanaman kedelai adalah dengan cara membuang kepala sari tetua betina, kemudian

kepala putiknya diserbuki dengan serbuk sari viabel dari tetua jantan yang telah

disiapkan. Hasil persilangan dari varietas anjasmoro dengan fenotipe kedelai berbiji

bulat keriput (Bk) disilangkan dengan hasil keturunan pertama (F1) varietas

agromulyo dengan fenotipe kedelai berbiji bulat keriput (Bk) maka akan

menghasilkan genotipe 25 % kedelai bunga ungu berbiji bulat (BB), 50% kedelai

bunga ungu berbiji bulat keriput (Bk) dan 25 % kedelai bunga ungu berbiji keriput

(kk). Praktikum persilangan kedelai kali ini, mengalami kegagalan. Banyak faktor
yang bisa saja menjadi penyebab dari kegagalan ini seperti waktu persilangan,

kesiapan bunga jantan dan bunga betina saat disilangkan, faktor cuaca dan yang

paling penting adalah ketelitian pemulia saat menyilangkan. Peletakan serbuk sari

pada putik varietas lain harus tepat dan sesuai, ini adalah faktor utama kegagalan

dalam persilangan tanaman.

5.2. Saran

Diharapkan praktikan lebih hati-hati dan memperhatikan waktu pada saat

melakukan persilangan agar kegagalan-kegagalan yang mungkin terjadi bisa

diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, G. 2008. Principles of Genetics and Plant Breeding. Blackwell Publishing :


USA. 569 hlm.

Adie, M.M. dan A. Krisnawati. 2007, Biologi Tanaman Kedelai.

Alia Y. dan Weni W. 2011. Persilangan Empat Varietas Kedelai dalam Rangka
Penyediaan Populasi awal Untuk Seleksi. Penelitian Universitas Jambi Seri
Sains. 13(1) : 39-42.

As’ad, Syamsul Arifin. 2013. Kajian Morfologi Anatomi dan Agronomi antara
Kedelai Sehat dengan Kedelai Terserang Cowpea Mild Mottle Virus serta
Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Sekolah Menengah Kejuruan.
Pendidikan Sains, 1(2) : 115-125.

Badan Pusat Statistik, 2015. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai
Nasional Tahun 2004-2014.

Ihsan, Farihul dan Sukarmin. 2008. Teknik Persilangan Untuk Perakitan Varietas
Lukman dan Wawan. 2008. Teknik Kastrasi Pada Persilangan Buatan Tanaman

Nur, H. 2013. Teknik Persilangan Buatan pada Tanaman.

Nur, H. . 2013. Teknik Persilangan Buatan pada Tanaman Secara Konvensional.


Teknik Pertanian, 7 (2) : 62-64.

Swastika, D.K.S., S. Nuryanti, dan M.H. Sawit. 2007. Kedudukan Indonesia Dalam
Perdagangan Internasional Kedelai Unggul Baru. Teknik Pertanian, 13 (1):
33-36.

DOKUMENTASI

Pengukuran Lahan Pembersihan Lahan

Pembuatan Drainase Pembuatan Petakan

Penanaman Penyilangan
Tanaman Kedelai

Anda mungkin juga menyukai