Latar belakang
banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam ekosistem. Jika
produktivitas pada suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu
yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika
lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di
tanaman dalam bidang pertanian yang belum dapat menghasilkan hasil yang
maksimal antara lain adalah tanaman tebu, rosella, kapas, kedelai, jagung, padi,
kacang panjang, tomat, semangka, ubi jalar dan tanaman lainnya (Prihatman 2000).
protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman
seperti tahu, tempe,kecap, tauco, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan
(Adisarwanto 2005).
olahan berbahan baku kedelai, maka kebutuhan kedelai di dalam negeri terus
2
meningkat. Data statistik dari FAO dan BPS menunjukkan bahwa kebutuhan
kedelai rata-rata pada tahun 2001–2005 sebesar 1,84–2,04 juta ton. Kekurangannya
harus diimpor sebesar 1,12–1,36 juta ton. Gambaran di atas mencerminkan bahwa
Indonesia masih mengalami defisit yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan
rata-rata 2,5 ton ha. Namun, di tingkat petani yang dicerminkan oleh rataan
produktivitas nasional baru mencapai 1,28 ton ha. Ini berarti bahwa masih terdapat
potensi dan peluang yang sangat besar untuk meningkatkan produksi kedelai
teknologi. Salah satu komponen teknologi yang paling mudah dan cepat menyebar
adalah penggunaan varietas unggul baru (VUB) yang berdaya hasil tinggi, karena
dan dipahami oleh petani. Oleh karena itu, perakitan varietas unggul baru yang
Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara budidaya
asal usul kedelai, pertama kali ditemukan dalam buku Pen Ts’ao Kong Mu
(Materica Medica) pada era Kekaisaran Sheng-Nung pada 2838 Sebelum Masehi
(SM). Tanaman kedelai merupakan salah satu dari lima tanaman biji-bijian yang
disakralkan (Wu Ku) yakni padi, kedelai, gandum, barley, dan milet. Walaupun
penunjukan masa 2838 SM diragukan, karena ada dugaan lima masa yang lain
yakni 2828 SM, 2737 SM, 2700 SM, 2448 SM dan 2383 SM; namun menurut
Hymowitz (1970) dari enam masa publikasi tentang kedelai ternyata memuat
pernyataan yang serupa yakni tanaman kedelai tergolong tanaman budi daya kuno
dan tanaman kedelai telah dikenal manusia lebih dari 5000 tahun yang lalu.
Kedelai diduga berasal dari daratan pusat dan utara Cina. Hal ini
G.usuriensis tergolong spesies yang sama. Namun bukti sejarah dan sebaran
untuk pertama kalinya, sekitar abad 11 SM. Korea merupakan sentra kedelai dan
yang kemudian menyebar ke Jepang antara 200 SM dan abad ke-3 Setelah Masehi
(Nagata 1960). Jalur penyebaran kedelai yang kedua dimungkinkan dari daratan
Menurut Ricker dan Morse (1948) dalam Hidayat (1995), tanaman kedelai
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klass : Dycotyledoneae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminaseae
Subfamili : Papilionoidae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max L. Merr.
Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji
berbatasan dengan bagian ujung bawah permukaan akar yang menyusun bagian
kecil dari poros bakal akar hipokotil. Bagian atas hipokotil berakhir pada epikotil
yang terdiri dari dua daun sederhana, yaitu primordia daun bertiga pertama dan
ujung batang (Adie dan Krisnawati, 2007). Hidajat (1985) menyatakan bahwa
batang tanaman kedelai ditumbuhi bulu berwarna abu-abu atau coklat, tetapi ada
juga varietas kedelai yang tidak berbulu. Pertumbuhan batang tanaman kedelai
yang berbeda, sedangkan tipe semideterminate memiliki ciri gabungan antara tipe
determinate dan indeterminate Jumlah buku dan ruas yang membentuk batang
utama tergantung dari respon genotipe terhadap panjang hari dan tipe tumbuh
5
Hidajat (1985) mengemukakan bahwa daun pertama yang keluar dari buku
yaitu bulat (oval), lancip (lanceolate), dan lonjong serta terdapat perpaduan bentuk
lainya. Bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun
diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji.
Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok
untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar (Adie dan Krisnawati,
2007).
Bunga tanaman kedelai berkembang dari tunas aksilar pada batang utama
dan cabang (Guard, 1931). Adie dan Krisnawati (2007) menyatakan bahwa
dengan banyak bunga per buku memiliki persentase keguguran bunga yang lebih
tinggi daripada yang berbunga sedikit. Satu polong berisi satu hingga lima biji,
namun pada umumnya berisi dua sampai tiga biji per polong. Polong kedelai
berbulu dan berwarna kuning kecoklatan dan abu-abu. Selama proses pematangan,
atau kecoklatan. Menurut penelitian Baharsjah et al. (1985), lama penyinaran yang
pendek dan suhu yang rendah akan menghasilkan biji yang kecil-kecil, sedangkan
lama penyinaran yang panjang dan suhu tinggi akan memyebabkan terbentuknya
SYARAT TUMBUH
6
Pertumbuhan optimal tercapai pada suhu 20-25 oC. Suhu 12-20 oC adalah
suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat
dan pertumbuhan biji. Tingkat keasaman tanah (pH) yang cocok adalah 5.8-7.
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan kedelai adalah aluvial, regosol, grumosol,
latosol, dan andosol. Tanaman kedelai tumbuh baik pada daerah yang memiliki
curah hujan 100-400 mm bulan-1, untuk produksi optimal maka diperlukan curah
hujan 100-200 mm bulan-1 (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Tinggi tempat dari
permukaan laut 0-900 m dengan ketinggian optimal sekitar 600 m. Curah hujan
kedelai (Sumarno dan Manshuri, 2007). Arsyad et al. (2007) menerangkan bahwa
pengembangan area tanaman kedelai dapat dilakukan pada lahan sawah, lahan
kering (tegalan), lahan bukaan baru, dan lahan pasang surut yang telah
direklamasi. Kedelai memerlukan tanah yang memiliki aerasi dan drainase air
yang cukup baik. Kedelai tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah kering
berpasir serta tanah dangkal. Jenis tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman
PEMUPUKAN
untuk kehidupan tanaman. N diperlukan dalam jumlah besar untuk seluruh proses
yang cukup memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik, ditandai dengan daun
amoniak dikeluarkan oleh bakteroid ke sel-sel tanaman legum dan dibawa sebagai
biotik (kompatibilitas bakteri dan tanaman inang, adanya mikroba lain yang ada
mengungkapkan bahwa pemberian dosis pupuk urea yang berlebihan akan bersifat
kecenderungan penurunan jumlah dan bobot kering bintil akar efektif terhadap
pemberian dosis urea 1,5 g polibag-1 dibanding pemberian dosis urea 0,5 g
polibag-1.
Fosfor merupakan salah satu unsur yang ditentukan pada tiap sel hidup
dan cenderung terkonsentrasi dalam biji dan titik tumbuh tanaman (Ismunadji et
8
al., 1991). Tanaman menyerap P paling banyak melalui jalur difusi, aliran massa,
dan intersepsi akar. Unsur fosfor umumnya diserap tanaman sebagai orto fosfor
primer (H2PO4-) atau sekunder (HPO4-2). Fungsi unsur fosfor antara lain
kekeringan, mempercepat masa panen, dan menambah nilai gizi dari biji. Unsur P
juga diperlukan untuk pembentukan dan aktivitas bintil akar yang maksimal.
Menurut Munawar (2011), kalium (K) adalah unsur hara esensial primer
bagi tanaman yang diserap oleh tanaman dalam jumlah lebih besar dibandingkan
0,1%3%, dengan rata-rata 1%. Sebagian besar K tanah terikat dalam bentuk
mineral sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Interaksi antara K dengan mineral
jenis legum menyerap K lebih sedikit dibanding tanaman jenis rumput. Darmawan
tidak merupakan bagian dari organ tanaman. Hara K terdapat dalam bentuk
anorganik dan sangat mobil. K penting untuk pembentukan protein dan asam
amino, serta penting pula dalam proses fotosintesis. Kekurangan unsur ini tidak
batang kecil, dan buku pendek. Batang tanaman memiliki ukuran yang kecil
sehingga mudah rebah. Daun-daun tuanya nekrosis pada bagian pinggir dan ujung
daun, serta keriting tegak atau nekrosis di daerah antar tulang daun, buah/polong
gugur pada saat masak awal, masak buah/polong tidak merata, jumlahnya sedikit,
Secara fisiologi, ion K berfungsi untuk mengatur pergerakan stomata pada guide
cells dalam aktivitas transpirasi yang berhubungan dengan cairan sel. Bila
kandungan ion K+ di sekitar stomata tinggi, maka sel-sel stomata akan menutup.
keseimbangan cairan tanaman dapat terjaga dengan baik. Kalium klorida bersifat
Menurut Roidah (2013), salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
Kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk
ini dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas
tanah, dan kemampuan tanah menahan air. Salah satu jenis pupuk organik yaitu
pupuk kandang. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang ditentukan oleh
sifat fisik, dan biologi tanah. Tekstur dari kotoran kambing adalah khas, karena
10
berbentuk butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat
rasio C/N pukan kambing umumnya masih di atas 30. Pupuk kandang yang baik
harus mempunyai rasio C/N<20, sehingga pukan kambing akan lebih baik
secara langsung, pukan ini akan memberikan manfaat yang lebih baik pada musim
kedua pertanaman. Kadar air pukan kambing relatif lebih rendah dari pukan sapi
dan sedikit lebih tinggi dari pukan ayam. Kadar hara pukan kambing mengandung
kalium yang relatif lebih tinggi dari pukan lainnya. Sementara kadar hara N dan P
hampir sama dengan pukan lainnya (Hartatik dan Widowati, 2006). Kandungan
Manshuri, 2007).
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih kedelai varietas
grobogan dan pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang kotoran ayam
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini pada awal persiapan lahan
Prosedur kerja
dan di buat lubang tanam sebanyak 20 lubang sedalam 2 cm pada tiap petak
bedengan. Sebelum benih ditanam, tanah yang sudah di lubang di beri pupuk
dasar pupuk kandang dan di inokulasi dulu selama satu minggu Benih ditanam
adalah phonska, dan pupuk kandang sesuai perlakuan pemupukan. Pupuk kandang
12
vegetatif dan generatif, meliputi pengendalian hama penyakit dan gulma yang ada
pada petak tanaman. Hama penyakit dikendalikan dengan cara pemberian puradan
Hasil
lahan percobaan fakultas pertanian diperoleh hasil pengamatan tinggi tanaman dan
50
40
K1
30 K2
K3
20
10
40
35
30
25 K1
K2
20 K3
15
10
0
14
KEL.1-3
25
24.5
24 KEL.1-3
23.5
23
22.5
22
PEMBAHASAN
pertumbuhan tinggi tanaman kedelai pada 7 HST,14 HST,21 HST, dan 28 HST
23.79, 36.39, dan 50.47 adalah rerata tinggi tanaman kedelai,jadi pada perlakuan
HST, 14 HST, 21 HST, dan 28 HST yang menunjuan jumlah rerata banyaknya
helai daun dari 3 perlakuan di antaranya adalah K3 dengan rerata 6.43, 11.55,
29.15, dan 41.1 adalah nilai rerata tertinggi pada perlakuan K3 dengan pemberian
perlakuan terbaik adalah K1 menunjukkan nilai rerata 24.87, 23.23, dan 23.63
15
adalah nilai rerata tertinggi pada perlakuan K1 ,jadi kesimpulan pada waktu
muncul bunga tercepat adalah K1 23.63 dengan dosis sebanyak 2 gram pupuk
NPK plus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
perkembangan tanaman kacang kedelai kesimpulan yang dapat di tarik dari hasil
1. Pemberian dosis sebanyak 2 gram pupuk NPK plus pada perlakuan K1 adalah
yang terbaik pada pertumbuhan tinggi tanaman kedelai dengan rerata 15.43,
23.79, 36.39, dan 50.47 adalah rerata tertinggi dari 3 perlakuan yang ada
2. Pada jumlah helai daun di dapat perlakuan dengan tingkat rerata tertinggi
reratany adalah 6.43, 11.55, 29.15, dan 41.1 adalah nilai rerata tertinggi pada
perlakuan K3.
3. Waktu muncul bunga dimana pada perlakuan K1 adalah yang terbaik dengan
dosis pemberian pupuk 2 gram NPK plus adalah perlakuan dengan nilai
reratanya 24.87, 23.23, dan 23.6 adalah nilai tertinggi pada perlakuan K1.
Saran
sebagai berikut :
17
tanaman kedelai
dan perkembangan yang terjadi pada tanaman kacang kedelai secara detail
penyiraman.
DAFTAR PUSTAKA
Swadaya.
Adie M.M., dan Krisnawati A. 2007. Biologi Tanaman Kedelai, hal 45-73. Dalam
Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasim (Eds).
Kedelai.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Malang.
Balitkabi. 2008
Baharsjah J.S., Suardi D. dan Las I. 1985. Hubungan iklim dengan pertumbuhan
kedelai, hal.87-102. Dalam S. Somaatmadja, M. Ismunadji, Sumarno, M.
Syam, S.O. Manurung, Yuswadi (Eds). Kedelai. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2012. Data Strategis BPS. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Hymowitz, T. 1970. On the domestication of the soybean. Econ. Bot. 23: 408421
Hidayat. 1995. Tanaman Kedelai. Puslitbangtan, Bogor.
Hidajat O.O. 1985. Morfologi tanaman kedelai. Hal 73-101. Dalam S.
Somaatmadja, M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S. O. Manurung,
Yuswadi (Eds). Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor.
Havlin J.L., Beaton J.D., Nelson S.L., and Nelson W.L. 2005. Soil Fertility and
Fertilizer: an Introduction to Nutrient Management. Pearson Prentice Hall.
New Jersey.
Mulyadi A. 2012. Pengaruh pemberian legin, pupuk NPK (15:15:15) dan urea
pada tanah gambut terhadap kandungan N, P total pucuk dan bintil akar
kedelai (Glicine max (L.) Merril). Jurn. Kaunia 8(1):21-29.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor.
Nagata, T. 1960. Studies on the differentiation of soybeans in Japan and the world.
Memoirs Hyogo Univ. Agr. 3: 63-102
19
.
LAMPIRAN
K1 K2 K3
45 cm 45 cm 45 cm
45 45 45
cm cm cm
22
K2 18 30 20 29 14 25 25 25 26 24 22 30 17 25 25 24 20 16 26 16 22,85
K3 29 30 25 30 16 20 25 17 25 21 30 17 30 25 20 22 27 22 25 25 24,05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 45 40 44 41 32 58 20 33 54 42 38 38 37 49 40 50 70 60 44 56 44,55
K2 47 43 53 41 35 42 39 43 45 43 50 38 51 64 51 62 50 45 30 28 45
K3 9 30 28 30 35 20 30 35 32 35 18 30 40 30 28 36 40 32 38 36 30,6
Sumber F-tabel P-
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1% value
Perlakuan 2 22,73 11,36 0,43 ns 5,14 10,92 0,662
Galat 6 156,84 26,14
Total 8 179,56 KK = 34,61%
Anova tinggi tanaman 7 hst
Sumber F-tabel P-
Db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1% value
Perlakuan 2 2,20 1,10 0,34 ns 5,14 10,92 0,719
Galat 6 19,23 3,20
Total 8 21,43 KK = 14,62%