Anda di halaman 1dari 32

PENDAHULUAN

Latar belakang

Produktivitas adalah laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem. Produktivitas

ekosistem merupakan suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh kumulatif dari

banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam ekosistem. Jika

produktivitas pada suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu

yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika

terjadi perubahan yang dramatis, maka menunjukkan telah terjadi perubahan

lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di

antara organisme-organisme yang menyusun ekosistem (Arnita 1990).

Produktivitas pada tanaman dapat diartikan sebagai laju produksi pada

tanaman yang menghasilkan hasil yang maksimal dalam produksinya. Beberapa

tanaman dalam bidang pertanian yang belum dapat menghasilkan hasil yang

maksimal antara lain adalah tanaman tebu, rosella, kapas, kedelai, jagung, padi,

kacang panjang, tomat, semangka, ubi jalar dan tanaman lainnya (Prihatman 2000).

Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman

dikonsumsi, maupun harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber

protein hewani. Di Indonesia, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk olahan

seperti tahu, tempe,kecap, tauco, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan

(Adisarwanto 2005).

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri pangan

olahan berbahan baku kedelai, maka kebutuhan kedelai di dalam negeri terus
2

meningkat. Data statistik dari FAO dan BPS menunjukkan bahwa kebutuhan

kedelai rata-rata pada tahun 2001–2005 sebesar 1,84–2,04 juta ton. Kekurangannya

harus diimpor sebesar 1,12–1,36 juta ton. Gambaran di atas mencerminkan bahwa

Indonesia masih mengalami defisit yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan

kedelai dalam negeri (BPS 2012)

kedelai yang telah dilepas ke masyarakat seperti Sinabung, Anjasmoro,

Mahameru, Penderman, Ijen, Tanggamus, Sibayak, Kaba, Nanti, Ratai, dan

Seulawah. Varietas unggul baruyang dilepas tersebut mempunyai potensi hasil

rata-rata 2,5 ton ha. Namun, di tingkat petani yang dicerminkan oleh rataan

produktivitas nasional baru mencapai 1,28 ton ha. Ini berarti bahwa masih terdapat

potensi dan peluang yang sangat besar untuk meningkatkan produksi kedelai

melalui peningkatan produktivitas.

Produktivitas kedelai ini dapat dtingkatkan melalui introduksi inovasi

teknologi. Salah satu komponen teknologi yang paling mudah dan cepat menyebar

adalah penggunaan varietas unggul baru (VUB) yang berdaya hasil tinggi, karena

kontribusi varietas unggul dalam meningkatkan produktivitas paling mudah dilihat

dan dipahami oleh petani. Oleh karena itu, perakitan varietas unggul baru yang

mempunyai karakter produktivitas tinggi serta toleran terhadap cekaman

lingkungan biotik dan abiotik sangat diperlukan dalam rangka peningkatan

produksi kedelai (Hanum 2008).

Tujuan

Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara budidaya

tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr).


TINJAUN PUSTAKA

Kacang Kedelai (Glycine max)

Kedelai (Glycine max) bukan tanaman asli Indonesia. Pengkajian terhadap

asal usul kedelai, pertama kali ditemukan dalam buku Pen Ts’ao Kong Mu

(Materica Medica) pada era Kekaisaran Sheng-Nung pada 2838 Sebelum Masehi

(SM). Tanaman kedelai merupakan salah satu dari lima tanaman biji-bijian yang

disakralkan (Wu Ku) yakni padi, kedelai, gandum, barley, dan milet. Walaupun

penunjukan masa 2838 SM diragukan, karena ada dugaan lima masa yang lain

yakni 2828 SM, 2737 SM, 2700 SM, 2448 SM dan 2383 SM; namun menurut

Hymowitz (1970) dari enam masa publikasi tentang kedelai ternyata memuat

pernyataan yang serupa yakni tanaman kedelai tergolong tanaman budi daya kuno

dan tanaman kedelai telah dikenal manusia lebih dari 5000 tahun yang lalu.

Kedelai diduga berasal dari daratan pusat dan utara Cina. Hal ini

didasarkan pada adanya penyebaran Glycine ussuriensis, spesies yang diduga

sebagai tetua G. max. Bukti sitogenetik menunjukkan bahwa G.max dan

G.usuriensis tergolong spesies yang sama. Namun bukti sejarah dan sebaran

geografis menunjukkan Cina Utara sebagai daerah di mana kedelai dibudidayakan

untuk pertama kalinya, sekitar abad 11 SM. Korea merupakan sentra kedelai dan

diduga kedelai yang dibudidayakannya merupakan hasil introduksi dari Cina,

yang kemudian menyebar ke Jepang antara 200 SM dan abad ke-3 Setelah Masehi

(Nagata 1960). Jalur penyebaran kedelai yang kedua dimungkinkan dari daratan

Cina Tengah ke arah Jepang Selatan, di Kepulauan Kyushu, sejak adanya

perdagangan antara Jepang dan Cina, sekitar abad ke 6 dan 8.


4

KLASIFIKASI TANAMAN KEDELAI

Menurut Ricker dan Morse (1948) dalam Hidayat (1995), tanaman kedelai

mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut;

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Klass : Dycotyledoneae

Ordo : Polypetales

Famili : Leguminaseae

Subfamili : Papilionoidae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max L. Merr.

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI

Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji

masak. Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio yang

berbatasan dengan bagian ujung bawah permukaan akar yang menyusun bagian

kecil dari poros bakal akar hipokotil. Bagian atas hipokotil berakhir pada epikotil

yang terdiri dari dua daun sederhana, yaitu primordia daun bertiga pertama dan

ujung batang (Adie dan Krisnawati, 2007). Hidajat (1985) menyatakan bahwa

batang tanaman kedelai ditumbuhi bulu berwarna abu-abu atau coklat, tetapi ada

juga varietas kedelai yang tidak berbulu. Pertumbuhan batang tanaman kedelai

dibedakan menjadi tiga tipe yaitu determinate, semideterminate, dan

indeterminate. Tipe tumbuh determinate dan indeterminate memiliki ciri khas

yang berbeda, sedangkan tipe semideterminate memiliki ciri gabungan antara tipe

determinate dan indeterminate Jumlah buku dan ruas yang membentuk batang

utama tergantung dari respon genotipe terhadap panjang hari dan tipe tumbuh
5

Hidajat (1985) mengemukakan bahwa daun pertama yang keluar dari buku

di sebelah atas kotiledon, beberapa daun tunggal (unifoliate) terbentuk sederhana

dan letaknya berseberangan. Daun kedelai memiliki berbagai bentuk, di antaranya

yaitu bulat (oval), lancip (lanceolate), dan lonjong serta terdapat perpaduan bentuk

lainya. Bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun

diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji.

Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok

untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar (Adie dan Krisnawati,

2007).

Bunga tanaman kedelai berkembang dari tunas aksilar pada batang utama

dan cabang (Guard, 1931). Adie dan Krisnawati (2007) menyatakan bahwa

periode berbunga dipengaruhi oleh waktu tanam, berlangsung 3-5 minggu.

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa tidak semua bunga kedelai berhasil

membentuk polong, dengan tingkat keguguran 20-80%. Umumnya varietas

dengan banyak bunga per buku memiliki persentase keguguran bunga yang lebih

tinggi daripada yang berbunga sedikit. Satu polong berisi satu hingga lima biji,

namun pada umumnya berisi dua sampai tiga biji per polong. Polong kedelai

berbulu dan berwarna kuning kecoklatan dan abu-abu. Selama proses pematangan,

polong yang mula-mula berwarna hijau berubah menjadi kehitaman, keputihan

atau kecoklatan. Menurut penelitian Baharsjah et al. (1985), lama penyinaran yang

pendek dan suhu yang rendah akan menghasilkan biji yang kecil-kecil, sedangkan

lama penyinaran yang panjang dan suhu tinggi akan memyebabkan terbentuknya

biji yang besar

SYARAT TUMBUH
6

Pertumbuhan optimal tercapai pada suhu 20-25 oC. Suhu 12-20 oC adalah

suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat

menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, pembungaan

dan pertumbuhan biji. Tingkat keasaman tanah (pH) yang cocok adalah 5.8-7.

Tanah yang cocok untuk pertumbuhan kedelai adalah aluvial, regosol, grumosol,

latosol, dan andosol. Tanaman kedelai tumbuh baik pada daerah yang memiliki

curah hujan 100-400 mm bulan-1, untuk produksi optimal maka diperlukan curah

hujan 100-200 mm bulan-1 (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Tinggi tempat dari

permukaan laut 0-900 m dengan ketinggian optimal sekitar 600 m. Curah hujan

yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat.

pembungaan dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil

kedelai (Sumarno dan Manshuri, 2007). Arsyad et al. (2007) menerangkan bahwa

pengembangan area tanaman kedelai dapat dilakukan pada lahan sawah, lahan

kering (tegalan), lahan bukaan baru, dan lahan pasang surut yang telah

direklamasi. Kedelai memerlukan tanah yang memiliki aerasi dan drainase air

yang cukup baik. Kedelai tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah kering

berpasir serta tanah dangkal. Jenis tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman

kedelai adalah aluvial, regosol, grumusol, latosol, dan andosol.

PEMUPUKAN

Kebutuhan tanaman kedelai akan nitrogen berbeda-beda tergantung dari

varietas yang dibudidayakan. Nitrogen (N) di dalam tanaman berfungsi sebagai

komponen utama protein, hormon, klorofil, vitamin, dan enzim-enzim esensial

untuk kehidupan tanaman. N diperlukan dalam jumlah besar untuk seluruh proses

pertumbuhan di dalam tanaman. Metabolisme N merupakan faktor utama


7

pertumbuhan vegetatif, batang, dan daun. Tanaman yang mendapatkan pasokan N

yang cukup memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik, ditandai dengan daun

yang bewarna hijau tua. Kelebihan N pada tanaman akan mengakibatkan

pembentukan bunga dan buah terhambat. Kekurangan N akan menyebabkan daun

menguning, pertumbuhan terhambat, hingga gagal panen (Munawar, 2011)

Tanaman legum mempunyai hubungan simbiosis dengan bakteri

Rhizobium. Bakteri Rhizobium yang sudah memperbanyak diri, mengalami

perubahan bentuk dan metabolis disebut bakteroid. Bakteroid di dalam akar

tanaman akan mendapat hasil fotosintesis (fotosintat) dari tanaman legum

inangnya untuk respirasi dan menambat N. Nitrogen yang tertambat sebagai

amoniak dikeluarkan oleh bakteroid ke sel-sel tanaman legum dan dibawa sebagai

senyawa C-N ke dalam sistem vaskuler (Munawar, 2011).

Purwantari (2008) melaporkan bahwa jumlah nitrogen yang ditambat

dengan adanya asosiasi legum-rhizobia sangat bervariasi tergantung dari faktor

biotik (kompatibilitas bakteri dan tanaman inang, adanya mikroba lain yang ada

dalam tanah) dan lingkungan yang mendukungnya. Zheng et al. (2007)

mengungkapkan bahwa pemberian dosis pupuk urea yang berlebihan akan bersifat

toksik terhadap tanaman sehingga akan mengganggu tahap perkembangan

vegetatif maupun generatif. Mulyadi (2012) juga melaporkan tentang adanya

kecenderungan penurunan jumlah dan bobot kering bintil akar efektif terhadap

pemberian dosis urea 1,5 g polibag-1 dibanding pemberian dosis urea 0,5 g

polibag-1.

Fosfor merupakan salah satu unsur yang ditentukan pada tiap sel hidup

dan cenderung terkonsentrasi dalam biji dan titik tumbuh tanaman (Ismunadji et
8

al., 1991). Tanaman menyerap P paling banyak melalui jalur difusi, aliran massa,

dan intersepsi akar. Unsur fosfor umumnya diserap tanaman sebagai orto fosfor

primer (H2PO4-) atau sekunder (HPO4-2). Fungsi unsur fosfor antara lain

merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap

kekeringan, mempercepat masa panen, dan menambah nilai gizi dari biji. Unsur P

juga diperlukan untuk pembentukan dan aktivitas bintil akar yang maksimal.

Kacangkacangan memerlukan unsur P lebih banyak untuk pertumbuhan bintil

akar dibandingkan pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, untuk mendapatkan

hasil uji tanaman leguminosae yang maksimal diperlukan penambahan unsur P

dalam bentuk pupuk yang cukup.

Menurut Munawar (2011), kalium (K) adalah unsur hara esensial primer

bagi tanaman yang diserap oleh tanaman dalam jumlah lebih besar dibandingkan

unsur hara lainnya kecuali N. Kandungan K di dalam tanah beragam, mulai

0,1%3%, dengan rata-rata 1%. Sebagian besar K tanah terikat dalam bentuk

mineral sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Interaksi antara K dengan mineral

tanah sangat menentukan ketersediaan K bagi tanaman. Pada umumnya tanaman

jenis legum menyerap K lebih sedikit dibanding tanaman jenis rumput. Darmawan

dan Baharsjah (2010) menyatakan bahwa K merupakan satu-satunya unsur yang

tidak merupakan bagian dari organ tanaman. Hara K terdapat dalam bentuk

anorganik dan sangat mobil. K penting untuk pembentukan protein dan asam

amino, serta penting pula dalam proses fotosintesis. Kekurangan unsur ini tidak

dapat digantikan oleh unsur lain. Kekurangan unsur K mengakibatkan

penimbunan NH4 yang merupakan racun bagi tanaman.


9

Tanaman yang kahat K mempunyai daun-daun muda bewarna hijau tua,

batang kecil, dan buku pendek. Batang tanaman memiliki ukuran yang kecil

sehingga mudah rebah. Daun-daun tuanya nekrosis pada bagian pinggir dan ujung

daun, serta keriting tegak atau nekrosis di daerah antar tulang daun, buah/polong

gugur pada saat masak awal, masak buah/polong tidak merata, jumlahnya sedikit,

dan organ penyimpan memiliki bobot rendah (Havlin et al., 2005).

Kalium dapat mengurangi kepekaan tanaman terhadap keterbatasan air.

Secara fisiologi, ion K berfungsi untuk mengatur pergerakan stomata pada guide

cells dalam aktivitas transpirasi yang berhubungan dengan cairan sel. Bila

kandungan ion K+ di sekitar stomata tinggi, maka sel-sel stomata akan menutup.

Melalui fungsi K+ stomata tersebut, laju transpirasi dapat dikendalikan sehingga

keseimbangan cairan tanaman dapat terjaga dengan baik. Kalium klorida bersifat

higroskopis dan bereaksi agak asam (Novizan, 2005).

Menurut Roidah (2013), salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

memperbaiki kondisi tanah adalah dengan menggunakan pupuk organik.

Kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk

ini dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas

tanah, dan kemampuan tanah menahan air. Salah satu jenis pupuk organik yaitu

pupuk kandang. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang ditentukan oleh

jenis makanan yang diberikan. Pupuk kandang kambing memiliki kandungan N

dan K masing-masing dua kali lebih banyak dibanding kotoran sapi.

Pupuk kandang (pukan) didefinisikan sebagai semua produk buangan dari

binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki

sifat fisik, dan biologi tanah. Tekstur dari kotoran kambing adalah khas, karena
10

berbentuk butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat

berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai

rasio C/N pukan kambing umumnya masih di atas 30. Pupuk kandang yang baik

harus mempunyai rasio C/N<20, sehingga pukan kambing akan lebih baik

penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu. Kalaupun akan digunakan

secara langsung, pukan ini akan memberikan manfaat yang lebih baik pada musim

kedua pertanaman. Kadar air pukan kambing relatif lebih rendah dari pukan sapi

dan sedikit lebih tinggi dari pukan ayam. Kadar hara pukan kambing mengandung

kalium yang relatif lebih tinggi dari pukan lainnya. Sementara kadar hara N dan P

hampir sama dengan pukan lainnya (Hartatik dan Widowati, 2006). Kandungan

organik tanah yang cukup dapat digunakan untuk mendukung perkembangan

Rhizobium Sp., perbaikan drainase tanah, peningkatan kapasitas menyimpan

kelembaban tanah dan mempermudah pertumbuhan akar tanaman (Sumarno dan

Manshuri, 2007).
BAHAN DAN METODE

Bahan dan alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih kedelai varietas

grobogan dan pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang kotoran ayam

sebagai pupuk dasar dan pupuk ponska sebagai pupuk susulan

Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini pada awal persiapan lahan

adalah,cangkul,parang,meteran dan tali rafia

Waktu dan tempat

Praktikum ini dilakukan di lahan percobaan ULM banjarbaru, dari bulan

Maret sampai bulan Mei

Prosedur kerja

Kegiatan praktikum diawali dengan persiapan lahan dengan mengolah

tanah ketinggian bedengan kurang lebih 30 cm dengan ukuran 5 m x 1,2 m yang

kemudian tanah dibalik menggunakan cangkul. Setelah diolah, dibuat petak-petak

dan di buat lubang tanam sebanyak 20 lubang sedalam 2 cm pada tiap petak

bedengan. Sebelum benih ditanam, tanah yang sudah di lubang di beri pupuk

dasar pupuk kandang dan di inokulasi dulu selama satu minggu Benih ditanam

dengan jarak 45 cm × 45 cm dengan 4 benih per lubang. Pupuk yang digunakan

adalah phonska, dan pupuk kandang sesuai perlakuan pemupukan. Pupuk kandang
12

diaplikasikan seminggu sebelum tanam. Pemeliharaan tanaman selama masa

vegetatif dan generatif, meliputi pengendalian hama penyakit dan gulma yang ada

pada petak tanaman. Hama penyakit dikendalikan dengan cara pemberian puradan

pestisida dan untuk Gulma dikendalikan dengan penyiangan secara manual.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil kegiatan praktikum lapang budidaya tanaman kedelai di

lahan percobaan fakultas pertanian diperoleh hasil pengamatan tinggi tanaman dan

jumlah daun dapat dilihat dari grafik dibawah ini.

Tabel 1. Rerata Tinggi tanaman


60

50

40
K1
30 K2
K3

20

10

Tabel 2. Rerata Jumlah daun


45

40

35

30

25 K1
K2
20 K3

15

10

0
14

Tabel 3. Rerata muncul bunga

KEL.1-3

25

24.5

24 KEL.1-3

23.5

23

22.5

22

PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan grafik 1 menunjukan, rerata

pertumbuhan tinggi tanaman kedelai pada 7 HST,14 HST,21 HST, dan 28 HST

dengan pertumbuhan terbaik di tunjukan pada perlakuan K1 dengan rerata 15.43,

23.79, 36.39, dan 50.47 adalah rerata tinggi tanaman kedelai,jadi pada perlakuan

yang paling terbaik adalah kesimpulanya terdapat pada K1 dengan penggunaan

dosis pupuk NPK plus sebanyak 2 gram.

Selanjutnya rerata jumlah daun pada grafik 2 menunjukkan hasil pada 7

HST, 14 HST, 21 HST, dan 28 HST yang menunjuan jumlah rerata banyaknya

helai daun dari 3 perlakuan di antaranya adalah K3 dengan rerata 6.43, 11.55,

29.15, dan 41.1 adalah nilai rerata tertinggi pada perlakuan K3 dengan pemberian

dosis sebanyak 6 gram pupuk NPK plus.

Pada grafik 3 menunjukkan waktu muncul bunga tanaman kedelai dengan

perlakuan terbaik adalah K1 menunjukkan nilai rerata 24.87, 23.23, dan 23.63
15

adalah nilai rerata tertinggi pada perlakuan K1 ,jadi kesimpulan pada waktu

muncul bunga tercepat adalah K1 23.63 dengan dosis sebanyak 2 gram pupuk

NPK plus.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari pengamatan yang dilakukan dapat diketahui hasil pertumbuhan dan

perkembangan tanaman kacang kedelai kesimpulan yang dapat di tarik dari hasil

dan pembahasan adalah sebagi berikut :

1. Pemberian dosis sebanyak 2 gram pupuk NPK plus pada perlakuan K1 adalah

yang terbaik pada pertumbuhan tinggi tanaman kedelai dengan rerata 15.43,

23.79, 36.39, dan 50.47 adalah rerata tertinggi dari 3 perlakuan yang ada

k1,k2,k3 adalah pada perlakuan k1 yang sangat signifikan dalam tingkat

pertumbuhan tinggi tanaman kedelai.

2. Pada jumlah helai daun di dapat perlakuan dengan tingkat rerata tertinggi

adalah pada perlakuan K3 dengan dosis pupuk sebanyak 6 gram yang

reratany adalah 6.43, 11.55, 29.15, dan 41.1 adalah nilai rerata tertinggi pada

perlakuan K3.

3. Waktu muncul bunga dimana pada perlakuan K1 adalah yang terbaik dengan

dosis pemberian pupuk 2 gram NPK plus adalah perlakuan dengan nilai

reratanya 24.87, 23.23, dan 23.6 adalah nilai tertinggi pada perlakuan K1.

Saran

Dalam pelaksanaan praktikum lapang adapun saran selama kegiatan

praktikum berlangsung sebagai masukan untuk praktikum selanjutnya adalah

sebagai berikut :
17

1. Berdasarkan hasil praktek lapang, disarankan menggunakan pupuk NPK

plus dengan dosis 2 gram untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi

tanaman kedelai

2. pada kegiatan pengamatan sebaiknya mahasiswa mengamati pertumbuhan

dan perkembangan yang terjadi pada tanaman kacang kedelai secara detail

agar hasilnya bagus

3. menyediakan ketersedian air di lahan praktek lapang agar mempermudah

penyiraman.
DAFTAR PUSTAKA

Arnita, Indriani. 1990. Ekologi Umum. Jakarta: Gita Media Press.


Adisarwanto, T. 2009. Budidaya Kedelai Tropika Cetakan 10. Jakarta: Penebar

Swadaya.
Adie M.M., dan Krisnawati A. 2007. Biologi Tanaman Kedelai, hal 45-73. Dalam
Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasim (Eds).
Kedelai.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Malang.
Balitkabi. 2008
Baharsjah J.S., Suardi D. dan Las I. 1985. Hubungan iklim dengan pertumbuhan
kedelai, hal.87-102. Dalam S. Somaatmadja, M. Ismunadji, Sumarno, M.
Syam, S.O. Manurung, Yuswadi (Eds). Kedelai. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2012. Data Strategis BPS. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Hymowitz, T. 1970. On the domestication of the soybean. Econ. Bot. 23: 408421
Hidayat. 1995. Tanaman Kedelai. Puslitbangtan, Bogor.
Hidajat O.O. 1985. Morfologi tanaman kedelai. Hal 73-101. Dalam S.
Somaatmadja, M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S. O. Manurung,
Yuswadi (Eds). Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor.
Havlin J.L., Beaton J.D., Nelson S.L., and Nelson W.L. 2005. Soil Fertility and
Fertilizer: an Introduction to Nutrient Management. Pearson Prentice Hall.
New Jersey.
Mulyadi A. 2012. Pengaruh pemberian legin, pupuk NPK (15:15:15) dan urea
pada tanah gambut terhadap kandungan N, P total pucuk dan bintil akar
kedelai (Glicine max (L.) Merril). Jurn. Kaunia 8(1):21-29.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor.
Nagata, T. 1960. Studies on the differentiation of soybeans in Japan and the world.
Memoirs Hyogo Univ. Agr. 3: 63-102
19

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta


Prihatman, Kemal. 2000. Budidaya Pertanian. Jakarta: Sistim Informasi
Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek PEMD, Proyek
PEMD,BAPPENAS.
Rubatzky V.E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan
Gizi. ITB. Bandung.
Roidah I.S. 2013. Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah.
Jurn. Universitas Tulungagung Bonorowo 1(1):30-42.
Sumarno dan Manshuri A.G. 2007. Persyaratan tumbuh dan wilayah produksi
kedelai di Indonesia, hal 74-103. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono,
Hermanto, H. Kasim (Eds). Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Malang.

.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman

Dilepas tahun : 2008


SK Mentan : 238/Kpts/SR.120/3/2008
Asal : Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan
Tipe pertumbuhan : Determinit
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau agak tua
Warna bulu batang : Coklat
Warna kulit biji : Kuning muda
Warna polong tua : Coklat
Warna hilum biji : Coklat
Bentuk daun : Lanceolate
Percabangan :-
Umur berbunga : 30-32 hari
Umur polong masak : ± 76 hari
Tinggi tanaman : 50-60 cm
Bobot biji : ± 18 g/100 biji
Rata-rata hasil : 2,77 ton/ha
Potensi hasil : 3,40 ton/ha
Kandungan protein : 43,9%
Kandungan lemak : 18,4%
Daerah sebaran : Beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan
tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan
daerah berigasi baik.
Sifat lain : Polong nasak tidak mudah pecah, dan pada saat panen
daun luruh 95-100% saat panen > 95% daunnya telah
luruh.
Pemulia : Suhartina, M. Muclish Adie
Peneliti : T. Adisarwanto, Sumarsono, Sunardi, Tjandramukti, Ali
Muchtar, Sihono, Sb. Purwanto, Siti Khawariyah,
Mubantoro, Arlodi, Tino Vihara, Farid Mufhti, dan
Suharno
Pengusul : Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB Jawa
Tengah, Pemerintahan Daerah Prov Jawa Barat
21

Lampiran 2. bagan tanaman

K1 K2 K3
45 cm 45 cm 45 cm

45 45 45
cm cm cm
22

Lampiran 3. Data Pengamatan Kelompok 1

Data tinggi tanaman (cm) 7 HST


Tanaman ke- Rerata
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 12 17 20 18 19 21 16 11 17 16 13 14,5 12 20 18 15 18 15 25 15,5 16,65
K2 11,5 9,5 9,5 10 9 8 8,5 5,5 10,5 16 9,5 9,5 10 12 10 12 6 6,5 10 13 9,83
K3 12 15 10,5 14,5 9,2 10 12 13 13 11 12 11 13 10,5 9,5 17,5 15 13 10 7 11,94

Data tinggi tanaman (cm) 14 HST


Tanaman ke- Rerata
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 28 30 28 24 23 29 35 29 22 31 22 29 29 24 27 21 27 36 40 20 27,70
K2 14 17,5 16 18 15 9 14,5 8,5 14 19,5 10,5 16 16,5 21 12,5 11,5 8,5 7,5 15 22,5 14,38
K3 15 17 14,5 20 15,5 15 16,9 17,2 22 22 17 14,5 19 15 11,8 21 19,9 19 13,5 9 16,74

Data tinggi tanaman (cm) 21 HST


Tanaman ke- Rerata
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 40 46 42 46 28 41 51 35 36,5 40 37 42 37 40 45 28 46 47 54 40 41,08
K2 19,5 30 26,5 27 27,5 20 27,5 13 25 29 17 26,5 27 27 21 20 16 10 19 32,5 23,05
K3 29 27,5 25 27,5 25 27 28,5 27,5 34 35 27 22,5 25,5 20,5 19 27,5 34 31,5 28,5 13,3 26,77

Data tinggi tanaman (cm) 28 HST


Tanaman ke- Rerata
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 56 67 65 59 61 64 83 58 58 62 59 66 52 59 62 40 64 64 70 61 61,50
K2 30 42 30 39 35 30 32 24 32 43 45 30 27 29 41 39 48 43 44 30 35,65
K3 40 36 37,3 37 35,5 33 32,4 40,5 46 41 30 26,9 28 31 24,5 34 47,2 41 43 21,1 35,27

Data Jumlah Daun 7 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 5 8 8 8 7 8 8 8 8 8 5 8 6 8 8 8 7 8 8 5 7,35
K2 8 8 8 8 8 5 8 5 6 5 4 8 8 8 8 8 5 5 5 8 6,80
K3 5 8 5 8 4 5 8 8 8 8 6 4 5 5 5 5 8 5 5 5 6
23

Data Jumlah Daun 14 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 12 17 14 17 13 17 14 14 14 11 11 14 16 14 14 14 13 14 14 11 13,90
K2 12 19 11 14 12 10 14 8 9 22 9 17 14 12 14 14 13 11 7 20 13,10
K3 11 13 13 14 13 14 13 14 13 14 9 9 11 8 8 10 14 11 9 7 11,40

Data Jumlah Daun 21 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 17 22 23 28 22 25 27 26 23 26 23 32 33 22 28 23 22 25 32 20 24,95
K2 30 40 27 20 27 19 40 16 19 34 9 35 29 30 36 31 22 17 18 21 26
K3 24 30 33 34 29 36 37 33 42 39 18 15 29 26 23 32 42 39 30 15 30,30

Data Jumlah Daun 27 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 36 48 48 54 39 39 45 51 36 48 39 57 48 39 54 39 41 57 51 42 24,95
K2 33 48 43 47 46 37 40 28 33 42 33 36 30 40 62 23 32 26 35 21 26
K3 53 56 57 59 56 54 54 60 66 48 35 30 40 46 48 54 66 52 42 26 50,10

Data waktu muncul bunga


Tanaman ke- Rerata
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst
K2 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst
K3 29 hst 28hst 29hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 27hst 28hst 27hst 28hst 27hst 27hst 27hst 27hst 28hst 28hst 26,1 hst

Lampiran 4. Data Pengamatan Kelompok 2

Data tinggi tanaman (cm) 7 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 15,5 11,5 11,7 12 13 9 9,5 10 8 9 14 15 15 14 14 13 9 8,5 13 12 11,84
K2 11,5 15 12 16,5 6,5 10 13 11,5 10 11,5 12 18 9,5 13,5 14,5 12 9 9 11 10 11,8
K3 14 12,5 11 14,5 8 9,5 12,5 12 12,5 10,5 12 11 15 14 10 12 7,5 11,5 12 12 11,7

Data tinggi tanaman (cm) 14 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 30 23 24 25 25 16 20 20 16 21 25 25 30 23 21 23 17 18 20 21 22,15
24

K2 18 30 20 29 14 25 25 25 26 24 22 30 17 25 25 24 20 16 26 16 22,85
K3 29 30 25 30 16 20 25 17 25 21 30 17 30 25 20 22 27 22 25 25 24,05

Data tinggi tanaman (cm) 21 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 35 31 36 35 32 39 40 40 34 34 24 35 28 26 34 26 25 30 25 34 32,15
K2 26,5 29 40 38 22 22 33 32 17 35 32 28 33 22 29 22 27 30 34 19 28,525
K3 46 43 40 25 34 41 39 34 29 27 28 30 39 36 23 34 37 40 34 38 34,85

Data tinggi tanaman (cm) 28 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 35 48 43 48 57 42 46 51 37 30 42 31 31 48 30 40 31 30 40 31 39,55
K2 35 59 33 50 24,5 48,5 39 33 34 44 36 56 32 47 52 40 27 33 43 29 39,75
K3 59 59 49 55 41 39 46 28 43 38 59 33 60 46 36 40 62 39 48 52 46,6

Data jumlah daun 7 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 8 8 8 9 9 5 5 8 6 8 5 8 8 8 8 8 5 5 5 8 7,1
K2 6 9 8 8 5 8 10 11 7 8 5 8 5 8 8 5 5 5 8 7 7,2
K3 8 8 7 8 5 5 8 4 8 8 8 5 10 6 5 6 8 8 8 8 7,05

Data jumlah daun 14 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 10 14 14 14 14 8 11 15 10 12 11 14 17 14 14 13 11 11 11 11 12,45
K2 14 17 11 18 11 14 17 14 14 14 13 17 12 14 16 14 8 11 13 7 13,45
K3 17 17 14 18 11 14 14 7 11 11 20 11 20 12 11 11 20 10 17 18 14,2

Data jumlah daun 21 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 19 21 18 20 20 34 23 20 27 20 10 18 17 16 23 17 9 18 14 23 19,35
K2 23 26 27 30 15 17 21 26 15 26 21 25 30 8 19 16 12 18 24 10 20,45
K3 30 38 41 18 31 38 28 27 14 21 18 23 28 28 13 28 25 32 23 27 26,55

Data jumlah daun 28 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 8 27 30 26 47 30 25 40 22 37 32 21 25 32 28 30 28 24 37 28 29,95
K2 29 39 18 35 18 41 45 28 26 42 35 51 35 47 48 46 27 27 34 33 35,2
K3 67 61 40 44 24 32 42 23 34 36 62 27 60 21 33 47 54 42 54 48 42,55

Data waktu muncul bunga


Tanaman ke- Rerata
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21hst 28hst 21hst 28hst 21hst 28hst 21hst 28hst 21hst 28hst 28hst 21hst 28hst 28hst 21hst 21hst 28hst 28hst 28hst 21hst 24,85hst
K1
K2 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst
K3 21hst 21hst 28hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 28hst 21hst 21hst 28hst 21hst 28hst 28hst 22,75hst
25
26

Lampiran 5. Data Pengamatan Kelompok 3

Data tinggi tanaman (cm) 7 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 14 16 17 20 18 19 21 18 20 19 8 8 5 8 8 8 5 5 5 19 18,23
K2 15 16 16 15 16 17 19 18 18 21 15 15,5 15 16 13 14 16 16 14 14 16,03
12 15 13 13 13 12 16 11 21 17 14 16 9 13 14 21 18 19 19 19 24,93
K3

Data tinggi tanaman (cm) 14 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 21 20 19 20 20 25 22 23 27 21 20 21 19 21 22 25 19 21 20 22 21,53
K2 18 20 20 19 21 22 19 22 20 24 18 19 19 20 18 19 19 19 20 20 19,88
K3 18 18 20 20 19 19 19 18 24 19 17 19 15 18 19 24 22 23 23 23 19,98

Data tinggi tanaman (cm) 21 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 33 38 34 38 38 43 26 35 42 35 26 27 27 37 39 37 34 42 43 45 35,95
K2 25 32 32 30 14 28 32 27 28 28 32 31 35 38 42 40 40 42 27 40 32,18
K3 25 36 24 33 31 27 35 36 40 38 16 33 33 30 29 31 32 27 38 38 31,63

Data tinggi tanaman (cm) 28 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 50 51 45 45 53 43 34 50 55 51 38 38 46 60 53 60 55 60 60 60 50,35
K2 33 42 50 39 28 35 42 45 33 37 45 43 50 55 60 50 39 60 35 60 44,2
K3 30 55 33 39 40 33 45 45 45 45 30 35 40 35 35 35 55 40 55 50 41,4

Data jumlah daun 7 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 8 8 5 8 8 8 8 8 9 8 8 8 5 8 8 8 5 5 5 8 7,3
K2 5 8 8 5 8 8 8 8 8 8 5 6 5 5 5 5 5 5 5 5 6,25
K3 5 8 8 5 5 8 8 2 5 8 5 5 3 8 8 5 5 8 8 8 6,25

Data jumlah daun 14 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 15 15 8 9 15 11 11 11 11 8 8 11 8 8 15 11 11 15 8 15 11,2
K2 8 15 15 15 11 15 15 11 11 11 15 9 9 9 15 9 9 11 8 8 11,45
K3 8 11 8 9 9 8 9 7 5 8 8 11 11 10 10 8 8 11 11 11 9,05

Data jumlah daun 21 HST


Tanaman ke-
Perlakuan Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 22 17 23 25 23 22 17 18 22 12 17 17 17 23 28 20 22 32 20 29 21,3
K2 16 23 23 26 15 23 23 17 17 17 23 19 23 20 26 26 26 26 17 26 21,6
K3 8 26 16 26 23 14 15 23 18 17 9 28 29 23 23 23 23 14 17 23 30,6

Data jumlah daun 28 HST


Perlakuan Tanaman ke- Rerata
27

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
K1 45 40 44 41 32 58 20 33 54 42 38 38 37 49 40 50 70 60 44 56 44,55
K2 47 43 53 41 35 42 39 43 45 43 50 38 51 64 51 62 50 45 30 28 45
K3 9 30 28 30 35 20 30 35 32 35 18 30 40 30 28 36 40 32 38 36 30,6

Data waktu muncul bunga


Tanaman ke- Rerata
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21hst 28hst 21hst 28hst 21hst 21hst 21hst 28hst 21hst 28hst 28hst 21hst 28hst 28hst 21hst 21hst 28hst 21hst 21hst 21hst 22,75hst
K1
K2 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 28hst 21hst 21hst 28hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21,7hst
K3 21hst 21hst 28hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 21hst 28hst 21hst 21hst 21hst 22,05hst
28

Lampiran 6. Rerata tinggi tanaman kedelai 7 hst-28 hst

Rerata tinggi tanaman 7hst


Perlakuan Ulangan
1 2 3
K1 16,65 11,84 18,23
K2 9,83 11,8 16,03
K3 11,94 11,7 24,93

Rerata tinggi tanaman 14 hst


Perlakuan Ulangan
1 2 3
K1 27,70 22,15 21,53
K2 14,38 22,85 19,88
K3 16,74 24,05 19,98

Rerata tinggi tanaman 21 hst


Perlakuan Ulangan
1 2 3
K1 41,08 32,15 35,95
K2 23,05 28,53 32,18
K3 26,77 34,85 31,63

Rerata tinggi tanaman 28 hst


Perlakuan Ulangan
1 2 3
K1 61,50 39,55 50,35
K2 35,65 39,75 44,2
K3 35,27 46,6 41,4

Rerata jumlah daun 7 hst


Perlakuan Data kelompok
1 2 3
K1 7,35 7,1 7,3
K2 6,80 7,2 6,25
K3 6 7,05 6,25

Rerata jumlah daun 14 hst


Perlakuan Ulangan
1 2 3
K1 13,90 12,45 11,2
K2 13,10 13,45 11,45
K3 11,40 14,2 9,05
29

Rerata jumlah daun 21 hst


Perlakuan Ulangan
1 2 3
K1 24,95 19,35 21,3
K2 26 20,45 21,6
K3 30,30 26,55 19,9

Rerata jumlah daun 28 hst


Perlakuan Ulangan
1 2 3
K1 24,95 29,95 45,55
K2 26 35,2 45
K3 50,10 42,55 30,6

Rerata waktu muncul bunga


Perlakuan Ulangan
1 2 3
K1 27 24,85 22,75
K2 27 21 21,7
30

Lampiran 7. Anova tinggi tanaman 7 hst-28hst

Sumber F-tabel P-
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1% value
Perlakuan 2 22,73 11,36 0,43 ns 5,14 10,92 0,662
Galat 6 156,84 26,14
Total 8 179,56 KK = 34,61%
Anova tinggi tanaman 7 hst

Anova tinggi tanaman 14 hst


Sumber F-tabel P-
Db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1% value
Perlakuan 2 36,65 18,32 1,27 ns 5,14 10,92 0,333
Galat 6 86,85 14,47
Total 8 123,50 KK = 18,09%

Anova tinggi tanaman 21 hst


Sumber F-tabel P-
Db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1% value
Perlakuan 2 110,00 55,00 2,86 ns 5,14 10,92 0,116
Galat 6 115,50 19,25
Total 8 225,50 KK = 13,80%

Anova tinggi tanaman 28 hst


Sumber F-tabel P-
Db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1% value
Perlakuan 2 201,78 100,89 1,77 ns 5,14 10,92 0,231
Galat 6 341,82 56,97
Total 8 543,60 KK = 17,23%

Anova jumlah daun 7 hst


Sumber F-tabel P-
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1% value
Perlakuan 2 1,02 0,51 2,80 ns 5,14 10,92 0,120
Galat 6 1,09 0,18

Anova jumlah daun 14 hst


31

Sumber F-tabel P-
Db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1% value
Perlakuan 2 2,20 1,10 0,34 ns 5,14 10,92 0,719
Galat 6 19,23 3,20
Total 8 21,43 KK = 14,62%

Anova jumlah daun 21 hst


Sumber F-tabel P-
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1% value
Perlakuan 2 22,89 11,45 0,77 ns 5,14 10,92 0,493
Galat 6 88,80 14,80
Total 8 111,70 KK = 16,46%

Anova jumlah daun 28 hst


Sumber F-tabel P-
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1% value
Perlakuan 2 93,73 46,87 0,46 ns 5,14 10,92 0,644
Galat 6 604,82 100,80
Total 8 698,55 KK = 27,39%

Anova muncul bunga


Sumber F-tabel P-
db JK KT F-hitung
Keragaman 5% 1% value
Perlakuan 2 4,35 2,17 0,33 ns 5,14 10,92 0,730
Galat 6 39,93 6,65
Total 8 44,28 KK = 10,79%
32

Lampiran 8.foto kegiatan

Sortasi benih Sortasi benih

Tanaman kedelai umur 15 Tanaman kedelai umur 15


hari hari

Pengamatan kacang kedelai Pengamatan kacang kedelai

Anda mungkin juga menyukai