Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zulfa Zakiya & Maulida Zahra

Kelompok : 7

BAB 2
A. DEFINISI KONSEPTUAL
1. Kelembaban Tanah
Pada kelembaban tanah dipertahankan saat ini hanya 20 – 30% kebutuhan
nasional yang dapat dipenuhi oleh produksi kedelai nasional, sisanya dipenuhi
dengan impor Tahun 2011 Indonesia mengimpor sebanyak 2 087 986 ton kedelai
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi nasional hanya mencapai
851 286 ton (Purna et al., 2009).
Penurunan luas panen kedelai sebesar 57.85% dari 1 476 284 ha (BPS 1995)
menjadi 622 254 ha (BPS 2011) yang berdampak terhadap penurunan produksi
kedelai. Sebaliknya perkembangan industri pangan menyebabkan permintaan kedelai
terus meningkat dari tahun ke tahun melampaui produksi dalam negeri (Sudaryanto &
Swastika 2007).
Pertumbuhan dan hasil tanaman dapat ditentukan oleh tiga faktor utama, ketiga
faktor tersebut adalah tanah, iklim/cuaca dan tanaman. Untuk mencapai hasil yang
optimum, maka ketiga faktor tersebut harus dalam keadaan seimbang. Iklim
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas
tanaman. Faktor-faktor iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
adalah curah hujan, terutama untuk pertanian lahan kering, suhu maksimum dan
minimum serta radiasi. Dengan mengetahui faktor-faktor cuaca tersebut pertumbuhan
tanaman, tingkat fotosintesis dan respirasi yang berkembang secara dinamis dapat
disimulasi (Setiawan, 2009).
2. Perkembangan Organ Generatif
Keuntungan budidaya kedelai pada lahan sawah bekas pertanaman padi adalah
hemat biaya, tenaga, dan waktu. Budidaya kedelai biasanya dilakukan dengan sistem
TOT (Tanpa Olah Tanah), apabila lahan sawah tadah hujan dengan OTS (Olah Tanah
Sempurna) terjadi penundaan waktu tanam yang mengakibatkan tanah kehilangan air
karena permukaan tanah terbuka (Ridwan & Zulrasdi 2010). Bahwa pemberian
jerami dapat meningkatkan aktivitas enzim nitrogenase dalam proses penambatan N2
yang akan menjadi N tersedia bagi padi pada stadia generatif, serta dapat
meningkatkan kandungan C-organik dalam tanah. setiap pengembalian 1 ton jerami
sisa panen ke lahan akan mensuplay sekitar 5-8 kg N/ha, 0,7-1,2 kg P/ha, dan 12-17
kg K/ha. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan tata letak tanaman kedelai
terhadap bekas rumpun padi paling efektif dan memperoleh pertumbuhan dan hasil
kedelai yang maksimal pada pemanfaatan lahan bekas rumpun padi (Indriyati et al.,
2007).
Sistem perakaran tanaman kedelai terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang
tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder. Akar
tunggang merupakan perkembangan dari akar radikal yang sudah mulai muncul sejak
masa perkecambahan. Salah satu kekhasan dari sistem perakaran tanaman kedelai
adalah adanya interaksi simbiosis antara bakteri nodul akar (Rhizobium japonicum)
dengan akar tanaman kedelai yang menyebabkan terbentuknya bintil akar. Bintil akar
sangat berperan dalam proses fiiksasi N2 yang sangat dibutuhkan tanaman kedelai
umtuk kelanjutan pertumbuhannya (Adisarwantto, 2008).
Air yang telah masuk ke dalam sistem tanaman akibat adanya perbedaan potensial
kemudian dimanfaatkan tanaman dalam berbagai proses pertumbuhan. Air yang
mengalir ke sel akan menyebabkan penambahan ukuran sel. Sel yang mengalami
penambahan ukuran dapat dikatakan tumbuh. Selain dapat menambah ukuran sel, air
juga berperan dalam proses metabolit tanaman yaitu fotosintesis. Dalam proses
fotosintesis bahan utama ialah CO2 dari udara & Air yang berasal dari tanah. Air dan
CO2 kemudian dikonversi menjadi karbohidrat sederhana. Dimana karbohidrat
sederhana tersebut diurai menjadi senyawa yang lebih kompleks, yang digunakan
tanaman untuk menambah biomassa. Adanya penambahan biomassa tanaman juga
dapat disebut dengan tumbuh (Sitompul, 2016).
3. Genotipe Kedelai
Tanaman kedelai yang dibudidayakan di Indonesia merupakan tanaman semusim,
tanaman tegak dengan tinggi 40-90 cm bercabang, memiliki daun tunggal dan daun
bertiga, dan kadang-kadang ditemukan daun berlima. Varietas kedelai yang ada di
Indonesia pada umumnya bertipe determinit Sistem perakaran kedelai terdiri atas
sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, sejumlah akar sekunder yang
tersusun dalam empat barisan sepanjang akar tunggang, cabang akar sekunder dan
cabang akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Kedelai tergolong
tanaman leguminosa yang dicirikan oleh kemampuannya untuk membentuk bintil
akar, yang mengandung Rhizobium japonicum, yang mampu menambat nitrogen
(Adie et al., 2007).
Daun tanaman kedelai yang terpapar garam dalam konsentrasi tinggi dalam durasi
yang lama akan mengalami kerusakan klorofil. Hal ini seperti yang terlihat dari indek
klorofil daun yang lebih rendah pada tingkat salinitas tanah yang lebih tinggi. Pada
tingkat salinitas 10,9 dS/m terjadi penurunan indek klorofil daun pada semua genotip
kedelai, terutama genotip peka salinitas seperti Wilis dan Tanggamus. Genotip G1
dan G2 tumbuh normal dengan daun lebih hijau dan tidak mengalami gejala terbakar
atau menggulung pada tepi daun serta mampu menyelesaikan siklus hidupnya pada
tingkat salinitas tertinggi 15,6 dS/m. Sebaliknya varietas Wilis dan Tanggamus
menunjukkan keracunan salinitas parah seperti daun menguning dimulai dari daun
paling bawah, tepi daun menggulung, kering seperti terbakar mulai sepuluh hari
setelah perlakuan dan pada tingkat salinitas 13,4-15,6 dS/m tanaman telah mati
sebelum polong terisi penuh (Dong-Lee et al. 2008).
Karakter lain adalah stomata yang merupakan pori mikroskopis pada permukaan
daun yang berfungsi sebagai organ transpirasi bagi tanaman. Cekaman salinitas
menyebabkan cekaman osmotik dengan penurunan turgor tanaman. Pengaruh
cekaman salinitas terhadap stomata daun menurunkan jumlah stomata pada tanaman
peka salinitas serta penutupan stomata untuk mengatur keseimbangan air dalam
jaringan daun. Pada penelitian ini kerapatan stomata sama diantara genotip kedelai
dan tingkat salinitas tanah. Stomata pada genotip toleran salinitas membuka lebih
lebar, sedangkan genotip yang peka salinitas stomata membuka lebih sempit.
Penutupan stomata merupakan upaya tanaman untuk menghindarkan transpirasi yang
berlebihan. Seperti pada spesies Crotalaria, cekaman salinitas menyebabkan
penurunan jumlah stomata dan genotip yang peka salinitas stomata akan menutup
(Kadam & Pravin 2010).

Anda mungkin juga menyukai