PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
pelapukan intensif dan perkembangan lanjut dengan kesuburan kimia rendah serta
terjadi pelindian unsur hara terutama N, P dan K. Kapasitas tukar kation rendah
dengan kejenuhan basa tinggi dan bahan organik yang rendah. Sehingga tanah alfisol
memiliki kemampuan produktivitas yang rendah (Ispandi et al., 2017). Selain itu
tanah Alfisol mempunyai pH yang beragam, yaitu antara pH 5,0 hingga pH 8,4. ).
Alfisol merupakan salah satu ordo tanah yang masih tergolong muda dan masih
dapat memicu permasalahan. Salah satu contohnya yaitu lahan yang sering diolah
tanpa adanya pengembalian akan mengalami penurunan kesuburan baik secara kimia
(Ca) atau magnesium (Mg) dan karbon anorganik, dengan kandungan senyawa
organik dan anorganik yang terdapat didalamnya biochar dapat digunakan sebagai
bahan untuk meningkatkan kualitas tanah khususnya tanah Alfisol atau lahan kering
(Pahlevi et al., 2017). Kandungan unsur hara yang dimiliki biochar sekam padi
diaplikasikan kedalam tanah akan memberikan hasil yang optimal pada pertumbuhan
tanaman (Tiara et al., 2019). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
biochar sekam padi terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman tomat di
Alfisol.
1
Permasalahan rendahnya ketersediaan unsur hara dari Alfisol perlu diatasi
anorganik. Salah satu jenis pupuk anorganik yang saat ini banyak digunakan oleh
petani adalah pupuk NPK phonska. Pupuk Phonska adalah pupuk anorganik mejemuk
yang mengandung Nitrogen, Fosfor, Kalium masing-masing sebesar 15% serta 10%
Sulfur dan 2% kadar air maksimal. NPK ponska hamper semuanya terlarut dalam air
dan lebih mudah serta efektif diserap oleh tanaman untuk kelangsungan hidup
tanaman dalam memacu perkembangan pada fase vegetative dan fase generatif
Aplikasi biochar dan NPK Phonska dilakukan untuk memperbaiki sifat kimia
tanah Alfisol. Pada penelitian ini digunakan tanaman jagung pulut sebagai indikator
tanaman. Jagung (Zea mays L.) karena merupakan salah satu tanaman pangan yang
dikonsumsi dan sangat disukai masyarakat di Indonoesia. Bagi para petani tanaman
jagung merupakan peluang usaha di pasar, karena nilai jualnya cukup tinggi. Dari
data BPS Nasional tahun 2018 produksi jagung nasional 52,41 (kw.ha-1 ), Produksi
jagung Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2019 sebesar 25,18 (kw.ha-1 )
(Badan Pusat Statistik Nasional, 2018). Dari hasil penelitian Fowo et al. (2019)
terhadap beberapa varietas jagung pulut di Kabupaten Ende diketahui tanaman jagung
pulut varietas lokal memperoleh hasil maksimum yaitu 2,99 ton. ha-1. Di susul
varietas Uri 2,75 ton.ha-1, dan varetas binthe pulu 2,69 ton.ha-1. Data ini
2
diperlukan usaha lain guna meningkatkan produksi jagung pulut secara optimal
diantaranya
penambahan unsur hara berupa pupuk dan mengatur ruang tumbuh antar tanaman.
3
1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengaruh aplikasi Biochar dan pupuk NPK terhadap serapan
biochar dan NPK terhadap serapan hara N serta hasil tanaman jagung
1. Manfaat Akademik
organik biochar dan NPK Phonska dalam memperbaiki sifat kimia tanah Alfisol
2. Manfaat Praktis
organik biochar dan NPK Phonska dalam meningkatkan hasil dan produksi
tanaman jagung.
1.4 Hipotesis
1. Aplikasi biochar dan pupuk NPK memberikan pengaruh terhadap serapan hara N
terhadap perbaikan serapan hara N pada tanah Alfisol dan hasil tanaman jagung.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Jagung (Zea mays L.) termasuk tanaman semusim dari jenis graminae yang
memiliki batang tunggal dan monoceous. Siklus hidup tanaman ini terdiri dari fase
vegetatif dan generatif. Menurut Pratama, Y. 2015. Respon Tanaman Jagung (Zea mays
L.) Terhadap Kombinasi Pupuk Anorganik dan Pupuk Bio-Slurry Padat. [Skripsi]. Fakultas
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Family : Graminacea
Genus : Zea
1.1.2.Morfologi
Tanaman jagung terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar, batang,
daun, bunga dan buah (tongkol). Jagung mempunyai tiga macam akar serabut, yaitu
(a) Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio, (b)akar
5
adventif adalah akar yang berkembang dari buku di ujung mesokolit, (c) akar kait
atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau lebih buku di atas
Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga type akar, yaitu
(a) akar seminal Akar seminal tumbuh radikula dan embrio, (b) akar adventif
disebut juga akar tunjang, akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm
dari permukaan tanah(c) a kar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan
akar udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih ditanam.
Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah dan kemudian
berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun Menurut Purwono dan
Hartono (2007)
Batang jagung tegak, tidak bercabang, terdiri atas beberapa ruas dan buku ruas.
Pada buku ruas muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi tanaman
jagung pada umumnya berkisar antara 60 – 300 cm, tergantung dari varietas Tri
Wahyono, J. (2019).
Daun jagung memanjang, mempunyai ciri bangun pita (ligulatus), ujung daun
runcing (acutus), tepi daun rata (integer). Diantara pelepah dan helai daun terdapat
Daun jagung memanjang, mempunyai ciri bangun pita (ligulatus), ujung daun
runcing (acutus), tepi daun rata (integer). Diantara pelepah dan helai daun terdapat
6
ligula (Subekti et al., 2013). Menurut Purwono dan Hartono (2007), fungsi ligula
Bunga jantan dan bunga betina pada jagung terpisah dalam satu tanaman
bunga (inflorescence). Tongkol sebagai bunga betina, tumbuh dari buku diantara
Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama, yaitu
dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang
terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-rata terdiri dari 10% protein, 70%
karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga merupakan sumber dari vitamin A dan E.
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah
beBagian biji ini merupakan bagian yang terpenting dari hasil pemaneman. Bagian
biji rata-rata terdiri dari 10% protein, 70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga
merupakan sumber dari vitamin A dan Eriklim sedang hingga daerah beriklim
subtropis/tropis basah dengan curah hujan yang ideal sekitar 85-200 mm/bulan pada
lahan yang tidak beririgasi. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar
matahari dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk
7
membutuhkan air yang cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase
pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam
awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Jagung membutuhkan sinar
hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230℃ - 300℃ (Juandi et. al.,
2016).
tanaman semusim, terutama tanaman pangan. Salah satu unsur iklim yang dapat
sbagai indikator dalam kaitannya dengan tanaman adalah curah hujan. Mengingat
curah hujan merupakan unsur iklim yang fluktuasi tinggi dan pengaruhnya terhadap
produksi tanaman cukup signifikan. Jumlah hujan secara keseluruhan cukup penting
peningkatan suhu yang besar dapat menurunkan hasil. Jika terjadi penurunan curah
yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya. Jagung
dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah, dan pasang
surut,. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, latosol, dan
8
Keasaman tanah antara 5.6-7.5 dengan aerasi dan ketersediaan air yang cukup
serta kemiringan optimum untuk tanaman jagung maksimum 8%. pH tanah antara
5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %, dan
ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50- 600 m dpl
Jenis tanah alfisol yang kaya dengan aluminium dan besi. Mereka memiliki
cakrawala akumulasi tanah liat, dan terbentuk di mana ada cukup kelembaban dan
10% dari tanah di seluruh dunia.Alfisol terbentuk di daerah semi kering hingga
Mereka memiliki lapisan tanah liat yang diperkaya dan kesuburan asli yang
relatif tinggi. “Alf” mengacu pada aluminium (Al) dan besi (Fe). Karena
produktivitas dan kelimpahannya, Alfisol mewakili salah satu pesanan tanah yang
lebih penting untuk produksi pangan dan serat. Mereka banyak digunakan baik di
pertanian dan kehutanan, dan umumnya lebih mudah untuk tetap subur daripada
tanah iklim lembab lainnya, meskipun yang di Australia dan Afrika masih sangat
digunakan.Tanah alfisol memiliki tekstur tanah yang liat. Liat tertimbun di horizon
9
bawah. Ini berasal dari horizon diatasnya dan tercuci dibawah bersama dengan
gerakan air.
atau perubahan tekstur yang sangat ekstrim. (Foth, 1998).Partikel tanah liat pada
lapisan Alfisol digerakkan oleh air yang meresap darihorizon A dan disimpan pada
horizon B.
yang berbeda. Macam pita yang terbentuk berhubungan dengan kandungan liat dan
diguakan untuk menggolongkan tanah lempung, lempung liat atau tanah liat.
(Poerwowidodo, 1991).
bawah(horizon argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35%
makamakin ke bawah jumlahnya konstan, sedang bila pada horizon Argilik kadarnya
tidak tinggi maka jumlahnya harus bertambah makin ke horizon bawah. Tanah ini
tidak memiliki epipedon molik, oxik, ataupun horizon spodik. Juga termasuk pada
10
2.4 Biochar
Biochar merupakan arang yang diberikan ke sistem tanah dan tanaman sebagai
bahan pembenah tanah. Proses pembuatan biochar hampir sama dengan, arang yang
umumnya digunakan sebagai bahan bakar. Biochar dihasilkan dari proses pirolisis
atau pembakaran bahan organik dalam kondisi oksigen yang terbatas pada suhu <700 ̊
C. Berbeda dengan bahan organik, biochar tersusun dari cincin karbon aromatis
sehingga lebih stabil dan tahan lama di dalam tanah (Maguire dan Aglevor, 2010).
Biochar sama dengan arang aktif, namunistilah arang kerap digunakan sebagai
bahan bakar. Sementara biochar digunakan dengan tujuan sebagai bahan aman demen
tanah (Lehmann and Joseph, 2009) Faktor yang mempengaruhi kualitas biochar
Temperatur saat pirolisis berhubungan dengan unsur serta masa bahan organik yang
hilang saat proses berlangsung. Pada kondisi suhu pirolisis yang rendah, bahan
organik menghasilkan biochar lebih tinggi dan diperkaya dengan unsur yang mudah
Pada temperatur 350 yaitu bahan baku, karbonisasi dan sistem pirolisis. Bahan
baku biochar dapat berasal dari limbah pertanian seperti sisa tanaman dari jerami
padi, sekam padi, tandan kosong kelapa sawit (Idris, dkk, 2014) serta bahan lain yang
berasal dari kayu. Pada bahan baku yang sama, hasil biochar sangat tergantung dari
proses pirolisis yang dilakukan, yaitu suhu, tingkat pemanasan, waktu pemanasan dan
ukuran partikel (Downie et al. 2009). o C didapatkan bahan biochar sebesar 57% dari
berat kering aslinya, sedangkan pada temperatur 700o C hanya didapatkan 38%
bahan biochar (Hass, et al. 2011). Pada suhu 600 ̊ C dihasilkan biochar bambu,
11
kacang hull dan brasil pepperwood mampu mengurangi kehilangan hara N sebesar
di dalam tanah.
takaran pupuk untuk tanaman pada areal tertentu. Menurut Badan Penelitian dan
spesifik lokasi antara lain: (i) pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu, dan
jenis pupuk yang diperlukan sesuai maka pemupukan akan lebih efisien, hasil tinggi,
kesuburan tanah tetap terjaga, dan produksi padi lestari atau berkelanjutan; serta (iii)
tanah. Dosis pemupukan yang di gunakan umumnya 200-300 kg/ha urea, 11 100-200
kg/ha SP-36, 200-300 kg/ha NPK. Pemupukan pertama (pupuk dasar) dilakukan
sebelum atau bersamaan tanam. Dosisnya adalah seluruh bagian SP-36 dan KCL serta
pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai komponen
12
pembentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain. Menurut Asmin dan Dahya
asam amino dan protein serta merupakan pembentuk struktur klorofil. Nitrogen
sebagai pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan mempengaruhi warna hijau daun.
Ketika tanaman tidak mendapatkan cukup nitrogen, warna hijau daun akan
pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning, tangkai tinggi kurus, dan warna hijau
daun menjadi pucat. Pemberian unsur hara nitrogen dapat dilakukan melalui
pemupukan. Pupuk nitrogen termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini
termasuk pupuk makro. Sesuai dengan namanya pupuk-pupuk dalam kelompok ini
didominasi oleh unsur nitrogen. Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat sebagai
Salah satu jenis pupuk nitrogen yang sering digunakan adalah urea. Urea adalah
pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (amonia) dengan CO2 . Bahan dasarnya
biasanya berupa gas alam dan merupakan hasil ikutan tambang minyak bumi.
hara bagi tanaman akibatnya pertumbuhan tanaman secara keseluruhan juga akan
terhambat.
13
Kekurangan fosfor memengaruhi aspek metabolisme dan pertumbuhan tanaman,
khususnya pembentukan tongkol dan biji tidak normal. Demikian juga kalium
mengakibatkan hasilnya turun sampai 10% (Taufik dan Thamrin 2009). Pemupukan
merupakan faktor penentu keberhasilan budi daya jagung manis pada lahan kering.
Lahan kering di daerah tropis seperti Indonesia umumnya memiliki kesuburan tanah
sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi,
mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah
dan respirasi. Kekurangan unsur phospor akan menyebabkan warna keunguan pada
daun dan batang serta bintik hitam pada daun dan buah phosfor merupakan hara
tanaman esensial dan diambil oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik : H2PO4 dan
Unsur Hara Kalium (K+ ) merupakan unsur hara makro esensial bagi tanaman.
Kalium diserap oleh tanaman melalui sel epidermis dan korteks dan sekali di stele,
Kalium di dalam tanah terdapat dalam empat bentuk dimana satu sama lain memiliki
14
keseimbangan yang dinamis. Berdasarkan pada tingkat ketersediaan K terhadap
larut, K-dapat ditukar (K-dd), K-tidak dapat ditukar atau K terfiksasi, dan K-
K-larut tanah merupakan bentuk kalium yang siap untuk diserap langsung oleh
tanaman. Bentuk ini biasanya sangat sedikit tersedia di dalam tanah dan mudah
mengalami pencucian (leaching). Jumlah K-larut dalam tanah biasanya antara 2-5
mg.kg-1 untuk tanah pertanian pada daerah humid. Tingkat ketersediaan K-larut
dipengaruhi oleh keseimbangan dan reaksi kinetik antar bentuk K, kadar air tanah,
dan konsentrasi bivalen kation dalam larutan dan pada fase penukarnya (Sparks,
1987). Jumlah K-larut tanah dalam total keseluruhan K di dalam tanah sangat kecil,
1984). Jumlah K-larut juga bergantung pada kapasitas penyangga mineral liat.
Lemahnya penyangga lempeng alofan yang tidak siap menggantikan K-larut tanah,
sedangkan mineral mika dan vermikulit berada pada tingkat yang relatif tidak
K-dapat ditukar adalah bentuk kalium dalam tanah yang secara ikatan
elektrostatis sebagai ikatan kompleks luar ke permukaan mineral tanah liat dan zat
humat. K-dapat ditukar juga termasuk ke dalam unsur hara kalium tanah yang siap
untuk diserap oleh tanaman dan dapat ditukar oleh kation lain. Pelepasan K-dapat
15
ditukar di dalam larutan tanah disebut sebagai desorpsi, sedangkan reaksi
kebalikannya adalah adsorpsi (Sparks, 1987). Biasanya, jumlah K-dd tanah tidak
lebih dari 2 % atau antara 10 sampai 400 ppm (Schroeder, 1974). K-dapat ditukar
berkaitan erat dengan jenis mineral liat dan jumlah muatan negatif. Tingkat K-dd
pada tanah-tanah yang banyak mengandung alofan relatif rendah, sedangkan pada
tanah yang banyak mengandung vermikulit atau mika relatif tinggi (Parfitt, 1992).
Selanjutnya, pelapukan hasil mika menjadi partikel yang lebih kecil, sehingga
bahwa tanah yang memiliki smektit lebih banyak memiliki K-dapat ditukar
2.6.3 K-Terfiksasi
K-terfiksasi berbeda dengan bentuk K-larut dan K-dapat ditukar. Bentuk ini
Kalium dalam bentuk K-terfiksasi tidak langsung tersedia bagi tanaman. Bentuk ini
vermikulit, dan mineral liat lain seperti vermikulit terklorinasi (Sparks, 1987).
Kalium menjadi terfiksasi karena terikat kuat oleh lapisan mineral liat yang memiliki
energi hidrasi lebih kuat dari ion K+ . Jumlah K-terfiksasi tergantung pada distribusi
ukuran partikel, tipe, dan jumlah mineral liat, dan penambahan atau pengurangan
yang mengandung vermikulit menghasilkan adsorpsi K+ yang kuat (Brady dan Weil,
16
1999). Penyerapan K+ dari tanah oleh tanaman, mikroorganisme, atau hasil pelindian
pelepasan K+ dari situs yang memfiksasi kalium. Kalium terfiksasi atau K-tidak
dapat ditukar dapat menjadi bentuk K-dapat ditukar ketika Klarutan dan K-dd di
dalam tanah diserap oleh tananam, sehingga K-tidak dapat ditukar menjadi bentuk K-
memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan tanpa biochar. Aplikasi biochar sebesar 2 t ha-1 dan 4 t ha-1 mampu
disertai dengan dosis pupuk NPK 200 kg/ha merupakan dosis yang efisien dalam
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang baik pada tanah
gambut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rumse Fitriana Sirait., dkk (2020),
17
berpengaruh sangat nyata terhadap ketersediaan hara N, P , K dan pH dengan dosis
terbaik terdapat pada perlakuan kombinasi 2,5 t ha-1 dan dosis pupuk NPK phonska
45 dan 90 kg N ha-1.
terlihat bahwa pemberian biochar dan pupuk NPK phonska yang diaplikasikan
memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung dengan
kisaran dosis biochar 2.5 ton / ha – 10 ton – ha dan dosis pupuk NPK phonska
dengan kisaran dosis 49 kg – 200 kg/ha. Dan disimpulkan bahwa pemberian dosis
pupuk biochar dan pupuk NPK Phonska dapat memperbaiki sifat kimia tanah dan
meningkatkan hasil tanaman jagung. Maka pada penelitian ini digunakan acuan
penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Muhammad dkk., (2019) dimana pada hasil
dengan dosis pupuk NPK 200 kg/ha meningkatkan hasil tanaman jagung.
18
III. METODE PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbanagan, parang, sekop,
meter, alat tulis menulis, camera, serta alat-alat laboratorium kimia tanah. Bahan-
bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung pulut, tanah alfisol,
polibag ukuran 20 kg, pupuk NPK, biochar, kertas label, isolasi bening, dan bahan
perlakuan dan 6 ulangan, sehingga terdapat 30 unit perlakuan. Variabel bebas sebagai
B0 = Kontrol/Tanpa Inokulasi.
adalah:
Yij = µ + τi + ∑ij
19
Dimana :
i = 1, 2, 3, 4, 5 p ( p = jumlah perlakuan)
untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan dan apabila terdapat pengaruh
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan (DMRT) 5% untuk melihat
Media tanah yang digunakan untuk penanaman jagung pulut adalah tanah
alfisol yang diambil dari desa Matani. Untuk penyiapan sebagai media tanam, tanah
yang diambil dibersihkan dari kotoran dan batuan, lalu ditimbang sebanyak 20 kg dan
3.4.2 Penanaman
Pada perlakuan tanpa inokulan, tanah pada polybag yang telah disiapkan digali
sedalam 5 cm lalu tempatkan 1 benih jagung kemudian ditimbun lagi dengan tanah
20
lalu disiram sampai lembab. Sebelum benih jagung ditanam, benih direndam dalam
3.4.3 Pemeliharaan
1. Penyiramaan
Penyiraman dilakukan setiap hari, pada pagi dan sore hari, sampai kapasitas
lapang tanah.
2. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan dua minggu sekali tetapi bisa bervariasi waktunya
yaitu menggunakan tangan untuk mencabut gulma dari media tanam. Tujuan
penyiangan agar tidak terjadi persaingan antara tanaman utama dengan gulma.
3. Pemupukan
tanam dan pupuk NPK Phonska diberikan setelah tanaman jagung berumur dua
minggu setelah tanam. Dilakukan 2 minggu dan 4 minggu sampai tanaman berumur
4. Pengendalian hama
21
Pengendalian hama pada tanaman di lakukan dengan menggunakan cara manual
atau mekanik. Tujuan dari pengendalian hama adalah agar tanaman dapat terhindar
5. Pemanenan
Pemanenan dilakukan saat tanaman telah mencapai masa siap dipanen. Jagung
dapat mulai dipanen pada umur 70 hingga sampai 90 hari setelah tanam. Pemanenen
dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi data sekunder pada parameter tanaman.
1. Serapan N dan K
22
DAFTAR PUSTAKA
Asmin Dan Dahya (2015). Uji Efektivitas Dosis Dan Jenis Pupuk Npk Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis ( Zea Mays Saccharata) Pada
Tanah Inseptisol Di Nganjuk.
Tisdale, S. L., Nelson, W.K. and Beaton, J.D. 1990. Soil Fertility and Fertilizer
Macmillan Pub. Co. New York. 100 p.
Gani, A. 2009. Potensi Arang Hayati (Biochar) Sebagai Bahan Pembentuk Tanah.
Iptek Tanaman Pangan vol 4. No 1. Sukamandi. 33-44 hal. _______. 2010.
Multiguna ArangHayatiBiochar.SinarTaniJakarta.Edisi13- 19 Oktober 2010
Imas, T., S.H. Ratna., W.G. Agustin., Dan Y. Setiadi. 1989. Mikrobiologi Tanah.
Bahan Pengajaran. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Direktorat
Jenderal Perguruan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Ipb.
Yogyakarta. 178 Hlm.
Juandi ,Et. Al., 2016 Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Pulut Lokal (Zea Mays
Ceratina Kulesh) Pada Beberapa Dosis Pupuk Npk. Manado: Universitas
Sam Ratulangi.
Jumini et al., 2011 Efek Kombinasi Dosis Pupuk Npk Dan Cara Pemupukan
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis
Jumini Et Al., 2011 Efek Kombinasi Dosis Pupuk Npk Dan Cara Pemupukan
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis
Lehmann, J. and S. Joseph. 2009. Biochar for environmental management. Earthscan: 127-
143. United Kingdom
Nurdin Et Al., 2009 Kandungan Klorofil Berbagai Jenis Daun Tanaman Dan Cu
Turunan Klorofil Serta Karakteristik Fisiko-Kimianya.
23
Nurdin Et Al., 2011 Understanding Organizational Barriers Influencing Local
Electronic Government Adoption And Implementation: The Electronic
Government Implementation Framework.
Nurdin, Et Al, 2008. Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Yang Dipupuk N, P, Dan K
Pada Tanah Vertisol.Isimuutara Kabupaten Gorontalo. Gorontalo
Purwono Dan Hartono (2007), Uji Efektivitas Dosis Dan Jenis Pupuk Npk Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata) Pada
Tanah Inseptisol Di Nganjuk.
Sucianti (2015) Interaksi Iklim (Curah Hujan) Terhadap Produksi Tanaman Pangan
Di Kabupaten Pacitan.
Subekti, N. A., Syafruddin, R, Efendi dan S. Sunarti. 2012. Morfologi Tanaman dan
Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Marros. Hal
185-204
Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, dan S.Sunarti. 2007. Morfologi tanaman dan
fase pertumbuhan jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros
This Fiscal Year 2014 Annual Performance Report (Apr) Is The Year-End Progress
Report Of The. U.S. Department Of Agriculture (Usda).
Wijanarko Et Al.,2007 Karakteristik Sifat Kimia Dan Fisika Tanah Alfisol Di Jawa
Timur Dan Jawa Tengah
24
Widowati, Utomo, W.H., Soehono, L.A. and Guritno, B. 2011. Effect of biochar on
the release and loss of nitrogen from urea fertilization. Journal of Agriculture
and Food Technology 1: 127-132.
Wijanarko, A., Sudaryono dan Sutarno. 2007. Karakteristik Sifat Kimia dan Fisika
Tanah Alfisol di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Iptek Tanaman Pangan, 2(2):
214-216.
Subekti, N. A., Syafruddin, R, Efendi dan S. Sunarti. 2013. Morfologi Tanaman dan
Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Marros. Hal
185-204
25
Purwono, M. S., & Hartono, R. (2007). Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Tri Wahyono, J. (2019). Uji efektivitas dosis dan jenis pupuk NPK terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays Saccharata) pada
tanah Inseptisol di Nganjuk (Doctoral dissertation, University of
muhammadiyah malang).
Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, dan S.Sunarti. 2007. Morfologi tanaman dan
fase pertumbuhan jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros
Purwono, M. Dan Hartono, R. 2007. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya.
Bogor
Nico Dwi, L. (2016). PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN DAN
FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays
L.) (Doctoral dissertation, STIPER DHARMA WACANA METRO).
Soepraptohardjo, M. and Ismangun, 1980. Classification of red soils in Indonesia by
the Soil Research Institute. In P. Buurman (ed). Red Soil in Indonesia. Centre
for Agricultural Publishing and Ducumentation, Wageningen.
Sutedjo M M. 2008. Pupuk dan cara pemupukan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Tambunan W A. 2008. Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tanah Hubunganya dengan
Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) di Kwala Sawit PTPN II.
Tesis Universitas Sumatera Utara. Meda
Lehmann J and M Rondon. 2006. BioChar Soil Management on Highly Weathered
Soils in The Humid Tropics. p: 517-530 In Biological Approaches to
Sustainable Soil Systems (Norman Uphoff et al Eds.). Taylor & Francis
Group PO Box 409267 Atlanta, GA 30384- 9267
26