Anda di halaman 1dari 26

1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Alfisol umumnya merupakan tanah yang bersifat masam, mengalami

pelapukan intensif dan perkembangan lanjut dengan kesuburan kimia rendah serta

terjadi pelindian unsur hara terutama N, P dan K. Kapasitas tukar kation rendah

dengan kejenuhan basa tinggi dan bahan organik yang rendah. Sehingga tanah alfisol

memiliki kemampuan produktivitas yang rendah (Ispandi et al., 2017). Selain itu

tanah Alfisol mempunyai pH yang beragam, yaitu antara pH 5,0 hingga pH 8,4. ).

Alfisol merupakan salah satu ordo tanah yang masih tergolong muda dan masih

berkembang. Kegiatan budidaya kurang tepat dalam memanfaatkan tanah Alfisols

dapat memicu permasalahan. Salah satu contohnya yaitu lahan yang sering diolah

tanpa adanya pengembalian akan mengalami penurunan kesuburan baik secara kimia

maupun fisik tanah (Lovitna et al., 2021).

Biochar merupakan karbon aktif yang mengandung mineral seperti kalsium

(Ca) atau magnesium (Mg) dan karbon anorganik, dengan kandungan senyawa

organik dan anorganik yang terdapat didalamnya biochar dapat digunakan sebagai

bahan untuk meningkatkan kualitas tanah khususnya tanah Alfisol atau lahan kering

(Pahlevi et al., 2017). Kandungan unsur hara yang dimiliki biochar sekam padi

meliputi C-organik (20,93%), N (0,71%), P (0,06%) dan K (0,14%) sehingga apabila

diaplikasikan kedalam tanah akan memberikan hasil yang optimal pada pertumbuhan

tanaman (Tiara et al., 2019). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

biochar sekam padi terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman tomat di

Alfisol.

1
Permasalahan rendahnya ketersediaan unsur hara dari Alfisol perlu diatasi

dengan peningkatan ketersediaan unsur hara melalui penambahan pupuk. Dalam

sistem budidaya tanaman, para petani lebih mengutamakan penggunaan pupuk

anorganik. Salah satu jenis pupuk anorganik yang saat ini banyak digunakan oleh

petani adalah pupuk NPK phonska. Pupuk Phonska adalah pupuk anorganik mejemuk

yang mengandung Nitrogen, Fosfor, Kalium masing-masing sebesar 15% serta 10%

Sulfur dan 2% kadar air maksimal. NPK ponska hamper semuanya terlarut dalam air

dan lebih mudah serta efektif diserap oleh tanaman untuk kelangsungan hidup

tanaman dalam memacu perkembangan pada fase vegetative dan fase generatif

(Khotimah et al., 2018; Bobi et al., 2021)

Aplikasi biochar dan NPK Phonska dilakukan untuk memperbaiki sifat kimia

tanah Alfisol. Pada penelitian ini digunakan tanaman jagung pulut sebagai indikator

tanaman. Jagung (Zea mays L.) karena merupakan salah satu tanaman pangan yang

dikonsumsi dan sangat disukai masyarakat di Indonoesia. Bagi para petani tanaman

jagung merupakan peluang usaha di pasar, karena nilai jualnya cukup tinggi. Dari

data BPS Nasional tahun 2018 produksi jagung nasional 52,41 (kw.ha-1 ), Produksi

jagung Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2019 sebesar 25,18 (kw.ha-1 )

(Badan Pusat Statistik Nasional, 2018). Dari hasil penelitian Fowo et al. (2019)

terhadap beberapa varietas jagung pulut di Kabupaten Ende diketahui tanaman jagung

pulut varietas lokal memperoleh hasil maksimum yaitu 2,99 ton. ha-1. Di susul

varietas Uri 2,75 ton.ha-1, dan varetas binthe pulu 2,69 ton.ha-1. Data ini

menunjukkan produktivitas jagung pulut di Kabupaten Ende, masih rendah, sehingga

2
diperlukan usaha lain guna meningkatkan produksi jagung pulut secara optimal

diantaranya

penambahan unsur hara berupa pupuk dan mengatur ruang tumbuh antar tanaman.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kombinasi Biochar dan Pupuk NPK

Phonska Terhadap Serapan Unsur Hara N Serta Hasil Tanaman Jagung”

3
1.2 Tujuan

1. Untuk Mengetahui pengaruh aplikasi Biochar dan pupuk NPK terhadap serapan

hara N pada tanah Alfisol serta hasil tanaman jagung

2. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi perlakuan terbaik akibat pemberian dosis

biochar dan NPK terhadap serapan hara N serta hasil tanaman jagung

1.3 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Sebagai sumber informasi untuk penelitian lanjutan tentang pemanfaatan pupuk

organik biochar dan NPK Phonska dalam memperbaiki sifat kimia tanah Alfisol

2. Manfaat Praktis

Sebagai sumber informasi bagi praktisi pertanian mengenai pemanfatan pupuk

organik biochar dan NPK Phonska dalam meningkatkan hasil dan produksi

tanaman jagung.

1.4 Hipotesis
1. Aplikasi biochar dan pupuk NPK memberikan pengaruh terhadap serapan hara N

pada tanah Alfisol

2. Terdapat salah satu perlakuan kombinasi yang memberikan pengaruh terbaik

terhadap perbaikan serapan hara N pada tanah Alfisol dan hasil tanaman jagung.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) termasuk tanaman semusim dari jenis graminae yang

memiliki batang tunggal dan monoceous. Siklus hidup tanaman ini terdiri dari fase

vegetatif dan generatif. Menurut Pratama, Y. 2015. Respon Tanaman Jagung (Zea mays

L.) Terhadap Kombinasi Pupuk Anorganik dan Pupuk Bio-Slurry Padat. [Skripsi]. Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung. Lampung.), secara lengkap tanaman jagung dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1.1.1.Klasifikasi Tanaman Jagung Pulut

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Monocotyledone

Ordo : Graminae

Family : Graminacea

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

1.1.2.Morfologi

Tanaman jagung terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar, batang,

daun, bunga dan buah (tongkol). Jagung mempunyai tiga macam akar serabut, yaitu

(a) Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio, (b)akar

5
adventif adalah akar yang berkembang dari buku di ujung mesokolit, (c) akar kait

atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau lebih buku di atas

permukaantanah (Subekti et al., 2013).

Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga type akar, yaitu

(a) akar seminal Akar seminal tumbuh radikula dan embrio, (b) akar adventif

disebut juga akar tunjang, akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm

dari permukaan tanah(c) a kar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih

buku terbawah dekat permukaan tanah (Nurdin et al., 2011).

Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan

akar udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih ditanam.

Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah dan kemudian

berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun Menurut Purwono dan

Hartono (2007)

Batang jagung tegak, tidak bercabang, terdiri atas beberapa ruas dan buku ruas.

Pada buku ruas muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi tanaman

jagung pada umumnya berkisar antara 60 – 300 cm, tergantung dari varietas Tri

Wahyono, J. (2019).

Daun jagung memanjang, mempunyai ciri bangun pita (ligulatus), ujung daun

runcing (acutus), tepi daun rata (integer). Diantara pelepah dan helai daun terdapat

ligula (Subekti et al., 2017).

Daun jagung memanjang, mempunyai ciri bangun pita (ligulatus), ujung daun

runcing (acutus), tepi daun rata (integer). Diantara pelepah dan helai daun terdapat

6
ligula (Subekti et al., 2013). Menurut Purwono dan Hartono (2007), fungsi ligula

adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang.

Bunga jantan dan bunga betina pada jagung terpisah dalam satu tanaman

(monoecious). Bunga jantan tumbuh di bagian pucuk tanaman, berupa karangan

bunga (inflorescence). Tongkol sebagai bunga betina, tumbuh dari buku diantara

batang dan pelepah daun (Nico Dwi, L. (2016).

Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama, yaitu

dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang

terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-rata terdiri dari 10% protein, 70%

karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga merupakan sumber dari vitamin A dan E.

(Fajarany et al., 2016).

2.2 Syarat tumbuh tanaman jagung

1.1.3. Keadaan iklim

Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah

beBagian biji ini merupakan bagian yang terpenting dari hasil pemaneman. Bagian

biji rata-rata terdiri dari 10% protein, 70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga

merupakan sumber dari vitamin A dan Eriklim sedang hingga daerah beriklim

subtropis/tropis basah dengan curah hujan yang ideal sekitar 85-200 mm/bulan pada

lahan yang tidak beririgasi. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar

matahari dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk

pertumbuhan terbaiknya antara 27-320C . Jagung termasuk tanaman yang

7
membutuhkan air yang cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat

berbunga, dan saat pengisian biji.

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase

pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam

awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Jagung membutuhkan sinar

matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan

hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230℃ - 300℃ (Juandi et. al.,

2016).

Menurut Sucianti (2015), terjadinya iklim ekstrim berdampak besar terhadap

tanaman semusim, terutama tanaman pangan. Salah satu unsur iklim yang dapat

sbagai indikator dalam kaitannya dengan tanaman adalah curah hujan. Mengingat

curah hujan merupakan unsur iklim yang fluktuasi tinggi dan pengaruhnya terhadap

produksi tanaman cukup signifikan. Jumlah hujan secara keseluruhan cukup penting

dalam menentukan hasil, terlebih apabil ditambah dengan peningkatan suhu,

peningkatan suhu yang besar dapat menurunkan hasil. Jika terjadi penurunan curah

hujan dapat menimbulkan kekeringan.

1.1.4. Keadaan Tanah

Purwono dan Hartono (2007) menyatakan bahwa jagung termasuk tanaman

yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya. Jagung

dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah, dan pasang

surut,. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, latosol, dan

Grumosol. Namun yang terbaik untuk pertumbuhan jagung adalah Latosol.

8
Keasaman tanah antara 5.6-7.5 dengan aerasi dan ketersediaan air yang cukup

serta kemiringan optimum untuk tanaman jagung maksimum 8%. pH tanah antara

5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %, dan

ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50- 600 m dpl

(Fabians et al., 2016).

2.3 Tanah Alfisol

Jenis tanah alfisol yang kaya dengan aluminium dan besi. Mereka memiliki

cakrawala akumulasi tanah liat, dan terbentuk di mana ada cukup kelembaban dan

kehangatan untuk setidaknya tiga bulan pertumbuhan tanaman. Mereka merupakan

10% dari tanah di seluruh dunia.Alfisol terbentuk di daerah semi kering hingga

lembab, biasanya di bawah tutupan hutan kayu keras.

Mereka memiliki lapisan tanah liat yang diperkaya dan kesuburan asli yang

relatif tinggi. “Alf” mengacu pada aluminium (Al) dan besi (Fe). Karena

produktivitas dan kelimpahannya, Alfisol mewakili salah satu pesanan tanah yang

lebih penting untuk produksi pangan dan serat. Mereka banyak digunakan baik di

pertanian dan kehutanan, dan umumnya lebih mudah untuk tetap subur daripada

tanah iklim lembab lainnya, meskipun yang di Australia dan Afrika masih sangat

kekurangan nitrogen dan tersedia fosfor.

Namun, mereka yang berada di daerah tropis musiman memiliki kecenderungan

untuk mengasamkan ketika banyak dibudidayakan, terutama ketika pupuk nitrogen

digunakan.Tanah alfisol memiliki tekstur tanah yang liat. Liat tertimbun di horizon

9
bawah. Ini berasal dari horizon diatasnya dan tercuci dibawah bersama dengan

gerakan air.

Dalam banyak pola Alfisol digambarkan adanya perubahan tekstur yangsangat

pendek di kenal dalam taksonomi tanah sebagai Ablup Tekstural Change

atau perubahan tekstur yang sangat ekstrim. (Foth, 1998).Partikel tanah liat pada

lapisan Alfisol digerakkan oleh air yang meresap darihorizon A dan disimpan pada

horizon B.

Hasilnya adalah polipodeon dengan horizon-horison yang mempunyai tekstur

yang berbeda. Macam pita yang terbentuk berhubungan dengan kandungan liat dan

diguakan untuk menggolongkan tanah lempung, lempung liat atau tanah liat.

(Poerwowidodo, 1991).

Alfisol adalah tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horizon

bawah(horizon argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35%

padakedalaman 180 cm dari permukaan tanah.Bila kejenuhan basa sangat tinggi

makamakin ke bawah jumlahnya konstan, sedang bila pada horizon Argilik kadarnya

tidak tinggi maka jumlahnya harus bertambah makin ke horizon bawah. Tanah ini

tidak memiliki epipedon molik, oxik, ataupun horizon spodik. Juga termasuk pada

tanahAlfisol adalah tanah-tanah yang kejenuhan basanya kurang 35 % tetapi pada

horizon Argilik dipadatan lidah-lidah horizon albik dan kejenuhan basa

bertambah makin kehorizon bawah.

10
2.4 Biochar

Biochar merupakan arang yang diberikan ke sistem tanah dan tanaman sebagai

bahan pembenah tanah. Proses pembuatan biochar hampir sama dengan, arang yang

umumnya digunakan sebagai bahan bakar. Biochar dihasilkan dari proses pirolisis

atau pembakaran bahan organik dalam kondisi oksigen yang terbatas pada suhu <700 ̊

C. Berbeda dengan bahan organik, biochar tersusun dari cincin karbon aromatis

sehingga lebih stabil dan tahan lama di dalam tanah (Maguire dan Aglevor, 2010).

Biochar sama dengan arang aktif, namunistilah arang kerap digunakan sebagai

bahan bakar. Sementara biochar digunakan dengan tujuan sebagai bahan aman demen

tanah (Lehmann and Joseph, 2009) Faktor yang mempengaruhi kualitas biochar

Temperatur saat pirolisis berhubungan dengan unsur serta masa bahan organik yang

hilang saat proses berlangsung. Pada kondisi suhu pirolisis yang rendah, bahan

organik menghasilkan biochar lebih tinggi dan diperkaya dengan unsur yang mudah

menguap dibandingkan pirolisis dengan suhu tinggi (Jindo, et al. 2014).

Pada temperatur 350 yaitu bahan baku, karbonisasi dan sistem pirolisis. Bahan

baku biochar dapat berasal dari limbah pertanian seperti sisa tanaman dari jerami

padi, sekam padi, tandan kosong kelapa sawit (Idris, dkk, 2014) serta bahan lain yang

berasal dari kayu. Pada bahan baku yang sama, hasil biochar sangat tergantung dari

proses pirolisis yang dilakukan, yaitu suhu, tingkat pemanasan, waktu pemanasan dan

ukuran partikel (Downie et al. 2009). o C didapatkan bahan biochar sebesar 57% dari

berat kering aslinya, sedangkan pada temperatur 700o C hanya didapatkan 38%

bahan biochar (Hass, et al. 2011). Pada suhu 600 ̊ C dihasilkan biochar bambu,

11
kacang hull dan brasil pepperwood mampu mengurangi kehilangan hara N sebesar

0.12 % hingga 3,7 % (Yao, et al. 2012).

2.5 Pupuk NPK

Pupuk adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk

menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman Asmin dan Dahya

(2015) menyatakan pemupukan bertujuan untuk meningkatkan tersedianya unsur hara

di dalam tanah.

Rekomendasi pemupukan adalah suatu rancangan yang meliputi jenis dan

takaran pupuk untuk tanaman pada areal tertentu. Menurut Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (2008), banyak manfaat dan dampak penerapan pemupukan

spesifik lokasi antara lain: (i) pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu, dan

jenis pupuk yang diperlukan sesuai maka pemupukan akan lebih efisien, hasil tinggi,

dan pendapatan petani meningkat; (ii) pencemaran lingkungan dapat dihindari,

kesuburan tanah tetap terjaga, dan produksi padi lestari atau berkelanjutan; serta (iii)

mengurangi biaya pembelian pupuk.

Pemupukan dilakukan untuk menambah unsur hara yang terkandung di dalam

tanah. Dosis pemupukan yang di gunakan umumnya 200-300 kg/ha urea, 11 100-200

kg/ha SP-36, 200-300 kg/ha NPK. Pemupukan pertama (pupuk dasar) dilakukan

sebelum atau bersamaan tanam. Dosisnya adalah seluruh bagian SP-36 dan KCL serta

½ bagian urea (Paeru, 2017).

Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman terutama

pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai komponen

12
pembentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain. Menurut Asmin dan Dahya

(2015), menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses pertumbuhan, sintesis

asam amino dan protein serta merupakan pembentuk struktur klorofil. Nitrogen

sebagai pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan mempengaruhi warna hijau daun.

Ketika tanaman tidak mendapatkan cukup nitrogen, warna hijau daun akan

memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan

pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning, tangkai tinggi kurus, dan warna hijau

daun menjadi pucat. Pemberian unsur hara nitrogen dapat dilakukan melalui

pemupukan. Pupuk nitrogen termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini

termasuk pupuk makro. Sesuai dengan namanya pupuk-pupuk dalam kelompok ini

didominasi oleh unsur nitrogen. Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat sebagai

pengikat atau juga sebagai katalisator.

Salah satu jenis pupuk nitrogen yang sering digunakan adalah urea. Urea adalah

pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (amonia) dengan CO2 . Bahan dasarnya

biasanya berupa gas alam dan merupakan hasil ikutan tambang minyak bumi.

Kandungan N total berkisar antara 45 - 46% (Jumini et al., 2011)

Menurut, Asmin dan Dahya (2015), bahwa unsur N digunakan untuk

pertumbuhan organ tanaman. Jika tanaman kekurangan N menyebabkan pertumbuhan

akar terhambat, sehingga dapat menyebabkan terhambatnya mekanisme penyerapan

hara bagi tanaman akibatnya pertumbuhan tanaman secara keseluruhan juga akan

terhambat.

Phospor (P) berperan dalam pembentukan bunga, buah, biji, dan

perkembangan akar yang pada gilirannya meningkatkan kualitas tanaman.

13
Kekurangan fosfor memengaruhi aspek metabolisme dan pertumbuhan tanaman,

khususnya pembentukan tongkol dan biji tidak normal. Demikian juga kalium

mengakibatkan hasilnya turun sampai 10% (Taufik dan Thamrin 2009). Pemupukan

merupakan faktor penentu keberhasilan budi daya jagung manis pada lahan kering.

Lahan kering di daerah tropis seperti Indonesia umumnya memiliki kesuburan tanah

atau kandungan unsur hara tanah yang rendah (Suratmini 2009).

Phospor berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar,

sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi,

mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah

(Muyassir,et. al., 2012), menambahkan phospor berperan dalam menstimulasi

pertumbuhan akar, membantu pembentukan benih, berperan dalam proses fotosintesis

dan respirasi. Kekurangan unsur phospor akan menyebabkan warna keunguan pada

daun dan batang serta bintik hitam pada daun dan buah phosfor merupakan hara

tanaman esensial dan diambil oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik : H2PO4 dan

HPO4 2- . Phosfor diperlukan dalam perkembangan akar, untuk mempertahankan

vigor tanaman, untuk pembentukan benih, dan pengontrolan kematangan tanaman,

(Jumini et al., 2011).

2.6 Unsur Hara Kalium

Unsur Hara Kalium (K+ ) merupakan unsur hara makro esensial bagi tanaman.

Kalium diserap oleh tanaman melalui sel epidermis dan korteks dan sekali di stele,

selanjutnya di distribusikan ke tunas dan daun (Nieves-Cordones et al., 2014).

Kalium di dalam tanah terdapat dalam empat bentuk dimana satu sama lain memiliki

14
keseimbangan yang dinamis. Berdasarkan pada tingkat ketersediaan K terhadap

tanaman, dinamika K di dalam tanah dikelompokkan menjadi empat bentuk yaitu K-

larut, K-dapat ditukar (K-dd), K-tidak dapat ditukar atau K terfiksasi, dan K-

struktural (Sparks, 1987; Zörb, Senbayram, dan Peiter, 2014).

2.6.1 K-Larut Tanah

K-larut tanah merupakan bentuk kalium yang siap untuk diserap langsung oleh

tanaman. Bentuk ini biasanya sangat sedikit tersedia di dalam tanah dan mudah

mengalami pencucian (leaching). Jumlah K-larut dalam tanah biasanya antara 2-5

mg.kg-1 untuk tanah pertanian pada daerah humid. Tingkat ketersediaan K-larut

dipengaruhi oleh keseimbangan dan reaksi kinetik antar bentuk K, kadar air tanah,

dan konsentrasi bivalen kation dalam larutan dan pada fase penukarnya (Sparks,

1987). Jumlah K-larut tanah dalam total keseluruhan K di dalam tanah sangat kecil,

berkisar antara 3 sampai 30 µg.ml-1 di kebanyakan tanah di Selandia Baru (During,

1984). Jumlah K-larut juga bergantung pada kapasitas penyangga mineral liat.

Lemahnya penyangga lempeng alofan yang tidak siap menggantikan K-larut tanah,

sedangkan mineral mika dan vermikulit berada pada tingkat yang relatif tidak

berubah (Parfitt, 1992).

2.6.2 K-Dapat Ditukar

K-dapat ditukar adalah bentuk kalium dalam tanah yang secara ikatan

elektrostatis sebagai ikatan kompleks luar ke permukaan mineral tanah liat dan zat

humat. K-dapat ditukar juga termasuk ke dalam unsur hara kalium tanah yang siap

untuk diserap oleh tanaman dan dapat ditukar oleh kation lain. Pelepasan K-dapat

15
ditukar di dalam larutan tanah disebut sebagai desorpsi, sedangkan reaksi

kebalikannya adalah adsorpsi (Sparks, 1987). Biasanya, jumlah K-dd tanah tidak

lebih dari 2 % atau antara 10 sampai 400 ppm (Schroeder, 1974). K-dapat ditukar

berkaitan erat dengan jenis mineral liat dan jumlah muatan negatif. Tingkat K-dd

pada tanah-tanah yang banyak mengandung alofan relatif rendah, sedangkan pada

tanah yang banyak mengandung vermikulit atau mika relatif tinggi (Parfitt, 1992).

Selanjutnya, pelapukan hasil mika menjadi partikel yang lebih kecil, sehingga

permukaan menjadi lebih luas dan meningkatkan muatan negatif, mengindikasikan

bahwa tanah yang memiliki smektit lebih banyak memiliki K-dapat ditukar

dibandingkan dengan tanahtanah yang mengandung mineral liat interstratifikasi,

meskipun hal tersebut mengindikasikan bahwa kelompok kedua memiliki K-tidak

dapat ditukar lebih banyak (Kirkman et al., 1994).

2.6.3 K-Terfiksasi

K-terfiksasi berbeda dengan bentuk K-larut dan K-dapat ditukar. Bentuk ini

Kalium dalam bentuk K-terfiksasi tidak langsung tersedia bagi tanaman. Bentuk ini

berdekatan di antara lapisan tetrahedral, dioktahedral, dan trioktahedral mika,

vermikulit, dan mineral liat lain seperti vermikulit terklorinasi (Sparks, 1987).

Kalium menjadi terfiksasi karena terikat kuat oleh lapisan mineral liat yang memiliki

energi hidrasi lebih kuat dari ion K+ . Jumlah K-terfiksasi tergantung pada distribusi

ukuran partikel, tipe, dan jumlah mineral liat, dan penambahan atau pengurangan

unsur hara K dari mineral-mineral, sedangkan penambahan unsur hara K ke tanah

yang mengandung vermikulit menghasilkan adsorpsi K+ yang kuat (Brady dan Weil,

16
1999). Penyerapan K+ dari tanah oleh tanaman, mikroorganisme, atau hasil pelindian

pelepasan K+ dari situs yang memfiksasi kalium. Kalium terfiksasi atau K-tidak

dapat ditukar dapat menjadi bentuk K-dapat ditukar ketika Klarutan dan K-dd di

dalam tanah diserap oleh tananam, sehingga K-tidak dapat ditukar menjadi bentuk K-

dapat ditukar dan K-larutan (Barber, 1984).

2. 6. Pengaruh Pupuk Biochar dan NPK Terhadap Tanaman Jagung

Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Miranti Ayu Verdiana

dkk., (2016), menunjukkan bahwa penggunaan biochar sekam padi dapat

memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan

perlakuan tanpa biochar. Aplikasi biochar sebesar 2 t ha-1 dan 4 t ha-1 mampu

mengurangi dosis pupuk anorganik pada tanaman jagung.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Muhammad dkk.,

(2019), Berdasarkan hasil pengamatan pemberian 10 ton/ha biochar sekam padi

disertai dengan dosis pupuk NPK 200 kg/ha merupakan dosis yang efisien dalam

meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang baik pada tanah

gambut.

Hasil penelitian Lehman dkk. (2009) bahwa penambahan biochar nyata

meningkatkan serapan N, P, K, Ca, Zn dan Cu dengan makin tingginya penambahan

biochar dan berkurangnya pemberian pupuk N, P dan K.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rumse Fitriana Sirait., dkk (2020),

menunjukan bahwa pemberian biochar berpengaruh sangat nyata terhadap

ketersediaan hara N, P dan K dalam tanah, berpengaruh nyata terhadap kadar C-

organik tanah dan tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah, pemupukan N

17
berpengaruh sangat nyata terhadap ketersediaan hara N, P , K dan pH dengan dosis

terbaik terdapat pada perlakuan kombinasi 2,5 t ha-1 dan dosis pupuk NPK phonska

45 dan 90 kg N ha-1.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan,

terlihat bahwa pemberian biochar dan pupuk NPK phonska yang diaplikasikan

memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung dengan

kisaran dosis biochar 2.5 ton / ha – 10 ton – ha dan dosis pupuk NPK phonska

dengan kisaran dosis 49 kg – 200 kg/ha. Dan disimpulkan bahwa pemberian dosis

pupuk biochar dan pupuk NPK Phonska dapat memperbaiki sifat kimia tanah dan

meningkatkan hasil tanaman jagung. Maka pada penelitian ini digunakan acuan

penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Muhammad dkk., (2019) dimana pada hasil

penelitian menunjukan bahwa pemberian 10 ton/ha biochar sekam padi disertai

dengan dosis pupuk NPK 200 kg/ha meningkatkan hasil tanaman jagung.

18
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan, dan analisis ketersediaan P dan K di

laboratorium kimia tanah Fakultas Pertanian Universitas Nusa Ceendana.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbanagan, parang, sekop,

meter, alat tulis menulis, camera, serta alat-alat laboratorium kimia tanah. Bahan-

bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung pulut, tanah alfisol,

polibag ukuran 20 kg, pupuk NPK, biochar, kertas label, isolasi bening, dan bahan

bahan lain untuk analisis P dan K.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 5

perlakuan dan 6 ulangan, sehingga terdapat 30 unit perlakuan. Variabel bebas sebagai

perlakuan adalah sebagai berikut :

B0 = Kontrol/Tanpa Inokulasi.

B1 = Dosis Pupuk Biochar 50 g + Dosis NPK Phonska 2,4 g. polybag-1

B2 = Dosis Pupuk Biochar 100 g + Dosis NPK Phonska 3,6 g. polybag-1

B3 = Dosis Pupuk Biochar 150 g + Dosis NPK Phonska 4,8 g .polybag-1

B4 = Dosis Pupuk Biochar 200 g + Dosis NPK Phonska 6 g polybag-1

Model matematik Rancangan Acak Lengkap menurut Yitnosumarto (2010)

adalah:

Yij = µ + τi + ∑ij

19
Dimana :

Yij = Hasil pengamatan perlakuan inokulasi ke i, ulangan ke j

µ = Nilai tengah umum

τi = Pengaruh perlakuan inokulasi ke i

∑ij = Pengaruh galat (sisa) dari inokulasi perlakuan ke i, ulangan j

i = 1, 2, 3, 4, 5 p ( p = jumlah perlakuan)

j = 1, 2, 3, 4,5,6 k (k= jumlah ulangan)

Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA),

untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan dan apabila terdapat pengaruh

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan (DMRT) 5% untuk melihat

perbedaan antara perlakuan.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Media Tanam

Media tanah yang digunakan untuk penanaman jagung pulut adalah tanah

alfisol yang diambil dari desa Matani. Untuk penyiapan sebagai media tanam, tanah

yang diambil dibersihkan dari kotoran dan batuan, lalu ditimbang sebanyak 20 kg dan

dimasukan dalam polybag. Polybag diletakan dengan jarak 50 cm x20 cm.

3.4.2 Penanaman

Pada perlakuan tanpa inokulan, tanah pada polybag yang telah disiapkan digali

sedalam 5 cm lalu tempatkan 1 benih jagung kemudian ditimbun lagi dengan tanah

20
lalu disiram sampai lembab. Sebelum benih jagung ditanam, benih direndam dalam

air (selama 2 jam) dengan tujuan mempermudah perkecambahan.

3.4.3 Pemeliharaan

1. Penyiramaan

Penyiraman dilakukan setiap hari, pada pagi dan sore hari, sampai kapasitas

lapang tanah.

2. Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan dua minggu sekali tetapi bisa bervariasi waktunya

apabila terlihat adanya gulma disekitar tanaman.Penyiangan dilakukan secara manual,

yaitu menggunakan tangan untuk mencabut gulma dari media tanam. Tujuan

penyiangan agar tidak terjadi persaingan antara tanaman utama dengan gulma.

3. Pemupukan

Pemupukan menggunakan pupuk organik biochar dilakukan pada saat sebelum

tanam dan pupuk NPK Phonska diberikan setelah tanaman jagung berumur dua

minggu setelah tanam. Dilakukan 2 minggu dan 4 minggu sampai tanaman berumur

42 – 49 hari saat memasuki fase generatif. Pemupukan dilakukan berdasarkan

perlakuan yang diberikan dengan cara pengaplikasian langsung ke tanah.

4. Pengendalian hama

21
Pengendalian hama pada tanaman di lakukan dengan menggunakan cara manual

atau mekanik. Tujuan dari pengendalian hama adalah agar tanaman dapat terhindar

dari gejala serangan hama yang memungkinkan hasil tanaman menurun.

5. Pemanenan

Pemanenan dilakukan saat tanaman telah mencapai masa siap dipanen. Jagung

dapat mulai dipanen pada umur 70 hingga sampai 90 hari setelah tanam. Pemanenen

dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi data sekunder pada parameter tanaman.

1.2. Parameter Pengamatan

1. Serapan N dan K

Serapan N dan K diamati pada akhir masa panen pengamatan dilakuan

dengan cara pengambilan seluruh tubuh tanaman untuk analysis

kandungan N dan k di laboratorium.

2. Berat kering Pipilan Tanaman Jagung Pulut

Berat kering hasil tanaman jagung pulut kan ditimbang menggunakan

timbangan analitik pada masing-masing perlakuan pada saat pemanenan

22
DAFTAR PUSTAKA

Asmin Dan Dahya (2015). Uji Efektivitas Dosis Dan Jenis Pupuk Npk Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis ( Zea Mays Saccharata) Pada
Tanah Inseptisol Di Nganjuk.

Bakhri, S. (2007). Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu


(Ptt). Sulawesi Tengah: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp).
Clarkson, D.T. and Hanson, J.B. 1980. The mineral nutrition of higher plants. Annual
Review of Plant Physiology 31: 239-298

Tisdale, S. L., Nelson, W.K. and Beaton, J.D. 1990. Soil Fertility and Fertilizer
Macmillan Pub. Co. New York. 100 p.

Gani, A. 2009. Potensi Arang Hayati (Biochar) Sebagai Bahan Pembentuk Tanah.
Iptek Tanaman Pangan vol 4. No 1. Sukamandi. 33-44 hal. _______. 2010.
Multiguna ArangHayatiBiochar.SinarTaniJakarta.Edisi13- 19 Oktober 2010

Imas, T., S.H. Ratna., W.G. Agustin., Dan Y. Setiadi. 1989. Mikrobiologi Tanah.
Bahan Pengajaran. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Direktorat
Jenderal Perguruan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Ipb.
Yogyakarta. 178 Hlm.

Juandi ,Et. Al., 2016 Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Pulut Lokal (Zea Mays
Ceratina Kulesh) Pada Beberapa Dosis Pupuk Npk. Manado: Universitas
Sam Ratulangi.

Jumini et al., 2011 Efek Kombinasi Dosis Pupuk Npk Dan Cara Pemupukan
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis

Jumini Et Al., 2011 Efek Kombinasi Dosis Pupuk Npk Dan Cara Pemupukan
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis
Lehmann, J. and S. Joseph. 2009. Biochar for environmental management. Earthscan: 127-
143. United Kingdom

Nurdin Et Al., 2009 Kandungan Klorofil Berbagai Jenis Daun Tanaman Dan Cu
Turunan Klorofil Serta Karakteristik Fisiko-Kimianya.

23
Nurdin Et Al., 2011 Understanding Organizational Barriers Influencing Local
Electronic Government Adoption And Implementation: The Electronic
Government Implementation Framework.
Nurdin, Et Al, 2008. Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Yang Dipupuk N, P, Dan K
Pada Tanah Vertisol.Isimuutara Kabupaten Gorontalo. Gorontalo

Paeru 2017. . Panduan Praktis Budidaya Jagung


Prasetyo, M., D, Herru. dan S, Nijen. 2014. Pengaruh Kombinasi Bahan Baku Dan
Dosis Biochar Terhadap Perubahan Sifat Fisika Tanah Pasiran Pada Tanaman
Jagung (Zea mays L.).SkripsiUniversitas Negeri Jember. Jember.

Purwono Dan Hartono (2007), Uji Efektivitas Dosis Dan Jenis Pupuk Npk Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata) Pada
Tanah Inseptisol Di Nganjuk.

Purwono, M. Dan Hartono, R. 2007. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Bogor.


Pratama, Y. 2015. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Kombinasi
Pupuk Anorganik dan Pupuk Bio-Slurry Padat. [Skripsi]. Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Lampung.

Sucianti (2015) Interaksi Iklim (Curah Hujan) Terhadap Produksi Tanaman Pangan
Di Kabupaten Pacitan.
Subekti, N. A., Syafruddin, R, Efendi dan S. Sunarti. 2012. Morfologi Tanaman dan
Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Marros. Hal
185-204
Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, dan S.Sunarti. 2007. Morfologi tanaman dan
fase pertumbuhan jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros

Taufik Dan Thamrin 2009 Kelayakan Usahatani Jagung Di Sulawesi Selatan.

This Fiscal Year 2014 Annual Performance Report (Apr) Is The Year-End Progress
Report Of The. U.S. Department Of Agriculture (Usda).

Wijanarko Et Al.,2007 Karakteristik Sifat Kimia Dan Fisika Tanah Alfisol Di Jawa
Timur Dan Jawa Tengah

24
Widowati, Utomo, W.H., Soehono, L.A. and Guritno, B. 2011. Effect of biochar on
the release and loss of nitrogen from urea fertilization. Journal of Agriculture
and Food Technology 1: 127-132.

Yitnosumarto, S. 1993. Perancangan Percobaan Analisis Dan Interpretasinya.


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Di Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan
Pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Jakarta. hal. 216-238

Wijanarko, A., Sudaryono dan Sutarno. 2007. Karakteristik Sifat Kimia dan Fisika
Tanah Alfisol di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Iptek Tanaman Pangan, 2(2):
214-216.

Astuti, P. (2010). Pengaruh Kualitas Masukan Berbagai Seresah Terhadap Dinamika


Nh4+, No3-, Dan Potensial Nitrifikasi Tanah Serta Serapan N Tanaman
Jagung (Zea Mays L.).

Nurida, N. L. (2014). Potensi pemanfaatan biochar untuk rehabilitasi lahan kering di


Indonesia.

Prasetyo, R. (2014). Pemanfaatan berbagai sumber pupuk kandang sebagai sumber N


dalam budidaya cabai merah (Capsicum annum L.) di tanah
berpasir. PLANTA TROPIKA: Jurnal Agrosains (Journal of Agro
Science), 2(2), 125-132.

Lehmann, J. and S. Joseph. 2009. Biochar for environmental management. Earthscan:


127-143. United Kingdom
Pratama, Y. 2015. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Kombinasi
Pupuk Anorganik dan Pupuk Bio-Slurry Padat. [Skripsi]. Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Lampung

Subekti, N. A., Syafruddin, R, Efendi dan S. Sunarti. 2013. Morfologi Tanaman dan
Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Marros. Hal
185-204

Nurdin Et Al., 2011 Understanding Organizational Barriers Influencing Local


Electronic Government Adoption And Implementation: The Electronic
Government Implementation Framework.

25
Purwono, M. S., & Hartono, R. (2007). Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Tri Wahyono, J. (2019). Uji efektivitas dosis dan jenis pupuk NPK terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays Saccharata) pada
tanah Inseptisol di Nganjuk (Doctoral dissertation, University of
muhammadiyah malang).
Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, dan S.Sunarti. 2007. Morfologi tanaman dan
fase pertumbuhan jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros
Purwono, M. Dan Hartono, R. 2007. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya.
Bogor
Nico Dwi, L. (2016). PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN DAN
FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays
L.) (Doctoral dissertation, STIPER DHARMA WACANA METRO).
Soepraptohardjo, M. and Ismangun, 1980. Classification of red soils in Indonesia by
the Soil Research Institute. In P. Buurman (ed). Red Soil in Indonesia. Centre
for Agricultural Publishing and Ducumentation, Wageningen.
Sutedjo M M. 2008. Pupuk dan cara pemupukan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Tambunan W A. 2008. Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tanah Hubunganya dengan
Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) di Kwala Sawit PTPN II.
Tesis Universitas Sumatera Utara. Meda
Lehmann J and M Rondon. 2006. BioChar Soil Management on Highly Weathered
Soils in The Humid Tropics. p: 517-530 In Biological Approaches to
Sustainable Soil Systems (Norman Uphoff et al Eds.). Taylor & Francis
Group PO Box 409267 Atlanta, GA 30384- 9267

26

Anda mungkin juga menyukai