Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH KOMPOS AMPAS BATANG SORGUM (Sorghum bicolor (l)

moench.) SEBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) SECARA HIDROPONIK

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menempuh Ujian


Sarjana pada Program Studi S1 Biologi

Oleh
Sri Anggriyanti Putri Bohoka
432 417 008

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman, masyarakat mulai menyadari
pentingnya mengonsumsi sayuran dan buah-buahan segar. Namun, sulitnya
mendapatkan sayuran dan buah-buahan segar menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan masyarakat kurang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan
segar. Sayuran yang banyak dikonsumsi dan diminati oleh masyarakat salah
satunya adalah sayuran pakcoy.
Menurut Wahyuningsih dkk (2016), tanaman pakcoy (Brassica rapa
L.) banyak diminati ketika dalam keadaan segar dengan daun lebar yang
menandakan tanaman ini memiliki bobot segar yang tinggi. Bagian tanaman
yang banyak diminati adalah bagian batang yang meliputi daun dan batang.
Menurut Fahrudin (2009), tanaman pakcoy diminati karena memiliki
kandungan gizi, antara lain kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, Ca, Fe,
Vitamin A, B, dan C. Menurut Fahrudin (2009), tanaman pakcoy juga
memiliki banyak manfaat, beberapa diantaranya adalah mempunyai peran
dalam kesehatan kornea mata karena memiliki vitamin A, berperan baik
sebagai antioksidan utama dalam sel karena memiliki vitamin C.
Salah satu teknik budidaya tanaman yang bagus digunakan dan dapat
dilakukan di pekarangan rumah meskipun dengan luas pekarangan yang
sempit, yaitu teknik hiroponik. Teknik budidaya tanaman ini dapat
memudahkan masyarakat mendapatkan sayuran dan buah-buahan segar,
karena budidaya tanaman ini dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman yang tidak menggunakan
tanah sebagai media tumbuh, tapi menggunakan air yang memiliki kandungan
nutirsi untuk tanaman. Namun selain menggunakan air, hidroponik juga
membutuhkan media lain sebagai penopang untuk pertumbuhan tanaman
(Prayitno dkk, 2017).
Media tanam adalah komponen penting yang harus diperhatikan ketika
bercocok tanam karena harus sesuai dengan jenis tanaman yang akan
dibudidaya. Media tanam yang baik adalah media tanam yang dapat
memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya adalah tidak terlalu padat agar
dapat membantu pembentukan dan pertumbuhan akar tanaman. Media tanam
harus mampu menyimpan air dan unsur hara dengan baik, memiliki aerase
yang baik, tidak menjadi tempat berkembangbiak penyakit, dan mudah
diperoleh dengan harga yang murah (Kusuma, 2020). Salah satu media tanam
yang bisa digunakan pada media hidroponik adalah hasil pengomposan dari
limbah tanaman.
Tanaman sorgum (Shorgum sp.) merupakan komoditas biji-bijian yang
memiliki potensial untuk menjadi sumber karbohidrat. Tanaman sorgum
mulai dibudidayakan di Gorontalo, khususnya di kabupaten Bone Bolango
oleh salah satu instansi yaitu BPTP Gorontalo. Bagian batang dari tanaman
sorgum dimanfaatkan menjadi nira sorgum lalu dibuat menjadi gula cair yang
akan menghasilkan ampas sorgum yang tidak dimanfaatkan lagi, sehingga
akan menjadi limbah. Hal ini membutuhkan penanganan terhadap limbah
batang sorgum dengan menggunakan teknologi konvensional salah satunya
adalah dengan proses pengomposan. Hasil pengomposan tanaman batang
sorgum ini yang akan digunakan sebagai media tanam pada hidroponik. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk melihat pengaruh kompos ampas sorgum
sebagai media tanam untuk pertumbuhan tanaman pakcoy.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh media tanam kompos ampas sorgum pada
pertumbuhan tanaman pakcoy ?
2. Apakah terdapat perbedaan yang siginifikan antara media tanam terhadap
pertumbuhan tanaman pakcoy ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh media tanam kompos ampas sorgum pada
pertumbuhan tanaman pakcoy.
2. Mengetahui perbedaan yang signifikan antara media tanam terhadap
pertumbuhan tanaman pakcoy.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan terkait pemanfaatan ampas sorgum
(Shorgum sp.) sebagai media tanam.
b. Dapat mengetahui cara pembuatan media tanam dari ampas sorgum
(Shorgum sp.).
c. Dapat mengetahui pengaruh kompos ampas sorgum terhadap
pertumbuhan tanaman pakcoy.
2. Bagi Masyarakat
a. Sebagai informasi bagi masyarakat untuk mengetahui manfaat ampas
sorgum (Shorgum sp.) sebagai media tanam pada teknik budidaya
hidroponik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench.)
Sorgum adalah salah satu tanaman serealia yang mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan di indonesia. Hal ini karena sorgum memiliki
daerah adaptasi yang luas. Tanaman ini mempunyai toleran yang tinggi
terhadap kekeringan dan genangan air, mampu berproduksi pada lahan
marginal, serta tahan terhadap gangguan hama dan penyakit (Sirappa, 2003).
2.1.1. Klasifikasi Sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench)
Menurut Widiawati (2019), klasifikasi botani tanaman
sorgum adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Sorghum Moench
Spesies : Sorghum bicolor (L) Moench
2.1.2. Morfologi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench)
1. Akar
Tanaman sorgum adalah tanaman serealia semusim yang
memiliki akar serabut dengan system perakaran yang terdiri atas akar
primer, akar sekunder, dan akar tunjang. Akar primer adalah akar
yang muncul pada proses perkecambahan benih yang berfungsi
sebagai alat transportasi air dan nutrisi untuk tanaman (House 1985
dalam Widiawati 2019).
Pada proses peertumbuhan, akan tumbuh akar sekunder pada
ruas pertama yang akan bertugas untuk menggantikan fungsi akar
primer. Tanaman sorgum akan melakukan pembentukan akar
sekunder sebanyak dua kali yang akan berkembang secara ekstensif
yang selanjutnya akan diikuti oleh matinya akar primer. Akar
sekunder berfungsi sebagai penopang tumbuhan sorgum (House 1985
dalam Widiawati 2019).
Gambar 2.1
2. Batang
Tanaman sorgum memiliki batang berbentuk silinder yang
terdiri atas rangkaian berseri dari ruas dan buku dengan ukuran
diameter batang bagian pangkal antara 0.5 – 5.0 cm, serta tinggi
batang yang bervariasi antara 0.5 – 4.0 cm sesuai dengan varietas
(Hoeman 2012 dalam Widiawati 2019).
Batang tanaman sorgum dapat dijadikan nira dengan kualitas
yang tidak kalah dengan nira tebu. Dari pembuatan nira ini akan
menghasilkan sisa yaitu ampas batang sorgum yang tidak digunakan
sehingga hanya menjadi limbah (Sirappa, 2003).

Gambar. 2.2
3. Daun
Sorgum memiliki daun yang berbentuk pita dengan struktur
daun terdiri atas helai daun dan tangkai daun serta posisi daun
berlawanan sepanjang batang dengan pangkal daun menempel pada
batang. Daun sorgum memiliki panjang rata-rata 1 m dengan jumlah
daun yang bervariasi antara 7 – 10 helai daun sesuai dengan varietas.
Helaian daun sorgum bersifat kaku dan tegak serta akan melengkung
ketika tanaman dewasa, helaian daun juga memiliki bentuk lanselot,
lurus mendatar, berwarna hijau muda hingga hijau tua dengan
permukaan daun yang mengkilap karena adanya lapisan lilin. Daun
sorgum memiliki stomata yang terletak di bagian atas dan bagian
bawah daun. Tumbuhan sorgum memiliki tulang daun yang lurus
memanjang dan memiliki warna yang bervariasi dari hijau muda,
kuning hingga putih, sesuai dengan varietas (Arthswager, 1948 dalam
Widiawati, 2019).

Gambar. 2.3
4. Bunga
Bunga sorgum memiliki tangkai malai, malai, rangkaian bunga
dan bunga (spikelet). Bunga sorgum memiliki tangkai malai yang
panjang dan merupakan ruas paling ujung yang berfungsi untuk
menopang malai. Ukuran tangkai malai beragam, sesuai dengan
varietas (Widiawati, 2019).
Gambar. 2.4
5. Biji
Biji sorgum dikenali dengan bentuk yang bulat lonjong atau
bulat telur yang memiliki 3 lapisan utama yaitu kulit luar, lembaga,
dan endosperm. Biji sorgum memiliki ukuran 4.0 x 2.5 x3.5 mm, serta
berat biji sorgum berkisar 8 mg – 50 mg dengan rata-rata 28 mg.biji
sorgum memiliki kulit berwarna yang bervariasi, yaitu warna putih,
merah, atau coklat (Suprapto dkk 1987 dalam Widiawati 2019).

Gambar. 2.5
2.1.3. Kandungan pada Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench)
Batang sorgum masih dianggap sebagai limbah dan belum
dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat ataupun perusahaan yang
memproduksi sorgum. Hal ini membutuhkan penanganan terhadap
limbah batang sorgum dengan menggunakan teknologi, salah satunya
adalah mengolah batang sorgum menjadi gula cair. Pada bagian tengah
batang sorgum terdapat seludang pembuluh yang terselubung oleh
lapisan keras yaitu sel-sel parenkim. Pada batang sorgum manis
memiliki kandungan gula sebagai karbohidrat yang dapat difermentasi,
pada kandungan gula terdiri atas sukrosa, glukosa, dan fruktosa (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2013).
Pada bagian batang sorgum dapat dimanfaatkan menjadi
nira. Kualitas nira sorgum manis setara dengan nira tebu, namun
kandungan asam amilum dan asam akonitat pada nira sorgum relative
tinggi. Hal ini yang menjadi masalah dalam proses kristalisasi nira
sorgum sehingga menjadikan gula yang dihasilkan berbentuk cair
(Sirappa, 2003).
Biji sorgum memiliki kandungan gizi yang setara dengan
jagung, tapi kandungan tannin pada sorgum tinggi serta bijinya yang
sulit dikupas. Biji sorgum banyak dimanfaatkan sebagai bahan beras
namun kandungan taninnya cuku tinggi (0, 40 – 3, 60%) serta rasanya
yang kurang enak (Sirappa, 2003).
2.2. Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)
Pakcoy merupakan tanaman yang banyak mengandung air terutama
pada bagian daun. Cahaya dan klorofil merupakan faktor penting dalam
proses fotosintesis yang terjadi pada daun. Semakin besar luas daun maka
penerimaan cahaya matahari juga akan lebih besar (Duaja, 2012 dalam
Wahyuningsih dkk, 2016).
2.2.1. Klasifikasi Pakcoy (Brassica rapa L.)
Menurut Pandey (1981) dalam Ramdhani (2018), klasifikasi
tanaman pakcoy dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotylodenae
Ordo : Brassicales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa L.

2.2.2. Morfologi Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)


a. Akar
Akar yang dimiliki oleh tanaman pakcoy adalah akar
tunggang dengan percabangan akar yang menyebar ke seluruh arah
mencapai kedalaman 30 – 40 cm (gambar 2.6). fungsi akar adalah untuk
menghisap nutrisi dari dalam tanah, menyerap unsur hara yang
dibutuhkan tanaman, serta menjadi penopang batang berdirinya batang
tanaman (Rukmana, 2012 dalam Daulae, 2018).

Gambar 2.6 (Sumber : Daulae, 2018)


b. Batang
Tanaman sawi pakcoy memiliki batang dengan ukuran
yang pendek beruas-ruas dan hampir tidak terlihat, batang tanaman
pakcoy memiliki fungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun
(gambar 2.7). Batang tanaman sawi pakcoy termasuk dalam jenis batang
semu karena terdapat pada tanaman pelepah yang tumbuh berhimpitan
dan tersusun rapat (Rukmana, 2012 dalam Daulae, 2018).

Gambar 2.7
(Sumber : Daulae, 2018).
b.
c. Daun
Tanaman pakcoy memiliki daun yang bertangkai, dengan
bentuk agak oval, memiliki warna hijau tua dan mengkilap. Daun
tanaman pakcoy tumbuh setengah mendatar atau agak tegak, susunan
daun pakcoy berbentuk spiral yang rapat dengan batang daun yang
saling melekat (gambar 2.8). Batang daun tanaman pakcoy berwarna
putih hingga hijau tua dengan bentuk padat dan berisi. Tanaman pakcoy
memiliki tinggi 15 – 30 cm (Rubatzky dkk, 1998 dalam Ramdhani,
2018).
Menurut Firmansyah dkk (2009), tanaman pakcoy
merupakan tanaman sayuran daun yang memiliki jangka umur pendek
yang dintroduksi dari China. Tanaman ini mulai banyak diminati oleh
masyarakat sehingga banyak pengembangan yang harus dilakukan.

Gambar 2.8 (Sumber : Daulae, 2018)


Menurut Wahyuningsih dkk (2016), tanaman pakcoy
banyak diminati ketika dalam keadaan segar dengan daun yang lebar
menandakan tanaman ini memiliki bobot segar yang tinggi. bagian
tanaman yang banyak diminati adalah bagian batang yang meliputi daun
dan batang.
Menurut Firmansyah dkk (2009), adanya kombinasi
perlakuan pada teknik budidaya dapat memberikan pengaruh terhadap
jumlah daun tanaman pada masa awal pertumbuhan.
2.2.3. Kandungann Gizi
Tanaman pakcoy memiliki kandungan gizi yang tinggi,
namun hal tersebut tidak sejalan dengan hasil produksi yang didapatkan
masyarakat dari lahan pertanian. Hal ini diakibatkan oleh berkurangnya
luas lahan pertanian karena konversi lahan pertanian menjadi
pemukiman, industry dan kegiatan ekonomi non pertanian (Rizal, 2017).
2.3. Teknik Hidroponik
Dalam sejarah, bercocok tanam menggunakan teknik hidroponik sudah
dikenal ribuan tahun lalu. Teknik hidroponik merupakan teknik bercocok
tanam yang kuno. Salah satu tempat yang menggunakan teknik hidroponik
adalah taman gantung Babylon yang masuk dalam 7 keajaiban dunia
(Susilawati, 2019).
Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman yang tidak menggunakan
tanah sebagai media tumbuh, tetapi menggunakan air yang memiliki
kandungan nutrisi untuk tanaman. Untuk menopang pertumbuhan tanaman,
hidroponik tidak hanya menggunakan air tetap juga membutuhkan media
tambahan lain (Prayitno dkk, 2017).
Berkembangnya hidroponik di Indonesia karena masyarakat yang
ingin melakukan budidaya tanaman holtikultura yang meliputi tanaman
sayuran, buah-buahan, hias dan biofarmaka. Tetapi keinginan tersebut
terkendala oleh lahan yang sempit misalnya pada daerah perkotaan yang
penduduknya tidak memiliki lahan yang luas untuk melakukan budidaya
tanaman (Susilawati, 2019).
Hidroponik adalah salah satu teknologi budidaya tanaman yang
menggunakan air, nutrisi, dan oksigen tanpa menggunakan tanah sebagai
media tanam pada tumbuhan (Krisnawati 2014 dalam Rizal 2017).
Hidroponik merupakan teknik budidaya yang tidak menjadikan tanah
sebagai media tanam tetapi menggunakan air atau media tanam dari bahan
porous lainnya, seperti kerikil, pecahan genteng, arang sekam, pasir, dan batu
bata yang akan berfungsi sebagai media penyedia nutrisi yang akan diserap
oleh tanaman untuk pertumbuhannya (Ainina dkk, 2018).
Hidroponik menggunakan air yang sudah dicampur dengan nutrisi
sehingga tanaman menyerap nutrisi langsung dari air. Hal ini menjadikan
hidroponik mampu menjadi solusi untuk masyarakat yang memiliki lahan
sempit dan tinggal di perkotaan.(Ainina dkk, 2018).
2.3.1. Kelebihan Hidroponik
Menurut Susilawati (2019), teknik budidaya hidroponik memiliki
banyak kelebihan, yaitu :
a. Produksi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan tanah.
b. Terjamin bebas dari hama tanaman dan penyakit.
c. Tanaman tumbuh lebih cepat dan hemat penggunaan pupuk.
d. Mudah mengganti tanaman yang sudah mati dengan tanaman yang
baru.
e. Tanaman akan memberikan hasil yang kontinu.
f. Standarisasi metode kerja yang sudah ada, memudahkan pekerjaan dan
tidak membutuhkan banyak tenaga.
g. Menghasilkan kualitas daun, buah, atau bunga yang bagus dan bersih.
h. Dapat menanam beberapa tanaman di luar musim, sehingga menjadikan
harga pasar lebih mahal.
i. Terhindar dari resiko banjir, erosi, kekeringan ataupun kondisi alam
lainnya.
j. Kerja kebun yang efisiensi sehingga tidak memakan banyak biaya dan
peralatan.
k. Bisa dilakukan di pekarangan rumah yang sempit.
l. Harga jual produk yang lebih tinggi dibandingkan produk non-
hidroponik.
2.3.2. Kekurangan teknik hidroponik
Menurut Susilawati (2019), selain memiliki kelebihan, teknik
hidroponik juga memiliki kelemahan, diantaranya :
a. Penggunaan teknik hidrponik pada skala komersial membutuhkan
pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai prinsip fisiologi
tanaman dan kimia organic.
b. Membutuhkan biaya investasi yang tinggi pada skala komersial.
c. Membutuhkan perawatan yang intensif pada peralatan.
d. Pemberian nutrisi yang konsisten selama pertumbuhan.
e. Ketersediaan air harus konstan.
f. Terdapat limbah dari substrat yang tidak dapat didaur ulang.
2.3.3. Metode dalam Teknik Hidroponik
Pada teknik hidroponik terdapat beberapa metode yang
banyak digunakan, yaitu sistem sumbu (wick system), sistem rakit apung
(water culture system), sistem NFT (Nutrient Film Technique system),
sistem irigasi tetes (drip system), sistem pasang surut (ebb and flow
system), dan aeroponik. Sistem NFT (Nutrient Film Technique System)
adalah suatu metode budidaya tanaman pada hidroponik dengan konsep
akar tanaman tumbuh pada lapisan yang dialiri nutrisi sehingga tanaman
dapat memperoleh air, nutrisi, dan oksigen yang cukup (gambar 2.9).
Kelebihan dalam penggunaan sistem NFT adalah system ini sangat cocok
bagi tanaman yang membutuhkan banyak air, karena dengan system ini
aliran air dapat dengan mudah terpenuhi dengan stabil dan baik. Hal ini
memungkinkan akar dapat menyerap banyak nutrisi sehingga proses
fotosintesis terjadi dengan baik (Susilawati, 2019).

Gambar. 2.9 (Sumber : Susilawati, 2019)


2.4. Media Tanam
Media tanam pada hidroponik adalah media tanam yang terbuat
dari material atau bahan selain tanah sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya tanaman. Pengunaan media tanam yang tepat akan
berpengaruh pada hasil tanaman yang ditanam (Susilawati, 2019).
Menurut Rosliani dkk (2005), media tanam hidroponik dikelompok
dalam 2 jenis media tanam, yaitu kultur air yang tidak menggunakan media
pendukung lain sebagai penopang tanaman dan kultur substrata tau agregat
yang menggunakan media padat untuk menopang tanaman.
1. Kultur air
Kultur air adalah media tanam system tertutup yaitu akar tanaman
terekspos nutrisi tanpa media tanam dan larutan nutrisi disirkulasi.
2. Kultur substrat atau agregat
Kultur substrat atau agregat merupakan kultur media tanam
hidroponik yang tidak menggunakan tanah sebagai media tumbuh untuk
pertumbuhan akar dan mediato unsur hara. Melainkan menggunakan
media padat lainnya.
Dalam hidroponik, media tanam yang dibutuhkan adalah media
tanam yang dapat menyimpan dan membantu tanaman menyerap nutrisi
tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka hal yang harus
diperhatikan adalah pemberian nutrisi yang tepat pada system hidroponik
(Ainina dkk, 2018).
2.5. Pertumbuhan Pakcoy dengan Media Substrat
Pada setiap perlakuan yang menggunakan media tanam yang berbeda
dan keadaan lingkungan dapat memberikan hasil pertumbuhan yang berbeda
pada tamanan pakcoy. Tanaman pakcoy yang ditanam pada media tanam
cocopeat yang lembab didukung dengan keadaan suhu lingkungan yang tinggi
serta terjaganya kebersihan lingkungan menjadikan pakcoy tumbuh dengan
baik tanpa adanya pengaruh buruk seperti adanya kebusukan pada tanaman
(Sukajat, 2020).
Kandungan unsur hara yang tinggi pada media tanam cocopeat menjadi
faktor pendukung bagi pertumbuhan tinggi tanaman pakcoy yang ditanam
pada media tanam cocopeat. Tanaman pakcoy yang ditanam pada media
tanam cocopeat dan arang sekam pada polybag kurang optimal dibandingkan
dengan media tanam cocopeat dan arang sekam pada system hidroponik
(Sukajat, 2020).
Menurut Embarasari dkk (2015), 50% kompos daun bambu dengan
50% arang sekam menjadi media tanam yang paling baik bagi pertumbuhan
tanaman secara hidroponik.
2.6. Pertumbuhan Tanaman
Proses pertumbuhan pada tanaman didefinisikan sebagai pertambahan
lebar, pertambahan panjang, garis tengah (diameter), luas, volume, diameter,
bobot atau massa segar maupun berat kering tanaman (Sukajat, 2020).
Pertumbuhan tanaman terdiri atas bertambah besar dan bertambah
banyak sel pada jaringan, proses ini merupakan peristiwa yang terjadi secara
irreversible yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula. Bagian tubuh
tumbuhan yang mengalami pertumbuhan secara langsung maupun tidak
langsung memiliki peran untuk kehidupan tumbuhan, yaitu berperan dalam
proses penyerapan hingga penimbunan zat (Risnawati, 2016).
Pertumbuhan tanaman ditunjukkan dengan adanya pembelahan dan
pembesaran sel. Beberapa hal yang menjadi parameter adanya pertumbuhan
yaitu bertambahnya jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun (Risnawati,
2016).
Menurut Roidi (2016), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
adanya pertumbuhan pada tanaman. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan
dalam dua katerigori yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Menurut Sukajat (2020), faktor internal merupakan factor yang berasal
dari dalam diri tanaman yang melibatkan hormon. Hal ini dapat mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor eksternal yaitu lingkungan
yang memiliki hubungan erat dengan proses perkembangan tanaman, yaitu :
a. Cahaya
Cahaya matahari dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses
fotosintesis, tetapi jumlah cahaya yang dibutuhkan berbeda-beda dengan
jenis tanaman tersebut. Ketika tanaman hidup di daerah yang sedikit
memperoleh cahaya, tanaman tersebut dapat tumbuh dengan normal
apabila proses hilangnya air pada tanaman melalui proses transpirasi
berjalan lebih lambat daripada proses fotosintesis. Sehingga tanaman yang
hidup di wadah atau tempat yang memperoleh cahaya matahari sedikit
dapat mengalami proses pertumbuhan yang lebih cepat karena pada situasi
tersebut jaringan tanaman memperoleh zat makanan dan air yang cukup.
b. Temperatur
Temperatur yang baik untuk tanaman adalah temperatur yang
mampu menjadikan tanaman dapat tumbuh dengan baik atau disebut
temperatur optimum. Tanaman yang tumbuh di daerah tropis
membutuhkan temperatur sekitar 22 – 370C. apabila tanaman memperoleh
temperatur yang tidak sesuai yaitu terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan.
c. Air dan mineral
Air dibutuhkan oleh tanaman sebagai bagian dari proses
pertumbuhan karena apabila tanaman tidak memperoleh air maka tanaman
tidak mungkin dapat hidup. Ketika tanaman mengalami kekurangan hara,
tanaman akan mengalami gangguan dalam penyerapan air dan hara yang
memiliki hubungan erat dengan pertumbuhan akar. Hal ini akan
mengganggu tugas dari akar yakni mensintesis makanan atau senyawa
organik.
d. Kelembaban
Kelembaban pada tempat tumbuhnya tanaman memmiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Apabila
tanah dan udara mengalami kurangnya kelembaban dapat memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan karena keadaan ini dapat menyebabkan
peningkatan terjadinya absorbs air karena adanya transpirasi tanaman.
e. Oksigen
Pada system hidroponik, oksigen memiliki peran penting. Apabila
kekurangan oksigen akan terjadi penurunan permeabilitas membrane sel,
hal ini mengakibatkan dinding sel tanaman tidak mudah ditembus air dan
mengalami dehidrasi.
f. Media tanam
Media tanam merupakan salah satu faktor yang berpengaru
terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media tanam
yang tepat adalah media yang membuat unsur hara tetap tersedia untuk
tanaman, drainase baik, dan kelembaban terjamin.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7. Syarat Tumbuh
Budidaya tanaman pakcoy dengan tujuan untuk mendapatkan hasil
panen yang maksimal dan berkualitas dapat dilakukan dengan menanam
tanaman pakcoy di tempat cocok dan memenuhi syarat untuk ditanami
tanaman pakcoy. Daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman pakcoy
adalah dataran tinggi dan dataran rendah. Akan tetapi pada umumnya pakcoy
banyak ditanam di daerah dataran rendah, seperti di lading dan pekarangan.
Tanaman pakcoy merupakan tanaman yang tahan akan hujan, sehingga bisa
ditanam sepanjang tahun. Akan tetap, ketika musim kemarau memerlukan
persediaan air yang cukup untuk penyiraman (Daulae, 2018).
1. Tanah
Tanaman pakcoy umumnya dapat tumbuh di berbagai tempat
dengan ketinggian 5 – 1200 mdpl. Hal ini dikarenakan tanaman pakcoy
memiliki toleransi yang baik terhadap lingkungan. Tanah yang baik untuk
budidaya tanaman pakcoy adalah tanah yang gembur, banyak mengandung
humus dan drainase (Daulae, 2018)
2. pH
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman pakcoy adalah tanah
yang memiliki tingkat keasaman (pH) antara 6 – 7. Sebelum melakukan
penanaman pakcoy, dianjurkan untuk melakukan pengukuran pH pada
tanah (Daulae, 2018).
3. Iklim
Tanaman pakcoy dapat tumbuh pada keadaan iklim dengan suhu
malam 15,60C dan siang hari 21,10C dengan penyinaran matahari antara 10
– 13 jam/hari. Apabila suhu tinggi dapat menyebabkan tepi daun pakcoy
terbakar, sedangkan pada suhu rendah akan menghambat proses
perkembangan tanaman pakcoy. Kondisi iklim sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy, salah satunya adalah proses
pembungaan pada pakcoy yang sangat sensitive terhadap suhu dan
intensitas cahaya (Daulae, 2018).
Tanaman pakcoy membutuhkan kondisi iklim yang mendukung
pertumbuhannya, yaitu wilayah dengan suhu 16 – 300C, intensitas cahaya
matahari 10 – 12 jam/hari, kelembaban 80 – 90%, serta membutuhkan
curah hujan sebesar 1000 – 1500 mm/tahun. Pada musim kemarau bisa
dilakukan penanaman, namun perlu melakukan penyediaan air yang lebih
dan penyiraman yang teratur (Sukajat, 2020).
2.7.
2.8. Hipotesis
a. Terdapat pengaruh media tanam bokashi ampas sorgum pada pertumbuhan
tanaman pakcoy.
b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara media tanam terhadap
pertumbuhan tanaman pakcoy.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan maret 2021.
3.2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain
racangan acak kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dengan 4 kali ulangan.
Adapaun perlakuan sebagai berikut
a. Perlakuan K adalah Kompos terstandar (control)
b. Perlakuan A adalah kompos batang sorgum.
c. Perlakuan B adalah kompos batang sorgum dengan kompos terstandar
(1:1).
d. Perlakuan C adalah kompos batang sorgum dengan kompos terstandar
(2:1)
e. Perlakuan D adalah kompos batang sorgum dengan kompos terstandar
(1:2)
f. Perlakuan E adalah media tanam tanpa nutrisi (rockwoll)
3.3. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gelas ukur, botol
plastik, pisau, mistar, wadah nampan berlubang, pengaduk, instalasi
perpipaan, TDS (total dissolved solids) meter, netpot, pisau/ cutter, dan
alat press.
2. Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit
pakcoy, ampas batang sorgum, rockwoll, dan air AC.
3.4. Parameter Penelitian
Objek yang menjadi parameter dalam penelitian ini adalah pengukuran
tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), panjang daun (cm), lebar daun
(cm), berat kering, dan berat basah setelah pemberian media tanam ampas
sorgum sesuai dengan perlakuan.
3.5. Variabel Penelitian
a. Variabel X : ampas batang sorgum
b. Variabel Y : pertumbuhan tanaman pakcoy
3.6. Definisi Operasional
1. Kompos ampas sorgum merupakan media tanam hidroponik yang
diperoleh dari ampas sorgum sisa pembuatan gula cair sorgum.
2. Pertumbuhan tanaman yang diukur pada penelitian ini adalah tinggi
tanaman (cm), jumlah daun (helai), panjang daun (cm), lebar daun (cm),
berat kering (gr), dan berat basah (gr).
3.7. Prosedur Penelitian
a. Persiapan
Ampas batang sorgum diambil dari markas pembuatan gula cair di
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo.
b. Pembuatan kompos ampas sorgum
Pengolahan ampas batang sorgum menjadi media tanam
1. Menyiapkan tempat untuk proses pengomposan.
2. Menyiapkan M-Dec 1 liter dilarutkan ke dalam 10 liter air dan diaduk
hingga merata.
3. Menyiapkan ampas batang sorgum, lalu ditumpukkan berlapis-lapis,
pada tiap lapisan disirami jarutan M-Dec.
4. Kemudian ditutup dengan plastik atau terpal berwarna gelap untuk
mempertahankan kelembaban.
5. Melakukan pembalikan setiap seminggu sekali dan apabila ampas
batang sorgum dalam keadaan kering disiram dengan air dan ditutup
kembali.
6. Setelah 2 minggu, kompos yang telah matang berwarna kecoklatan
dengan suhu sekitar 300C, kelembaban 40 – 60% dan tidak berbau.
c. Persiapan media tanam
1. Media kompos ampas batang sorgum yang telah dibuat, dipress
menggunakan alat agar menjadi padat.
2. Media yang sudah padat dipotong menggunakan pisau/ cutter dengan
bentuk kotak.
3. Memasukkan media yang sudah dipotong ke dalam netpot.
d. Pembenihan tanaman pakcoy
Tahapan pembenihan tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) adalah
sebagai berikut.
1. Merendam benih tanaman pakcoy di dalam air selama 1 hari untuk
melihat kualitas benih yang baik untuk ditanam.
2. Menata netpot yang sudah terisi media tanam di dalam wadah
pembibitan yaitu nampan keranjang.
3. Memasukkan benih pakcoy menggunakan tusuk gigi yang sudah
dibasahi ujungnya.
4. Menutup wadah pembibitan dengan plastic hitam agar tidak terkena
sinar matahari selama 2 hari.
5. Setelah 1 – 2 hari, benih diperiksa jika sudah berkecambah plastic
tutupnya dibuka lalu dipaparkan ke cahaya matahari.
6. Setelah 14 hari, jika tumbuh 3 – 4 helai daun dipindahkan ke pipa
blok.
e. Pembuatan nutrisi AB Mix
Tahap pembuatan nutrisi untuk tanaman pakcoy (Brassica rapa L.)
adalah sebagai berikut.
1. Memasukkan padatan nutrisi A dengan berat 500 gr ke dalam gelas
kimia.
2. Menyiapkan air AC yang akan digunakan.
3. Mengukur air AC sebanyak 500 ml menggunakan gelas ukur, lalu
dituangkan ke dalam gelas kimia yang sudah terisi dengan padatan
nutrisi A. Diaduk menggunakan batang pengaduk hingga larutan
tercampur rata.
4. Kemudian laturan dimasukkan ke botol plastik.
5. Selanjutnya, memasukkan padatan nutrisi B dengan berat 500 gr ke
dalam gelas kimia.
6. Menyiapkan air AC sebanyak 500 ml.
7. Mengukur air AC sebanyak 500 ml menggunakan gelas ukur, lalu
dituangkan ke dalam gelas kimia yang sudah terisi dengan padatan
nutrisi B. Diaduk menggunakan batang pengaduk hingga larutan
tercampur rata.
8. Kemudian larutan dimasukkan ke botol plastic.
f. Pemeliharaan Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)
Tahap pemeliharaan diawali dengan memasukkan nutrisi ke tong
penampungan yang akan dikendalikan menggunakan mesin. Selanjutnya
mengontrol aliran nutrisi yang dilakukan setiap hari dengan melihat
tingkat kepekatan nutrisi menggunakan alat TDS meter, jika berkurang
maka akan ditambahkan hingga mencapai standar kepekatan nutrisi yang
digunakan. Kepekatan nutrisi yang diberikan bertahap setiap minggunya,
yaitu 500 ppm di minggu pertama, 600 pp di minggu kedua, 700 ppm di
minggu ketiga, dan 800 ppm di minggu keempat. Selanjutnya dilakukan
pembersihan pipa dan menjaga kebersihan lingkungan atau rak tanaman.
g. Pemanenan Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)
Tanaman pakcoy siap dipanen ketika memasuki waktu 4 minggu.
Setelah proses pemanenan, selanjutnya dilakukan pengamatan pada hasil
tanaman yaitu :
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan alat ukur
mistar atau meteran dari pangkal batang di atas permukaan tanah
hingga pada ujung daun yang dikumpulkan menjadi satu guna
mengetahui berapa tinggi tanaman pakcoy. Pengukuran dilakukan saat
tanaman berumur 14 HST, kemudian dilanjutkan dengan interval
waktu 7 hari yaitu 21 HST, 28 HST dan 35 HST.
2. Jumlah daun (helai)
Proses menghitung jumlah helai daun pada satu bonggol
tanaman sesudah panen menggunakan satuan helai daun. Pengukuran
dilakukan dengan cara menghitung jumlah helai daun pada tiap
perlakuan dan ulangan dimulai saat tanaman berumur 14 HST,
kemudian dilanjutkan saat tanaman berumur 21 HST, 28 HST dan 35
HST dengan interval waktu 7 hari.
3. Panjang daun (cm)
Proses menghitung panjang daun menggunakan alat ukur mistar
atau meteran dari ketiak daun sampai pada ujung daun. Pengukuran
dilakukan pada daun yang paling panjang dan sempurna kemudian
daun tersebut ditandai untuk dilakukan pengukuran berikutnya pada
daun yang sama. Pengukuran dimulai saat tanaman berumur 14 HST,
kemudian dilanjutkan saat tanaman berumur 21 HST, 28 HST dan 35
HST dengan interval waktu 7 hari.
4. Lebar daun (cm)
Proses menghitung lebar daun menggunakan alat ukur mistar
atau meteran untuk mengetahui lebar daun tanaman pakcoy.
Pengukuran dilakukan pada daun yang palimg lebar dan sempurna,
kemudian daun tersebut ditandai untuk dilakukan pengukuran
berikutnya pada daun yang sama dimulai saat tanaman berumur 14
HST, kemudian dilanjutkan saat tanaman berumur 21 HST, 28 HST
dan 35 HST dengan interval waktu 7 hari. Pengukuran lebar daun
tanaman dilakukan dengan mengukur di bagian tengah daun.
5. Berat segar tanaman (gr)
Berat segar tanaman diperoleh dengan cara menimbang
seluruh bagian tanaman, yaitu daun, batang, dan akar.
6. Berat kering tanaman (gr)
Berat kering tanaman diperoleh dari tanaman yang telah
ditimbang berat segarnya kemudian diambil satu tanaman untuk
dioven 2 x 24 jam dengan suhu 80 0C lalu dilakukan penimbangan
untuk berat kering tanaman.
3.8. Metode Pengumpulan Data
3.8.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada
3 yaitu : metode eksperimen, metode observasi, dan metode studi
pustaka.
3.9. Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data, maka dilakukan analisis data dengan
menggunakan analisis variasi (ANAVA) yang bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh media tanam bokashi ampas sorgum terhadap
pertumbuhan tanaman pakcoy. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan
melihat nilai sig. Jika nilai sig. >0.05 maka tidak signifikan (tidak
berpengaruh nyata) dan jika nilai sig. <0.05 maka signifikan atau berpengaruh
nyata. Kemudian akan dilanjutkan dengan uji lanjut BNT dengan taraf 5%.
DAFTAR PUSTAKA
Ainina, Arsyanti Nur., Nurul Aini. 2018. Konsentrasi Nutrisi Ab Mix Dan Media
Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada Merah
(Lactuca Sativa L. Var. Crispa) Dengan System Hidroponik Substrat.
Jurnal Produksi Tanaman. Volume 6, Nomor 8. ISSN : 2527-8452.
Amirah Inas Widiawati. 2019. Pengaruh Perbedaan Genotipe Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Produksi Tanaman Sorgum (Sorghum Bicolor (L.)
Moench) Yang Ditanam Secara Monokultur. Skripsi.
Daulae, Ardi Ansyah. 2018. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pakcoy
(Brassica Rapal.) Yang Diberi Pupukorganik. Skripsi.
Embarsari, Riana Pradina., Ahmad Taofik, Budy Frasetya Taufik Qurrohman.
2015. Pertumbuhan Dan Hasil Seledri (Apium graveolens L.) Pada Sistem
Hidroponik Sumbu Dengan Jenis Sumbu Dan Media Tanam Berbeda.
Jurnal Agro Vol. 2, No. 2.
Firmansyah, Ferry., Tino M. Anngo, Aos M. Akyas. 2009. Pengaruh Umur
Pindah Tanam Bibit Dan Populasi Tanaman Terhadap Hasil Dan Kualitas
Sayuran Pakcoy (Brassica Campestris L., Chinensis Group) Yang Ditanam
Dalam Naungan Kasa Di Dataran Medium. Jurnal Agrikultura. 20(3).
Prayitno, Wahyu Adi., Adharul Muttaqin, Dan Dahnial Syauqy. 2017. Sistem
Monitoring Suhu, Kelembaban, Dan Pengendali Penyiraman Tanaman
Hidroponik Menggunakan Blynk Android. Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer. E-ISSN: 2548-964x. Vol. 1, No.
4.
Ramdhani, Baiq Eka. 2018. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Kandungan Merkuri
(Hg) Pada Tanaman Pakcoy(Brassica Rapa L.) Di Lahan Pertanian Sekitar
Pertambangan Emas Rakyat Kecamatan Pesanggaran Kabupaten
Banyuwangi Sebagai Sumber Belajar Biologi. Skripsi.
Rini Rosliani Dan Nani Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran Dengan
Sistem Hidroponik. Balai Penelitian Tanaman Sayuran : Bandung.
Rizal, Syamsul. 2017. Pengaruh Nutriasi Yang Diberikan Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica Rapa L.) Yang Ditanam Secara
Hidroponik. Sainmatika. Volume 14. No. 1. ISSN : 1829 586x.
Sirappa M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum Di Indonesia Sebagai
Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan, Dan Industri. Jurnal Litbang
Pertanian. 22(4).
Sukajat, Novia Karasati. 2020. Pengaruh Kombinasi Serbuk Sabut Kelapa Dan
Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica
rapa subsp. chinensis) Pada Sistem Hidroponik Dft (Deep Flow
Technique). Skripsi.
Susilawati. 2019. Dasar-Dasar Bertanam Secara Hidroponik. UPT Penerbit Dan
Percetakan : Universitas Sriwijaya.
Wahyuningsih, Anis., Sisca Fajriani, Nurul Aini. 2016. Komposisi Nutrisi Dan
Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa L.) Sistem Hidroponik. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 4
No. 8. ISSN: 2527-8452.
a. Perlakuan K adalah media tanpa nutrisi (rockwoll).
b. Perlakuan A adalah kompos batang sorgum.
c. Perlakuan B adalah ampas batang sorgum

Anda mungkin juga menyukai