Anda di halaman 1dari 27

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Tanaman Bunga kol (Brassica oleracea var. botrytis, L) termasuk salah

satu jenis tanaman sayur-sayuran dan yang berasal dari daerah subtropis yang

mempunyai nilai ekonomi, yang meliputi species yang menghasilkan sayuran

daun, kuncup, bunga , batang, ubi dan minyak dari bijinya (Hendro, 2009).

Warna bunga kol umumnya berwarna putih bersih atau putih

kekuning-kekuningan. Kandungan gizi yang dimiliki bunga kol yaitu antara

lain senyawa anti kanker dan merupakan sumber vitamin C, vitamin A, vitamin

B1, mineral, kalsium, kalium, klor, fosfor, sodium dan sulfur. Kandungan

serat kasar pada bunga kol sangat tinggi sehingga dapat memperkecil resiko

penyakit kanker lambung dan usus (Adiyoga, dkk. 2004).

Produksi bunga kol di Indonesia pada tahun 2007 yaitu 124.274 ton

dengan luas panen 9.295 ha, pada tahun 2008 yaitu 109.534 ton dengan luas

panen 8.898 ha, pada tahun 2009 yaitu 96.005 ton dengan luas lahan 8.088 ha,

pada tahun 2010 yaitu 101.245 ton dengan luas lahan 8.728 ha, sedangkan pada

tahun 2011 yaitu 113.481 ton dengan luas panen 9.441 ha. Dari produksi tersebut

bahwa produksi bunga kol memperlihatkan kecenderungan menurun meskipun

pada tahun 2011, produksi mengalami peningkatan dibandingkan tahun

sebelumnya dikarenakan meningkatnya luas panen. Namun rata-rata hasil

tertinggi justru diperoleh pada tahun 2007, walaupun pada tahun tersebut luas

panen bunga kol justru lebih rendah dibandingkan tahun 2011 (Zulkarnain, 2013).

1
2

Prospek usaha tani bunga kol cukup baik, seiring dengan perkembangan

jumlah penduduk , pendidikan, pendapatan masyarakat, dan kesukaan masyarakat

terhadap bunga kol, maka permintaan bunga kol menjadi meningkat.

Dalam usaha meningkatkan hasil tanaman bunga kol perlu diusahakan cara

budidaya yang lebih tepat diantaranya melalui pemupukan. Pemupukan

merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan

dan hasil kubis bunga. Pemupukan adalah penambahan unsur hara yang

dibutuhkan tanaman sesuai dengan dosis yang dianjurkan (Bambang, 2001).

Mengingat semakin meningkatnya permintaan dan kebutuhan bunga kol

dikalangan masyarakat, maka perlu dicarikan solusi dari sistem budidaya yang

efektif dengan memanfaatkan sumber daya lingkungan sektor pertanian yang

dapat meningkatkan hasil dan berkelanjutan, bersifat aman bagi kesehatan

masyarakat serta lingkungan demi meningkatkan kesejahteraan petani, usaha

kearah tersebut dapat dicapai dengan pertanian organik seperti penggunaan pupuk

hayati dan pupuk kandang (Mustina, 2012).

Pupuk hayati mempunyai kemampuan untuk menyediakan unsur hara bagi

tanaman, misalnya Nitrogen, Fosfat, Mg, Cu, dan lain sebagainya.

Mikroorganisme baik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan ketahanan

tanaman terhadap penyakit (Sutedjo, 2010). Jenis pupuk hayati yang terdapat di

pasaran diantaranya yaitu EM-4.

Salah satu pupuk hayati yang telah dipasarkan yaitu EM-4 (Effective

Microorganisme). EM-4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang

menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian besar mengandung


3

mikroorganisme Lactobacillus sp (bakteri penghasil asam laktat), serta dalam

jumlah sedikit bakteri fotosintetik, Streptomyces sp, dan ragi. EM-4 mampu

meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan

ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan

mikroorganisme patogen (Nugroho, 2012).

Kemampuan EM-4 dapat mengubah kondisi biologis tanah dari tanah

berpenyakit menjadi tanah penekan penyakit, tanah zimogenik dan tanah sintetik.

Pada kondisi tanah tersebut tanaman mampu mengekspresikan kemampuan

pertumbuhan dan produksinya secara optimal. Bahan organik di tanah

difermentasikan oleh EM-4 menghasilkan gula alkohol, asam amino, dan asam

organik lainnya yang langsung dapat diserap oleh perakaran tanaman (Wididana

dan Denny dalam Shelly, 2004).

Untuk tanaman sayur-sayuran, EM-4 diberikan dengan konsentrasi 10

ml/liter air, kemudian disemprotkan pada tanah mulai seminggu sebelum tanam

hingga minggu ke enam sesudah tanam (Rahmah dkk, 2013).

Selain penggunaan pupuk hayati, pemberian pupuk organik seperti pupuk

kandang juga suatu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman bunga kol.

Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berperan sebagai bahan

pembenah tanah. Pupuk kandang dapat mencegah erosi, pergerakan tanah dan

retakan tanah. Pupuk kandang dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk

memperbaiki struktur tanah. Pupuk kandang memacu pertumbuhan dan

perkembangan bakteri serta makhluk tanah lainnya. Pupuk kandang mempunyai

kandungan unsur N, P, K rendah, tetapi banyak mengandung unsur mikro.


4

Nitrogen yang terkandung dalam pupuk kandang dilepaskan secara perlahan-lahan

sehingga pemberian pupuk kandang yang berkelanjutan akan meningkatkan

kesuburan tanah dalam jangka panjang (Nurheti, 2009).

Semua kotoran hewan bisa dipakai sebagai pupuk, namun kotoran yang

berasal dari hewan-hewan peliharaan, seperti kotoran sapi, kerbau, kelinci, ayam,

kambing, atau kuda adalah yang paling sering digunakan, karena kotoran dari

hewan peliharaan yang dikandangkan gampang dikumpulkan (Purwa, 2007).

Hasil penelitian Sari (2008), didapatkan bahwasanya pemberian pupuk

kandang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman brokoli. Jenis

pupuk kandang yang terbaik pada pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis

15 ton/hektar.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melakukan penelitian tentang

Pengaruh Pupuk Hayati dan Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan

Produksi Tanaman Bunga Kol (Brassica oleracea var. botrytis, L).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pupuk Hayati dan

jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bunga kol,

serta interaksi antara keduanya.

Hipotesis Penelitian

1. Konsentrasi EM-4 berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

bunga kol.
5

2. Jenis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman bunga kol.

3. Terdapat interaksi antara konsentrasi EM-4 dan jenis pupuk kandang terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman bunga kol.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai penelitian ilmiah dalam rangka penyusunan skripsi yang merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Samudra.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak-pihak

yang memerlukan.
6

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Bunga Kol

Klasifikasi

Menurut Rukmana (2012), bunga kol merupakan salah satu angggota dari

keluarga tanaman kubis – kubisan (Cruciferae). Dalam ilmu tumbuhan (Botani)

tanaman bunga kol diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Capparales

Famili : Cruciferae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica oleracea var. botrytis, L

Sub var : cauliflora DC

Dari sepesies Brassica oleracea var. botrytis L., dikenal adanya dua sub –

varietas, yaitu sub-varietas cauliflora DC dan sub-varietas cysoma Lamm. Dari

sub-varietas caulifora DC dikenal adanya bermacam – macam jenis bunga kol

putih. Sementara dari sub-varietas cysoma Lamm, dikenal adanya macam –

macam bunga kol hijau yang dikenal sebagai broccoli (Rukmana,2012).

6
7

Morfologi

Akar

Tanaman bunga kol memiliki sistem perakaran tunggang (Radix

Primaria) dan akar serabut. Akar tunggang tumbuh ke pusat bumi (kearah

dalam), sedangkan akar serabut tumbuh ke arah samping (horizontal), menyebar,

dan dangkal (20 cm – 30 cm). Dengan perakaran yang dangkal tersebut,

tanaman akan dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam pada tanah yang

gembur dan porous (Bambang, 2001).

Batang

Batang tanaman bunga kol berbentuk bulat, sedikit berkayu dan berbuku-

buku dengan diameter berkisar antara 6,5-11,5 cm serta panjang batang berkisar

antara 14, 5-20, 5 cm. Cabang lateral mirip batang utama tetapi berukuran lebih

kecil dan apabila tidak dilakukan perempelan akan menghambat laju pembungaan.

(Mustina, 2012).

Daun

Daun tanaman bunga kol menurut Bambang (2001) berbentuk bulat telur

(oval) dengan bagian tepi daun bergerigi, agak panjang seperti daun

tembakau dan membentuk celah - celah yang menyirip agak melengkung ke

dalam.

Rukmana (2012) menambahkan, daun bunga kol umumnya lebih panjang

dan lebih sempit dibanding kubis krop. Daun – daun yang tumbuh sebelum

terbentuk massa bunga, umumnya berukuran kecil dan melengkung untuk

melindungi bunga.
8

Bunga

Massa bunga (curd) terdiri dari bakal bunga yang belum mekar,

tersusun atas lebih dari 5000 kuntum bunga dengan tangkai pendek,

sehingga tampak membulat padat dan tebal berwarna putih bersih atau putih

kekuning - kuningan. Diameter massa bunga tanaman bunga kol dapat

mencapai lebih dari 20 cm dan memiliki berat antara 0,5 kg – 1,3 kg,

tergantung varietas dan kecocokan tempat tanam (Pracaya, 2001).

Buah dan biji

Tanaman bunga kol dapat menghasilkan buah yang mengandung banyak

biji. Buah tersebut terbentuk dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi

karena penyerbukan sendiri ataupun penyerbukan silang dengan bantuan

serangga lebah madu. Buah berbentuk polong, berukuran kecil dan ramping,

dengan panjang antara 3 cm –5 cm. Di dalam buah tersebut terdapat biji

berbentuk bulat kecil, berwarna coklat kehitam – hitaman. Biji –biji tersebut

dapat dipergunakan sebagai benih perbanyakan tanaman (Bambang, 2001).

Syarat Tumbuh Tanaman Bunga Kol

Tanah

Bunga kol cocok dengan jenis tanah lempung berpasir, tetapi toleran

terhadap tanah ringan seperti Andosol. Namun syarat yang paling penting keadaan

tanahnya subur, gembur, kaya akan bahan organik, tidak mudah becek

(menggenang), kisaran pH tanah antara 5,5 – 6,5, dan pengairannya cukup

memadai (Rukmana, 2012).


9

Menurut Hendro 2013, tanaman bunga kol dapat tumbuh baik pada tanah

yang subur, gembur dan banyak mengandung humus (bahan organik). Derajat

keasaman (pH) antara 6-7.

Iklim

Bunga kol merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub

tropis. Di tempat itu kisaran temperatur untuk pertumbuhan bunga kol yaitu

minimum 15.5-18 0C untuk varietas dataran tinggi yang memerlukan suhu yang

rendah dengan ketinggian 1.250 – 3.000 m dpl dan maksimum 24 0C untuk

varietas dataran rendah dengan ketinggian tempat kurang dari 700 m dpl

(Rukmana, 2012).

Dengan adanya varietas dataran rendah, suhu yang diperlukan bunga kol

berkisar antara 200C – 250C. Keadaan suhu udara ini sangat ditentukan oleh

ketinggian tempat dari permukaan laut. Curah hujan yang sesuai bagi tanaman

bunga kol adalah berkisar antara 1000 mm – 1500 mm/tahun. Pada dasarnya

tanaman bunga kol termasuk tanaman hortikultura yang dapat menghasilkan

bunga pada berbagai macam keadaan penyinaran (berhari netral). Faktor cahaya

yang berpengaruh pada proses asimilasi adalah intensitas sinar dan lamanya

penyinaran (Bambang 2001).

Menurut Rukmana (2012), bunga kol dikenal sebagai sayuran daerah

beriklim dingin (sub tropis), sehingga di Indonesia cocok ditanam di dataran

tinggi antara 1000 – 2000 meter diatas permukaan laut yang suhu udaranya dingin

dan lembab. Akan tetapi pada saat ini beberapa negara di kawasan Asia berhasil

menciptakan varietas – varietas unggul baru yang toleran terhadap suhu tinggi
10

(panas), maka tanaman bunga kol dapat dibudidayakan di dataran rendah sampai

menengah.

Pupuk EM-4 (Effective Microoranism 4)

Larutan Effective Microoranism 4 yang disingkat EM-4 ditemukan

pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo dari Universitas Ryukyus, Jepang. Larutan EM-

4 berisi mikroorganisme fermentasi anaerob, kandungan air sedang 30-40%,

adanya mikroorganisme fermentasi dan suhu sekitar 40-50 oC. EM-4 dapat

diberikan secara langsung untuk menambah unsur hara tanah dengan cara

disiramkan ke tanah (Nita, 2008).

Menurut Musnamar dalam Theo (2010), dari sekian banyak

mikroorganisme, terdapat 4 mikroorganisme utama di dalam kultur EM-4

diantaranya adalah; (1) Bakteri fotosintetik (bakteri fototropik), bakteri ini

membentuk zat-zat bermanfaat dari sekresi akar-akar tumbuhan, bahan organik

dan gas-gas berbahaya dengan menggunakan sinar matahari sebagai sumber

energi, (2) Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.), dapat memproduksi asam

laktat sebagai hasil penguraian gula dan karbohidrat yang dapat menekan

pertumbuhan mikroorganisme merugikan, (3)Ragi, membentuk zat-zat anti

bakteri dan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman (dalam meningkatkan jumlah

sel aktif) dari asam-asam amino dan gula yang dihasilkan bakteri fotosintetik,

bahan organik dan akar-akar tanaman, dan (4) Actinomycetes sp, mikroorganisme

yang strukturnya merupakan bentuk antara bakteri dan jamur, dimana

menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri

fotosintetik dan bahan organik.


11

Pemberian EM-4 dapat medekomposisikan bahan organik yang

berlangsung secara fermentasi. Proses ini akan menghasilkan senyawa-senyawa

organik berupa asam amino, asam laktat, gula, alkohol, vitamin, protein dan

senyawa organik lainnya yang dapat mengikat ion-ion yang dibutuhkan oleh

tanaman (Higa dkk, 2002 dalam Rahmah dkk., 2013).

Bioaktivator EM-4 mengandung bioaktivator yang aktif memfermentasi

bahan organik (sisa-sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk kandang, dan lain-lain)

yang terdapat dalam tanah. Hasil fermentasi bahan organik tersebut adalah berupa

senyawa organik yang mudah diserap langsung oleh akar tanaman misalnya gula

alkohol, asam amino, protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa organik lainnya

(Darma, 2013).

Aplikasi EM-4 pada tanaman sayur-sayuran seperti tanaman bunga kol

dilakukan dengan penyemprotan pada tanah dan tubuh tanaman dengan

konsentrasi 3–10 ml/liter air, yang diberikan satu minggu setelah pemberian

pupuk dasar, sampai minggu ke 6 dengan interval waktu seminggu sekali

(Songgolagit Persada, 2013).

Jenis Pupuk Kandang

Pupuk kandang berasal dari hasil pembusukan kotoran hewan, baik itu

berbentuk padat (berupa faces atau kotoran) maupun cair (berupa urine atau

kencing), sehingga warna rupa, tekstur bau dan kadar airnya tidak lagi seperti

aslinya. Biasanya, pupuk kandang tidak murni 100% kotoran hewan, tetapi

termasuk juga sisa makanan dan alas tidurnya. Sebenarnya, kotoran dari semua

jenis hewan dapat dapat dipakai sebagai pupuk. Namun kotoran yang berasal dari
12

hewan-hewan peliharaan, seperti kotoran sapi, kerbau, kelinci, ayam, kambing,

atau kuda adalah yang paling sering digunakan. Pasalnya, kotoran dari hewan

peliharaan yang dikandangkan gampang dikumpulkan (Purwa, 2007).

Menurut Sulistiono (2008), pupuk kandang dibagi menjadi dua macam,

yakni pupuk kandang padat dan pupuk kandang cair. Susunan hara pupuk

kandang sangat bervariasi, tergantung pada macamnya dan jenis hewan ternaknya.

Nilai pupuk kandang dipengaruhi oleh : (1) makanan hewan yang bersangkutan;

(2) fungsi hewan tersebut sebagai pembantu pekerjaan atau dibutuhkan dagingnya

saja; (3) jenis atau macam hewan; dan (4) jumlah dan jenis bahan yang digunakan

sebagai alas kandang.

Pupuk kandang memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk lain,

yaitu merupakan humus yang dapat menjaga tanah sehingga tanah mudah diolah

dan terisi banyak oksigen, sebagai sumber hara makro (nitrogen, fosfor, dan

kalium), meningkatkan daya menahan air (water holding capacity), banyak

mengandung mikroorganisme. Semua keunggulan pupuk kandang tersebut

membuat pupuk kandang dianggap sebagai pupuk yang lengkap (Lingga dan

Marsono, 2007).

Pupuk Kandang Ayam

Kotoran ayam merupakan sumber hara yang penting karena mempunyai

kandungan Nitrogen dan Fosfat yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang

lain. Pupuk kandang ayam mempunyai hara P yang relatif lebih tinggi dari pakan

lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang diberikan.

Selain itu pula kotoran ayam tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam
13

sebagai alas kandang yang dapat menyumbang tambahan hara kedalam pakan

terhadap sayuran (Hartatik, 2005).

Menurut Sutedjo (2010), pupuk kandang kotoran ayam dikategorikan

berkualitas tinggi dan lebih cepat tersedia dibandingkan dengan pupuk kandang

yang lain serta merupakan pupuk kandang terkaya, mengandung bahan organik,

Nitrogen, Fospor, Kalium tersedia lebih besar. Pupuk kandang kotoran ayam

merupakan pupuk organik yang cepat terdekomposisi sehingga biasanya

direkomendasikan untuk tanaman yang berumur pendek. Selanjutnya Purwa,

(2007) menyatakan bahwa kandungan hara dalam kotoran ayam terdiri dari 2,71

% Nitrogen (N), 6,31% Fosfor (P), dan 2,01% Potasium (K).

Pupuk Kandang Kambing

Pupuk kandang kambing yang memiliki kadar N yang tinggi dan kadar

airnya lebih rendah dari pada kadar air pupuk sapi. Keadaan demikian

merangsang jasad renik melakukan perubahan-perubahan aktif, sehingga

perubahan berlangsung dengan cepat. Pada perubahan-perubahan ini berlangsung

pula pembentukan panas, sehingga pupuk kambing dapat dicirikan sebagai pupuk

panas. Pemakaian atau pembenaman pupuk ini dalam tanah sebaiknya dilakukan 1

atau 2 minggu sebelum masa tanam (Sutedjo, 2010).

Tekstur dari kotoran kambing adalah khas, karena berbentuk butir-butiran

yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap proses

dekomposisi dan proses penyediaan hara. Kadar kalium yang relatif lebih tinggi

dari pakan lainnnya. Sedangkan hara N dan P hampir sama dengan pakan lainnya

(Hartatik, 2005). Purwa, (2007) menyatakan bahwa kandungan hara dalam


14

kotoran kambing terdiri dari 0,60% Nitrogen (N), 0,30% Fosfor (P), dan 0,17%

Potasium (K).

Pupuk Kandang Sapi

Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air

dan lendir. Bagi pupuk padat yang keadaannya demikian bila terpengaruh oleh

udara maka cepat akan terjadi penggerakan-penggerakan sehingga keadaannya

menjadi keras, selanjudnya air tanah dan udara yang akan melapukkan pupuk itu

menjadi sukar menembus/merembes kedalamnya. Dalam keadaan demikian

peranan jasad renik untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung dalam pupuk

menjadi zat-zat hara yang tersedia dalam tanah untuk mencukupi keperluan

pertumbuhan tanaman mengalami hambatan-hambatan, perubahan berlangsung

secara perlahan-lahan. Pada perubahan-perubahan ini kurang sekali terbentuk

panas. Keadaan demikian mencirikan bahwa pupuk sapi adalah pupuk dingin

(Sutedjo, 2010).

Pupuk kandang sapi termasuk sumber bahan organik yang di dalam tanah

berperan terhadap sifat fisika, kimia dan biologis tanah. Secara kimia pupuk

kandang sapi merupakan sumber N, P, K dan mineral-mineral lainnya bagi

pertumbuhan tanaman kacang tanah. Secara biologis mempengaruhi mikrofora

dan mikrofauna sebagai sumber utama untuk penyematan N oleh bakteri, dan

secara fisika berpengaruh pada struktur tanah, agregasi,porositas, aerasi, retensi

air dan pengolahan tanah (Stevenson, 1986 dalam Sulistiono, 2008).


15

Kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang sapi diantaranya

0,97% unsur hara Nitrogen (N), 0,69% unsur hara Fosfor (P), dan 0,66% unsur

hara Potasium (K) (Purwa, 2007).


16

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Meunasah Jumpa Kecamatan Idi

Timur Kabupaten Aceh Timur dengan ketinggian tempat 4-6 m di atas permukaan

laut (dpl), pH 5,5-6,5 (BPPK Idi Timur, 2015). Penelitian direncanakan mulai

bulan April sampai Juni 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penilitian ini yaitu benih bunga kol varietas

PM 126 F1, pupuk kandang (ayam, kambing dan sapi), pupuk hayati EM-4, pupuk

Urea, pupuk TSP, pupuk KCl, insektisida Decis 2,5 EC, fungisida Dithane M-45

80 WP, babybag, bambu, plastik transparan, tanah top soil, tali rafia, triplek, paku

dan cat.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hand sprayer,

meteran, kamera, timbangan, gembor, gunting, pisau, parang, cangkul, babat, alat

tulis menulis dan alat lainya yang menunjang pelaksanaan penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu :

1. Faktor konsentrasi pupuk hayati EM-4 (K) yang terdiri dari 4 taraf yaitu:

K0 = 0 cc/liter air (Kontrol)

K1 = 5 cc/liter air

16
17

K2 = 10 cc/liter air

K3 = 15 cc/liter air

2. Faktor jenis pupuk kandang (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu:

J1 = Pupuk Kandang Ayam (15 ton/ha)

J2 = Pupuk Kandang Kambing (15 ton/ha)

J3 = Pupuk Kandang Sapi (15 ton/ha)

Dengan demikian diperoleh 12 kombinasi perlakuan, setiap perlakuan

diulangi 3 kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Dalam satu plot terdiri dari

4 tanaman sehingga jumlah tanaman keseluruhan yaitu 144 tanaman dan semua

diukur.

Susunan kombinasi perlakuan yang dicobakan dapat dilihat pada Tabel 1

berikut :

Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan konsentrasi pupuk hayati EM-4 dan


Jenis Pupuk Kandang.
Kombinasi Konsentrasi Pupuk
No Jenis Pupuk Kandang
Perlakuan Hayati EM-4 (cc/liter air)
1 K0 J1 0 Ayam
2 K0 J2 0 Kambing
3 K0 J3 0 Sapi
4 K1 J1 5 Ayam
5 K1 J2 5 Kambing
6 K1 J3 5 Sapi
7 K2 J1 10 Ayam
8 K2 J2 10 Kambing
9 K2 J3 10 Sapi
10 K3 J1 15 Ayam
11 K3 J2 15 Kambing
12 K3 J3 15 Sapi
18

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan model matematika

(Adji, 2007) sebagai berikut :

Yijk = μ + βi + Dj+ Jk + DJ(jk)+ 𝜀 ijk

Dimana :

Yijk = Nilai pengamatan hasil percobaan karena pengaruh konsentrasi pupuk

hayati EM-4 pada taraf ke-j dan jenis pupuk kandang taraf ke-k pada

blok ke-i

μ = Nilai rerata

βi = Pengaruh blok ke-i (i = 1, 2, 3)

Kj = Pengaruh konsentrasi pupuk hayati EM-4 taraf ke-j (j = 1, 2, 3, 4)

Jk = Pengaruh jenis pupuk kandang taraf ke-k (k = 1, 2, 3)

KJjk = Pengaruh faktor kombinasi konsentrasi pupuk hayati EM-4 taraf ke-j dan

jenis pupuk kandang taraf ke-k.

𝜀 ijk = Pengaruh galat dari blok ke-i, konsentrasi pupuk hayati EM-4 ke-j dan

jenis pupuk kandang bibit ke-k

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan

Analisis Sidik Ragam atau Uji F pada tingkat signifikan 1% dan 5 %. Jika hasil

Uji F terhadap parameter yang diamati berpengaruh nyata dan sangat nyata, maka

dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%.


19

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Lahan

Persiapan lahan yang dilakukan dengan cara membersihkan areal

penelitian dari gulma yang tumbuh, secara mekanik (membabat), selanjutnya

dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan dua kali, pengolahan

tanah pertama dilakukan menggunakan cangkul dengan kedalaman 25-30 cm,

kemudian dibiarkan selama satu minggu. Setelah 1 minggu dilakukan pengolahan

tanah kedua dengan menghancurkan gumpalan tanah lalu diratakan dan

selanjutnya dibuat plot-plot (bedengan) dengan ukuran 100 x 120 cm dan dengan

ketinggian 20 cm sebanyak 36 plot yang tersusun dalam 3 blok (ulangan) dengan

jarak antar plot 30 cm, dan jarak antar ulangan 50 cm.

Persemaian

Penyemaian dilakuan dirumah bibit dengan tinggi bagian depan 1,5 meter,

tinggi bagian belakang 1 meter, panjang 1 meter, lebar 1 meter. Persemaian

menggunakan babybag dengan media yang terdiri dari campuran top soil, pasir,

dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Setiap satu babybag

ditempatkan 1 benih bunga kol per babybag. Jumlah bibit yang disiapkan yaitu

sebanyak 173 babybag, 144 babybag disiapkan untuk penanaman langsung,

sedangkan sisanya 29 babybag disiapkan untuk penyisipan.


20

Persiapan Pupuk Kandang

 Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang ayam diperoleh dari Desa Meunasah Jumpa Kecamatan Idi

Timur Kabupaten Aceh Timur. Sifat fisik pupuk kandang yang diambil yaitu

teksturnya berupa remah yang bercampur dengan sekam padi, tidak lengket dan

tidak berbau. Pupuk kandang tersebut dikumpulkan menggunakan cangkul,

kemudian dibersihkan dari kotoran seperti plastik, akar tanaman dan kotoran

lainnya. Setelah dibersihkan pupuk kandang tersebut dibawa ke lahan penelitian.

 Pupuk Kandang Kambing

Pupuk kandang sapi diperoleh dari Desa Meunasah Jumpa Kecamatan Idi

Timur Kabupaten Aceh Timur. Sifat fisik pupuk kandang yang diambil yaitu

pupuk kandang kambing yang telah lapuk menyerupai tanah, suhunya dingin,

kering dan relatif sudah tidak bau. Pupuk kandang tersebut dikumpulkan

menggunakan cangkul, kemudian dibersihkan dari kotoran seperti plastik, akar

tanaman dan kotoran lainnya. Setelah dibersihkan pupuk kandang tersebut dibawa

ke lahan penelitian.

 Pupuk Kandang Sapi

Pupuk kandang sapi diperoleh dari Desa Meunasah Jumpa Kecamatan Idi

Timur Kabupaten Aceh Timur. Sifat fisik pupuk kandang yang diambil yaitu

teksturnya berupa remah, tidak lengket, berwarna coklat kehitaman, suhunya

dingin dan tidak berbau. Pupuk kandang tersebut dikumpulkan menggunakan

cangkul, kemudian dibersihkan dari kotoran seperti plastik, akar tanaman dan
21

kotoran lainnya dengan cara mengayak. Setelah dibersihkan pupuk kandang

tersebut dibawa ke lahan penelitian.

Aplikasi Perlakuan

Pupuk Hayati EM-4

Sebelum pemberian EM-4, terlebih dahulu di lakukan kalibrasi kebutuhan

air/pelarut hingga mencapai kapasitas lapang pada masing-masing plot perlakuan.

Hasil kalibrasi ini merupakan acuan penggunaan air sebagai pelarut EM-4. Pupuk

EM-4 diberikan dengan dosis seperti perlakuan yaitu K0 = 0 cc/liter air (Kontrol),

K1 = 5 cc/liter air, K2 = 10 cc/liter air dan K3 = 15 cc/liter air. Aplikasi larutan

pupuk dilakukan dengan cara disemprot pada bedengan yang telah disiapkan

sesuai perlakuan hingga kapasitas lapang, yang dilaksanakan 1 minggu sebelum

tanam, pada saat tanam, 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam. .

Jenis Pupuk Kandang


Pemberian pupuk kandang dilakukan 1 minggu sebelum tanam yaitu pada

saat pengolahan tanah kedua. Pupuk kandang yang diberikan sesuai dengan

perlakuan yaitu kontrol (J1), pupuk kandang ayam (J2), pupuk kandang kambing

(J3), pupuk kandang sapi, dengan dosis masing-masing yaitu 15 ton/ha (1,8

kg/plot). Pemupukan dilakukan dengan cara disebar di atas permukaan tanah

kemudian diaduk merata sampai kedalaman 20 cm.


22

Pemupukan

Pupuk yang digunakan adalah Urea dengan dosis 75 kg/ha (9 gr/plot), TSP

dengan dosis 150 kg/ha (18 gr/plot), dan KCl dosis 75 kg/ha (9 gr/plot). Pupuk

diberikan pada saat penanaman. Pupuk diberikan secara larikan.

Seleksi Bibit dan Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, bibit yang digunakan terlebih dahulu

dilakukan seleksi. Bibit yang dipilih yaitu bibit yang memiliki pertumbuhan baik

dan segar, daun-daun yang tidak rusak, tumbuh kuat dan tegak, serta tidak

terserang hama dan penyakit.

Bibit bunga kol yang telah berumur 25 hari (berdaun 3 helai) dalam

kantong babybag dipindah tanam ke plot percobaan, dengan cara membuat lobang

tanam seukuran babybag pada plot percobaan, lalu kantong babybag

dibuka/dibelah dengan pisau dan bibit dimasukkan kedalam tanam dan

dipadatkan. Setiap lubang tanam terdiri dari 1 bibit, waktu penanaman pada sore

hari dengan jarak tanam 50 x 60 cm.

Pemeliharaan

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila tanaman yang rusak atau mati, tanaman

sulaman diambil dari bibit tanaman yang sengaja dipersiapkan. Penyulaman

dilakukan pada umur 7 HST.


23

Penyiangan dan Penggemburan

Penyiangan dilakukan dengan cara manual dan menggunakan cangkul.

Penyiangan dilakukan berdasarkan kondisi gulma yang tumbuh. Pembumbunan

dilakukan sekali setiap minggu yang bertujuan untuk menjaga tanaman agar tidak

mudah rebah, menciptakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan umbi, dan

untuk merangsang pertumbuhan tanaman.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sehari dua kali pada pagi dan sore hari dengan

menggunakan gembor hingga mencapai kapasitas lapang, namun apabila

intensitas hujan tinggi penyiraman dikurangi.

Perempelan Tunas dan Penutupan Bunga

Perempelan tunas dilakukan dengan membuang tunas pada batang untuk

memacu pertumbuhan generatif. Perempelan tunas dilakukan pada saat tanaman

berumur 2 dan 4 minggu setelah tanam.

Penutupan bunga dilakukan saat masa bunga sudah terbentuk sebesar telur

ayam hingga masa bunga siap dipanen. Penutupan dilakukan dengan

menggunakan dauan-daun luar tanaman itu sendiri, yaitu sekitar 3-4 daun ditarik

ke atas dan dilengkungkan, daun-daun tersebut ditusuk dengan lidi atau binting

bambu untuk mengunci daun agar tetap dapat menutupi bunga. Penutupan ini

berfungsi untuk mempertahankan warna bunga tetap putih.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit ini akan dilakukan yaitu tergantung pada

saat serangan hama dan penyakit pada tanaman, apabila terdapat serangan hama
24

dilakukan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC dengan konsentrasi 2 cc/l air,

dan untuk pengendalian penyakit dapat digunakan Dithane M-45 80 WP dengan

dosis 2 g/l air.

Panen

Pemanenan bunga kol dilakukan pada saat massa bunga (curd) mencapai

ukuran maksimal dan telah padat (kompak), tetapi kuncup bunganya belum

mekar. Umur panen 50 HST. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut

tanaman beserta akar.

Pengamatan

1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diamati pada tanaman berumur 15 dan 30 HST, dengan

cara mengukur tanaman mulai dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi,

dengan menggunakan meteran.

2. Jumlah daun (helai)

Perhitungan jumlah daun dilakukan pada tanaman berumur 15 dan 30

HST, dihitung mulai dari daun paling bawah sampai daun teratas (pucuk).

3. Lebar Daun (cm)

Lebar daun diamati pada tanaman berumur 15 dan 30 HST, dengan cara

mengukur daun yang terlebar mulai dari pangkal daun sampai ujung daun,

dengan menggunakan rol.


25

4. Diameter Pangkal Batang (mm)

Diameter pangkal batang diamati pada tanaman berumur 15 dan 30 HST,

dengan cara mengukur diameter pangkal dengan menggunakan jangka sorong.

5. Bobot berangkasan basah per tanaman (gram)

Bobot Basah berangkasan per tanaman ditimbang segera setelah

panen, yaitu dengan menimbang seluruh bagian tanaman yang telah

dibersihkan dari tanah yang melekat di akar, dan kotoran lainnya pada tanaman.

6. Bobot basah bunga per tanaman (gram)

Pengukuran bobot basah bunga per tanaman dilakukan segera setelah

panen, yaitu dengan menimbang seluruh bagian bunga kol yang telah dipotong

pada pangkal bunga.


26

DAFTAR PUSTAKA

Adji Sastrosupardi. 2007. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian.


Kanisius. Yogyakarta.

Adiyoga Witono, dkk., 2004. Profil Komoditas Kubis. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran Departemen Pertanian

Bambang, C. 2001. Kubis Bunga dan Broccoli. Kanisius. Yogyakarta.

Darma, S. 2013. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik untuk Tanaman


Pertanian, Perkebunan. Pustaka Baru Pres. Yogyakarta.

Damanik. MMB., Hasibuan. BE., Fauzi., Sarifuddin., dan Hamidah, H. 2010.


Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Hartatik, W. 2005. Pengelolaan Hara pada Budidaya Pertanian Organik.


Laporan Penelitian Sumberdaya Tanah dan Pengkajian Teknologi
Pertanian

Hedro. S, 2009, Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting di Indonesia.


Cetakan keempat, Sinar Baru (Produksi Hortikultura II), Bandung.

, 2013, Pedoman Bertanam Kubis. Nuansa Aulia. Bandung.

Lingga, P. Dan Marsono, 2008. Petunjuk dan Penggunaan Pupuk. Penebar


Swadaya. Jakarta

Mustina. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Sapi dan Kotoran Itik
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kol Bunga.
http://mustinakampus.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 22 Februari
2015.

Nita, W. 2008. Pertanian Organik EM4. PT. Antar Surya Jaya, Surabaya.

Nugroho, B. 2012. http://www.lembahpinus.com/index.php/8-uncategorised/


artikel/274-pupuk-hayati-em4. Diakses Pada Tanggal 22 Februari 2016.

Nurheti, Y, 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik, Pernerbit Andi,


Yogyakarta.

Pracaya, 2001. Kol Alias Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Purwa, DR, 2007. Petunjuk Pemupukan, Agro Media. Jakarta

26
27

Rahmah. A, Sipanyung. R dan Simanungkalit. T, 2013. Pertumbuhan dan


Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian
Pupuk Kandang Ayam dan EM4 (effective microorganisms4). Jurnal
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rukmana, R. 2012. Budidaya Kubis Bunga dan Broccoli. Kanisius,


Yogyakarta.

Sari. D.F.O.P., 2008. Pengaruh Beberapa Pupuk Organik terhadap


Pertumbuhan dan Serapan N serta P Tanaman Petsai (Brassica
pekinensis) dan Brokoli (Brassica oleracea) pada Andisol Cisarua.
Skripsi Institut Pertanian Bogor.

Shelly, J.S, 2004. Pengaruh Effective Microorganisme 4 (EM4) dan Media


Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.). Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Medan.

Sutedjo, MM, 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan, Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta

Sulistiono, W.R. 2008. Kajian Benzyl Amino Purine dan Jenis Pupuk Organik
Terhadap Pertumbuhan, Hasil, dan Kandungan Vitamin C Pada Kubis
Putih (Brassica Oleraceae L). Tesis Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Songgolagit Persada, 2013. http://em4-indonesia.com/teknologi-em-effective-


microorganisms-demensi-baru-dalam-pertanian-modern/. Diakses Tanggal
22 Februari 2016.

Theo, D. S, 2010. Pengaruh Effective Mikroorganism dan Waktu Aplikasi Bokasi


Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa ).
Skripsi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Zulkarnain, 2013. Budidaya Sayuran Tropis. Bumi Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai