Anda di halaman 1dari 19

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produktivitas bawang merah ‘lembah palu’ (Allium cepa L. Var.

Agregatum) lebih rendah dari jenis bawang merah lainnya. Bawang merah

varietas Bima, Brebes, Philipine itu dapat mencapai 20 t/ha, namun bawang merah

‘lembah palu’ hanya memiliki potensi produktivitas 9,7 t/ha, dan pada tingkat

petani produktivitas bawang merah ‘lembah palu’ hanya berkisar 4-5 ton/ha

(Pasigai dkk., 2016). Budidaya tanaman bawang merah di kota palu, untuk

memperoleh produksi yang tinggi petani masih menggunakan pupuk sintetik

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Penggunaan pupuk sintetik secara

terus menerus pada lahan pertanian dalam waktu jangka panjang dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan, kerusakan struktur tanah, penurunan kadar

organik tanah.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas bawang

merah dan peningkatan keseburan tanah adalah pemberian pupuk hayati (Yudo

Tyasmoro & Hidayat, 2020). Penggunaan pupuk mikroba yang bermanfaat

memperkaya unsur hara, dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Pupuk mikroba merupakan jenis pupuk yang tidak mengandung unsur hara

seperti N, P, dan K. Pupuk mikroba mengandung mikroorganisme yang memiliki

peranan positif bagi tanaman yaitu membantu menyediakan hara yang dibutuhkan

tanaman. Kelompok mikroba yang digunakan dalam pupuk mikroba adalah

mikroba yang mampu menambat unsur N dari udara dan mikroba yang dapat

melarutkan unsur P dan K dalam keadaan yang tidak dapat diserap oleh tannaman,
sehingga dapat diserap oleh tanaman (Karim dkk., 2019). Mikroba yang

digunakan mikrob filosfer dan mikrob rizosfer.

Mikrob filosfer berperan untuk meningkatkan produksi tanaman. Pas dkk.,

(2015) menyatakan bahwa mikrob yang menguni daun pada awalnya diragukan

keberadaannya, kini para peneliti telah meyakini bahwa mikrob filosfer

berimpilikasi nyata terhadap peningkatan produksi tanaman. Mikrob yang berada

di daerah rizosfer berperan penting dalam memelihara kesehatan akar tanaman,

pengambilan nutrisi unsur hara dan melindungi tanaman dari kondisi lingkungan

yang esktrin (Putra dkk., 2020).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai

pengaruh pemberian mikrob filosfer FM48 dan mikrob rizosfer R15 terhadap

pertumbuhan dan hasil bawang merah lokal Palu.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan hasil

tanaman bawang merah lokal palu yang diberikan konsorsium mikrob filosfer dan

mikrob rizosfer. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan informasi dan bahan pembanding atau rujukan bagi penelitian selanjutnya.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Bawang Merah

Bawang merah varietas ‘lembah palu’ (Allium cepa L. Var. Aggregatum)

merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai kandungan gizi

dan senyawa yang tergolong zat non gizi serta enzim untuk meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan tubuh serta memiliki aroma khas yang digunakan

sebagai penyedap masakan dan bahan baku utama industri bawang goreng.

Komoditas jenis sayuran ini termasuk jenis komoditas yang memiliki nilai

ekonomis tinggi, ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber

penghasilan petani, maupun potensinya sebagai penghasil devisa negara (BPS,

2020). Badan Pusat statistik (BPS) mencatat, konsumsi bawang merah oleh sektor

rumah tangga mencapai 831.140 ton pada tahun 2022. Jumlahnya meningkat

5,12% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebanyak 790.630 ton

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Bawang Merah

Klasifikasi Tanaman Bawang Merah Sebagai beribut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Asparagales

Famili : Amaryllidaceae

Sub Famili : Allioideae

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa L. Var. Aggregatum

3
2.1.2 Morfologi Tanaman Bawang Merah

Tanaman bawang merah memiliki akar serabut dengan sistem perakaran

dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah

dan dapat mencapai 20-200 akar. Bawang merah varietas Lembah Palu memiliki

bentuk umbi silindris seperti pipa, bulat agak memanjang dengan ukuran agak

kecil (Idris dkk., 2018). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut diskus

yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat

perakaran dan akar tunas. Umbi membentuk cakram pipih ujungnya tumpul

membungkus biji berjumlah 2 - 3 butir sewaktu masih muda berwarna bening atau

putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Tangkai daun keluar dari ujung tanaman

panjang antara 30 – 90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 – 200 jumlah kuntum

bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah – olah berbentuk payung

(Umbrella). Tiap kuntum bunga terdiri atas 5 - 6 helai daun bunga yang berwarna

putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning – kuningan, 1 putik dan bakal

buah berbentuk hampir segitiga (Nanda dkk., 2022)

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

1. Iklim

Tanaman bawang merah tumbuh paling baik di daerah dengan iklim

hangat hingga sedang. Idealnya, tanaman ini tumbuh pada suhu sekitar 25-32 ° .

Meskipun toleran terhadap berbagai kondisi iklim, bawang merah cenderung lebih

baik tumbuh pada iklim yang relatif kering dan panas. Curah hujan yang sesuai

untuk pertumbuhan tanaman bawang merah Lembah Palu adalah antara

1.000-2.500 mm/tahun. dengan intensitas sinar matahari penuh lebih dari 12 jam

4
sehari untuk proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.

Bawang merah dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun dataran

rendah sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau

cukup mendapat air (Ikhsan Gumelar & Saputra, 2021). Pada ketinggian tempat

kurang dari 300 m dpl merupakan lokasi lingkungan (habitat) asli tanaman

bawang merah lembah palu sejak awal dikembangkan sampai saat ini (Pasigai &

Paiman, 2023).

2. Tanah

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah tanah

yang memiliki aerase dan drainase yang baik. Di samping itu hendaknya dipilih

tanah yang subur dan banyak mengandung bahan organik atau humus. Jenis tanah

yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau atau berdebu karena

sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerase dan draenase yang baik. Tanah

yang demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat,

pasir dan debu. Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah

yang mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH- nya

antara 6,0 - 6,8. Keasaman dengan pH antara 5,5 - 7,0 masih termasuk kisaran

keasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah (Wibowo, 2007).

2.2 Konsorsium Mikrob Filosfer dan Mikrob Rizosfer

Konsorsium mikrob merupakan kumpulan mikrob yang hidup bersama

dan berinteraksi baik dengan tanaman inangnya. Sumber mikrob dalam bentuk

konsorsium dapat diperoleh melalui serangkaian kegiatan eksplorasi konsorsium

5
mikrob. Mikrob dapat diperoleh pada suatu ekosistem dan dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Bakteri konsorsium dapat memberikan hasil yang lebih optimal

karena adanya aktivitas metabolisme yang saling melengkapi dari masing-

masing isolat. Konsorsium bakteri dapat meningkatkan laju pertumbuhan yang

memicu meningkatnya produksi enzim dari masing-masing isolat untuk

mensintesis hormon IAA. Konsorsium mikrob dapat menghasilkan hormon auksin

(IAA), giberelin (GA3), dan sitokinin. Fitohormon yang terkandung di dalam

penyusun konsorsium merangsang pembentukan akar, sehingga serapan hara lebih

efektif. Secara alami, akar berperan sebagai saluran untuk mensuplai unsur hara

dan air dari tanah ke tanaman dan lokasi sintesis serta pertukaran sejumlah

hormon dalam tanaman (Pas dkk., 2018a)

Pemanfaatan mikrob dalam bentuk konsorsium sebagai pupuk hayati

merupakan upaya yang dapat dilakukam untuk mengurangi penggunaan pupuk

sintetik secara terus menerus. Dalam mengeksplorasi mikrob diperlukan suatu

strategi, yang dimulai dari kultivasi dan purifikasi mikrob yang bersifat

menguntungkan (Pas dkk., 2018b).

2.3 Mikrob Filosfer dan Peranannya

Mikrob filosfer hidup pada daun tanaman dan ditemukan pada bagian

stomata di sepanjang tulang daun dan dinding sel epidermis. Bakteri ini hidup

pada daun karena senyawa organik seperti fruktosa, sukrosa, asam organik, asam

amino, dan vitamin yang dijadikan sebagai sumber karbon, energi dan senyawa

pemicu tumbuh (Santosa dkk., 2003). Mikrob yang mendiami permukaan daun

6
sangat bervariasi dengan jenis tumbuhannya. Setiap tumbuhan memiliki daun

yang berbeda, baik dari segi bentuk, ukuran maupun eksudat yang

dikeluarkannya. Perbedaan tersebut menyebabkan mikrob yang menghuninya juga

berbeda, walaupun pada tumbuhan ditemukan populasi yang sama.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (aris 2015) bahwa

konsorsium mikrob filosfer berasal dari daun muda tumbuhan Emmerrilia ovalis

Miq Dandy serta terdapat 5 jenis konsorsium mikrob filosfer yaitu Seratia sp

Strain SE-3, Enterobacter sp Strain KDP6, Enterobacter sp Strain MS5,

Klebsiella oxytoca sp. Strain LRC 162 dan Acinetobacter sp. Strain N12.

Mikrob filosfer berperan dalam meningkatkan hasil tanaman. sejalan

dengan pernyataan bahwa mikrob yang menghuni daun pada mulanya diragukan

keberadaannya, kini para peneliti telah meyakini bahwa mikrob filosfer

berimplikasi nyata terhadap peningkatan produksi tanaman. setiap jenis tumbuhan

dapat mendukung populasi mikrob, baik keragaman maupun kuantitasnya melalui

residu yang dihasilkan. Akibatnya terjadi saling ketergantungan antara mikrob dan

inangnya Pas dkk., (2018b). Bakteri filosfer mampu menghasilkan IAA, nitrat

reductase, ekskresi NH3 dan melarutkan fosfat Kumar et.,al (2018). Bakteri

endofitit filosfer mampu menghasilkan IAA yang dapat memacu pertumbuhan

dengan meningkatkan panjang akar dan batang, biomassa basah dan kering serta

kandungan klorofil (Shahzad dkk., 2017).

7
2.4 Mikrob Rizosfer dan Peranannya

Rizosfer merupakan bagian tanah yang berada di daerah perakaran

tanaman. mikrob rizosfer berperan dalam siklus hara, proses pembentukan tanah,

pertumbuhan tanaman, dan sebagai agens hayati. Keberadaan dan aktivitas mikrob

rizosfer dipengaruhi oleh eksudat yang dihasilkan oleh perakaran tanaman.

populasi mikroorganisme di rizosfer umumnya lebih banyak dan beragam

dibandingkan pada tanah nonrizosfer (Yulistiana dkk., 2020). Rizosfer (daerah

perakaran) merupakan habitat yang baik bagi pertumbuhan mikroba karena akar

tanaman menyediakan berbagai bahan organik yang mampu menstimulir

pertumbuhan mikroba (Wulandari dkk., 2020).

Konsorsium mikrob rizosfer berasal dari akar tumbuhan Physalis angulata

L. terdapat 4 jenis konsorsium mikrob rizosfer yaitu Stenotrophomonas sp. Strain

U1370-101126-SW 193, S. acidaminiphila Strain SZH19, Bacillus sp. Strain

SC59, dan Stenotrophomonas sp Straiin BCc6 (aris 2015)

Bakteri rizosfer memiliki berbagai peran sebagai menyediakan nutrisi bagi

tanaman, melindungi tanaman dari infeksi bakteri patogen (terutama di daerah

perakaran), menghasilkan hormon pertumbuhan seperti indol acetic acid, pelarut

fosfat, pengikat nitrogen, dan lain-lain. Selain itu, bakteri rizosfer dapat

mempengaruhi ketersedian dan siklus nutrisi tanaman dengan menjaga kestabilan

tekstur tanah (Khairani dkk., 2019).

8
Mikrob rizosfer disebut sebagai PGPR (Plant Growth Promoting

Rhizobacteria) atau rhizobacteria pemicu pertumbuhan tanaman. Keberadaan

bakteri rizosfer yang melimpah di alam dan mudah diperoleh sehingga

pemanfaatannya sudah banyak dikembangkan sampai saat ini (Nuraini dkk.,

2020).

2.5 Hipotesis

Konsorsium mikrob filosfer dan mikrob rizosfer akan meningkatkan

pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah Lembah Palu.

9
3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2024,

bertempat di lahan percobaan fakultas pertanian di bukit Asybaalul Khairaat,

Kelurahan Kabonena, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu Provinsi Sulawesi

Tengah. Ketinggian tempat lokasi penelitian berada pada 85 m dpl, dengan suhu

rata-rata 27,8° C dan curah hujan rata-rata 48,7 mm.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan di laboratorium dalam penelitian ini adalah isolat

konsorsium mikrob filosfer dan mikrob rizosfer, media sintetik, agar-agar plain,

alkohol 70% dan aquades. Sedangkan alat yang digunakan yaitu cawan petri 5,

botol skot/erlenmeyer 1.000 ml, timbangan digital, hot plate, stirrer, botol spriyer,

botol kaca, bunsen, kompor dan gas, autoclave, laminar air flaw, botol kaca 5,

jarum ose, korek api, shaker, kertas label, tissu gulung, plastik wrapping,

aluminium foil, plastik gula, gelas ukur 1.000 ml, oven, karet gelang dan satu

pasang sarung tangan.

Adapun bahan yang digunakan di lapangan dalam penelitian ini adalah

varietas bawang merah lembah palu, larutan isolat mikrob filosfer FM48 dan

mikrob rizosfer R15. Alat yang digunakan yaitu mesin handtraktor, pacul, parang,

handsprayer, skop, papan label, kotak sampel, karet ban , penggaris, kamera dan

alat tulis menulis.

10
3.3 Metode

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan

dasar pengelompokan berdasarkan tinggi petakan bawang merah. Adapun

perlakuan yang dicobakan sebagai berikut:

Kontrol = Tanpa pemberian mikrob

FM48 = Aplikasi Mikrob Filosfer

R15 = Aplikasi Mikrob Rizosfer R15

FM48 & R15 = Aplikasi Mikrob filosfer FM48 & Mikrob Rizosfer R15

Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 12 unit

percobaan. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang dicobakan maka

dilakukan analisis ragam. Analisis ragam yang menunjukan pengaruh nyata maka

dilakukan uji lanjut BNT 0,5 (Hanafiah, 2004).

3.4 Pelaksanaan

3.4.1 Persiapan Isolat

1. Pembuatan Media Nutrient Brooth Padat dan Cair

Pembuatan media NB padat yaitu mensterilkan botol skot/erlenmeyer

menggunakan alkohol 70%. lalu mengambil cawan petri sesuai kebutuhan

bungkus dengan menggunakan kertas lalu sterilkan di dalam oven pada suhu

1700C selama 2 jam. Sterilkan stirrer lalu masukan ke dalam botol skot.

Selanjutnya masukan air aquades ke dalam botol skot sebanyak 1.000 ml/1 liter.

Timbang media NB sintetik menggunakan timbangan analitik sebanyak 13 gram

lalu dimasukan ke dalam botol skot yang sudah terisi aquades. Kemudian

tambahkan agar-agar plain sebanyak 6 bungkus (44 gram) lalu letakan di atas hot

11
plate selama 15 menit sampai media NB homogen. Setelah media NB homogen

angkat dan masukan ke dalam autoclave tunggu sampai suhunya naik 121 0C

selama 15 menit. Setelah Media NB di autoclave angkat dan masukan ke dalam

laminar air flaw hingga dingin lalu tuang ke dalam cawan petri. Kemudian media

NB padat siap digunakan.

Pembuatan media NB cair yaitu sterilkan erlenmeyer menggunakan

alkohol 70%. Mengambil botol kaca ukuran 250 ml sebanyak 9 buah bungkus

dengan menggunakan kertas lalu sterilkan dalam oven pada suhu 170 0C selama 2

jam. Sterilkan stirrer lalu masukan ke dalam erlenmeyer, kemudian tambahkan air

aquades sebanyak 1.000 ml/1 liter. Timbang media NB sintetik sebanyak 13 gram,

lalu masukan ke dalam erlenmeyer yang sudah terisi air aquades. Kemudian tutup

dengan menggunakan aluminium foil, lalu wrapping bagian tepi erlenmeyer.

Selanjutnya letakan di atas hot plate selama 15 menit sampai media NB homogen.

Setelah media NB homogen angkat dan masukan ke dalam autoclave tunggu

sampai suhunya naik 121 0C selama 15 menit. Setelah di autoclave angkat dan

masukan ke dalam laminar air flaw hingga dingin. Setelah dingin , media dituang

ke dalam botol kaca sebanyak 100 ml. kemudian media NB cair siap digunakan.

2. Kultivasi konsorsium mikrob filosfer dan mikrob rizosfer di media NB padat

dan cair

Kultivasi di media NB padat yaitu menyiapkan media NB padat dalam

cawan petri. Selanjutnya menyalakan bunsen lalu panaskan tepi cawan petri yang

berisi media NB padat dengan cara diputar secara keseluruhan. Kemudian

panaskan jarum ose di atas bunsen hingga memijar. Setelah itu mengambil isolat

12
bakteri filosfer dan rizosfer dengan cara di keruk pada bagian atas bakteri dengan

menggunakan jarum ose (100 ml isolat bakteri yang diambil satu lingkaran pada

ujung jarum ose). Setelah itu sampel bakteri yang telah dikeruk di letakan di atas

media NB padat dengan menggunakan metode gores zig zag. Selanjutnya tepi

cawan petri petri diwrapping. Kemudian diberi label tanggal percobaan dan kode

isolat bakteri.

Kultivasi di media NB cair yaitu menyiapkan media cair yang telah dibuat

dalam botol kaca ukuran 100 ml. Selanjutnya menyalakan bunsen lalu panaskan

jarum ose hingga memijar. Setelah itu panaskan tepi cawan petri yang berisi

bakteri yang telah ditumbuhkan dalam media padat dengan cara diputar secara

keseluruhan. Setelah itu mengambil isolat bakteri filosfer dan rizosfer dengan cara

di keruk pada bagian atas bakteri dengan menggunakan jarum ose (100 ml isolat

bakteri yang diambil satu lingkaran pada ujung jarum ose). Kemudian sampel

yang telah dikeruk dimasukan ke dalam media NB cair. Lalu bagian tepi atas

botol kaca di tutup dengan kertas plastik gula dan aluminium foil lalu bagian tepi

botol kaca diberi karet gelang. Kemudian bagian tepi botol kaca di wrapping, lalu

beri label tanggal percobaan dan kode bakteri. Setelah itu media cair di shaker

selama 3 hari. Setelah di shaker media cair siap diaplikasikan di lahan.

3. Pembuatan suspense konsorsium mikrob filosfer dan mikrob rizosfer

Tahap awal ialah membersihkan botol, handsprayer dan box menggunakan

air bersih. Kemudian menyediakan dua wadah untuk mensterilkan botol dan

handsprayer, untuk wadah pertama diisi dengan air bersih dan tambahkan clorox

25% sebanyak 2 tutup botol sedangkan wadah kedua diisi air aquades

13
secukupnya. Setelah itu masukan botol dan handsprayer ke dalam wadah pertama,

lalu masukan ke dalam wadah kedua. Sterilkan box dengan cara menyemprotkan

dengan alkohol 70%. Kemudian sterilkan kembali botol dan handsprayer

menggunakan tisu yang sudah disemprotkan alkohol 70%.

Langkah kedua sterilkan juga alat yang digunakan (gelas ukur, srynger,

centrisuge tube) menggunakan alkohol 70%. Setelah itu mengukur air aquades

sebanyak 1.000 ml/1 liter kemudian dimasukan ke dalam botol plastik.

Selanjutnya mengambil isolat filosfer (Fm48) dan isolat rizosfer (R15)

menggunakan stryger lalu dimasukan ke dalam centrisuge tube (untuk sampel

bakteri Fm48 masing-masing isolat yang diambil sebanyak 2,5 ml dan sampel

bakteri R15 masing-masing isolat diambil sebanyak 2 ml). Setelah itu sampel

bakteri dimasukan ke dalam botol plastik yang sudah terisi air aquades. Setiap

botol berisi 10 ml isolat. Selanjutnya homogenkan larutan dengan cara botol

tersebut diayunkan ke atas ke bawah. Kemudian didiamkan selama 24 jam.

3.4.2 Persiapan Lahan

Sebelum penanaman terlebih dahulu lahan dibersihkan dari gulma yang

menjadi sumber penyebaran hama dan penyakit. Pengolahan tanah dilakukan

sebanyak dua kali pembajakan menggunakan mesin handtraktor tujuan

pembajakan pertama untuk membalik tanah pada permukaan sedangkan

pembajakan yang kedua bertujuan untuk menggemburkan tanah. Kemudian

dilanjutkan dengan pembuatan bedengan dengan ukuran 1,2 x 2 m dan tinggi ± 20

cm. Diantara bedengan dibuat parit dengan lebar 40 – 50 cm untuk pembuangan

dan pemasukan air.

14
3.4.3. Penanaman

Penanaman bawang merah pada umumnya dilakukan melalui umbi.

Sebelum ditanam, kulit luar umbi bibit yang kering dibersihkan, sebelum

ditanaman ujung umbi terlebih dahulu dipotong kira-kira 1/4 bagian, hal ini

dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan tunas dan merangsang tumbuhnya

umbi samping . Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak tanam

15 cm x 20 cm dan setiap lubang ditanami satu umbi benih bawang merah varietas

lokal palu yang telah direndam dengan larutan mikrob filosfer dan rizosfer.

3.4.4. Aplikasi Perlakuan

Aplikasi perlakuan dimulai pada umur tanaman bawang merah Lembah

Palu berumur 7HST hingga 35HST aplikasi dilakukan pada saat sore hari pukul

17:00 WITA setiap minggunya. .Dilakukan dengan cara menyemprotkan 1000 ml

larutan mikrob filosfer Fm48 ke seluruh bagian permukaan daun dan

menyemprotkan 1000 ml larutan mikrob rizosfer R15 pada permukaan tanah

disekitar tanaman menggunakan handsprayer.

3.4.5. Pemeliharaan

Pemeliharaan pada tanaman bawang merah lembah palu meliputi

penyiraman, penyulaman, pengendalian gulma dan hama. Penyiraman dilakukan

setiap pagi hari, harus disesuaiakan dengan kondisis tersebut hingga dua minggu

sebelum panen. Penyulaman dilakukan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh

normal atau mati. Pengendalian gulma dilakukan seara fisik dengan mencabut

rumput yang tumbuh pada media tumbuh atau bedengan penanaman hingga

menjelang panen.

15
3.4.6. Panen

Pemanenan bawang merah lembah palu dilakukan pada umur 72 HST,

ditandai dengan daun/tunas rebah atau sudah menguning dilakukan dengan cara

dicabut.

3.5 Pengamatan

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, maka dilakukan pengamatan

terhadap hasil tanaman bawang merah lembah palu sebagai berikut:

1. Tinggi tanaman (cm). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu

dengan cara mengukur tinggi tanaman yang dijadikan sampel dari setiap

petak percobaan, mulai dari pangkal batang sampai ujung daun paling

tinggi. Pengukuran dilakukan pada umur 14,21,28,35, sampai 42 HST.

2. Jumlah daun (helai)

Penghitungan jumlah daun dilakukan setiap minggu, selama pertumbuhan

jumlah daun yang terbentuk sempurna. Pengamatan dilakukan pada saat

tanaman berumur, 14,21,28,35, dan 42 HST.

3. Jumlah anakan

diamati dengan cara menghitung jumlah seluruh anakan dari setiap umbi

4. Berat segar umbi (g) per rumpun, dilakukan pada saat panen dengan cara

menimbang umbi per rumpun

5. Berat umbi per hektar, dilakukan setelah panen. Pengamatan berat umbi

dilakukan dengan menghitung jumlah umbi bawang merah pada saat

10.000 m
setelah pemanenan x hasil perpetak
luas petak /lahan

16
DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2020). Distribusi Perdagangan Komoditas Bawang Merah 2020


Indonesia. In Badan Pusat Statistik.

Idris, I., Basir, M., & Wahyudi, I. (2018). Effects Of Various Types And Doses
Of Manure On Growth And Results Of Shallot Variety Of Palu
Valley. Jurnal Agrotech, 8(2), 40–49.

Ikhsan Gumelar, A., & Saputra, F. A. (2021). PENENTUAN PERIODE


KRITIS TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa var.
aggregatum L.) AKIBAT PERSAINGAN DENGAN GULMA DI
KABUPATEN SUBANG DETERMINATION OF CRITICAL
PERIOD PLANTS ONION (Allium cepa var. Aggregatum l.) AS A
RESULT OF COMPETITION WITH WEEDS IN SUBAN. 6(1), 12–21.

Karim, H. A., Jamal, A., & Sutrisno, T. (2019). Respon Pemberian Pupuk
Mikrobat Dengan Berat Umbi Berbeda Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L).
AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian, 4(1), 24.
https://doi.org/10.35329/ agrovital.v4i1.321

Khairani, Aini, F., & Riany, H. (2019). Karakterisasi Dan Identifikasi Bakteri
Rizosfer Tanaman Sawit Jambi. Al-Kauniyah: Jurnal Biologi,
12(2), 198–206. https://doi.org/10.15408/kauniyah.v12i2.11723

Kumar, S., Chaudhary, D., Rashmi, Jangra, R., Kumari, A., & Kumar, R. (2018).
Exploring Phyllosphere Bacteria for Growth Promotion and Yield
of Potato (Solanum tuberosum L.). International Journal of Current
Microbiology and Applied Sciences, 7(04), 1065–1071.
https://doi.org/10. 20546/ijcmas.2018.704.117

Nanda, A., Sari, I., & Yusuf, E. Y. (2022). Pertumbuhan Dan Produksi Bawang
Merah (Allium Cepa L) Dengan Pemberian Mikroorganime
Lokal (Mol) Feses Walet Pada Media Gambut. Jurnal Agro
Indragiri, 9 (1)(1), 22–34.
Nuraini, C., Saida, Suryanti, & Nontji, M. (2020). Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Rhizosfer Tanaman Jagung pada Fase Vegetatif dan
Generatif. Jurnal Agrotekmas, 1(1), 24–30.

Pas, A. A., Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas, & Santosa, D. A. (2015). Aplikasi


Konsorsium Mikrob Filosfer dan Rizosfer Untuk Meningkatkan
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi. Institut Pertanian Bogor (IPB)
Kampus, 15–24.

17
Pas, A. A., Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas, & Santosa, D. A. (2018a). UJI
DAN SELEKSI ISOLAT KONSORSIUM MIKROB FILOSFER
DAN RIZOSFER TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH PADI.
Jurnal Agrotech, 8(2), 62–72.
https://doi.org/https://doi.org/10.31970/agrotech.v8i2.21

Pas, A. A., Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas, T., & Santosa, D. A. (2018b).


Eksplorasi Konsorsium Mikrob Filosfer Dan Rizosfer Asal Berbagai
Ekosistem Di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal
Agrotech, 8(1), 8–17. https://doi.org/10.31970/agrotech.v8i1.12

Pasigai, M. A., & Paiman. (2023). Keragaan Teknologi untuk Meningkatkan


Produktivitas Bawang Merah Varietas Lembah Palu: Sebuah Review.
Jurnal Hortikultura Indonesia, 14(1), 9–16.
https://doi.org/10.29244/jhi.14.1.9-16

Pasigai, M. A., Thaha, A. R., Maemunah, Nasir, B., Lasmini, S. A., & Bahrudin.
(2016). Teknologi Budidaya Bawang Merah Varietas Lembah Palu. In
Z. Basri (Ed.), Untad Press (2016th ed.).
https://repository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah -
UNTAD.

Putra, G. W., Ramona, Y., & Proborini, M. W. (2020). Eksplorasi Dan


Identifikasi Mikroba Pada Rhizosfer Tanaman Stroberi (Fragaria x
ananassa Dutch.) Di Kawasan Pancasari Bedugul. Metamorfosa:
Journal of Biological Sciences, 7(2), 62.
https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2020.v07.i02.p09

Santosa, D. A., Handayani, N., & Anas, I. (2003). Isolasi dan seleksi bakteri
filosfer pemicu tumbuh dari daun padi (Oryza sativa L.) Varietas IR-
64. Jurnal Tanah Dan Lingkungan, 5(1), 7–12.

Shahzad, R., Waqas, M., Khan, A. L., Al-Hosni, K., Kang, S. M., Seo, C. W., &
Lee, I. J. (2017). Indoleacetic acid production and plant growth
promoting potential of bacterial endophytes isolated from rice (Oryza
sativa L.) seeds. Acta Biologica Hungarica, 68(2), 175–186.
https://doi.org/10.1556/018.68.2017.2.5

Wulandari, N., Irfan, M., & Saragih, R. (2020). Isolasi Dan Karakterisasi Plant
Growth Promoting Rhizobacteria Dari Rizosfer Kebun Karet
Rakyat. Dinamika Pertanian, 35(3), 57–64.
https://doi.org/10.25299/dp.2019. vol35(3).4565

18
Yudo Tyasmoro, S., & Hidayat, F. (2020). Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk
NPK dan Hayati terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) The Effect of NPK fertilizer
and Biofertilizer on the Grow... Substitusi pupuk MoP View project
Marginalland View project. March. https://www.researchgate.net/
publication/340116193

Yulistiana, E., Widowati, H., & Sutanto, A. (2020). Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR) Dari Akar Bambu Apus (Gigantochola
apus) Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman. Biolova, 1(1), 1–6.
https://doi.org/10.24127/biolova.v1i1.23

19

Anda mungkin juga menyukai