Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman sawi Caisim


Menurut Zulkarnain (2013), tanaman sawi caisim (Brassica juncea, L.)
mempunyai sistematika sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Klas : Dicotyledoneae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Species : Brassica juncea, L.
Menurut Zulkarnain (2013), tanaman sawi caisim termasuk tanaman
semusim (annual), mempunyai perakaran tunggang (radix primaria) dan
cabang - cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke
semua arah pada kedalaman antara 30 – 50 cm. Akar-akar ini berfungsi
menghisap air dan unsur hara dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya
batang tanaman.
Tanaman sawi caisim memiliki batang pendek dan beruas, sehingga
tidak kelihatan, berfungsi untuk menopang atau menyangga berdirinya daun
sawi caisim. Sawi caisim juga memiliki daun yang sangat halus dan tidak
berbulu serta memiliki tangkai yang berbentuk pipih. Daun tanaman sawi
caisim berbentuk lonjong dan bulat, lebar, berwarna hijau muda dan tua, serta
tidak memiliki bulu, tangkai daun panjang dan pendek, berwarna putih hingga
hijau, bersifat kuat dan halus. Bunga tanaman sawi caisim memanjang dan
bercabang banyak, terdiri dari empat kelopak daun, empat mahkota bunga
yang berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik
berongga dua.
Penyerbukan tanaman sawi caisim dibantu dengan angin dan binatang
kecil, buah tanaman sawi caisim berbentuk bulat atau lonjong, berwarna

3
4

keputihan hingga kehijauan, dan tiap satu buah memiliki 2 - 8 butir biji
berbentuk bulat kecil berwarna coklat hingga kehitaman, memiliki permukaan
licin, mengkilap, keras dan juga berlendir.
Syarat tumbuh yang cocok untuk tanaman sawi caisim mulai dari tinggi
tempat 5 - 1.200 m dpl dengan curah hujan 200 – 300 mm per bulan. Tanah
yang dikehendaki untuk pertumbuhannya adalah tanah gembur dan kaya
bahan organik, drainasenya baik dan pH 6 sampai 7.
2.2 Pupuk Nitrogen
Pertumbuhan dan hasil tanaman sawi caisim yang optimal dapat
tercapai dengan cara pembudidayaan yang tepat, salah satunya dengan
pemberian pupuk nitrogen dengan dosis yang tepat.
Nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, khususnya tanaman
yang dipanen daunnya dapat dibedakan atas empat kelompok utama, yaitu:
1. Nitrogen nitrat (NO3-),
2. Nitrogen ammonium (NH4+),
3. Nitrogen molekuler (N2), dan
4. Nitrogen organik.
Pupuk Nitrogen memegang peranan sangat penting dalam peningkatan
produksi sawi caisim. Nitrogen merupakan bagian dari protein, bagian
penting konstituen dari protoplasma, enzim, agen katalis biologis yang
mempercepat proses metabolisme dalam tanaman. Dengan demikian maka
protein bersifat seperti katalisator dalam proses metabolisme. Nitrogen
merupakan unsur yang paling banyak mendapatkan perhatian dalam
hubungannya dengan pertumbuhan tanaman (Yanti, dkk., 2014). Menurut
Mertayasa (2016) Nitrogen merupakan komponen penting dalam tanaman.
Unsur nitrogen yang terdapat dalam pupuk urea berada dalam kondisi tersedia
dan langsung bisa diserap oleh tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman
menjadi maksimal. Patti, dkk. (2013) menyatakan bahwa nitrogen
mempunyai peran penting bagi tanaman yaitu mendorong pertumbuhan
tanaman yang cepat dan memperbaiki tingkat hasil dan kualitas,
pengembangan luas daun dan sintesis protein.
5

Nitrogen digunakan oleh tanaman terutama pada fase vegetatif


diantaranya untuk pertumbuhan tanaman, menambah tinggi tanaman,
merangsang pertunasan, memperbaiki kualitas, terutama kandungan
proteinnya dan menyediakan bahan makanan bagi mikroba tanah. Nitrogen
diserap dari dalam tanah berbentuk ion nitrat atau ammonium. Kemudian
dalam tumbuhan bereaksi dengan karbon membentuk asam amino,
selanjutnya berubah menjadi protein. Nitrogen termasuk unsur yang paling
banyak dibutuhkan oleh tanaman karena 16 - 18 % protein terdiri dari
nitrogen (Sutejo, 2013).
Sarif, dkk. (2015) menyatakan bahwa kandungan N yang rendah dapat
menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya
membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil. Gejala yang
timbul jika tanaman kekurangan nitrogen mengakibatkan pertumbuhan kerdil,
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu, warna daun
menguning, produksi menurun, fase pertumbuhan terhenti, dan bisa
mengakibatkan kematian. Tanaman kelebihan unsur N antara lain kualitas
buah menurun, menyebabkan rasa pahit (seperti pada buah timun), produksi
menurun, daun lebat, pertumbuhan vegetatif yang cepat, dan menyebabkan
keracunan pada tanaman. Keracunan nitrogen dapat dipicu karena terlalu
banyaknya unsur N yang tersedia dalam bentuk ammonium (NH4+) yang
mengakibatkan jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun
menjadi kering atau menguning
Salah satu sumber pupuk nitrogen adalah urea. Urea merupakan pupuk
tunggal yang mengandung N tinggi yaitu sekitar 45 - 46 %. Sifat urea yang
cepat terlarut menjadikannya cepat tersedia bagi tanaman, dan berperan
penting pada masa vegetatif tanaman. Nitrogen yang terkandung pada pupuk
urea dibutuhkan pada proses fotosintesis. Hal tersebut dikarenakan nitrogen
berperan penting dalam pembentukan klorofil. Pembentukan klorofil pada
tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu gen, air, cahaya serta
nitrogen. Peningkatan pembentukan klorofil menghasilkan asimilat yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan dari tanaman
6

berbanding lurus dengan produksi asimilat yang dihasilkan oleh klorofil yang
melakukan proses fotosintesis. Meningkatnya laju fotosintesis akan
menghasilkan karbohidrat dalam jumlah banyak, senyawa karbohidrat
merupakan bahan dasar untuk sintesis protein dan senyawa lain yang
digunakan untuk pertumbuhan organ tanaman seperti daun (Fauzi, dkk.,
2014).
Hasil penelitian Erawan, dkk. (2013) pada tanaman sawi caisim
pemberian pupuk urea menunjukkan hasil tertinggi pada tinggi tanaman, luas
daun pada umur 21 dan 28 hst, berat kering akar, berat kering daun dan laju
tumbuh relatif. Penelitian Sarif, dkk. (2015) menunjukkan pemberian pupuk
urea memberikan respon terbaik pada tanaman sawi caisim, hasil terbaik pada
tinggi tanaman (36,74 cm) jumlah daun (13,40 buah) bobot segar (205, 76 g)
dan bobot kering (25,79 g).
Selain urea, pupuk ZA merupakan salah satu pupuk yang mengandung
nitrogen. Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk
memberi tambahan hara nitrogen dan sulfur bagi tanaman. Pupuk ZA
berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya. Pupuk
ZA mengandung belerang 24 % (dalam bentuk sulfat) dan nitrogen 21 %
(dalam bentuk amonium) (Jaya, 2018). Unsur yang dikandung oleh pupuk ZA
akan dapat memacu pertumbuhan seperti tinggi tanaman dan jumlah daun
(Putra, 2013). Fungsi ammonium sulfat pada pupuk ZA adalah menurunkan
pH tanah sehingga menyeimbangkan pH tanah. Dalam tanah ion Ammonium
sulfat dilepaskan dan membentuk asam yang dapat menurunkan pH tanah.
Selain itu pupuk ZA juga mampu memperbaiki kualitas hasil panen tanaman
(Arief, dkk., 2016).
2.3 Jarak Tanam
Jarak tanam merupakan pengaturan populasi dalam satuan luas.
Pengaturan jarak tanam tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan
tanah, musim, dan varietas yang ditanam. Pengaturan jarak tanam dilakukan
untuk mendapatkan produksi yang optimal dan sangat menentukan kebutuhan
benih. Pengaturan jarak tanam digunakan untuk mengetahui jumlah populasi
7

tanaman, kebutuhan benih, memudahkan dalam perawatan seperti


penyiangan, pembumbunan, pemupukan, pengairan, dan pengendalian hama
penyakit (Ferry, dkk., 2012).
Pengaturan jarak tanam perlu dilakukan untuk meminimalkan
terjadinya persaingan antar tanaman dalam memperoleh air, unsur hara, CO2,
O2, cahaya dan ruang tumbuh (Abdullah. dkk., 2014). Menurut Hikmawati,
(2014) jarak tanam mempengaruhi jumlah tanaman, efisiensi penggunaan
cahaya dan persaingan antar tanaman dalam menggunakan unsur hara.
Dengan demikian jarak tanam akan mempengaruhi produksi. Secara teoritis
produksi tertinggi tanaman dapat diperoleh dengan menaikkan jumlah
populasi tanaman namun semua komponen faktor pertumbuhan harus
terpenuhi seperti cahaya, air dan unsur hara.
Jarak tanam akan mempengaruhi efektivitas penyerapan unsur hara oleh
tanaman, semakin rapat jarak tanam semakin banyak populasi tanaman per
satuan luas, persaingan hara antar tanaman semakin ketat mengakibatkan
pertumbuhan tanaman akan terganggu dan produksi per tanaman akan
menurun. Jarak tanam yang lebar jumlah tanamannya lebih sedikit, sehingga
persaingan unsur hara lebih kecil. Pada jarak tanam yang lebar cahaya
matahari yang diserap untuk proses fotosintesis tanaman dapat maksimal
karena keterbukaan tajuk lebih besar. Perkembangan dan pertumbuhan suatu
tanaman ditentukan oleh faktor - faktor pembatas hidup, termasuk
didalamnya pengaturan jarak tanam. Jarak tanam mutlak dibutuhkan dari
populasi suatu tanaman, jarak tanam yang lebar tidak terjadi kompetisi,
sehingga tanaman dapat tumbuh optimum dan lebih efesien dalam
memanfaatkan sinar matahari, unsur hara dan air (Hayati, dkk., 2010).
Penggunaan jarak tanam yang rapat mengakibatkan kanopi daun tanaman
saling menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman akan tinggi memanjang
karena bersaing dalam mendapatkan cahaya matahari sehingga akan
menghambat proses fotosintesis tanaman dan mampu menyebabkan
produktivitas tanaman menjadi tidak optimal (Nurlaili, 2010).
8

Menurut Satriawan. (2018), kerapatan tanaman merupakan faktor yang


mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena penyerapan energi matahari
oleh permukaan daun. Jika kondisi tanaman terlalu rapat dapat mempengaruhi
perkembangan vegetatif dan hasil panen akibat menurunnya laju fotosintesis
dan menurunnya perkembangan luas daun, oleh karena itu dibutuhkan jarak
tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum. Dalam
budidaya tanaman, jarak tanam menentukan kepadatan populasi persatuan
luas. Jarak tanam yang terlalu rapat atau tingkat kepadatan populasi yang
tinggi dapat mengakibatkan persaingan antar tanaman, oleh karena itu jarak
tanam harus diperhatikan untuk mendapatkan jumlah populasi yang optimum.
Ukuran tajuk tanaman yang semakin besar membutuhkan jarak tanam yang
semakin renggang untuk mencegah terjadinya overlapping yang akhirnya
dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi terhadap cahaya matahari, dengan
demikian, pengaturan jarak tanam untuk memanfatkan radiasi matahari yang
optimal sekaligus berperan memperbaiki penutupan kanopi terhadap
permukaan tanah diantara barisan tanam, sehingga mengurangi persaingan
diantara tanaman.
Menurut Erwin, dkk. (2015) pengaturan jarak tanam mempengaruhi
jumlah populasi tanaman, semakin sempit jarak tanam maka populasi
tanaman akan semakin banyak. Semakin rapat suatu populasi tanaman maka
semakin sedikit jumlah intensitas cahaya matahari yang didapat oleh tanaman
dan semakin tinggi tingkat kompetisi antar tanaman untuk mendapatkan sinar
matahari tersebut. Jarak tanam merupakan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan
daun sangat menentukan pertumbuhan tanaman. Pada jarak tanam yang
sempit mengakibatkan meningkatkan kelembapan disekitar tanaman, keadaan
ini dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu
dan berpengaruh terhadap penerimaan sinar matahari pada setiap tanaman
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman.
Menurut Irmawati, (2018) perlakuan jarak tanam yang semakin rapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Kepadatan populasi berkaitan erat
9

dengan jumlah radiasi matahari yang dapat diserap oleh tanaman. Disamping
itu, kepadatan tanaman juga mempengaruhi persaingan diantara tanaman
dalam menggunakan unsur hara. Penentuan kerapatan tanam pada suatu areal
pertanaman pada hakekatnya merupakan salah satu cara untuk mendapatkan
hasil tanaman secara maksimal, pengaturan kepadatan tanaman sampai batas
tertentu, tanaman dapat memanfaatkan lingkungan tumbuhnya secara efisien.
Pengaturan jarak tanam pada tanaman perlu dilakukan, karena untuk
mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi unsur hara yang
merata, efektivitas penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan
pada perkembangan hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak
benih yang diperlukan pada saat pertanaman.
Menurut Huda, dkk. (2015) pada jarak tanam rapat terjadi kompetisi
tanaman dalam mendapatkan sumberdaya untuk mendukung
pertumbuhannya. Hal ini terjadi karena jarak tanam akan mempengaruhi
efektivitas penyerapan unsur hara oleh tanaman sehingga partumbuhan
tanaman akan terganggu dan produksi pertanaman akan menurun. kerapatan
tanaman akan mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama
karena koefisien penggunaan cahaya, hara, air dan ruang tumbuh. Menurut
Hikmawati, (2014) jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan
efisiensi penggunaan cahaya. Secara teoritis produksi tertinggi tanaman dapat
diperoleh dengan menaikkan jumlah populasi tanaman namun semua
komponen faktor pertumbuhan harus terpenuhi. (Abdullah, dkk., 2014).
Menurut Fahrurroji (2013), jarak tanam optimal tanaman sawi caisim
adalah 20 cm x 20 cm, sedangkan menurut Qolik (2014) jarak tanam optimal
tanaman sawi caisim adalah 30 cm x 30 cm Hasil penelitian Ali (2017)
penggunaan jarak tanam 20 cm x 25 cm memberikan hasil terbaik pada
tanamn sawi. Menurut jurnal penelitian Kaiman, dkk. (2013), menyatakan
bahwa penggunaan jarak tanam 20 cm x 25 cm memberikan hasil terbaik
pada tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah pada tanaman sawi
dibandingkan jarak tanam yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai